Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman pert11,12,13&14

Pert11
Sebagai Objek Pajak

Yang menjadi objek Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 4 ayat Keuntungan karena
pengalihan harta berupah hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada
keluarga sedarah, dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro dan kecil.
Apabila wajib pajak melakukan penjualan harta dengan harga yang lebih tinggi dari nilai sisa
buku atau dari harga perolehan, selisihnya merupakan keuntungan. Jika penjualan harta
tersebut dilakukan dengan pemegang saham atau anggota, maka harga jual yang digunakan
untuk menghitung keuntungan yang diperoleh dari penjualan tersebut adalah harga pasar.
Misalnya : PT Sayonara memiliki sebuah mobil yang digunakan dalam kegiatan usahanya
dengan nilai sisa buku sebesar Rp 25.000.000. Mobil tersebut laku terjual dengan harga Rp
40.000.000. Maka, nilai sebesar Rp 15.000.000 akan dicatat sebagai keuntungan PT Sayonara.
Namun apabila mobil tersebut dijual kepada salah satu pemegang sahamnya dengan harga Rp
35.000.000, nilai jual mobil tersebut akan tetap dihitung berdasarkan harga pasar wajar yaitu
senilai Rp 40.000.000. Selisihnya sebesar Rp 15.000.000 merupakan keuntungan bagi PT
Sayonara dan selisih sebesar Rp 5.000.000 akan dicatat sebagai penghasilan oleh pemegang
saham tersebut.

Kerugian Fiskal

Bagi wajib pajak badan dalam negeri yang menderita kerugian pada suatu tahun pajak, maka
kerugian tersebut dapat ditutup dengan menggunakan keuntungan tahun-tahun pajak
berikutnya.

Contoh kasus

PT Ayam Jago pada Tahun 2018 menderita kerugian fiskal sebesar Rp 1.000.000.000. Pada
lima tahun berikutnya laba rugi fiskal PT Ayam Jago menunjukkan angka berikut :
Tahun 2020Rugi FiskalRp 200.000.000
Sisa rugi fiskal tahun 2018 yang masih tersisa sampai dengan Tahun 2023 sebesar Rp
80.000.000 tidak boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2024, sedangkan rugi fiskal
pada tahun Tahun 2020 hanya diperkenankan untuk dikompensasikan pada tahun 2024 dan
2025 karena periode 5 tahun terhitung sejak tahun 2021 dan berakhir pada tahun 2025.
Hal lain terkait kompensasi kerugian fiskal adalah apabila suatu wajib pajak badan pernah
diperiksa dan menempuh upaya hukum tertentu sampai dengan terbit suatu produk hukum,
maka hal tersebut akan berpengaruh pada nilai kerugian fiskal dalam tahun pajak yang
bersangkutan.

Fasilitas pertama berupa "Pengurangan Penghasilan Neto sebesar 30% dari jumlah
penanaman modal berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk
kegiatan utama usaha, dibebankan selama 6 tahun masing- masing sebesar 5% per tahun yang
dihitung sejak saat mulai berproduksi secara komersial". Misalnya : PT Alone melakukan
penanaman modal sebesar Rp 50.000.000.000 berupa pembelian aktiva tetap berupa mesin,
tanah dan bangunan. Maka, PT Alone akan mendapat fasilitas berupa pengurangan
penghasilan neto sebesar 5% x Rp 50.000.000.000 = Rp 2.500.000.000 setiap tahunny, selama
6 tahun terhitung sejak PT Alone memulai produksi secara komersial.
Pert12
Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan Berdasarkan PMK Nomor 35/PMK.
Dalam Pasal 2 ayat dan PMK Nomor 35/PMK.10/2018, dijelaskan bahwa "wajib pajak badan
yang melakukan penanaman modal baru pada Industri Pionir dapat memperoleh pengurangan
Pajak Penghasilan Badan atas Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha
utama yang dilakukan sebesar 100% dari jumlah Pajak Penghasilan Badan yang terutang".
Sedangkan Industri Pionir yang dimaksud berdasarkan PMK tersebut merupakan "industri yang
memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi,
memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional"

Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Perseroan Terbuka

Fasilitas penurunan tarif Pajak Penghasilan Bagi Perseroan Terbuka diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2015 tentang "Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 77
Tahun 2013 Tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Badan Dalam
Negeri Yang Berbentuk Perseroan Terbuka". Dalam Pasal 2 ayat dinyatakan bahwa "wajib
pajak badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dapat memperoleh penurunan
tarif Pajak Penghasilan sebesar 5% lebih rendah dari tarif Pajak Penghasilan wajib pajak badan
dalam negeri".

Contoh A1

PT Dharma, Tbk memiliki modal dasar sebesar Rp 1.700.000.000, dengan modal ditempatkan
dan disetor penuh senilai Rp 1.500.000.000 dengan nilai nominal per lembar saham Rp 1.000
sehingga total saham ditempatkan dan disetor penuh adalah 1.500.000 lembar saham.

Pert13
Pajak Pertambahan Nilai

«Dalam Pasal 3 peraturan ini disebutkan bahwa «Pemberian fasilitas dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas impor dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak
tertentu yang bersifat strategis menggunakan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan
Nilai». » « Apabila jangka waktu yang ditentukan berakhir, Pajak Pertambahan Nilai yang
dibebaskan belum dibayar, dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan ». Adapun tata cara permohonan mengajukan permohonan
Surat Keterangan Bebas PPN diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan PMK-
268/PMK. Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak terdaftar.

Pasal 5 peraturan ini menyebutkan bahwa «Atas permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai, Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai paling lama 5 hari kerja setelah
permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai diterima lengkap. » Surat
Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai diterbitkan atas Barang Kena Pajak tertentu yang
bersifat strategis yang disetujui untuk diberikan fasilitas dibebaskan Pajak Pertambahan Nilai
baik sebagian atau seluruhnya oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktur
Jenderal Pajak. « Dalam hal terdapat penerimaan pembayaran yang terjadi sebelum penerbitan
Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Barang Kena Pajak tertentu
yang bersifat strategis, Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai diterbitkan atas
bagian Pajak Pertambahan Nilai yang belum dipungut».

Ayat «Dokumen sebagaimana dimaksud diatas diserahkan kepada Pengusaha Kena Pajak
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis, sebelum
penyerahan dilakukan. Pengusaha Kena Pajak yang menerima dokumen tersebut harus
menyimpan dokumen tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan».

Pert14
Tax Planning atau perencanaan pajak adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari Manajemen
Perpajakan. Ketika mempelajari ilmu perpajakan, kita juga harus mengetahui konsep dasar
manajemen perpajakan, cara membuat strategi perencanaan pajak dan bisnis. Mengelola bisnis
agar tetap berjalan sesuai harapan dengan tetap membayar pajak.

Tax Planning

Menurut Chairil Anwar Pohan , perencanaan pajak adalah usaha yang mencakup perencanaan
perpajakan agar pajak yang dibayar oleh perusahaan benar-benar efisien". Sedangkan menurut
Arles P. Ompusunggu , "tax planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak
untuk menyusun aktivitas keuangan guna mendapat pengeluaran pajak yang minimal".

Pada umumnya, perencanaan pajak selalu dimulai dengan memastikan bahwa suatu transaksi
atau fenomena dikenai pajak. Jika fenomena tersebut dikenakan pajak, apakah dapat
diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah
pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya, dan lain sebagainya. Karena itu,
setiap wajib pajak akan membuat rencana pajak atas setiap tindakan secara hati-hati. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa perencanaan pajak adalah proses pengambilan faktor pajak
yang relevan dan faktor non pajak yang material untuk menentukan : a.Apakah, b.Kapan,
c.Bagaimana, dan d.Dengan siapa .

Tax Planning

Bagi perusahaan yang ingin mencapai laba yang maksimum dengan melaksanakan kegiatan
usahanya, maka tax planning sebagai bagian dari kegiatan manajemen memiliki beberapa
manfaat.

Tax Planning

Menurut Erly Suandi dalam bukunya Perencanaan Pajak , jenis- jenis perencanaan pajak dapat
dibagi sebagai berikut : a.Perencanaan Pajak Nasional yaitu perencanaan yang dilakukan
berdasarkan undang–undang domestik. Dalam perencanaan pajak nasional pemilihan atas
dilaksanakan atau tidak suatu transaksi hanya bergantung terhadap transaksi tersebut. Artinya
untuk menghindai/mengurangi pajak, wajib pajak dapat memilih jenis transaksi apa yang harus
dilaksanakan sesuai dengan hukum pajak yang ada misalnya akan terkena tarif pajak khusus
final atau tidak.
b.Perencanaan Pajak Internasional yaitu perencanaan pajak yang dilakukan berdasarkan
undang–undang domestik dan juga harus memperhatikan perjanjian pajak dan undang–undang
dari negara–negara yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai