Anda di halaman 1dari 7

DIABETES MELLITUS

A. Pengertian
Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
mengarah ke hiperglikemia atau kadar glukosa darah tinggi (Black and Hawks, 2014 hlm.
631). Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah (Nugroho, 2011 hlm. 258). Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative
intensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009 hlm. 624).
B. Penyebab

Klasifikasi etiologi diabetes melitus :

a) Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes tipe 1 diperkirakan terjadi akibat dekstruksi otoimun sel- sel beta pulau
Langerhans. Individu yang memiliki kecenderungan genetik penyakit ini tampaknya
menerima faktor pemicu dari lingkungan yang menginisiasi proses otoimun. Sebagai
contoh faktor pencetus yang mungkin antara lain infeksi virus seperti gondongan
(mumps), rubella, atau sitomegalovirus (CMV) kronis. Pajanan terhadap obat atau toksin
tertentu juga diduga dapat memicu serangan otoimun ini (Corwin, 2009 hlm. 625).

Faktor lingkungan seperti virus tampaknya memicu proses autoimun yang


merusak sel beta. Cell Antibody Islet  (ICAs) muncul, jumlah meningkat selama berbulan-
bulan sampai bertahun-tahun sesuai kerusakan sel beta. Hiperglikemia puasa
(peningkatan kadar glukosa darah) terjadi ketika 80-90% massa sel beta telah rusak
(Black and Hawks, 2014 hlm. 632).

b) Diabetes Melitus Tipe 2

Untuk kebanyakan individu, diabetes melitus tipe 2 tampaknya berkaitan dengan


kegemukan. Selain itu, kecenderungan pengaruh genetik, yang menentukan kemungkinan
individu mengidap penyakit ini, cukup kuat. Diperkirakan bahwa terdapat sifat genetik
yang belum teridentifikasi yang menyebabkan pankreas mengeluarkan insulin yang
berbeda, atau menyebabkan reseptor insulin atau perantara kedua tidak dapat berespon
secara adekuat terhadap insulin. Terdapat kemungkinan lain bahwa kaitan rangkai
genetik antara yang dihubungkan dengan kegemukan dan rangsangan berkepanjangan
reseptor reseptor insulin. Rangsangan berkepanjangan atas reseptor-reseptor tersebut
dapat menyebabkan penurunan jumlah reseptor-reseptor insulin yang terdapat di sel
tubuh. Penelitian lain menduga bahwa deficit hormon leptin, yang sering disebut gen
obesitas pada hewan, mungkin termasuk manusia, gagal berespons terhadap tanda
kenyang, dan itulah mengapa mengapa gemuk dan menyebabkan intersensitivitas insulin
(Corwin, 2009 hlm. 627).

c) Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes melitus gestasional merupakan penyakit diabetes yang disebabkan tubuh


tidak bisa merespon hormon insulin karena adanya hormon penghambat respon yang
dihasilkan oleh plasenta selama proses kehamilan (Fitriana, 2016). Penyebab diabetes
gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen
serta hormone pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan. (Corwin, 2009
hlm. 629).

d) Diabetes Melitus Tipe Lain

Penyebab tipe lain dari penyakit diabetes melitus ini adalah berhubungan dengan
kecacatan, penyakit atau sindrom tertentu. Dalam kelompok ini termasuk cacat genetik
fungsisel-β. Sebagian besar tanda klinisnya adalah hiperglikemia pada usia dini. Mereka
sering disebutmaturity-onset diabetes of the young (MODY). Sebagai ciri adalah gangguan
sekresi insulin dengan sedikit atau tidak ada cacat dalam kerja insulin. Mereka mewarisi
autosomal dominan tetapi heterogen (Lim, 2014 hlm. 77).

C. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis diabetes melitus adalah:

a.Poliuri (peningkatan pengeluaran urin)

b.Polidipsi (peningkatan rasa haus)

c.Polifagi (peningkatan rasa lapar)

d.Penurunan berat badan

e.Rasa lelah
f.Pengelihatan kabur

g.Sering kesemutan

D. Klasifikasi

a) Diabetes melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan abdolut


insulin. Sebelumnya, tipe diabetes ini disebut sebagai diabetes melitus dependen insulin
(IDDM). (Corwin, 2009 hlm. 625).

b) Diabetes melitus tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit hiperglikemia akibat resistensi insulin


disertai defisiensi relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin (PERKENI, 2011 hlm.
4). Pada diabetes melitus tipe 2 meskipun kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalam rentang normal, jumlah insulin tetap rendah sehingga kadar glukosa plasma
meningkat.

c) Diabetes melitus gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang
sebelumnya tidak mengidap diabetes. Meskipun diabetes ini membaik setelah persalinan,
sekitar 50% wanita mengidap kelainan ini tidak akan kembali ke status nondiabetes setelah
kehamilan berakhir. Bahkan, jika membaik setelah persalinan, resiko untuk mengalami
diabetes tipe 2 setelah sekitar 5 tahun pada waktu mendatang lebih besar daripada normal
(Corwin, 2009 hlm. 629).

d) Diabetes melitus tipe lain

Diabetes melitus tipe ini berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
hiperglikemik karena penyakit lain seperti penyakit pankreas, hormonal, bahan kimia,
endokrinopati, kelainan reseptor insulin atau sindrom genetik tertentu (PERKENI, 2011
hlm. 4).

E. Akibat yang ditimbulkan


a. Komplikasi akut diabetes militus
1. Hipoglikemia
Keadaan klinis berupa gangguan saraf yang disebabkan penurunan glukosa darah
atau sutu sindrom yang kompleks berawal dari suatu gangguan metabolisme glukosa,
dimana konsentrasi serum glukosa menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuahan
metabolik sistem saraf. Tanda hipoglikema mulai timbul bila gula darah <50 mg/dl.
(Fitriana, 2016).
2. Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis merupakan komplikasi akut yang ditandai dengan perburukan semua
gejala diabetes. Ketoasidosis diabetik dapat terjadi setelah stres fisik seperti kehamilan
atau penyakit akut dan trauma.
3. Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketosis (NHNK)
Adalah komplikasi dari diabetes melitus yang ditandai dengan hiperosmolaritas dan
kehilangan cairan berat, asidosis ringan atau tanpa ketosis, terjadi koma dan kejang lokal
(Fitriana, 2016).
b. Komplikasi Jangka Panjang
1) Makrofaskular
a) Penyakit Arteri Koroner
Penyakit arterikoroner adalah atipikal atau diam, dan sering gangguan
pencernaan atau gangguan jantung tidak dapat di jelaskan, dispenea pada saat aktifitas
berat, atau nyeri epigastrik. (Black & Hawks, 2014).
b) Penyakit Serebrovaskular
Penyakit serebrovaskular terutama infark aterotromboembolik
dimanifestasikan dengan serangan iskemik transien dan cerebrovascular attck  (stroke),
lebih sering dan berat pada klien dengan DM. (Black & Hawks, 2014).
c) Hipertensi

Adalah faktor resiko mayor untuk stroke dan nefropati. Hipertensi yang
diobati tidak adekuat memperbesar laju perkembangan nefropati.(Black & Hawks, 2014).

2) Mikrovaskuler
a) Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik adalah penyebab utama kebutaan diantara klien dengan
DM; sekitar 80% memiliki beberapa bentuk retinopati 15 tahun setelah diagnosis. Ada tiga
tipe retinopati diabetik:
(1)Nonproliferatif retinopati diabetik adalah fase awal retinopati.
(2)Praproliferatif retinopati diabetik melibatkan perkembangan lanjut hemoragi
dan penurunan ketajaman penglihatan. Hal ini biasanya berkembang ke proliferatif
retinopati diabetik.
(3)Proliferatif retinopati diabetik adalah akhir dan tipe paling mengancam
penglihatan. Pembuluh darah rusak dan lemah yang telah proliferasi, atau
membentuk, dalam merespons iskemik mungkin ruptur, menyebabkan hemoragi
retina dan eksudat (Black & Hawks, 2014).
b) Nefropati
Merupakan penyebab tunggal paling sering dari penyakit ginjal kronis
tahap 5, dikenal sebagai penyakit ginjal tahap akhir (end-stage renal disease (ESRD).
(Black & Hawks, 2014). Di ginjal, yang paling parah mengalami kerusakan adalah kapiler
glomerulus akibat hipertensi dan glukosa plasma yang tinggi menyebabkan penebalan
membran basal dan pelebaran glomerulus. Lesi-lesi sklerotik nodular, yang disebut
nodul Kimmelstiel-Wilson, terbentuk di glomerulus sehingga semakin menghambat aliran
darah dan akibatnya merusak nefron (Corwin, 2009).
c) Neuropati
Merupakan komplikasi kronis paling sering dalam diabetes melitus.
Karena serabut saraf tidak memiliki suplai darah sendiri, saraf bergantung pada difusi zat
gizi dan oksigen lintas membran. Ketika akson dan dendrit tidak mendapat zat gizi, saraf
mentransmisikan impuls pelan-pelan. Selain itu, akumulasi sorbitol di jaringan saraf,
selanjutnya mengurangi fungsi sensoris dan motoris. (Black & Hawks, 2014).
F. Pencegahan
Mengingat bahaya dan komplikasi yang dapat disebabkan penyakit diabetes, maka
menghindari atau mengendalikan kadar gula yang tinggi adalah cara terbaik.
 Menurunkan berat badan. Lemak dalam tubuh dapat menyerap insulin.
 Hindari makanan berlemak, diawetkan atau goreng-gorengan. Sebaliknya, pilih
makanan yang berserat tinggi dan glukosa kompleks.
 Kurangi makanan manis atau yang berkalori tinggi yang mengandung banyak
glukosa.
 Minum banyak air.
 Berolahraga secara teratur.
 Hindari stres.
 Hindari alkohol atau softdrink.
 Hindari merokok. Penderita diabetes yang merokok bahkan lebih berisiko, karena
kebiasaan mereka merusak jantung serta sistem sirkulasi, dan mempersempit
pembuluh darah. Sebuah referensi menyatakan bahwa 95 persen amputasi yang
berkaitan dengan diabetes dilakukan pada para perokok.
 Minum obat yang dianjurkan dokter untuk menurunkan kadar gula.
 Bagi penderita diabetes tipe 1, pemberian insulin secara teratur perlu diberikan
melalui terapi insulin.

Obat penyembuh diabetes memang tidak ada, tetapi dengan mengendalikan gula
dalam darah, seseorang dapat terhindar dari bahaya penyakit ini. Mengubah pola makan
dan gaya hidup menjadi lebih baik dan lebih sehat harus dijalankan. Orang-orang yang
menduga bahwa dirinya menderita diabetes hendaknya memeriksakan diri ke dokter yang
telah berpengalaman dalam pencegahan dan penanganan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Black, J., and Hawks, J. H, 2014, Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan, Edisi 8, Vol.2, Singapura: Elsivier.

Corwin, E.J, 2009, Buku Saku Patofisiologi Edisi 3, Jakarta: EGC.

FKUI, 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu: Sebagai Panduan


Penatalaksaan Diabetes Melitus Bagi Dokter maupun Edukator Diabetes.

Jakarta: FKUI.

Nugroho, T, 2011, Asuhan Keperawatan: Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit


Dalam, Yogyakarta: Nuha Medika.

Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia), 2011, Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II di Indonesia, Jakarta : PB. PERKENI.

Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai