Anda di halaman 1dari 13

Asuhan 

Keperawatan Teoritis

Pada Pasien Dengan Cronic Kidney Disease (CKD)

A. Pengkajian

1. Identitas

 Identitas Pasien

Terdiri dari Nama, No rekam medis, umur (lebih banyak terjadi pada usia 30-60 tahun),


agama,jenis kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), pekerjaan, status perkawinan, alamat, 
tanggal masuk, yang mengirim, cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama identitas penangg
ung jawab meliputi : Nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan alamat

2. Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama 

Keluhan utama merupakan hal-hal  yang  dirasakan  oleh  klien  sebelum masuk


ke rumahsakit. Pada klien dengan gagal ginjal kronik biasanya  didapatkan keluhan utama yang b
ervariasi, mulai dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kes
adaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (
ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).

b) Riwayat Kesehatan Sekarang 

Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran, perubahan p
ola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kep
ala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi
(Muttaqin, 2011).

c) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi s
aluran kemih, payah jantung, penggunaan obatobat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, inf
eksi system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan hipertensi pada masa seb
elumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian 
obatobatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan
(Muttaqin, 2011).

d) Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama 
dengan klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang bi
sa menjadi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik.

3. Pola persepsi dan penanganan kesehatan

 Persepsi terhadap penyakit : 

Biasanya persepsi klien dengan penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan yang tingg.
Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan obat-obatan dalam kesehari-
hariannya.

4. Pola nutrisi/metabolik

a) Pola Makan

Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), ano
reksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah. 

b) Pola Minum

Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada mulut (pe
rnapasan ammonia).

5. Pola eliminasi

a) BAB

Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi.
b) BAK

Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine <400ml/hari sampai anuria, warna urine keruh atau b
erwarna coklat, merah dan kuning pekat.

6. Pola aktivitas/latihan

Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan biasanya membutuhkan 
pertolongan atau bantuan orang lain.Biasanya klien kesulitan menentukan kondisi, contohnya tid
ak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.

7. Pola istirahat/tidur

Biasanya klien mengalami gangguan tidur , gelisah karena adanya nyeri panggul, sakit kepala da
n kram otot/kaki ( memburuk pada malam hari).

8. Pola kognitif-persepsi

Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada tingkat asietas sedan
g sampai berat.

9. Pola peran dan hubungan

Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya seharihari karena perawatan yang lam
a.

10. Pola reproduksi

Biasanya terdapat masalah Seksual berhubungan dengan penyakit yang di derita.

11. Pola persepsi diri

a) Body image/gambaran diri

Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat tubuh terganggu, keluhan karena kondis
i tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat 
tubuh.
b) Role/peran

Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita

c) Identity/identitas diri

Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu menerima perubahan, 
merasa kurang memiliki potensi

d) Self esteem/harga diri

Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan diri, keluhan fisik

e) Self ideal/ideal diri

Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak memiliki kemampuan, 
tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya

12. Pola koping-toleransi stres

Biasanya klien mengalami factor stress contoh financial, hubungan dan sebabnya, perasaan tidak 
berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudah tersinggu
ng, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.

13. Pola keyakinan nilai

Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.

14. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum dan TTV

 Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat

 Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengar
uhi sistem saraf pusat.

 TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.
2) Kepala 

 Rambut :  Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit kepala, kuku rapuh 
dan tipis.

 Wajah  :   Biasanya klien berwajah pucat

 Mata :  Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis, dan sclera 
tidak ikterik.

 Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pendek dan kusma
ul

 Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi, dan n
apas berbau

 Gigi :   Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.

 Lidah  :   Biasanya tidak terjadi perdarahan

 Leher  :  Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening

3) Dada / Thorak

 Inspeksi  : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kussmaul (cepat/dalam)

 Palpasi    : Biasanya fremitus kiri dan kanan

 Perkusi   : Biasanya Sonor

 Auskultasi  : Biasanya vesicular

4) Jantung 

 Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat

 Palpasi   : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea deksta sinistra

 Perkusi  : Biasanya ada nyeri 
 Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat

5) Perut / Abdomen

 Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan, klien tampa
k mual dan muntah

 Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit

 Palpasi  : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya pembesaran hep
ar pada stadium akhir.

 Perkusi  : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.

6) Genitourinaria 

Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, distensi abdomen, diare atau konstip
asi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah, coklat dan berawan.

7) Ekstremitas 

Biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, odema pada ektremitas, kram otot, kelemahan pada t
ungkai, rasa panas pada telapak kaki,keterbatasan gerak sendi.

8)  Sistem Integumen

Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area ekimosis pada kulit.

9) System Neurologi

Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan k
onsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,seperti perubaha
n proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapati kejang, dan adanya neuropati perifer.

(Sumber : Muttaqin, 2011)
B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal.

3. Gangguan pertukan gas berhubungan dengan penurunan puplai oksigen

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sekresi protein terganggu

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

C. Intervensi keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharabkan nutrisi


pasien mencukupi dengan kriteria hasil :

 Subjektif :

- Pasien/keluarga mengatakan pasien dapat makan peroral.


 Objektif :
- Pasien terlihat makan peroral
- Konjungtiva non anemis
- Mukosa mulut dan bibir tidak kering
- Hidrasi kulit baik
- Tanda – tanda vital dalam batas normal sistol ≤120 dan diastole ≤80 mmHg

Intervensi Rasional
1. Catat perencanaan diet dengan 1. Diet yang direncanakan diharapkan
pasien/ keluarga. dapat membantu pemenuhan nutrisi
pasien.
2. Dukung anggota keluarga untuk 2. Keterlibatan anggota keluarga dalam
membawa makanan kesukaan memberikan nutrisi yang adekuat dapat
pasien sesuai dengan diet. membantu pasien untuk makan.
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman 3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
waktu makan. waktu makan.
4. Bantu beri makan sesuai dengan 4. Untuk mengetahui kemampuan makan
kebutuhan. pasien dan mengobservasi adanya
perasaan tidak nyaman sehabis makan.
5. Pantau nilai laboratorium: albumin 5. Untuk mengetahui kandungan nutrisi
dan elektrolit. dalam darah apakah memiliki kelebihan
atau kekurangan sehingga disesuaikan
dengan diet yang diberikan
6. Pantau tanda – tanda vital pasien. 6. Tanda – tanda vita dapat menentukan
status dan konsisi pasien saat itu.
7. Pantau tanda – tanda kekurangan 7. Mukosa mulut dan bibir dan hidrasi
nutrisi. kulit dapat menjadi salah satu data
untuk menentukan status nutris
8. Beri informasi yang tepat 8. Informasi yang cukup dapat membantu
mengenai pemenuhan nutrisi dan keluarga untuk mepersiapkan nutrisi
bagaimana memenuhinya yang adekuat di rumah nantinya.

9. Konsultasi dengan ahli gizi untuk 9. Pemenuhan nutrisi yang lebih ahli oleh
pemberian makanan yang sesuai ahli gizi untuk peningkatan nutrisi
dengan kebutuhan. pasien.
10. Kolaborasi dengan keluarga untuk 10. Bantuan keluarga diperlukan untuk
melatih makan peroral. meningkatkan berhasilnya suatu
intervensi.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24jam diharapkan pasien


diharapkan menunjukan cairan tubuh yang adekuat dengan kriteria hasil :
 Subjektif :

- Pasien mengungkapkan bisa BAK

 Objektif :

- Hidrasi kulit baik


- Terlihat BAK
- Tidak ada asites
- Tidak ada edema

Intervensi Rasional
1. Tentukan status kelebihan cairan. 1. Beberapa informasi dari riwayat pasien
dapat membantu untuk intervensi
selanjutnya.
2. Jaga pembatasan cairan dengan 2. Pasien harus memauthi pembatasan
mengukur pemasukan cairan yang ada untuk mencegah
terjadinya penimbunan cairan tubuh.
3. Beri posisi semi fowler. 3. Meninggikan kepala tepat tidur dapat
membantu pasien bernapas nyaman.
4. Pantau tanda – tanda vital. 4. Sinus takikardi dan peningkatan tekanan
darah adalah tahap awal.
5. Pantau adanya asites. 5. Distensi vena jugularis adalah penyebab
dari peningkatan JVP. Asites akan
muncul ketika cairan berakumulasi di
extravasekuler spaces.
6. Pantau adanya edema. 6. Penumpukan yang telah terjadi biasnya
di bagian tungkai.
7. Monitor cairan yang masuk dan 7. Dehidrasi mungkin adalah penyebab
keluar. berpindahnya cairan walaupun intake
cairan adekuat.
8. Jelaskan batasan cairan yang perlu 8. Informasi dan pengetahuan tentang
dipatuhi. kondisi pasien sangat penting untuk
memanage cairan pasien.
9. Jelaskan tanda – tanda kelebihan 9. Informasi adalah kunci untuk
dan tindakan yang harus dilakukan. memanagemen program

3. Gangguan pertukan gas berhubungan dengan penurunan puplai oksigen


Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan gangguan
pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil:
Ds:
 Klien tidak mengeluh sesak
Do:

 Mempunyai fungsi paru dalam batas normal


 Tidak menggunakan pernapasan mulut
 Tidak mengalami pernapasan dangkal atau ortopnea
 Status neurologis dalam rentang yang diharapkan
 Dispnea pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada
 Gelisah, sianosis dan keletihan tidak ada
Intervensi Rasional

1. Pertahankan posisi semi fowler 1. Posisi semi fowler memperlancar


sirkulasi pernafasan dalam tubuh
2. Ajarkan pasien pernafasan 2. Untuk menurunkan kolap jalan nafas,
diafragmatik dan pernafasan bibir dyspnea dan kerja nafas
3. Kaji pernafasan, kecepatan dan 3. Untuk mendeteksi adanya gangguan
kedalaman serta penggunaan otot pernafasan
bantu pernafasan
4. Kaji secara rutin warna kulit dan 4. Indikasi langsung keadekuatan
membrane mukosa volume cairan, meskipun membrane
mukosa mulut kering karena nafas
mulut dan oksigen tambahan
5. Awasi tingkat kesadaran/status mental 5. Dengan mengetahui tingkat
pasien, catat adanya perubahan kesadaran atau status mental pasien ,
sehingga memudahkan tindakan
6. Ukur tanda vital setiap 5-6 jam dan selanjutnya
awasi irama 6. Perubahan tekanan fdarah dapat
menunjukan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung
7. Pantau gas darah arteri(AGD), serum
dan tingkat elektrolit urin 7. Untuk mengetahui tekanan ghas
darah (O2 dan CO2) sehingga kondisi
8. Palpasi fremitus pasien dapat di pantau
8. Mengetahui adanya bunyi nafas
akibat mucus
9. Berikan posisi untuk memfasilitasi
ventilasi yang memadai(misalnya 9. Posis yang tepat dapat menyababkan
membuka jalan nafas dan mengangkat berkurangnya terkanan diafragma ke
kepala tempat tidur atas seingga ekspansi paru maksimal
sehingga pasien dapat bernafas
dengan leluasa
10. Berikan oksigen sesuai indikasi 10. Dapat memperbaiki atau mencegah
buruknya hipoksia
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sekresi protein terganggu
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan gangguan
pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil:

Ds: -

Do:

 Kulit tidak kering,


 hiperpigmentasi berkurang
 memar pada kulit berkuran

Intevensi Rasional

1. Kaji terhadap kekeringan kulit, 1. Perubahan mungkin disebabkan


pruritis, ekskoriasi, dan infeksi oleh penurunan aktivitas kelenjar
keringat atau pengumpulan
kalsium dan posfat pada lapisan
kutaneus.
2. Kaji terhadap adanya petekie dan 2. Perdarahan yang abnormal sering
purpura dihubungkan dengan penurunan
jumlah dan fungsi platelet akibat
uremia
3. Monitor lipatan kulit dan area 3. Area-area ini sangat mudah
yang edema terjadinya injuri

4. Gunting kuku dan pertahankan 4. Penurunan curah jantung


kuku terpotong pendek dan bersih mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium / air, dan
penurunan urine output.

5. Kolaborasi : 5. Mengurangi stimulus gatal pada


kulit
- Berikan pengobatan
antipruritis  sesuai pesanan.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien


dapat menoleransi aktivitas dengan kriteria hasil :
 Subjektif :
- Pasieng mengatakan dapat melakukan aktivitas yang ditoleransi
 Objektif :
- Pasien terlihat merubah posisi secara mandiri
- Tanda – tanda vital dalam batas normal sistolik ≤120 dan ≤90 mmHg

Intervensi Rasional
1. Bantu pasien merubah posisi. 1. Dengan bantuan pada awal aktivitas
untuk meminimalisir terjadinya cidera
2. Kaji faktor yang menimbulkan 2. Dengan mengetahui riwayat masalalu
kelelahan. pasien untuk menentukan seberapa
besar aktivitas yang mungkin dapat
ditoleransi.
3. Tingkatkan kemandirian dalam 3. Kemandirian dalam beraktivitas harus
aktivitas prawatan diri yang data ditingkatkan atau dipertahankan agar
ditoleransi. tidak terjadi penurunan yang
signifikan.
4. Dorong pasien untuk melakukan 4. Dengan bantuan dorongan pasien
instruksi secara mandiri. untuk melakukan aktivitas sesuai
insturksi mandiri.
5. Pantau tanda – tanda vital. 5. Tanda – tanda vital menentukan
kondisi pasien dalam beraktivitas atau
sebelum memulai aktivitas.
6. Pantau tingkat aktivitas yang 6. aktivitas yang ditoleransi pasien dan
ditoleransi. sejauh mana pasien dapat
melakukannya.
7. Pantau kebutuhan penggunaan alat 7. penggunaan alat bantu dalam
bantu untuk beraktivitas melakukan aktivitas untuk mecegah
cidera dan pasien dapat melakukan
secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai