Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

ANALISIS SWOT, KAFE, KAFI, TERHADAP BANJIR YANG TERJADI DI


KALIMANTAN SELATAN

Angkatan 16
Kelompok 3
Kelompok I:

Muhammad Isra Andria


Muzakir
Jainab
Dyah Usviyana
Arizka Sofiyana Maharani

Latsar CPNS Tahun 2021


BPSDMD Provinsi Kalimantan Selatan
DAFTAR ISI

Daftar Isi ……………………………………………………………………………… 2


Kata Pengantar …………………………………………………………………………. 3
BAB 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………… 4
B. Batasan Masalah……………………………………………………………………….. 5
C. Tujuan…………………………………………………………………………………..5
BAB II
A. Analisis Swot Terhadap Bencana Banjir yang Terjadi di Kalimantan Selatan……….. 6
B. Tabulasi Analisis SWOT……………………………………………………………… 6
C. Diagram Analisis SWOT ……………………………………………………………... 9
D. Tabulasi Strategi Pemecahan Masalah Berdasarkan Analisis SWOT………………… 9
BAB III
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………11
B. Saran……………………………………………………………………………….…. 11

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya “-
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ANALISIS SWOT, KAFE, KAFI,
TERHADAP BANJIR YANG TERJADI DI KALIMANTAN SELATAN ”
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan
baik dari segi teknik penulisan maupun tata Bahasa ataupu isi makalah. Tetapi, walaupun
demikian, kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Kami menyadari tanpa adanya kerjasama sesame anggota kelompok serta saran dan
masukan satu sama lain demi tersusunnya makalah ini. Untuk itu, kami mengapresiasi hasil kerja
kami dan mengucapkan terimakasih kepada semua anggota kelompok.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca umumnya.
Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Banjarbaru, 5 Juli 2021

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia digolongkan sebagai salah satu negara rawan bencana, baik bencana
alam maupun bencana yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Indonesia merupakan Negara
kepulauan, secara geografis terletak di persimpangan tiga lempeng utama, lempeng Eurasia di
utara dan lempeng Pasifik Timur dan lempeng Indo-Australia di selatan menyebabkan Indonesia
rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. Selain itu,
sekitar 13 persen dari gunung berapi aktif di dunia yang terletak di sepanjang Kepulauan Indonesia,
yang ancaman masyarakat Indonesia dalam bahaya dari berbagai intensitas.
Di sisi lain, bencana merupakan sebuah peristiwa yang sangat akrab dengan masyarakat
kita. Banyak yang mengatakan Negara Indonesia adalah surga bencana. Bencana yang sering kita
jumpai yaitu banjir. Seiring dengan perkembangan zaman, dalam dunia perdagangan dan bisnis
yang kurang memperhatikan aspek kelingkungan.
Indonesia memiliki populasi besar lebih dari 230 juta orang dengan distribusi yang tidak
merata, yang terdiri dari berbagai humaniora, agama / keyakinan, budaya, politik, yang dapat
menyebabkan munculnya konflik horizontal dan vertikal yang pada akhirnya akan mengarah untuk
perpindahan. Selain bencana alam, Indonesia memiliki potensi munculnya bencana buatan
manusia sebagai risiko dari beberapa kegiatan yang dapat merusak lingkungan, termasuk
penebangan hutan, kebakaran hutan, dan bencana industri.
Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi bencana bagi manusia bila
proses itu mengenai manusia dan menyebabkan kerugian jiwa maupun materi. Dalam konteks
sistem alam, banjir terjadi pada tempatnya. Banjir akan mengenai manusia jika mereka mendiami
daerah yang secara alamiah merupakan dataran banjir. Jadi, bukan banjir yang datang, justru
manusia yang mendatangi banjir. Apabila hal tersebut dapat kita terima, maka bencana banjir yang
dialami manusia sebenarnya adalah buah dari kegagalan manusia dalam membaca karakter alam.
Kegagalan manusia membaca apakah suatu daerah aman atau tidak untuk didiami. Misalnya,
kegagalan manusia membaca karakter suatu daerah sehingga tidak mengetahui daerah tersebut
merupakan daerah banjir. Banjir adalah suatu bencana yang mengganggu kehidupan manusia
berupa genangan air dari yang terkecil sampai terbesar yang disebabkan faktor-faktor baik manusia
maupun alam atau aliran air yang tinggi, dan tidak tertampung oleh aliran sungai sehingga air itu
meluap ke daratan yang lebih rendah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), banjir
adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat.
Definisi kedua dari kamus tersebut, banjir adalah berair banyak dan deras, kadangkadang meluap.
Bencana banjir yang melanda kawasan Kalimantan Selatan (Kalsel) di awal tahun 2021
tepatnya di pertengahan Januari 2021, yang mengakibatkan puluhan ribu rumah terendam dan
rausan ribu warga terkena dampaknya. Adapun ifrastruktur yang terdampak akibat bencana ini
meliputi 66.768 rumah terendam, 18.294 meter jalan terendam dan 21 jembatan rusak. Tak hanya

4
itu, banjir ini juga menyebabkan 18356 hekar lahan pertanian di 11 Kabupaten/Kota gagal panen.
Selain itu banjir juga menyebabkan 21 orang meninggal dunia dan sebanyak 342.987 orang
terdampak dimana 63.608 diantaranya mengungsi.
Warga terdampak banjir tersebar di 11 kabupaten/kota di Kalsel. Kesebelas daerah itu
ialah: Hulu Sungai Tengah; Banjar; Tanah Laut; Barito Kuala; Balangan; Tabalong; Banjarbaru;
Tapin; Hulu Sungai Selatan; Banjarmasin; dan Hulu Sungai Utara. Sementara jumlah warga
terdampak banjir yang terbanyak berada di Kabupaten Banjar (190.929 jiwa); Kota
Banjarmasin (100.722 jiwa), dan Hulu Sungai Tengah (77.567 jiwa). Terdapat beberapa penyebab
terjadinya banjir di Kalimantan Selatan antara lain seperti cuaca dengan curah hujan sangat
tinggi. Selama 5 hari, dari 9-13 Januari 2021, sehingga terjadi peningkatan 8-9 kali lipat curah
hujan dari biasanya. Serta adanya aktivitas penebangan hutan dan lahan, kegiatan pertambangan
batu bara dan perkebunan sawit menjadi penyebab banjir, dalam catatan JATAM, 33 persen dari
wilayah Kalsel yang seluas 3,7 juta hektare, atau sekitar 1,2 juta hektare telah dikuasai perusahaan
tambang batu bara. Sementara luasan perkebunan sawit mencapai 618 ribu hektare atau setara 17
persen dari wilayah Kalsel. Banjir tidak bakal terjadi jika hutan sekunder dan hutan primer,
yang fungsinya menyerap air, tidak tergusur oleh aktivitas tambang dan perkebunan.

B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada makalah ini yaitu “Menganalisis Bencana Banjir di Kalimantan
Selatan dengan Analisis SWOT berdasarkan aspek Akuntabilitas”.

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan alternatif solusi yang dapat dilakukan Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan dalam mengatasi masalah Bencana Banjir di Kalimantan Selatan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis SWOT Terhadap Bencana Banjir di Kalimantan Selatan


Salah satu penyebab utama dari adanya bencana banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan
yakni adanya penurunan luas hutan alam di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito di Kalimantan
Selatan mencapai 62,8%. Sebelumnya tim tanggap darurat bencana di LAPAN menyebut
penyebab banjir terbesar itu adalah berkurangnya hutan primer dan sekunder dalam 10 tahun
terakhir di keseluruhan provinsi Kaliamantan Selatan yang terjadi selama periode 1990-2019.
Penurunan terbesar terjadi pada tahun 1990-2000 sebanyak 55,5% dengan penurunan luas
hutan primer sebesar 13.000 hektare, hutan sekunder 116.000 hektare, sawah dan semak belukar
masing-masing 146.000 hektare dan 47.000 hektare. Sehingga area perkebunan meluas "cukup
signifikan" yakni 219.000 hektare. Maka total area perkebunan di sepanjang Daerah Sungai (DAS)
Barito kini mencapai 650.000 hektare.
Jika dibandingkan dengan luasan hutan di sekitar DAS yang mencapai 4,5 juta hektare,
untuk perkebunan telah menghabiskan 12 hingga 14% dari keseluruhan area. Hal ini juga didukung
dengan adanya curah hujan yang sangat tinggi. Selama 5 hari, dari 9-13 Januari 2021, sehingga
terjadi peningkatan 8-9 kali lipat curah hujan dari biasanya.

B. Tabulasi Analisis SWOT


Sehingga berdasarkan penyebab utama Bencana Banjir di Kalimantan Selatan di
atas, berikut adalah Tabel Hasil Analisis SWOT:
Strength (S) Weakness (W)
1. Mempunyai hutan sebagai daya serap air 1. Kejadian banjir yang berulang tanpa adanya
yang luas tindak lanjut dari pemerintah
2. Pencatatan data bencana yang baik 2. Program pencegahan banjir tidak konkrit
3. Mempunyai program pencegahan kebakaran 3. Rencana tata ruang tidak tertata
hutan yang masif
4. Mempunyai inventaris data terkait RTRW, 4. Alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan
curah hujan, dan DAS sawit dan pertambangan batu bara
dilakukan akibat kebakaran hutan

Threats (T) Opportunities (O)


1. Semakin banyak alih fungsi lahan menjadi 1. Pemerintah mempunyai program
perkebunan sawit dan pertambangan batu pencegahan bencana
bara

6
2. Regulasi terkait Lingkungan Hidup semakin 2. Pemerintah menerbitkan regulasi yang
lemah akibat adanya Omnibus Law dimana mengatur pertambangan batu bara agar
provinsi harus mempertahankan 30% memperhatikan kaidah Lingkungan Hidup
wilayahnya untuk menjadi hutan
3. Banyak bekas tambang batubara yang tidak 3. Membuat regulasi terkait RTRW secara
diatur regulasinya lebih lanjut sesuai prinsip periodik untuk wilayah yang rawan
mendukung Lingkungan Hidup terdampak
4. Adanya oknum pemerintah yang melanggar 4. Mengoptimalkan RTRW wilayah yang
konflik kepentingan terkait perizinan dan terdampak dan rawan terdampak
investasi pertambangan
5. Cuaca semakin ekstrem 5. Kemampuan SDM yang semakin optimal
mencegah terjadinya bencana banjir

- Kesimpulan Analisis Internal (KAFI)


No. Faktor Internal Strategis Bobot Rating Skor (B x R) Kesimpulan Prioritas
Strength
1. Mempunyai hutan sebagai daya
50 4 200
serap air yang luas
2. Pencatatan data bencana yang baik 30 2 60
3. Mempunyai program pencegahan 300
10 2 20
kebakaran hutan yang masif
4. Mempunyai innventaris data terkait
10 2 20
RTRW, curah hujan, dan DAS
Weakness
1. Kejadian banjir yang berulang tanpa
adanya tindak lanjut dari -10 4 -40
pemerintah
2. Program pencegahan banjir tidak
-10 2 -20
konkrit
-220
3. Rencana tata ruang tidak tertata -40 2 -80
4. Alih fungsi lahan hutan menjadi
perkebunan sawit dan
pertambangan batu bara dilakukan -40 2 -80
akibat kebakaran hutan
Total 100 80

- Kesimpulan Analisis Eksternal (KAFE)


No. Faktor Eksternal Strategis Bobot Rating Skor (B x R) Kesimpulan Prioritas
Opportunities (O)
1. Pemerintah mempunyai program
50 4 200 310
pencegahan bencana

7
2. Pemerintah menerbitkan regulasi
yang mengatur pertambangan batu
bara agar memperhatikan kaidah 10 2 20
Lingkungan Hidup
3. Membuat regulasi terkait RTRW
secara periodik untuk wilayah yang 20 3 60
rawan terdampak
4. Mengoptimalkan RTRW wilayah
yang terdampak dan rawan 10 2 20
terdampak
5. Kemampuan SDM yang semakin
optimal mencegah terjadinya 10 1 10
bencana banjir
Threat (T)
1. Semakin banyak alih fungsi lahan
menjadi perkebunan sawit dan -10 4 -40
pertambangan batu bara
2. Regulasi terkait Lingkungan Hidup
semakin lemah akibat adanya
Omnibus Law dimana provinsi harus -30 4 -120
mempertahankan 30% wilayahnya
untuk menjadi hutan
3. Banyak bekas tambang batubara -310
yang tidak diatur regulasinya lebih
lanjut sesuai prinsip mendukung -40 3 -120
Lingkungan Hidup
4. Adanya oknum pemerintah yang
melanggar konflik kepentingan
-10 2 -20
terkait perizinan dan investasi
pertambangan
5. Cuaca semakin ekstrem -10 1 -10
Total 100 0

Keterangan :
- Faktor-faktor eksternal berupa “peluang dan ancaman”
- “Bobot” pada masing-masing faktor berdasarkan dampak yang mungkin ditimbulkan pada
kasus banjir di Kalimantan Selatan. Keseluruhan bobot berjumlah 100.
- “Rating” bagi setiap faktor mulai dari 4 (sangat menonjol), sampai dengan 1 (paling tidak
- menonjol) berdasarkan dari faktor yang berpengaruh.
- “Skor” dengan mengalikan bobot dengan rating.
- Kesimpulan dengan memberikan urutan prioritas pada peluang maupun ancaman.

8
C. Diagram Analisis SWOT
Berdasarkan nilai pembobotan, digunakan prinsip Kuadran 2 untuk memecahkan isu
menggunakan analisis SWOT

D. Tabulasi Strategi Pemecahan Masalah Berdasarkan Analisis SWOT

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


INTERNAL
1. Mempunyai hutan sebagai daya serap 1. Kejadian banjir yang berulang tanpa
air yang luas adanya tindak lanjut dari pemerintah
2. Pencatatan data bencana yang baik 2. Program pencegahan banjir tidak
3. Mempunyai program pencegahan konkrit
kebakaran hutan yang masif 3. Rencana tata ruang tidak tertata
4. Mempunyai innventaris data terkait 4. Alih fungsi lahan hutan menjadi
RTRW, curah hujan, dan DAS perkebunan sawit dan pertambangan
batu bara dilakukan akibat kebakaran
hutan

EKSTERNAL

9
PELUANG (O) STRATEGI S-O. STRATEGI W-O

1. Pemerintah mempunyai 1. Membuat program pencegahan 1. Membuka kesempatan kepada


program pencegahan bencana yang lebih komprehensif swasta/bumn/bumd untuk
bencana dengan mengacu pada data menjadi mitra kerja terkait
2. Pemerintah bencana Provinsi Kal-sel (S2, O1) pembuatan program pencegahan
menerbitkan regulasi 2. Membuat regulasi yang pro bencana, pembinaan SDM, dan
yang mengatur terhadap kaidah Lingkungan kesiapan peralatan (W2, O1)
pertambangan batu bara Hidup (S1, O1) 2. Penyusunan RTRW berbasis
agar memperhatikan 3. Membuat program pencegahan kebutuhan (W3, O3)
kaidah Lingkungan bencana banjir sedini mungkin 3. Membuat dan melaksanakan
Hidup sebelum perkiraan banjir akan regulasi terkait penggunaan
3. Membuat regulasi terkait datang (S4, O3) lahan pasca kebakaran hutan
RTRW secara periodik untuk 4. Meningkatkan skill SDM terkait untuk mendukung
wilayah yang rawan kebencanaan (S3, O5) reboisasi/penanaman pohon
terdampak kembali (W4, O2)
4. Mengoptimalkan RTRW
wilayah yang terdampak dan
rawan terdampak
5. Kemampuan SDM yang
semakin optimal mencegah
terjadinya bencana banjir
ANCAMAN (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T

1. Semakin banyak alih fungsi 1. Mengoptimalkan peran hutan 1. Mensosialisasikan tentang


lahan menjadi perkebunan sawit sebagai aset ketimbang alih dampak bahayanya banjir
dan pertambangan batu bara fungsi lahan ke perkebunan terhadap keselamatan hidup
2. Regulasi terkait Lingkungan sawit atau pertambangan batu bersama (W1, T1)
Hidup semakin lemah akibat 2. Melakukan audit internal terkait
bara (S1, T1)
adanya Omnibus Law dimana pelanggaran konflik kepentingan
2. Melakukan inventarisir data bekas
provinsi harus yang dilakukan pejabat
tambang batu bara dengan data
mempertahankan 30% pemerintah Provinsi Kal-sel
internal instansi untuk menaksir
wilayahnya untuk menjadi (W3, T4)
potensi wisata di bekas tambang
hutan 3. Melakukan inventarisir data
yang tidak berbahaya (S4, O3)
3. Banyak bekas tambang bekas tambang batu bara dengan
3. Melakukan kerja sama aktif
batubara yang tidak diatur data internal instansi untuk
bersama stakeholder terkait seperti
regulasinya lebih lanjut sesuai melakukan penghijauan pada
pemerintah pusat, kabupaten, kota
prinsip mendukung bekas tambang batu bara yang
untuk pencegahan bencana sejak
Lingkungan Hidup sudah dianggap berbahaya untuk
dini (S2, 02)
4. Adanya oknum pemerintah dibiarkan terbuka (W3, T3)
yang melanggar konflik
kepentingan terkait perizinan
dan investasi pertambangan
5. Cuaca semakin ekstrem

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mendasari pembahasan yang telah dilakukan, penanggulangan Bencana Banjir di
Kalimantan Selatan yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal. Hal ini dilihat dari masih
banyaknya kebakaran hutan dan lahan serta semakin meluasnya alih fungsinya menjadi
perkebunan atau pertambangan batu bara yang cukup signifikan. Diperlukan perencanaan tata
ruang yang baik, regulasi yang pro terhadap Lingkungan Hidup, pembinaan SDM, kerja sama
semua pihak stakeholder baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, maupun kota sehingga
masalah bencana banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan dapat teratasi dan tidak terulang di
kemudian hari.

B. Saran
Diperlukannya komitmen dari instansi setempat agar dapat bekerja sama dalam
meminimalisir kerusakan hutan dan lahan, dimana Pemprov Kalsel baiknya bersikap pro
terhadap perlindungan hutan sebagai aset ketimbang mengalihfungsikan lahannya menjadi
perkebunan sawit atau pertambangan batu bara, memperbaiki basis data terkait pencegahan
bencana banjir dengan mengevaluasi data eksisting atau memperbaharuinya, dan segera
melakukan tindakan terukur terkait penggunaan lahan pasca penambangan batu bara.

11
TUGAS KELOMPOK AGENDA II

ANALISIS STRATEGI PENANGGULANGAN


MASALAH SAMPAH DENGAN TEKNIK ANALISA
SWOT

NAMA :
Muhammad Isra Andria
Muzakir
Jainab
Dyah Usviyana
Arizka Sofiyana Maharani

PESERTA LATSAR ANGKATAN XVI


KELOMPOK 3
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………………………………… 2
Kata Pengantar …………………………………………………………………………. 3
BAB 1
Pendahuluan ……………………………………………………………………………. 4
Rumusan Masalah ……………………………………………………………………… 4
Tujuan Masalah ………………………………………………………………………… 4
BAB II
Kajian Pustaka………………………………………………………………………….. 5
Analisis SWOT ………………………………………………………………………… 6
BAB III
Kesimpulan……………………………………………………………………………… 7

2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya “-
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Strategi Penanggulangan
Masalah Sampah dengan Teknik Analisi SWOT”

Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan
baik dari segi teknik penulisan maupun tata Bahasa ataupu isi makalah. Tetapi, walaupun
demikian, kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Kami menyadari tanpa adanya kerjasama sesame anggota kelompok serta saran dan
masukan satu sama lain demi tersusunnya makalah ini. Untuk itu, kami mengapresiasi hasil kerja
kami dan mengucapkan terimakasih kepada semua anggota kelompok.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca umumnya.
Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Banjarbaru, 5 Juli 2021

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak aktifitas yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
salah satunya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman. Makanan dan minuman
yang dikonsumsi manusia menghasilkan bahan buangan yang tidak terpakai lagi, baik itu
organic atau non organic. Tidak bisa dipungkiri jika manusia adalah penghasil sampai
terbanyak di atas bumi.
Di daerah Kota Bekasi, salah satunya di kelurahan Sumur Batu kecamatan Bantar
Gebang terdapat salah satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang hanya mempunyai
luas sekitar 15,8 Ha, ini jelas tidak sebanding dengan produksi sampah warga yang
dimana jumlah perharinya bisa mencapai 7.500 meter kubik. Dari 7.500 meter kubik
sampah , yang terangkut ke TPA hanya sekitar 40-45 persen, sisanya menjadi sampah liar
yang terdapat di 12 wilayah kecamatan se-Kota Bekasi, sampah liar yang berserakan dan
banyak ditemukan di pinggir jalan menjadi kendala bagi pemerintah kota Bekasi, yang
menjadi salah satu faktor penemukan sampah di pinggiran disebabkan luas lahan yang
sangat terbatas ditambah jumlah armada angkutan sampah yang juga terbatas. Guna
mengatasi lahan yang terbatas tersebut, perluasan lahan pun mau tidak mau dilakukan
setiap tahun oleh pemerintah Kota Bekasi.
Pemerintah semakin kewalahan dengan sampah sampah di TPA yang semakin tidak
terkendali Melihat kondisi ini kami bermaksud menuliskan makalah dengan judul
“ANALISIS STRATEGI PENANGGULANGAN MASALAH SAMPAH DENGAN
TEKNIK ANALISA SWOT”
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana strategi yang harus dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Bekasi untuk
menaggulangi masalah yang ditimbulkan oleh sampah?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahu strategi yang harus dilakukan untuk menanggulangi masalah
sampah.
2. Untuk memenuhi tugas Latsar CPNS 2021 Provinsi Kalimantan Selatan.

4
BAB II
ISI
A. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Definisi Sampah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses
alam yang berbentuk padat (Depkes RI, 2008). Sampah merupakan bahan padat
buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel,
rumah makan, industri, puingan bahan bangunan dan besibesi tua bekas kendaraan
bermotor
2. Jenis Sampah
a. Sampah organik atau basah Sampah basah adalah sampah yang berasal dari
makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran,
sisa buah. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membususk atau hancur) secara
alami.
b. Sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terdegradasi secara alami.
Contohnya : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, kaca
c. Sampah jenis ini berbahaya bagi manusia. Contohnya : baterai, jarum suntik bekas,
limbah racun kimia, limbah nuklir. Sampah jenis ini memerlukan penanganan
khusus.
3. Manajemen Pengelolaan Sampah
Pengolahan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap
sampah yang dihasilkannya, yang secara tidak langsung turut memelihara kesehatan
masyarakat serta menciptakan suatu lingkungan yang bersih, baik dan sehat. Kegiatan
pengangkutan merupakan kegiatan operasional yang dimulai dari sumber sampah atau
Transfer Depo/TPS ketempat pengolahan/Tempat Pembuangan Akhir.

5
B. ANALISIS SWOT
INTERNAL KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
1. Anggaran TPA 1. Prasarana
2. Komitmen Pemprov DKI 2. Kerja sama antar daerah
3. Sarana transportasi 3. Kelembagaan
4. Sumberdaya manusia 4. Peraturan
EKSTERNAL
PELUANG (O) STRATEGI S-O. STRATEGI W-O
1. Teknologi pengolahan 1. Peningkatan anggaran dan 1. Tingkatkan sarana prasarana
sampah Perbaikan teknologi di bidang menuju TPA (W1, O3)
2. Jakarta sebagai pusat persampahan (S1, O1) 2. Penguatan kelembagaan (W3,
pemerintahan 2. Optimalkan komitmen DKI O3)
3. Bisnis daur ulang cukup sebagai pusat Ibukota Negara
prospektif (S2, O2)
3. Optimalkan ketersediaan sarana
transportasi (S3, O3)
4. Optimalkan bisnis daur ulang
(S3,O3)
ANCAMAN (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Produksi sampah yang 1. Optimalkan SDM untuk 1. Memperlancar sarana
meningkat sosialisasi peran serta pengangkutan sampah (W1, T1)
2. Peran serta masyarakat masih masyarakat dalam bidang 2. Optimalkan untuk mengurangi
rendah persampahan (S4,T2,T3,T5) konflik masyarakat disekitar
3. Konflik masyarakat di 2. Optimalkan komitmen Pemprov TPA (W2, T3)
sekitar TPA untuk mewujudkan tata ruang 3. Penguatan penegakan hukum
4. Perubahan tata ruang kota yang konsisten (S2, T4) untuk mewujudkan tata ruang
5. Persaingan tidak sehat kota yang konsisten (W4,T4)
investor

6
PENUTUP
A. KESIMPULAN
No Faktor eksternal Bobot Rati Sk Kesimpula
strategis ng or n
Kekuatan a b axb
1.Anggaran TPA 25 3
2.Komitmen Pemprov DKI 40 4 75
3.Sarana transportasi 16
4.Sumberdaya manusia 20 3 0

15 1 60

15

Jumlah 100 31
0
Kelemahan
1.Prasarana 15 1 15
2.Kerja sama antar daerah 25 3 75
3.Kelembagaan 20 3 60
4.Peraturan 40 4 16
0

Jumlah 100 31
0

No Faktor Bobot Rating Skor Kesimpulan


eksternal
strategis
Peluang a b axb
1.Teknologi 15 1 15
pengolahan
sampah
2.Jakarta sebagai 30 4 120
pusat pemerintahan
3.Bisnis daur ulang 40 4 160
cukup prospektif
15 1 15

7
Jumlah 100 310
Ancaman
1.Produksi sampah 30 4 120
yang meningkat
2.Peran serta 15 3 45
masyarakat masih
rendah 15 3 45
3.Konflik
masyarakat di 15 3 45
sekitar TPA
4.Perubahan tata 10 1 10
ruang kota
5.Persaingan tidak 15 3 45
sehat investor

Jumlah 100 310

Adapun strategi yang bisa dilakukan pemerintah adalah membuat pengolahan sampah
yang berbasis daur ulang. Peraturan yang lebih tegas agar sampah sampah yang datang dari luar
negeri tidak masuk ke dalam TPA.

Anda mungkin juga menyukai