Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatnya

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan pembangunan

kesehatan tersebut telah diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara

menyeluruh, berjenjang, dan terpadu dengan menempatkan Puskesmas sebagai

penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama.

Puskesmas wajib melaksanakan Program Pokok yang bersifat nasional dan

program tambahan yang bersifat lokal sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan

daerah. Fungsi Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan

terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan

kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang berada diwilayah tersebut.

Mengingat pentingnya peran Puskesmas, maka Puskesmas di tuntut untuk

bekerja secara optimal sesuai dengan tugas dan program-program yang sudah

ditentukan. Salah satu bentuk pertanggungjawaban dari Puskesmas terhadap telah

dilaksanakannya penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah dibuatnya laporan

tahunan Puskesmas. 

Dengan adanya laporan tahunan Puskesmas ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai salah satu sarana untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan
masyarakat dan hasil pencapaian program kesehatan diwilayah kerja Puskesmas

serta sebagai bahan koreksi untuk 

melihat sejauh mana pelaksanaan dan pengelolaan dari masing-masing program 

yang telah dijalankan selama satu tahun, sehingga dapat membantu dalam

melakukan perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi guna  mencapai hasil yang

lebih optimal dalam pelaksanaan program-program Puskesmas di masa

mendatang.

Pelayanan kesehatan masyarakat sektor pemerintah terdiri dari pelayanan

kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan. Salah satu hal penting dalam

pelayanan kesehatan adalah pengelolahan dan pembiayaan obat. Gudang farmasi

kabupaten/kota adalah tempat dimana semua obat yang datang disimpan untuk

didistribusikan ke rumah sakit dan puskesmas. Salah satu tugas gudang obat

adalah melakukan pendistribusian rutin setiap tahunnya ke seluruh puskesmas

ataupun pada saat puskesmas mendapatkan kekosongan pada obat tertentu

sehingga peran gudang obat sangatlah penting, mengingat gudang farmasi

merupakan tempat semua obat yang datang langsung dari pusat.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

ISI

A. Manajemen Farmasi

1. Terry dalam Seto (2004), mengemukakan bahwa manajemen adalah

suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu

dan seni untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep ini dikenal dengan

POAC yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian),

Actuating (pengarahan) dan Controling (pengendalian).

2. James A.F. Stoner (2006)

Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta

penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya”.

3. T.Hani Handoko (2000)

“Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,

menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan


pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan

personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan.”

B. Pengelolaan

Pengelolaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek

perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang

dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan

jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan

sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat

lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang

ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja (Anonim, 2001).

C. Sediaan Farmasi

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik.

D. Puskesmas

Puskesmas dapat diartikan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja ( Depkes RI 2004 ) .

Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas

perlu ditunjang dengan unit pelayanan yang lebih sederhana diantaranya ,

yaitu :

1. Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan tempat pelayanan

pengobatan dibawah Puskesmas induk yang pelayanannya dilakukan

oleh seorang perawat yang bertempat disuatu Desa jauh dari

Puskesmas induk.
2. Puskesmas Keliling (Pusling) kegiatannya dilakukan sama seperti

didalam Puskesmas, hanya saja Puskesmas Keliling dilakukan oleh

seorang Dokter, Bidan, Gizi, dan Asisten Apoteker (AA).

3. Posyandu, terbagi 2 yaitu :

a. Posyandu untuk kesehatan Ibu dan Balita, terutama pelayanan

Imunisasi dan Gizi terhadap Ibu hamil, Bayi, dan Balita.

b. Posyandu Lansia (Lanjut Usia) untuk pelayanan kesehatan bagi

usia lanjut.

4. Posyandu Kesehatan Desa (Poskesdes) disediakan untuk pelayanan

kesehatan yang sifatnya mendasar.

5. Pondok Bersalin Desa (Polindes) yaitu suatu pelayanan yang dilakukan

oleh seorang Bidan yang ditempatkan di suatu Desa jauh dari

Puskesmas induk.

1. Tugas Puskesmas

Tugas Puskesmas tercermin dari Visi dan Misi seperti yang tertulis

dalam Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas oleh Direktorat

Bina Farmasi Komunitas dan Klinik dibawah Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun 2006

yaitu sebagai berikut :

1. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator

utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan


kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Untuk mencapai

visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan

dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya

kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu

ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

2. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah

mendukung tercapainya Misi Pembangunan Kesehatan Nasional dalam

rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Misi tersebut

adalah sebagai berikut :

 Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan

sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar

memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya

terhadap lingkungan dan perilaku sehat masyarakat.

 Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat

di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap

keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah

kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan

pengetahuan dan kemandirian untuk hidup sehat.

 Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan. Puskesmas akan selalu

berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan


pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi

pengelolaan dana sehingga dapat terjangkau oleh seluruh anggota

masyarakat.

 Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu

berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan

menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di

wilayah kerjanya tanpa diskriminasi, dengan menerapkan

kemajuan dan ilmu teknologi kesehatan yang sesuai, termasuk

aspek lingkungannya.

2. Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas, Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.128/Menkes/SK/II/2004  adalah :

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan oleh sektor lain, masyarakat dan dunia

usaha di wilayah kerjanya, serta secara aktif melaporkan dampak dari

penyelenggaraan pembangunan di wilayah kerjanya terhadap

kesehatan.

Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan

Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan pencegahan


penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan , keluarga dan

masyarakat termasuk dunia usaha untuk memiliki kesadaran, kemauan

dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup

sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan

termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,

menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

Pemberdayaan ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan

situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama.

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan , meliputi :

a) Pelayanan kesehatan perorangan (Private Goods) adalah pelayanan

yang bersifat pribadi, dengan tujuan utama menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, tanpa

mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Pelayanan kesehatan perorangan mencakup rawat jalan dan rawat

inap.

b) Pelayanan kesehatan masyarakat (Public Goods) adalah pelayanan

bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan


kesehatan publik, mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya

penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Contoh pelayanan publik

adalah Promosi Kesehatan, Pemberantasan Penyakit, Penyehatan

Lingkungan, Perbaikan Gizi, Peningkatan Kesehatan Keluarga,

Keluarga Berencana, Kesehatan Jiwa Masyarakat serta berbagai

program kesehatan masyarakat lainnya.

3. Tujuan Puskesmas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.128/Menkes/SK/II/2004, Tujuan pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan

pembangunan nasional , Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah

kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2012.

4. Pelayanan Farmasi di Puskesmas

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas digolongkan menjadi 2 yaitu

Pengelolaan Sumber Daya dan Pelayanan Farmasi Klinik.

a. Pengelolaan sumber daya

Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian di Puskesmas adalah Apoteker ( UU RI No. 23 Tahun


1992 Tentang Kesehatan) . Kompetensi Apoteker di Puskesmas

adalah sebagai berikut :

a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian

yang bermutu.

b. Mampu mengambil keputusan secara profesional.

c. Mampu berkomunikasi baik dengan pasien maupun profesi

kesehatan lainnya dengan baik.

d. Selalu belajar sepanjang karir baik pada jalur formal maupun

informal, sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru

Seorang Asisten Apoteker (AA) hendaknya dapat membantu

pekerjaan Apoteker  dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut,

dan kompetensi seorang Asisten Apoteker di Puskesmas adalah sebagai

berikut :

I. Pelayanan resep, meliputi :

a. Mengidentifikasi resep

b. Melakukan konsultasi

c. Memastikan resep dapat dilayani

d. Menyiapkan atau meracik sediaan farmasi

e. Memeriksa hasil akhir

f. Menyerahkan sediaan farmasi kepada pasien sesuai resep disertai

informasi yang diperlukan.

II. Pengelola sediaan farmasi, meliputi :


a. Menyusun perencanaan pemasaran dan menerima sediaan obat di

Puskesmas

b. Memeriksa stok sediaan farmasi yang hampir habis atau menipis

c. Memeriksa dan mengendalikan sediaan farmasi yang mendekati

waktu kadaluarsa.

d. Menyimpan sediaan farmasi sesuai dengan golongannya.

III. Pengelolaan Dokumen, meliputi :

a. Melaksanakan tata cara penyimpanan resep

b. Pencatatan sediaan farmasi

c. Mengerti cara pembuatan LPLPO (Laporan Pemakaian Dan

Lembar Permintaan Obat)

d. Ikut serta dalam pencatatan dan penyimpanan laporan narkotika

dan psikotropika, serta obat generik berlogo.

Secara umum, petugas kamar obat Puskesmas mempunyai tugas sebagai

berikut :

a. Menyimpan, memelihara, dan mencatat mutasi obat serta perbekalan

kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat

Puskesmas dalam bentuk baku catatan mutasi obat.

b. Membuat laporan pemakaiaan dan permintaan obat dan perbekalan

kesehatan.

c. Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien.

d. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat

kepada pasien.
e. Menyerahkan kembali obat-obat rusak atau kadaluarsa kepada petugas

Gudang obat dengan menyertakan berita acara.

b. Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek

teknis dan Non Teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima

resep dokter sampai penyerahan obat kepada pasien. Tujuan

pelayanan obat yaitu agar pasien mendapat obat sesuai dengan

resep dokter dan mendapat informasi bagaimana menggunaknanya.

Semua resep yang telah dilayani oleh puskesmas harus dipelihara

dan disimpan minimal 3 tahun dan pada setiap resep harus diberi

tanda :

a. Umum, yaitu resep pasien umum

b. Askes, yaitu untuk resep pasien yang diterima oleh peserta asuransi

kesehatan.

c. Jamkesmas, yaitu untuk resep yang diberikan kepada pasien yang

dibebaskan dari pembiayaan retribusi.

Untuk menjamin keberlangsungan pelayanan obat dan kepentingan

pasien maka obat yang ada di puskesmas tidak dibeda-bedakan sumber

anggarannya. Semua obat yang ada di puskesmas pada dasarnya dapat

digunakan melayani semua pasien yang datang ke puskesmas.

Semua jenis obat yang tersedia di unit – unit pelayanan kesehatan

yang berasal dari berbagai sumber anggaran dapat digunakan untuk


melayani semua kategori pengunjung puskesmas dan puskesmas

pembantu.

Penerimaan resep

Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal – hal berikut :

 Pemeriksaan kelengkapan administratif resep.

a. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis,

stabilitas, cara dan lama penggunaannya.

b. Pertimbangan klinik seperti alergi, efek samping, interaksi dan

kesesuaian dosis.

c. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada

resep atau obat tidak tersedia.

d. Peracikan obat

 Setelah memeriksa resep, dilakukan hal – hal sebagai berikut :

Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan

menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal

kadaluarsa, dan keadaan fisik obat.

a. Peracikan obat

b. Pemberian etiket putih untuk obat oral dan biru untuk obat luar,

serta label “ kocok dahulu ” pada sediaan obat dalam bentuk

larutan.
c. Memasukan obat dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat

yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang

salah.

d. Penyerahan obat

 Setelah peracikan, dilakukan hal – hal sebagai berikut :

Sebelum obat diserahkan, lakukan pemeriksaan kembali

mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan, jenis,

dan jumlah obat.

a. Penyerahan obat harus dilakukan dengan baik dan sopan,

mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat.

b. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau

keluarganya.

c. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang

terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan

minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara

penyimpanan obat dan lain – lain.

Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti,

akurat, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan

obat yang rasional oleh pasien. Petugas sangat perlu menyadari bahwa

pasien berhak menerima informasi yang menyangkut efek samping serta

keadaan atau tingkat keparahan penyakit pasien hendaknya disampaikan


secara hati – hati dan agar kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan

sebaik – baiknya.

Sebab utama mengapa penderita tidak menggunakan obat dengan

tepat adalah karena penderita tidak mendapatkan kejelasan yang cukup

dari yang memberikan pengobatan atau yang menyerahkan obat, oleh

karena itu sangatlah penting memberikan waktu untuk memberikan

penyuluhan kepada penderita tentang obat yang diberikan.

Informasi yang perlu diberikan kepada pasien adalah :

a.   Waktu penggunaan obat

b. Lama penggunaan obat

c. Cara penggunaan obat yang benar

d. Efek samping obat

e. Cara penyimpanan obat.

5. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung

terkait dengan kegiatan kefarmasian, Sedangkan Prasarana adalah tempat,

fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan.

Sarana dan prasarana yang perlu dimiliki oleh Puskesmas untuk

meningkatkan kualitas pelayanan adalah sebagai berikut :

1. Papan Nama “ Apotek ” yang terlihat jelas oleh pasien.

2. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

3. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan gram

dan milligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat dan lain – lain.
4. Tersedia alat dan tempat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam

upaya penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat

brosur, leaflet, booklet dan majalah kesehatan.

5. Tersedia sumber informasi dan literatur obat memadai untuk pelayanan

informasi obat, antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi

Spesialis Obat Indonesia ( ISO ) dan Informasi Obat Nasional Indonesia

( IONI ).

6. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.

7. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk suppositoria,

serum dan vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan Narkotika

sesuai dengan peraturan            perundang – undang yang berlaku.

8. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat untuk pemasukan dan

pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, agar dapat dipantau

dengan baik.

9. Tempat penyerahan obat, yang memungkinkan untuk melakukan

pelayanan informasi obat

6. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan

kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan

peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan. Ruang

lingkup pengelolaan farmasi di Puskesmas mencakup :

a) Perencanaan

Perencanaan adalah proses kegiatan seleksi obat dan

perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka


pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Perencanaan kebutuhan untuk

Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat dan

perbekalan kesehatan di Puskesmas. Data mutasi obat yang

dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor utama

dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan.

Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun,

Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan

menggunakan LPLPO fungsinya yaitu Analisis Penggunaan,

Perencanaan Kebutuhan, Pengendalian Persediaan Dan Pembuatan

Laporan Pengelolaan Obat. Selanjutnya UPOPK       (Unit

Pengelola dan Perbekalan Kesehatan) yang akan melakukan

kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di

wilayah kerjanya.

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :

1. Perkiraan jenis dan jumlah obat serta perbekalan kesehatan

yang mendekati kebutuhan

2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

b) Permintaan Obat atau Pengadaan

Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses

pengumpulan dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan

untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Puskesmas.


Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat

dimasing-masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola

penyakit di wilayah kerjanya.

Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk

disediakan di Puskesmas adalah obat Esensial yang jenis dan

itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan

merujuk kepada Daftar Obat Esensial  Nasional. Selain itu sesuai

dengan kesepakatan global maupun keputusan Menteri Kesehatan

No. 085 tahun 1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan atau

menggunakan obat generik di Pelayanan kesehatan milik

pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan

tersedia di Puskesmas.

Adapun beberapa dasar pertimbangan dari Kepmenkes tersebut

adalah :

1. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk

digunakan diseluruh dunia bagi pelayanan kesehatan publik.

2. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar

pengobatan.

3. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi

masyarakat.

4. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik

5. Meningkatkan efekivitas dan efisensi alokasi dana obat di

pelayanan kesehatan publik.


Berdasarkan UU No.23 tahun 1992 Tentang Kesehatan dan PP

No.72 tahun 1999 tentang Pengamanan sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan, yang diperkenankan untuk melakukan penyediaan obat adalah

Apoteker.  Puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan obat

secara sendiri-sendiri. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat

dimasing-masing Puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO,

sedangkan permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara

Periodik menggunakan LPLPO sub unit.

Untuk pengadaan, pada awalnya dibuat surat pesanan oleh Asisten

Apoteker atau Apoteker berupa LPLPO, yang kemudian ditanda tangani

oleh kepala Puskesmas yang bersangkutan. LPLPO dibuat sebanyak 4

rangkap, 1 lembar untuk Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat, 2

lembar untuk Gudang Farmasi dan 1 lembar sebagai Arsip. LPLPO

dikirimkan pada setiap akhir bulan dan permintaan barang akan diterima

pada setiap awal bulan.

Adapun macam – macam permintaan obat, sebagai berikut :

a. Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.

b. Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila :

kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan, penanganan Kejadian

Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluarsa.

c. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan

Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).


d. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh UPOPK Kabupaten/Kota.

Menentukan jumlah  permintaan obat, yaitu dengan menggunakan

Formulir LPLPO. Data yang diperlukan yaitu data pemakaian obat periode

sebelumnya, jumlah kunjungan resep, data penyakit, dan frekuensi

distribusi obat oleh UPOPKK.

c) Penerimaan Obat

Penerimaan obat adalah suatu  kegiatan  dalam menerima

obat - obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi

kepada unit pengelola dibawahnya.

Tujuan penerimaan obat adalah agar obat yang diterima

sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan

oleh Puskesmas  

  Alur penerimaan obat :

Gudang obat Puskesmas merupakan tempat yang digunakan

untuk menyimpan semua perbekalan farmasi untuk kegiatan yang

dilakukan di puskesmas.

Adapun persyaratan gudang obat puskesmas sebagai berikut :

a. Cukup luas minimal 3×4 M

b. Ruangan kering tidak lembab.

c. Adanya ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab atau panas.

d. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai Pelindung

untuk menghindarkan adanya cahaya langsung.


e. Lantai dibuat dari semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu

atau kotoran lain, bila perlu dibuat alas papan.

f. Dinding dibuat licin

g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam

h. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.

i. Mempunyai pintu yang di lengkapi kunci ganda.

j. Tersedia lemari atau laci khusus untuk narkotik dan psikotropik yang

selalu terkunci.

k. Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan.

Pengaturan penyimpanan obat :

a. Obat di susun secara alfabetis.

b. Obat dirotasi dengan system FIFO dan FEFO

c. Obat disimpan pada rak

d. Obat yang disimpan pada lantai harus sesuai dengan petunjuk

e. Cairan dipisahkan dari padatan

f. Sera, vaksin, suppositoria disimpan dalam lemari pendingin

d) Distribusi

Distribusi adalah kegiatan pengeluaran obat dan penyerahan obat

secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit

pelayanan kesehatan seperti kamar obat, laboratorium, pustu, pusling,

dan posyandu.
Tujuan distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat sub unit

pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,

mutu, jumlah, dan tepat waktu.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan frekuensi

distribusi, yaitu :

1. Jarak Sub Unit Pelayanan.

2.  Biaya Distribusi yang tersedia.

Dalam menentukan jumlah obat perlu diperhatikan :

1. Pemakaian rata – rata tiap jenis obat.

a. Sisa stok.

b. Pola penyakit.

c. Jumlah kunjungan dimasing – masing sub unit pelayanan

kesehatan.

2. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :

a. Gudang obat menyerahkan / mengirimkan obat dan diterima di

unit pelayanan.

b. Penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub unit

pelayanan. Obat diserahkan  bersama – sama dengan formulir

LPLPO dan lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti

penerimaan obat.

e) Pengendalian

Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya

sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau

kekosongan obat diluar pelayanan kesehatan dasar.

Tujuan pengendalian agar tidak terjadi kelebihan atau kekosongan

obat di unit kesehatan pelayanan dasar.

Kegiatan pengendalian adalah :

a. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode

tertentu di Puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini

disebut stok kerja.

b. Menentukan :

 Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada

unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan atau kekosongan.

 Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk

mencegah terjadinya suatu hal yang tidak terduga, misalnya

keterlambatan pengiriman dari UPOPPK

c. Menentukan waktu tunggu ( Leadtime ), yaitu waktu yang diperlukan

dari mulai pemesanan sampai obat diterima.

  Pengendalian obat terdiri dari :

a. Pengendalian persediaan

Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan

terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Agar

tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka perlu

diperhatikan hal – hal berikut :

 Cantumkan jumlah stok pada kartu stok.


 Laporkan segera kepada UPOPPK, jika terdapat pemakaian

yang melebihi rencana karena keadaan yang tidak terduga.

 Buat laporan sederhana secara berkala kepada kepala

puskesmas tentang pemakaian obat tertentu yang banyak dan

obat jenis lainnya yang masih mempunyai persediaan banyak.

b. Pengendalian penggunaan

Tujuan pengendalian persediaan adalah untuk menjaga kualitas

pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.

Pengendalian penggunaan meliputi presentase penggunaan antibiotik,

presentase obat penggunaan obat generik, kesesuaian dengan pedoman.

f) Penanganan obat hilang

Tujuan penanganan obat hilang sebagai bukti pertanggung jawaban

kepala puskesmas sehingga diketahui persediaan obat saat itu. Untuk

menangani kejadian obat hilang, perlu dilakukan langkah – langkah

sebagai berikut :

a. Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat hilang segera

menyusun daftar jenis dan jumlah obat hilang, serta melaporkan kepada

kepala puskesmas. Daftar obat hilang tersebut nantinya akan digunakan

sebagai lampiran dari berita cara obat hilang yang diterbitkan oleh kepala

puskesmas.

b. Kepala puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan kejadian

tersebut, serta menerbitkan berita acara obat hilang.


c. Kepala puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, disertai berita acara obat hilang.

d. Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat yang

hilang tersebut pada masing-masing kartu stok.

e. Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi mencukupi

kebutuhan  pelayanannya, segera disiapkan LPLPO untuk mengajukan

tambahan obat.

f. Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan kepada

kepolisian dengan membuat berita acara.

g. Penyimpanan obat

Obat disimpan dalam lemari atau kotak – kotak tertentu. Untuk obat-

obatan Narkotik, Psikotropik hendaknya ditempat dalam lemari yang

terkunci. Tempatkan obat secara terpisah berdasarkan bentuk seperti

kapsul, tablet, sirup, salep, injeksi dan lain-lain. Vaksin dan serum

ditempatkan dalam lemari pendingin. Susunan obat berdasarkan alfabetis

dan diterapkan sistem FIFO dan FEFO.

II.7.7 Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan

rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara

tertib, baik obat – obatan yang diterima, disimpan, didistribusi dan

digunakan di puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya.


Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu

kegiatan yang telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan

dan pengendalian, sumber data dalam pelaporan. Selain itu, pencatatan

stok obat juga bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan pemasukan

obat, sehingga mudah dimonitor.

Pencatatan stok obat meliputi keluar masuknya obat, baik obat

narkotik, psikotropik ataupun jenis obat lain yang dicatat dalam kartu

stok masing – masing. Pencatatan stok dapat dilakukan untuk periode

tertentu, baik per hari, per minggu atau pun per bulan. Pencatatan pada

buku pemasukan, hanya dilakukan pada waktu barang masuk ke apotek

di puskesmas.

Penyelengaraan pencatatan :

1. Gudang Puskesmas

a. Penerimaan dan pengeluaran obat gudang dicatat dalam kartu

stok.

b. LPLPO dibuat berdasarkan kartu stok obat dan catatan harian

penggunaan obat.

2. Kamar Obat

a. Jumlah obat yang dikeluarkan untuk pasien dicatat pada buku

pengeluaran harian.

b. LPLPO ke gudang obat dibuat berdasarkan catatan pemakaian

harian dan sisa stok.

3. Kamar Suntik
Setiap hari pemakaian obat dicatat pada buku penggunaan obat

suntik dan menjadi sumber data untuk permintaan tambahan obat.

4. Puskesmas Keliling

a. Pencatatan dilaksanakan seperti pada kamar obat.

b. LPLPO dibuat 3 rangkap yaitu rangkap untuk Dinkes

Kabupaten/Kota melalui UPOPPK, untuk diisi jumlah yang

diserahkan.

c. Setelah ditanda tangani disertai 1 rangkap lainnya disimpan

LPLPO

d. 1 rangkap lainnya disimpan UPOPPK.

e. 1 rangkap untuk Arsip Puskesmas.

Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan. Untuk

puskesmas yang mendapatkan distribusi LPLPO dikirim setiap awal bulan

begitu juga untuk puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap triwulan.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jendral Bina

Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI bekerja sama

dengan International Coorperation Agency(JICA). 2010. Materi Materi

Kefarmasian Di Instansi Farmasi Kabupaten/Kota. Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI.

Al-Hijrah Muh. Fauzar, dkk. 2013. STUDI TENTANG PENGELOLAAN OBAT

DI PUSKESMAS MANDAI KABUPATEN MAROS TAHUN 2013.

Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

http://iqrabismaw.blogspot.com/2014/05/iqrabismawatiblog-post.html Diakses tgl

14 april 2015

Anda mungkin juga menyukai