BAB I
PENDAHULUAN
Undang Dasar 1945, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan semua warga
negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan. Semua hak dan
diberlakukan, hukum acara pidana yang ada di Indonesia adalah Het Herziene
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
setiap orang yang melakukan suatu tindak pidana harus dituntut dan dipidana
(bukan hanya yang bersifat pidana, termasuk juga tindakan, maupun kebijakan)
dan berat ringannya suatu pidana dilihat dari tingkat kesalahan dan rasa keadilan.
1
Andi Hamzah, 2011, KUHP & KUHAP, Rineka Cipta, Jakarta
2
pengadilan. Tujuan dari hukum acara pidana adalah mencari dan menemukan
pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang
dapat didakwa suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya minta pemeriksaan dan
putusan pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana
telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan,
Penangkapan harus dengan atas perintah penyidik, dan yang dimaksud dengan
atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
dilakukan, hal ini tidak berlaku apabila dalam hal tertangkap tangan.3
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Dalam hal ini
2
Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
3
Bambang Poernomo, 1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta
3
Pasal ini merupakan asas legalitas pada dasarnya berlaku untuk masa yang
tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum,
atau hakim dengan penempatannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur
antara orang tahanan dengan pihak instansi yang menahan. Orang tahanan berjanji
akan melaksanakan dan memenuhi syarat dan jaminan yang ditetapkan instansi
yang menahan, dan sebagai “imbalan” pihak yang menahan mengeluarkan dari
4
Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2005, Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana,. Surakarta:
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta
4
KUHAP maupun dalam penjelasan pasal tersebut. Kalau begitu ditinjau dari segi
Persoalan pokok bagi hukum dalam penangguhan berkisar pada masalah “syarat”
jangan semata-mata bertitik tolak dari sudut persyaratan dan jaminan yang
ditetapkan, tapi juga harus mengkaji dan mempertimbangkan lebih dalam dari
5
Harahap, M. Yahya, 2002, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,. Jakarta: Sinar
Grafika. Hlm:209
5
Hal ini selaras dengan asas “Presumption of Innocent” yaitu asas praduga tak
permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik, atau penuntut umum, atau hakim,
penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang, berdasarkan
penahanan berakhir. Tahanan yang resmi dan sah masih ada dan belum habis,
namun pelaksanan penahanan masih harus dijalani tersangka atau terdakwa yang
habis6
selalu dikabulkan oleh penyidik. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan,
salah satunya kekhawatiran penyidik si tersangka akan melarikan diri pada masa
Acara Pidana
Dalam uraian diatas, maka dalam penulisan hukum ini, penulis mengambil
2. Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menambah bahan referensi bagi
dan mereka yang ingin mengetahui dan meneliti lebih jauh tentang
masalah ini.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang terbaik adalah memulai dengan menulis tentang system itu sendiri. dalam
merupakan suatu kesatuan yang sifatnya kompleks yang terdiri atas sub-sub
7
Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung:Citra Aditya, Hlaman:48
8
Syukrie Akuub dan Baharuddiin Badaru, 2012,Wawasan Due Proces Oflaw” dalam system
peradlan pidan, Jogyakarta : Rangkaang Educationi. Halaman: 56
9
Untuk itu dapatlah disimpulkan bahwa system adalah unit dari bebagai
komponen yang saling berkaitan satu sama lain dengan orientasi yang sama dan
berinterkasi secara structural satu sama lain. Jika komponen satu tidak berfungsi,
maka system tidak akan berjalan dengan baik sehingga orientasi tujuannya tidak
tercapai.
Hukum Pidana formil, istilah itu pertama kali diperkenalkan oleh pakar hukum
sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Frank Remington dimana ditemukan
9
Ibid, Halaman 58
10
Romli Atmaasasmita, 1996, Sistem Peradilan Pidana (Persafektif eksistensialisme dan
abolisianisme) Bandung : Bina Cipta halaman:08
11
Tholib Efendi. 2013. Sistem Peradilan Pidana, Perbandingan Komponen dan Proses Sistem
Peradilan Peradilan Pidana di beberapa Negara. Jakarta: Pustaka Yustisia. hlm:10
10
suatu system meliputi tiga bentuk pendekatan yaitu, regulasi, administrasi dan
pendekatan social.
hukum misalnya polisi, jaksa, pengadilan, penjara dan pengacara sebagai lembaga
dalam hal penerapan undnag-undang pidana saat ini dalam hal system peradilan
peradilan pidana di Amerika Serikat dikenal dua model dalam proses pemeriksaan
perkara pidana ( two models of the criminal process ) yaitu Due Process Model
dan Crime Control Model, Kedua model di atas dilandasi oleh Adversary Model (
umum;
d. Sensational-Cross of examination
Kemudian lebih lanjut dituliskan dalam buku tersebut bahwa “The Crime
dan ini merupakan tujuan utama proses peradilan, karena yang diutamakan adalah
ketertiban umum ( public order ) dan efisiensi. Di dalam Due Procces Model ini
munculah suatu nilai baru yang sebelumnya kurang diperhatikan yaitu konsep
Presumption of Innocence”. 14
didasarkan pada statuta HIR. 1991 no. 44, sejak 1981, tetapi dengan
kasus pidana.15
yang diadopsi dari negara Belanda, yang menjajah rakyat Indonesia selama sekitar
criminal justice system adalah merupakan system peradilan pidana terpadu yang
-Legislatif,
-Kepolisian,
-Kejaksaan,
-Lembaga Peradilan
-Lembaga Pemasyarakatan
Selain yang tercantum dalam KUHAP, hukum yang tidak termasuk dalam
16
Andi Hamzah, 2000. Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi Revisi. Jakarta: Sinar Grafika.
hlm;33
17
M. Yahya Harahap. 2012. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan
Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika. hlm:89
13
pidana Indonesia, karena mereka lebih jauh mengatur tugas dan wewenang
Dalam pandangan Yesmil anwar dan Adang “asas – asas dalam Peradilan
digariskan oleh Andi Hamzah Menurutnya “hanya ada sembilan prinsip dalam
3. Asas oportuniti;
18
Yesmil anwar dan Adang, 2009,Sistem Peradilan Pidana (Konsep, Komponen, &
Pelaksanaannya Dalam Penegakan Hukum di Indonesia), Bandung: Widya Padjadjaran. hlm :60
14
Prinsip yang dikemukakan oleh Andi Hamzah hampir sama sebagai mana
yang diungkapkan oleh wirjono Prodjodikoro yaitu “paling tidak ada 7 (tujuh)
hakim
dibidang hukum
7. System jury.
19
Op Cit Andi Hamzah, 2000
15
Indonesia menjelaskan bahwa strafbaar feit atau delict merupakan istilah yang
undangan pidana Indonesia istilah tersebut memiliki banyak arti begitu juga
kata strafbaar feit atau delict. Menurut beliau perbutan pidana lebih luas
menunjukkan pada keadaan yang konkret tidak pada hal yang sifatnya
abstrak.
pidana
20
Mulyati Pawennei dan Rahmanudin Tomailli,2015, “HukumPidana” Jakarta:Mitra
WacanaMedia halaman:04
16
Tindak Pidana atau delik pada dasarnya di terjemahkan dariistilah bahasa belanda
yaitu strafbaar feit/delict yaitu perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karna
dapat dipertanggungjawabkan) 22
21
Ibid hal 06
22
Ibid hal 10-12
17
sifatnya openbaar
Unsur-usnur Subyektif :
pembuat.
penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
menurut cara yang ditentukan KUHAP. Disini jelas bahwa lembaga penyelidikan
a. Karena kewajibannya :
pidana.
penyitaan.
mencari keterangan dan barang bukti dan hasilnya disampaikan kepada penyidik,
tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti dimana dengan bukti
tersebut membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menentukan
Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberikan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 akan lebih diatur lebih lanjut
(Pasal 12 KUHAP).
Dari hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh pejabat yang berwenang,
penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta cara yang diatur dalam Undang-
yang cukup adalah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana,
21
dimana tersangka adalah seorang yang patut diduga sebagai pelaku tindak
diadakan penangkapan, kecuali apabila orang yang dipanggil secara sah dua
kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang sah (Pasal
kepentingan penyelidikan.
tertangkap tersebut orang yang sama sekali tidak bersalah. Dengan demikian maka
selalu dilandasi dengan keyakinan adanya praduga tak bersalah. Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana yang menjunjung tinggi perlindungan hak asasi
penuntutan atau dan peradilan dalam hal ini menurut cara yang diatur dalam
Undang-Undang ini”.
1. Penangkapan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan. Jangka waktu penangkapan hanya
berlaku paling lama untuk jangka waktu 1 hari (24 jam). Sebelum dilakukan suatu
penangkapan oleh pihak kepolisian maka terdapat syarat materiil dan syarat formil
yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan syarat materiil
adalah adanya suatu bukti permulaan yang cukup bahwa terdapat suatu tindak
pidana. Sedangkan syarat formil adalah adanya surat tugas, surat perintah
4. Setiap orang dalam hal tertangkap tangan (Pasal 18 ayat (2) KUHAP).
Alasan Penangkapan :
Obyektif:
KUHAP).
Subyektif:
24
(Pasal 17KUHAP).
Prosedur Penangkapan :
ayat (3)KUHAP).
kecuali dalam hal ia dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidakmemenuhi
panggilan itu tanpa alasan yang sah (Pasal 19 ayat (2) KUHAP).
2. Penahanan
tertentuoleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya yang
berupa :
2. Penahanan Rumah
3. Penahanan Kota
1. Syarat Obyektif, ialah penahanan yang dilihat dari segi perbuatan atau
2. Syarat Subjektif, ialah penahanan yang dilihat dari segi pentingnya orang
berwenangmelakukan penahanan.
Prosedur penahanan diatur dalam Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3) KUHAP,
yaitu :
penetapan.
tempat ia ditahan.
27
3).
24 untuk penyidik, pasal 25 untuk hakim Pengadilan Negeri (PN), pasal 27 untuk
hakim Pengadilan Tinggi (PT) dan pasal 28 untuk hakim Mahkamah Agung
(MA).
selama 30 hari.
terdakwa dalam proses penahanan, yang diatur Pasal 31 ayat (1) KUHAP, yang
berbunyi “atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut umum
penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang maupun jaminan orang,
masing-masing dengan menetapkan ada atau tidaknya jaminan uang atau orang
penangguhan tersebut dapat dicabut kembali dan tersangka atau terdakwa tersebut
adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik atau
penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam Undang-Undang ini. Dari pengertian tersebut diatas jelas
disuatu tempat tertentu dan hanya boleh dilakukan oleh penyidik, penuntut umum,
29
hakim dengan suatu penetapan dal hal serta dengan tata cara yang diatur dalam
Tata cara penahanan baik yang dilakukan oleh penyidik maupun oleh
penuntut umum atau oleh hakim ialah dengan jalan memenuhi ketentuan Pasal 21
ayat 2 dan ayat 3 yaitu dengan surat perintah penahanan oleh penyidik atau
penuntut umum dan dengan surat penetapan oleh hakim. Surat perintah penahanan
kepadanya
pembebasan dari tahanan perbedaannya akan terlihat baik dari segi hukum
1. Schorsing
fakultatif.
23
Harahap, M. Yahya, 2003, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,. Jakarta: Sinar
Grafika. hlm:227
24
Goenawan Goetomo. 2000. Hukum Acara Pidana Sipil. Yayasan Kutuk Mas; Semarang
30
dicabut
2. Up Schorsing
Dalam hal ini terdakwa belum ditahan. Kemudian hakim memandang perlu
yang layak. Dan syarat-syarat yang harus dipenuhi sama dengan syarat
2. 6 Kerangka Pikir
DASAR HUKUM
Penangguhan Penahanan
peradilan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara
penahanan
lingkup permasalahan yang akan diteliti lebih terfokus dan efisien, sehingga
3.4.1 Populasi
himpunan atau keseluruhan objek dengan memiliki ciri-ciri yang sama, dan dapat
sifat dan ciri yang sama.25 Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Populasi
3.4.2 Sampel
bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi. Maka dalam usulan
penelitian ini yang menjadi sampel adalah 2 penyidik Polres Gorontalo Kota
25
Bambang Sunggono, 2007. “Metode Peneltian Hukum” Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Halaman:188
35
tehnik analisis data yang dipakai dalam penyelasiaan penelitian ini yaitu
deskriftif analisis.
36
BAB IV
Pidana
dugaan keras telah melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup dan
tindak pidana, disebut sebagai asas nesesitas (keperluan). Di samping itu juga
tindak pidana yang diduga telah dilakukan itu harus yang diancam dengan pidana
penjara 5 Tahun atau lebih dan tindak-tindak pidana tertentu, sebagaimana disebut
satu persatu dalam Pasal 21 ayat 4 butir b KUHAP, sebagai asas yuridis. Jadi,
untuk dapat melakukan penahanan harus memenuhi asas nesesitas dan yuridis.26
memenuhi 2 syarat, atau alasan yaitu syarat syarat subjektif dan syarat objektif:7
1. Syarat Subjektif
memerintahkan penahanan tadi, apakah syarat itu ada atau tidak. Syarat
subjektif diatur di dalam: Pasal 20 ayat (3) KUHP dan Pasal 21 ayat (1)
KUHAP
26
Luhut M.P Pangaribuan. Hukum Acara Pidana, Surat-surat di Pengadilan oleh Advokat.
Jakarta: Djambatan, 2006. hlm: 20
37
2. Syarat Objektif
Syarat objektif yaitu syarat tersebut dapat diuji ada atau tidak oleh orang lain.
Syarat objektif sebagaimana diatur di dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP, bahwa
” Terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau
hal :
a. tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;
dimaksud dalam:
KUHPidana, yaitu Pasal 282 ayat (3), Pasal 296, Pasal 335 ayat (1),
Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal 378, Pasal
379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455, Pasal 459, Pasal 480 dan
Pasal 506;
harus ada:
“syarat- syarat yang ditentukan” ialah wajib lapor, tidak keluar rumah atau kota.
Masa penangguhan penahanan dari seorang tersangka atau terdakwa ini tidak
termasuk dalammasa status tahanan. Hal ini berpengaruh kepada putusan akhir
yang akan diputuskan oleh hakim. Hal itu menunjukkan, bahwa terdakwa berhak
yang ditentukan. Penangguhan penahanan ini memiliki suatu wadah yang berupa
Lembaga Penangguhan
waktu tersangka atau terdakwa diperiksa atau ditahan. Dalam hal ini masalah yang
dapat timbul adalah syarat-syarat apa yang dipakai untuk menentukan dapat
39
haruslah syarat yang obyektif, dan syarat tersebut harus dituangkan di dalam
praduga tak bersalah (the presumption of innocence), bahwa setiap orang yang
harus ada jaminan yang diberikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
ditentukan. Berdasarkan bunyi kalimat ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dahulu, penangguhan penahanan tidak dapat diberikan. Tetapkan dahulu dan atas
Tabel 1
Data Kasus Pengajuan Penangguhan Penahanan Pada Tahun 2020
1 Pencabulan 3
2 Penganiayaan 10
3 Pencurian 14
4 Penggelapan 7
5 Penipuan 5
6 Pembunuhan 2
7 Pemalsuan 2
8 Judi 15
Jumlah 58
penahanan pada tahun 2020 sebagaimana data yang didapatkan penulis pada
Polres Gorontalo Kota pada kasus tindak pidana pencabulan ada tiga kasus yang
27
Hasil wawancara dengan anggota reskrim gorontalo kota sri suryani pada tanggal 26 maret
2021
28
Hasil wawancara dengan anggota reskrim gorontalo kota sri suryani pada tanggal 26 maret
2021
43
tindak kepada penyidik. Saran dari penyidik yaitu penyidik harus melihat
tindak telah disetujui oleh Kapolres maka selanjutnya akan dibuatkan surat
berupa jaminan uang sangat jarang dilakukan di Polres Gorontalo Kota. Namun
hanya dilakukan dengan jaminan orang. Hal ini karena nilai uang yang
dijaminkan sangat besar sementara pemohon tidak memiliki sejumlah uang yang
sri suryani
tersebut dapat menetapkan suatu jaminan baik berupa jaminan uang maupun
jaminan orang. Penetapan ada atau tidaknya suatu jaminan dalam KUHAP
bersifat fakultatif. penetapan jaminan dalam penangguhan penahanan tidak
mutlak. Tanpa jaminan, tindakan pemberian penangguhan penahanan tetap sah
menurut hukum. Hanya saja, agar syarat penangguhan penahanan benar-benar
ditaati, ada baiknya penangguhan dibarengi dengan penetapan jaminan. Cara
yang itulah yang lebih dapat dipertanggungjawabkan demi upaya memperkecil
tahanan melarikan diri. Untuk kelancaran proses penyelesaian perkara, perlu
diatur korelasi penyerahan perkara dengan status penangguhan penahanan. Di
polres gorontalo ini seluruhnya menggunakan jaminan orang dan bukan
menggunakan uang karena jumlah jaminan uang yang terlampau tinggi”29
1. Landasan Dasar atau Unsur Yuridis, diatur dalam Pasal 21 ayat (4)
KUHAP yang disebut dasar hukum atau obyektif, karena undang-undang
telah menentukan terhadap pasal-pasal kejahatan tindak pidana mana
penahanan dapat diterapkan. Yaitu terhadap tindak pidana yang ancaman
hukumannya lima tahun atau lebih diperkenankan oleh undang-undang
untuk dilakukan penahanan.
29
Hasil wawancara dengan anggota reskrim gorontalo kota sri suryani pada tanggal 26 maret
2021
45
sebagai hak dari tersangka tentunya tidak selamanya dapat dikabulkan oleh
penyidik. Hal ini dapat dilihat dari data pengajuan permohonan penangguhan
Tabel 2
Data penangguhan penahanan yang diajukan, ditolak dan disetujui di Polres
Gorontalo Kota
yang diterima oleh Polres Gorontalo Kota. Kasus Pencurian sebanyak 14 kasus,
penggelapan terdapat 7 kasus yang diterima hanya 4 kasus, pada kasus penipuan
terdapat 5 yang disetujui hanya 2 kasus, sementara pada kasus pembunuhan dan
pemalsuan kesemuanya ditolak oleh Polres Gorontalo Kota. dan pada kasus yang
terhadapa kasus apa saja yang dapat dimintakan penangguhan penahanan. Semua
hukumnya. untuk tahun 2020 pada Polres Gorontalo Kota ada beberapa tindak
1) kasus korupsi,
2) kasus pemalsuan,
3) Kasus pembunuhan,
4) Kasus Pencabulan.
5) Kasus Narkotika.
tindak pidana diatas dikarenakan jangan sampai pelaku melarikan diri atau
harus mencari track record dari tersangka, apakah tersangka ini memiliki
pekerjaan tetap karena apabila tidak memiliki pekerjaan tetap maka kemungkinan
tersangka akan melarikan diri, selain itu penyidik juga mencari tahu kondisi
keluarga tersangka seperti apa. Selain dari mencari track record tersangka
dalam hal ini apakah dalam sekali panggilan tersangka datang untuk menghadap,
namun apabila selama pemanggila tersangka harus dipanggil secara paksa maka
hal itu akan menyurutkan kepercayaan panyidik terhadap tersangka. Yang paling
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
uang yang lebih rendah sehingga dapat dijangkau oleh pemohon, karena
penangguhan penahanan.
tersangka.
DAFTAR PUSTAKA
Goenawan Goetomo. 2000. Hukum Acara Pidana Sipil. Yayasan Kutuk Mas;
Semarang
Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2005, Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana,.
Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Syukrie Akuub dan Baharuddiin Badaru, 2012, “Wawasan Due Proces Oflaw”
dalam system peradlan pidan, Jogyakarta : Rangkaang Educationi.\