Anda di halaman 1dari 87

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY.

N DENGAN
PENDERITA GOUT ARTHTRITIS DI DESA MANIK
MARAJA SIDAMANIK
TAHUN 2020

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :
PUTRI LABIBAH A. SIPAYUNG
1914901037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN( PROFESI NERS )


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
2020
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY.N DENGAN
PENDERITA GOUT ARTHTRITIS DI DESA MANIK
MARAJA SIDAMANIK
TAHUN 2020

LAPORAN TUGAS AKHIR


Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Profesi Ners
Pada Program Studi Profesi Ners Universitas Haji Sumatera Utara

OLEH :
PUTRI LABIBAH A. SIPAYUNG
1914901037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN( PROFESI NERS )


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Asuhan Keperawatan Lansia pada Ny.N dengan


Penderita Gout Arthritis di Desa Manik Maraja
Sidamanik Tahun 2020
Nama : Putri Labibah A. Sipayung
NIM : 1914901037
Prodi : Ilmu Keperawatan ( Program Profesi Ners )
Institusi : Universitas Haji Sumatera Utara

Laporan Tugas Akhir Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Pembimbing
Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji LTA Program Studi AIlmu
Keperawatan Universitas Haji Sumatera Utara

Medan, Agustus 2020

Dosen Pembimbing LTA

Dirayati Sharfina S.Kep, Ns, M.Kep

Mengetahui :

Ka. Program Studi Ilmu Keperawatan

Yetti Fauziah, S.Kep, Ns, M.Kep


LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Asuhan Keperawatan Lansia pada Ny.N dengan


Penderita Gout Arthritis di Desa Manik Maraja
Sidamanik Tahun 2020
Nama : Putri Labibah A. Sipayung
NIM : 1914901037
Prodi : Ilmu Keperawatan ( Program Profesi Ners )
Institusi : Universitas Haji Sumatera Utara

Medan, Agustus 2020

TIM PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Masdalifa Pasaribu, S.Kep, Ns, SKM, M.Kes ……………………

2. Dirayati Sharfina, S.Kep, Ns, M.Kep ……………………

Mengesahkan :

Universitas Haji Sumatera Utara

Dekan Fakultas Kesehatan

Fitriani Fadillah, S.Kep, Ns, M.Kep


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin atas segala nikmat iman, islam, kesempatan, serta kekuatan

yang telah diberikan Allah SWT (subhanahu wa ta’ala) sehingga Penulis dapat

menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul: “Asuhan Keperawatan Lansia pada

Ny.N dengan Penderita Gout Arthritis di desa Manik Maraja Sidamanik Tahun

2020”. Laporan tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Profesi Ners Keperawatan Universitas Haji Sumatera Utara. Shalawat ber-iring salam untuk

tuntunan dan suri tauladan Rasulullah S.a.w (shallallahu ‘alaihi wasallam) beserta keluarga

dan sahabat Beliau yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang sampai saat ini

dapat dinikmati oleh seluruh manusia dipenjuru dunia. Penyelesaian laporan tugas akhir ini

tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari pihak yang terlibat secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Universitas Haji Sumatera Utara telah menyiapkan sarana prasarana.

2. Rektor Universitas Haji Sumatera Utara dan seluruh civitas akademika yang

telah melaksanakan proses pembelajaran di Universitas Haji Sumatera Utara.

3. Dirayati Sharfina S.Kep. Ns M.Kep selaku pembimbing dan Hj. Masdalifa

Pasaribu S.Kep, Ns, SKM, M.Kes selaku pengujiyang telah meluangkan

waktu dan memberikan saran serta kritiknya dalam perbaikan laporan tugas

akhir.
4. Dalam setiap helai kelopak bunga dan semerbak wangi yang dipancarkan

olehnya, Peneliti haturkan terimakasih kepada Ibunda tercinta Sri

Suhartiningsih dan Ayahanda tercinta Supriyadianto Sipayung. Sosok seorang

ibu dan ayah yang luar biasa, yang telah memberikan motivasi, nasehat, cinta,

perhatian, dan kasih sayang serta do’a yang tentu takkan bisa Peneliti balas.

Teruntuk Ayahanda dan Ibunda, Peneliti haturkan do’a ini: “Allahummaghfir

lii wa liwaalidayya warhamhuma kamaa rabbayanii shaghiraa”.

5. Terimakasih peneliti ucapkan kepada kakak dan adik-adik tercinta yang telah

banyak mendengar keluh kesah Peneliti dan terimakasih banyak telah

mendukung Peneliti selama menyelesaikan tugas ini.

Terimakasih Peneliti ucapkan kepada seluruh Mahasiswa/ i dan teman sejawat di

Program Studi Ilmu Keperawatan telah memberikan hadiah terbaik bagi peneliti

semasa dibangku perkuliahan,

Guna menyempurnakan penelitian ini, peneliti mengharapkan kritik dan saran dari

rekan-rekan pembaca sekalian. Akhir kata, peneliti mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan laporan ini.

Medan, Agustus 2020

Penulis

Putri Labibah A. Sipayung


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................... 5
1.3 Manfaat Penulisan....................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7
2.1 Gout Arthritis.............................................................................. 7
2.2 Lanjut Usia.................................................................................. 20
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................... 28
BAB 3 LAPORAN KASUS............................................................................ 36
3.1 Pengkajian Keperawatan................................................................ 36
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................. 45
3.3 Intervensi Asuhan Keperawatan.................................................... 47
3.4 Implementasi dan Evaluasi............................................................ 49
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................. 57
4.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................. 47
4.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................... 47
4.3 Perencanaan keperawatan................................................................ 60
4.4 Implementasi Keperawatan.............................................................. 62
4.5 Evaluasi Keperawatan...................................................................... 63
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 65
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 65
5.2 Saran................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Uraian Kronologis Kegiatan ........................................................ 40


Tabel 2 : Analisa Data .................................................................................. 45
Tabel 3 : Rencana Keperawatan ................................................................... 47
Tabel 4 : Implementasi dan Evaluasi .......................................................... 49
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.Kegagalan ini

berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individual, karena faktor tertentu.Lansia tidak dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupunsosial.Seseorang dikatakan

lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, lansia merupakan kelompok umur

pada manusia yang telahmemasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok

yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process

atau proses penuaan (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut Undang-Undang No.13

Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, seseorang disebut lansia bila

telah memasuki atau mencapai usia 60 tahun lebih.

Laju perkembangan penduduk lanjut usia di dunia termasuk Indonesia saat ini

menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi

penduduk lanjutusia.Besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia

memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya

1
pelayanan kesehatan. Penduduk lanjut usia akan mengalami proses penuaan secara

terus menerus dengan ditandai menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan terhadap

serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Badan Pusat Statistik,

2015).Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia

terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut

usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa. Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia

di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya

akan mencapai 36 juta jiwa (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia menjadi beban jika lansia

memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya

pelayanan kesehatan.Penduduk lanjut usiaakan mengalami proses penuaan secara

terus-menerus dengan ditandai menurunnya daya tahan fisik sehingga rentang

terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Badan Pusat

Statistik, 2015). Proses penuaanadalah siklus kehidupan yang ditandai dengan

tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan

semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit. Hal tersebut

disebabkan seiring meningkatnya usia terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi

sel, jaringan, serta sistem organ dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis

mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan). Sehingga lansia rentan

terkena infeksi penyakit menular akibat masalah degeneratif menurunkan daya tahan

tubuh sepertituberkulosis, diare, pneumonia dan hepatitis. Selain itu penyakit tidak

menular banyak muncul pada usia lanjut diantaranya hipertensi, stroke, diabetes

2
melitus dan radang sendi atau asam urat. Perubahan tersebut pada umumnya

mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan

berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secaraumum akan

berpengaruh pada activity of daily living(Kementerian Kesehatan RI, 2013; Sunaryo,

2016).

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit gout arthritis

adalah penyakit sendiyang diakibatkan oleh gangguan metabolisme purin yang

ditandai dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi

dalam darah melebihi batas normal dapat menyebabkan penumpukan asam urat di

dalam persendian dan organ tubuh lainnya.Penumpukan asam urat ini yang membuat

sendi sakit, nyeri, dan meradang. Apabila kadar asam urat dalam darah terus

meningkat menyebabkan penderita penyakit ini tidak bisa berjalan, penumpukan

kristal asam urat berupa tofi pada sendi dan jaringan sekitarnya, persendian terasa

sangat sakit jika berjalan dan dapat mengalami kerusakan pada sendi bahkan sampai

menimbulkan kecacatan sendi dan mengganggu aktifitas penderitanya (Susanto,

2013).

Angka kejadiangout arthritis pada tahun 2016 yang dilaporkan oleh World

Health Organization (WHO) adalah mencapai 20% dari penduduk dunia adalah

mereka yang berusia 55 tahun, prevalensi penyakit gout arthritis adalah 24,7%

prevalensi yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan lebih tinggi perempuan 13,4%

dibanding laki-laki 10,3%. MenurutWord Health Organization (WHO) pada tahun

2013 sebesar 81% penderita gout arthritis di Indonesia hanya 24% yang pergi ke

3
dokter, sedangkan 71% cenderung langsung mengkonsumsi obat pereda nyeri yang

dijual secara bebas. Sedangkan menurut Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa

penyakit gout arthritis di Indonesia yang diagnosis tenaga kesehatan sebesar 11.9%

danberdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24.7%, sedangkan berdasarkan daerah

diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa

Barat 32,1% dan Bali 30%.

Pada umumnya penderita gout arthritis memiliki tanda dan gejala peradangan

pada sendi dan jaringan sekitar yang menyebabkan nyeri hebat pada saat pagi

hari.Menurut Andarmoyo (2013) nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang

tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial saat terjadi kerusakan jaringan. Perawatan lansia dengan gout arthritis

perlu dilakukan agar tidak semakin memburuk serta tidak muncul komplikasi yang

sebenarnya masih dapat dicegah. Tindakan farmakologis untuk perawatan gout

arthritis diantaranya adalah menkonsumsi obat-obatan seperti Allopuriniol yang

berguna untuk menurunkan kadar asam urat dan tindakan non farmakologi seperti

kompres hangat untuk meringankan rasa nyeri dan inflamasi.

Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan dari

upaya promotif, preventif dan kuratif. Tindakan promotif yang dapat dilakukan oleh

perawat yaitu dengaan memberikan penyuluhan kesehatan tentang asam urat.

Tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu membatasi makanan yang

mengandung purin, meningkatkan asupan cairan an tidak mengkonsumsi alcohol.

4
Untuk kuratif, tindakan perawat yang dapat dilakukan untuk mengurasi rasa nyeri

yaitu salah satunya dengan kompres hangat.

Dari latar belakangdiatas penulistertarik dantermotivasi untuk mengambil

kasus dalam peminatan keperawatan gerontik dengan judul “Asuhan Keperawatan

Lansia pada Ny.N dengan Gout Arthtritis Di desa Manik Maraja Sidamanik.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan Pada Ny. N

denganGout Arthtris di Desa Manik Maraja Sidamanik.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan gerontik pada

Ny. N dengan gout arthtris di desa Manik Maraja Sidamanik.

2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa asuhan keperawatan gerontik pada

Ny.N dengan gout arthtris di desa Manik Maraja Sidamanik.

3. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan gerontik

pada Ny. N dengangout arthtris di desa Manik Maraja Sidamanik.

4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan gerontik

pada Ny. N dengan gout arthtris di desa Manik Maraja Sidamanik

5
5. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan gerontik pada

Ny. N dengangout arthtris di desa Manik Maraja Sidamanik.

1.3 Manfaat Penulisan

Penulisan ini dapat memberikanmanfaat untuk mengetahui masalah asuhan

keperawatangout arthritis pada lansia bagi pihak yang terkait antara lain :

1.3.1 Bagi Penulis

Hasil penulisan ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti sendiri dalam memahami asuhan keperawatangout

arthritispada lansia dan juga dapat menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang di

dapat selama proses perkuliahan.

1.3.2 Bagi Penulis Selanjutnya

Hasil penulisan ini dapat di jadikan sumber informasi dan data pembanding

untuk pengembangan judul-judul selanjutnya bagi penelitian pada asuhan

keperawatangout arthritispada lansia dimasa mendatang.

1.3.3 Bagi Institusi

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan wacana

kepustakaan diUniversitas Haji Sumatera Utara mengenai asuhan keperawatan gout

arthritis pada lansia.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gout Artritis

2.1.1 Definisi

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu zat

yang bernama purin. Asam urat merupakan hasil buangan dari zat purin ini.

Zat purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia

pembentuk DNA dan RNA. Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh,

yaitu sebagai antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan

sel, kita membutuhkan asam urat. Jika tubuh kekurangan asam urat sebagai

antioksidan maka akan banyak oksidan dan radikal bebas yang bisa membunuh

sel kita, (Helmi, 2016).

Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Asam urat

sebetulnya diperlukan tubuh untuk membentuk inti-inti sel. Namun, yang

diperlukan tubuh hanya sedikit. Angka kadar asam urat normal 4,1-6,1 mg/dl.

Sisanya dikeluarkan melalui usus (30%) dan ginjal (70%). Tingginya kadar

asam urat dalam darah disebabkan sintesis asam urat berlebih, sementara

eksresi di ginjal sedikit, (Noor, 2016).

Penyakit Pirai (gout) atau gout arthritis adalah penyakit yang di

sebabkan oleh tumpukan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan

sendi. Gout berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang

7
memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika

kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Catatan: kadar normal asam

urat dalam darah untuk pria adalah 8 mg/dl, sedangkan untuk wanita adalah 7

mg/dL,(Susanto, 2017).

Gout arthritis atau artritis pirai adalah suatu peradangan sendi sebagai

manifestasi dari akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di

dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah

(hiperurisemia). Tidak semua orang dengan hiperurisemia adalah penderita

artritis pirai atau sedang menderita artritis pirai. Akan tetapi, resiko terjadi

artritis pirai lebih besar dengan meningkatnya konsentrasi asam urat darah,

(Helmi, 2016).

2.1.2 Klasifikasi Gout Arthritis

1. Penyakit gout primer: penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga

berkaitan dengan kombinasi faktor genetik

2. Faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat

mengakibatkan meningkatnyaproduksi asam urat atau bisa juga diakibatkan

karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.

3. Penyakit gout sekunder: disebabkan antara lain karena meningkatnya

produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan

kadar purin yang tinggi, (Susanto, 2017).

8
2.1.3 Etiologi

Penyakit asam urat muncul sebagai akibat dari menetapnya kondisi

hiperurisemia, yaitu peningkatan kadar asam urat dalam darah yang berada di

atas batas normal. Potensi terjadinya gout semakin meningkat pada keadaan

kadar asam urat mencapai 9-10 mg/dL. Namun, yang perlu diketahui kondisi

hiperurisemia tidak selalu mengakibatkan munculnya penyakit gout, (Helmi,

2016).

Pada kondisi hiperurisemia, asam urat akan merembes masuk ke organ-

organ dan dapat tertimbun di mana saja. Timbunan kristal asam urat biasanya

terjadi di sendi dan jaringan sekitarnya. Selain itu, bisa juga di ginjal dan

saluran kencing, jantung, telinga, bahkan kelopak mata. Timbunan asam urat di

ginjal yang bisa berkembang menjadi gagal ginjal. Timbunan asam urat di

jantung akan menimbulkan penyakit jantung. Secara garis besar, penyebab

terjadinya penyakit asam urat(gout) disebabkan oleh faktor primer dan faktor

sekunder. Faktor primer 99%-nya belum diketahui (idiopatik), (Susanto,2017).

Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor

hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan

peningkatan produksi asam urat atau bisa juga disebabkan karena berkurangnya

pengeluaran asam urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan

produksi asam urat, terganggunya proses pembuangan asam urat, dan kombinasi

kedua penyakit tersebut.

9
1. Produksi asam urat dalam tubuh meningkat

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, asam urat merupakan

produk turunan dari purin. Sumber purin sendiri bisa berasal dari dalam

tubuh dan bisa datang dibawa oleh aneka bahan makanan.Produksi asam

urat dalam tubuh dapat meningkat karena dua sumber purin. Asupan

purin dari makanan yang berlebihan menjadi penyebab meningkatnya

kadar asam urat. Bentuk akhir dari menumpuknya asam urat adalah

kristal. Kristal-kristal tersebut kemudian mengendap di persendian dan

jadilah asam urat.

Masuknya zat purin dalam jumlah banyak ke dalam tubuh

disebabkan oleh konsumsi makanan berpurin tinggi. Makanan-makanan

tersebut diantaranya daging, jeroan, dan seafood. Tanpa disadari,

makanan-makanan tersebut menjadi penyebab asam urat di dalam tubuh

kita, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan.Faktor dari dalam tubuh

juga berpengaruh terhadap meningkatnya kadar asam urat, yaitu adanya

suatu penyakit tertentu dan menyebabkan peningkatan proses

penghancuran DNA tubuh. Meningkatnya proses tersebut membuat

produksi asam urat meningkat. Hal ini terjadi karena adanya penyakit-

penyakit seperti kanker darah (leukemia), pengobatan kanker

(kemoterapi), dan kerusakan otot.

Kanker limfoma dan kanker darah adalah dua jenis kanker yang bisa

menjadi penyebab asam urat. Penyakit tersebut merusak sel tubuh dan

10
berakibat pada naiknya kadar asam urat dalam tubuh. Selain kanker,

gagal jantung juga berpotensi menyebabkan asam urat.

2. Terganggunya proses pembuangan asam urat dari dalam tubuh

Meningkatnya kadar asam urat dalam tubuh bisa terjadi karena proses

pembuangan asam urat terhambat. Hal ini terjadi karena ginjal mengalami

gangguan fungsi. Ginjal tidak rusak, tetapi kemampuannya membuang asam

urat berkurang.Hal ini terjadi karena faktor keturunan. Oleh sebab itu, bila

ada gangguan fungsi ginjal, kadar asam urat dalam darah akan meningkat.

Selain dibuang lewat ginjal (70%) dalam bentuk urin, asam urat yang

berasal dari makanan dan metabolisme tubuh ini dikeluarkan juga melalui

usus (30%).

Ginjal memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh. Ginjal adalah

satu organtubuh yang tergabung dalam sistem eksresi (pembuangan). Ginjal

menyaring elemen-elemen termasuk asam urat yang masuk dalam tubuh dan

membuangnya melalui sistem eksresi. Jika kadar asam urat berlebihan, kerja

ginjal menjadi lebih berat. Pada akhirnya, asam urat yang seharusnya

dibuang justru mengendap di dalam tubuh, terbawa oleh darah, dan

mengendap di persendian. Inilah yang menjadi penyebab asam urat.

Ginjal adalah tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil

metabolisme tubuh dan racun yang tidak dibutuhkan dalam bentuk air seni.

Sebagai organ vital, ginjal harus dirawat sebaik mungkin. Air seni

diproduksi terus-menerus dari menit ke menit di ginjal, lalu dialirkan

11
melalui saluran kemih ke kandung kemih. Sebagian besar penderita asam

urat mengalami gangguan pada proses pembuangan asam urat di ginjal.

Selain terganggunya fungsi ginjal, pengguanaan beberapa obat dapat

berpengaruh juga dalam menghambat pembuangan asam urat dari dalam

tubuh. Obat-obatan yang bisa menjadi penyebab asam urat, antara lain obat

untuk hipertensi, obat mengandung niasin dan aspirin. Obat-obatan tersebut

berpotensi membuat jumlah asam urat dalam darah meningkat.

3. Kombinasi antara produksi asam urat meningkat dan terganggunya

proses pembuangan asam urat

Terjadinya peningkatan kadar asam urat darah yang selanjutnya

mencetuskan penyakit gout dapat disebabkan oleh kombinasi antara produksi

asam urat yang meningkat dengan pembuangan asam urat melalui ginjal

yang berkurang. Kadar asam urat tinggi umumnya disebabkan karena

kebiasaan buruk mengkonsumsi makanan berlemak seperti jeroan, emping,

dan jenis kacang-kacangan. Meskipun kacang tanah mengandung purin

rendah yaitu kurang dari 100 gram takaran saji tapi bila dikonsumsi terus-

menerus jumlahnya menumpuk di dalam darah, (Susanto, 2017).

Penyakit ini dikaitkan dengan adanya abnormalitas kadar asam urat dalam

serum darah dengan akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang

terkumpul di dalam sendi. Keterkaitan antara gout dengan hiperurisemia yaitu

adanya produksi asam urat yang berlebih, menurunnya eksresi asam urat

melalui ginjal, atau mungkin karena keduanya, (Helmi, 2016).

12
2.1.4 Patofisiologi

Asam urat hasil pemecahan purin, baik yang berasal dari tubuh kita

maupun dari makanan, beredar dalam darah untuk dibuang melalui saluran

pencernaan dan saluran kemih. Asam urat ini sangat mudah mengkristal

(menumpuk) bila purin tidak diproses (metabolisme) secara sempurna. Asam

urat tidak bisa larut kembali dalam darah. Jika kadar asam urat dalam darah

melebihi batas normal maka akan mengendap menjadi kristal urat dan masuk

ke organ-organ tubuh, khususnya ke dalam sendi. Kristal urat ini akan

menimbulkan reaksi radang atau inflamasi yang menyebabkan bengkak,

kemerahan, dan nyeri. Pengkristalan asam urat mudah terjadi jika kadar kadar

asam urat sudah mencapai 9-10 mg/dl, (Susanto, 2017).

Kristal asam urat yang terbentuk pada jaringan lunak menimbulkan

benjolan kecil-kecil yang kadang dapat hilang dengan sendirinya. Benjolan ini

sering dijumpai pada daun telinga, permukaan dalam lengan bawah, permukaan

depan tungkai bawah, sekitar persendian pada jari-jari, siku, dan sekitar tumit.

Penumpukan kristal asam urat jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit dan

peradangan yang nyata serta kekakuan sendi mungkin saja terjadi. Kristal asam

urat yang menimbulkan nyeri adalah apabila kristal tersebut berada di dalam

cairan sendi. Penumpukan kristal asam urat ini menimbulkan peradangan, nyeri

saat berjalan, kemerahan, dan setelah rasa sakit berkurang, permukaan kullit

akan mengelupas, (Teguh, 2017).

13
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan

berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat

adalah produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin

menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui

prekursor non purin. Substrat awalnya adalah ribose-5-fosfat, yang

diubah melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam

inosinat, asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh

serangkaian mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim

yang mempercepat reaksi itu : 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase

dan amino-fosforibosiltransferase (amino-PRT). Terdapat suatu

mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk,

yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.

2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui

basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan.

Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa

purin bebas (adenine, guanine, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP

untuk membentuk prekusor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini

dikatalisis oleh dua enzim : hipoxantin guanine fosforibosiltransferase

(HGPRT) dan adenine fosforibosiltransferase (APRT).

Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan

difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan direabsorbsi di tubulus

14
proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang direabsorbsi kemudian

dieksresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.

3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang

meningkatkan cellular tornuver) atau peningkatan sintesis purin (karena

defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan).

4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin. Peningkatan

produksi atau hambatan eksresi akan meningkatkan kadar asam urat

dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya

sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam

urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium

urat.

Adanya kristal mononatrium ini akan menyebabkan inflamasi melalui

beberapa cara, yaitu sbb :

1) Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan

C5a. komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil

ke jaringan (sendi dan membran sinovial). Fagositosis terhadap

kristal memicu pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien B.

Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang

dekstruktif.

2) Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam

sendi akan melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan

berbagai mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF.

15
Mediator-mediator ini akan memperkuat respon peradangan, di

samping itu mengaktifkan sel sinovial dan sel tulang rawan untuk

menghasilkan protease. Protease ini menyebabkan cedera jaringan.

Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang yang

menyebabkan terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut

tofi/tofus (tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Pada tempat

tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang

ditandai dengan masa urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag,

limfosit, fibroblast, dan sel raksasa benda asing. Peradangan kronis yang

persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan

dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat berbentuk di

tempat lain (misalnya : tendon, bursa, jaringan lunak). Pengendapan

kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan

dan nefropati gout, (Helmi, 2016).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dibagi atas dua jenis yaitu :

1. Artritis gout tipikal

Gambaran klinik sangat khas dengan sifat-sifat sbb :

1) Beratnya serangan artritis mempunyai sifat tidak bisa berjalan, dan

tidak dapat memakai sepatu dan mengganggu tidur. Rasa nyeri

digambarkan sebagai excruciating pain dan mencapai puncak dalam

16
24 jam. Tanpa pengobatan pada serangan permulaan dapat sembuh

dalam 3-4 hari.

2) Serangan biasanya bersifat monoartikuler dengan tanda inflamasi

yang jelas seperti merah, bengkak, nyeri, terasa panas, dan sakit jika

digerakkan. Predileksi pada metatarsophalangeal petama (MTP-1).

3) Remisi sempurna antara serangan akut.

4) Hiperurisemia, biasanya berhubungan dengan serangan gout arthritis

akut, tetapi diagnosis artritis tidak harus disertaihiperurisemia

fluktuasi asam urat serum dapat mempresipitasiserangan gout.

5) Faktor pencetus biasanya adalah trauma sendi, alkohol, obat-obatan

dan tindakan pembedahan.

2. Artritis gout atipikal

Gambaran klinis yang khas seperti artritis berat, monoartikuler,

dan remisi sempurna tidak ditemukan. Tofi yang biasanya timbul

beberapa tahun sesudah serangan pertama ternyata ditemukan bersama

dengan serangan akut. Jenis atipikal ini jarang ditemukan. Dalam

menghadapi kasus gout yang atipikal, diagnosis harus dilakukan secara

cermat, (Helmi, 2016).

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium

1) Pemeriksaan cairan sinovial didapatkan adanya kristal monosodium

urat intraseluler.

17
2) Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7 mg/Dl.

3) Urinalisis 24 jam didapatkan ekresi >800 mg asam urat.

4) Urinalisis untuk mendeteksi resiko batu asam urat.

5) Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati,

hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya diabetes mellitus.

6) Leukositosis didapatkan pada fase akut.

2. Radiognostik

1) Radiografi untuk mendeteksi adanya klasifikasi sendi.

2) Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi dan kapsul

sendi, (Helmi, 2016).

2.1.7 Penatalaksanaan

Sasaran terapigout artritis yaitu mempertahankan kadar asam urat dalam

serum di bawah 6 mg/dL dan nyeri yang diakibatkan oleh penumpukan

asam urat. Tujuan terapi yang ingin dicapai yaitu mengurangi peradangan

dan nyeri sendi yang ditimbulkan oleh penumpukan kristal monosodium

urat monohidrat. Terapi obat dilakukan dengan mengobati rasa nyeri yang

timbul terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengontrolan dan

penurunan kadar asam urat dalam darah .

1. Diet

Diet bagi penderita gangguan asam urat mempunyai syarat-syarat sbb :

18
1) Pembatasan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet normal

biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari).

2) Kalori sesuai dengan kebutuhan, jumlah asupan kalori harus benar

disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat

badan.

3) Tinggi karbohidrat. Karbohidrat kompleks seprti nasi, singkong, roti, dan

ubi sangat baik dikonsumsi karena akan meningkatkan pengeuaran asam

urat. Sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat

sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan

sirup sebaiknya dihindari karena akan meningkatkan kadar asam urat

dalam darah.

4) Rendah protein. Asupan yang dianjurkan adalah sebesar 50-70 gram per

hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari. Sumber protein yang

disarankan adalah protein nabati yang berasal dari susu, keju, dan telur.

5) Rendah lemak. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15% dari total

kalori.

6) Tinggi cairan. Disarankan untuk menghabiskan minum minimal

sebanyak2,5 liter atau 10 gelas sehari. Selain dari minuman dapat

diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air,

seperti semangka, melon, blewah, nenas, belimbing manis, dan jambu

air.

19
7) Tanpa alkohol. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat

mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibanding mereka yang

tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini karena alkohol akan meningkatkan

asam laktat plasma yang akan menghambat pengeluaran asam urat dari

dalam tubuh (Helmi, 2016).

2.2 Lanjut Usia (Lansia)

2.2.1 Definisi

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita, (Padila, 2017).

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan

waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua

adalah fase akhir dari rentang kehidupan, (Fatimah, 2017).

2.2.2 Batasan Lansia

Berikut ini batasan-batasan usia yang mencakup batasan usia lansia dari

berbagai pendapat ahli mengenai batasan umur, (Padila, 2017).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lansia meliputi :

1. Usia pertengahan(middle age) usia 49-59 tahun.

2. Lanjut usia(elderly) usia 60-74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old) usia diatas 90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun.

20
Depkes RI (2013) mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut :

1. Pralansia, seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan

masalah kesehatan. Lansia potensial, lansia yang masih mampu

melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

4. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.2.3 Permasalahan yang Terjadi pada Lansia

1. Permasalahan fisiologis

Menurut Hadi Martono terjadinya perubahan normal pada fisik lansia

yang berakibat pada masalah fisik lanjut usia. Masalah tersebut akan

terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering

dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun

sebagian, pendengaran berkurang, tinggi badan menyusut karena proses

osteoporosis yang berkibat badan menajdi bungkuk, terjadi

pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah

menebal dan tekanan darah tinggi, otot jantung bekerja tidak efisien,

adanya penurunan organ reproduksi terutama pada wanita, otak

menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria.

2. Permasalahan psikologis

21
Masalah psikologis yaitu kesepian, duka cita, depresi pada lansia,

stress, lingkungan sering menimbulkan depresi, dan kemampuan

beradaptasi sudah menurun, gangguan cemas, psikologis pada lansia.

3. Permasalahan sosial

Kedudukan lansia dalam masyarakat, masalah transportasi, kedudukan

lansia dalam keluarga, jaminan hari tua atau jaminan sosial, masalah

kesehatan dan gizi, pelayanan sosial dan masyarakat.

4. Permasalahan ekonomi

Masih besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan,

makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan, masih rendahnya kuantitas tenaga

professional dalam pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, (Padila,

2017).

2.2.4 Teori Proses Menua

1. Teori “Genetik clock”

Menurut teori ini menua adalah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies

tertentu.Tiap spesies mempunyai didalam nukleus (inti sel) nya satu jam

genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu jam ini akan

menghitung mitosis dan menghentikan terplikasi sel bila tidak diputar, jadi

menurut konsep ini bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun

tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katasrofal.

22
2. Mutasi Somatik ( Teori Error Catastrophe )

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisa faktor-faktor

penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang

menyebabkan terjdinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui

bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya dihindari

terkenanya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat karsinogenik atau

toksik, dapat memperpanjang umur.

3. Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi atau menyebabkan

berkurangnya kemampuansistem imun tubuh untuk mengenali dirinya sendiri.

Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan

sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang

mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya.

4. Teori Menua akibat Metabolisme

Pada tahun 1935, McKay et al. (terdapat dalam Goldstein, et, al 1989)

memperlihatkan bahwa pengurangan “intake” kalori pada redontia muda akan

menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Hewan yangpaling

terhambat pertumbuhannya dapat mencapai umur lebih 2x lebih panjang umur

kontrolnya.

5. Kerusakan akibat Radikal Bebas

Radikal bebas (RB) yang sering dianggap fragmen molekuler yang mempunyai

elektron tidak terpasang, dapat terbentuk didalam tubuh akibatproses metabolik

23
normal didalam mitokondria juga sebagai produk sampingan didalam rantai

pernafasan ( Oen, 1993, Busse, 2002) untuk organisme aerob.RB

terutamaterbentuk pada waktu respirasi (aerob) didalam mitokondria, karena

90% oksigen yang diambil tubuh masuk kedalam mitokondria (Martono &

Pranarka, 2015)

2.2.5. Perubahan Fisiologis Yang Lazim Pada Lanjut Usia

Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh

baik fisik, sosial, mental, dan moral spiritual, yang keseluruhannya saling kait

mengait antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Dan perlu kita ingat bahwa

tiap-tiap perubahan memerlukan penyesuaian diri, padahal dalam kenyataan semakin

menua usia kita kebanyakan semakin kurang fleksibel untuk menyesuaikan terhadap

berbagai perubahan yang terjadi dan disinilah terjadi berbagai gejolak yang harus

dihadapi oleh setiap kita yang mulai menjadi manula. Gejolak-gejolak itu antara lain

perubahan fisik dan perubahan sosial (Padila, 2018).

Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat

sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain : kulit mulai mengendur, dan

wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap, rambut kepala mulai memutih

dan beruban, gigi mulai lepas (ompong), penglihatan dan pendengaran berkurang,

mudah lelah dan mudah jatuh, mudah terserang penyakit, nafsu makan menurun,

penciuman mulai berkurang, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.

1. Perubahan dan kosekuensi fisiologis lanjut usia pada sistem kardiovaskular :

elastis dinding aorta menurun, perubahan miokard ; atrofi menurun, lemak sub

24
endoicard menurun ; fibrosis, menebal, sklerosis, katub-katub jantung mudah

fibrosis dan klasifikasi (kaku), penigkatan jaringan ikat pada SANode, penurunan

denyut jantung maksimal pada latihan, cardiac ouput menurun, penurunan jumlah

sel pada pace maker, jaringan kolagen bertambah dan jaringan elastis berkurang,

pada otot jantung, penurunan elastis pada dinding vena, respon baro reseptor

menurun

2. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut sistem gastrointestinal :

Terjadi atropi mukosa, artropi dari sel kelenjar, sel parietal dan sel chief akan

menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang, ukuran

lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan

menjadi lebih berkurang, proses perubahan protein menjadi pepton terganggu.

Karena sekresi asam lambung berkurang dan rasa lapar juga berkurang. (Padila,

2018)

3. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut sistem respiratori :

a. Perubahan seperti hilangnya silia dan menurunnyarefleks batuk dan muntah

mengubah keterbatasan fisiologis dan kemampuan perlindungan pada sistem

pulmonal.

b. Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut

berperan dalam peningkatan kerjapernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun.

c. Atrofi otot-otot pernafasan dan penurunan kekuatan otot-otot pernafasan dapat

meningkatkan resiko berkembangnya keletihan otot-otot pernapasan pada

lansia.

25
d. Perubahan fisiologisyang ditemukan pada lansia yaitu alveoli menjadi kurang

elastik dan lebih berserabut serta berisi kapiler-kapiler yang kurang berfungsi

sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru-paru

untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh.

4. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lnjut sistem muskuloskeletal :

a. Penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan masa otot (atropi

otot)

b. Ukuran otot mengecil dan penurunan masa otot lebih banyak terjadi pada

ekstremitas bawah

c. Sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan lemak.

d. Kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan

bertambahnya usia. (Padila, 2018)

5. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut sistem endokrin

Sistem endokrin mempunyai fungsi yaitu sebagai sistem yang utama dalam

mengontrol seluruh sistem tubuh. Melalui hormon, sistem endokrin menstimulus

seperti proses yang berkesinambungan dalam tubuh sebagai pertumbuhan dan

perkembangan, metabolisme dalam tubuh terhadap serangan penyakit atau virus.

Hormon-hormon yangterdapat pada sistem endokrin yaitu kelenjar pituitari,

kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, pancreatic islet, kelenjar pineal,

kelenjar thymus dan gonad. Hormon-hormon tersebut memiliki fungsi berbeda-beda

disetiap tubuh manusia.Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem endokrin yang

dialami oleh dewasa lanjut atau lanjut usia yaitu produksi hormon hampir semua

26
menurun, fungsi paratiroid dan fungsinya tidak berubah, pertumbuhan hormon

pituitari ada tetapi lebih rendah dan hanya ada dipembuluh darah dan berkurangnya

produksi dari ACTH,TSH,FSH,dan LH, menurunnya produksi aldosteron,

menurunnya sekresi hormon gonads, progesteron, estrogen, dan testosteron, dan

defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotiroidisme.

6. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut sistem integumen :

Perubahan pada sistem integumen yang terjadi pada dewasa lanjut yaitu kulit

keriput akibat kehilangan jaringan lemak kulit kering dan kurang elastisitasnya

karena menurunnya cairan dan hilangnya cairan adiposa, kelenjar-kelenjar keringat

mulai tak bekerja dengan baik sehingga begitu tahan terhadap panas dantemperature

yang tinggi, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran

darah dan menurunnya sel-sel produksi pigmen, menurunnya aliran darah dalam kulit

juga menyababkan menyembuhkan luka-luka kurang baik, kuku pada jari tangan dan

jari kaki menebal dan rapuh dan temperatur tubuh menurun akibat kecepatan

metabolisme yang menurun.

7. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut sistem neurologi :

Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem saraf pada dewasa lanjut atau

lansia yaitu berat otak menurun, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam

respon dan waktu untuk berfikir, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,

mengecilnya syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap sentuhan, cepatnya

menurunkan hubunganpersyarafan, reflek tubuh akan semakin berkurang serta terjadi

27
koordinasi tubuh, dan membuat dewasa lanjut menjadi cepat pikun dalam mengingat

sesuatu.

8. Perubahan dan kosekuensi fisiologis lanjut usia sistem sensori (panca indra)

Perubahan panca indra. Pada hakekatnya panca indramerupakan suatu organ

yang tersusun dari jaringan, sedangkan jaringan sendiri merupakan kumpulan sel

yang mempunyi fungsi yang sama. Karena mengalami proses penuaan (aging) sel

telah mengalami perubahan bentuk maupun komposisi sel tidak normal.Maka secara

otomatis fungsi indra pun akan mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada

orang tua yang secara berangsur-angsur mengalami penurunan kemampuan

pendengarannya dan mata kurang kesangguppan melihat secara fokus objek yang

dekat bahkan ada yang menjdi rabun demikian juga indra pengecap, perasa,

penciuman berkurang sensitivitasnya (Padila, 2018).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gout Arthritis

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam

mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang

diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011). Fokus pengkajian pada lansia dengan gout

arthritis:

1) Identitas

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

28
2) Keluhan Utama

Keluhan utama yang menonjol pada klien gout arthritis adalah nyeri dan

terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari

nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan

nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat

kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai

menggangu pergerakan dan pada gout arthritiskronis didapatkan benjolan

atan tofi pada sendi atau jaringan sekitar.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan

penyakit gout arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat

pertolongan sebelumnya dan umumnya klien gout arthritis disertai dengan

hipertensi.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adakah riwayat gout arthritis dalam keluarga.

6) Riwayat Psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit

klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya

kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang

berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan

29
mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program

pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanyaperubahan aktivitas fisik

akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon

terhadap konsep diri yang maladaptif.

7) Riwayat Nutrisi

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi purin.

8) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari

ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada

daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu

melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi,

bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba

daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan

merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan

yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan

serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.

9) Pemeriksaan Diagnosis

(1) Asam urat meningkat dalam darah dan urin.

(2) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).

(3) Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.

(4) Pemeriksaan Radiologi.

30
2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yangjelas, padat dan pasti

tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan

keperawatan.Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan

berdasarkanmasalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan

gambaran tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun

yang mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).Diagnosa yang dapat muncul pada

klien gout arthritis adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian

3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit

4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit

5) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan

(peradangan kronik akibat adanya kristal urat)

6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian

2.4.3 Perencanaan

Perencanaan keperawatanadalah penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis

keperawatanyang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.

(Iqbal dkk, 2011).

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

31
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas nyeri.

 Pantau kadar asam urat.

 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

 Ajarkan teknik non farmakologi relaksasi napas dalam.

 Posisikan klien agarmerasa nyaman,misalnya sendi yang

nyeri diistarahatkan dan diberikan bantalan.

 Kaloborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

yang tidak berhasil.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian

 Memonitor vital sign sebelum dan sesudah latihan

 Kaji tingkat mobilisasi klien

 Bantu klien untuk melakukan rentang gerak aktif dan pasif

pada sendi

 Lakukan ambulasi dengan alat bantu (misalnya tongkat,

kursi roda, walker, kruk)

 Latih klien dalam pemenuhan kebetuhan ADL secara mandiri

sesuai kemampuan.

 Motivasi klien untukmeningkatkan kembali aktivitas yang

normal, jika bengkak dan nyeri telah berkurang.

32
3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit

 Monitor suhu sesering mungkin.

 Monitor warna dan suhu kulit.

 Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan.

 Monitor intake dan output.

 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

 Tingkatkan sirkulasi udara

 .Kompres klien pada lipat paha dan aksila.

 Kaloborasi pemberian cairan intravena dan obat antipiretik

4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit

 Identifikasi tingkat kecemasan

 Gunakan pendekatan yang menenangkan

 Temani klien untuk memberikan keamanan mengurangi

takut

 Dengarklan dengan penuh perhatian

 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,

persepsi

 Instruksikan klien menggunakan teknik rileksasi.

 Kaloborasi pemberian obat untuk mengurangi kecemasan.

5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan

(peradangan kronik akibat adanya kristal urat)

33
 Anjurkan klien untuk menggunakan alas kaki yang longgar.

 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.

 Monitor aktivitas danmobilisasi klien.

 Monitor kulit akanadanya kemerahan.

 Monitor status nutrisiklien.

 Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka.

 Ajarkan klien tentangluka dan perawatanluka.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian

 Monitor dan catat kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam

 Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur.

 Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

 Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur

(membaca).

 Ciptakan lingkungan yang nyaman.

 Diskusikan dengan klien tentang teknik tidur klien.

2.4.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

34
2.4.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

35
BAB III

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN
Hari/ Tgl : Selasa, 07 Juni 2020

Jam : 10.00

Nama Mhs : Putri Labibah A. Sipayung

1. Identitas
a. Nama : Ny. N
b. Tempat /tgl lahir : Medan, 19 Mei 1955
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan: Janda
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa
g. Alamat : Sidamanik

2. Keluarga yang Bisa Dihubungi

a. Nama : Tn. K
b. Alamat : Sidamanik
c. Hubungan dengan klien : Anak

36
3. Riwayat Keluarga

Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Peremuan

: Meninggal

4. Riwayat pekerjaan dan status klien

Pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga


Sumber Pendapatan : Anak
5. Aktivitas rekreasi

Hobi : Mengaji
Bepergian :-

37
Keanggotaan Organisasi : Tidak ikut wirit
6. Pola Kebiasaan sehari- hari

I. Nutrisi

Frekuensi makan : 3x Sehari

Nafsu makan : bagus

Jenis makanan : nasi + lauk

Pantangan makanan : Makanan yang mengandung kacang-

kacangan

II. Eliminasi

Frekuensi BAK : 8-10 x/ hari

Kebiasaan BAK malam hari : ada 2-3 x/hari

Frekuensi BAB : Teratur

Keluhan yang berhubungan dengan BAB : BAB teratur frekuensi 1x/hari

III. Personal Higene

a. Mandi

Frekuensi mandi : 2x sehari

Pemakaian sabun : ya, klien mandi menggunakan sabun

b. Oral higene

Frekuensi dan waktu gosok gigi : 2x sehari

Penggunaan pasta gigi : ya, klien gosok gigi menggunakan

pasta gigi

38
c. Cuci Rambut

Frekuensi : seminggu 2 x

Penggunaan shampoo : ya, klien cuci rambut menggunakan shampoo

d. Kuku dan tangan

Frekuensi gunting kuku : seminggu 1 x

Kebiasaan mencuci tangan : setiap kali makan, setiap kali selesai

BAB dan BAK

IV. Istirahat dan tidur

Lama tidur malam : (6-8 jam/malam)

Tidur siang : tidak tidur siang

Keluhan yang berhubungan dengan tidur : tidak ada keluhan

V. Kebiasaan mengisi waktu luang

Olahraga : tidak ada

Berkebun/memasak : klien mengisi waktu luang dengan memasak

Menonton tv : klien mengisi waktu luang dengan

menonton Tv

VI. Kebiasaan yang memengaruhi kesehatan

Ketergantungan terhadap obat (ya) : allupurinol 10 mg, piroxicam 10 mg.

39
VII. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari

Jenis kegiatan Lama waktu

05.00 Sholat subuh 10 menit

06.00 jalan santai 30 menit

07.00 masak 1 jam

08.00 makan 10 menit

08:30 duduk di ruang tamu 3 jam


sambil menonton tv

12.50 sholat dzuhur 20 menit

13.10 duduk di ruang tamu 3 jam


sambil menonton tv

16.00 sholat ashar 20 menit

16.20 mandi 20 menit

16.40 masak 1 jam

18.30 sholat magrib 20 menit

18:50 mengaji 40 menit

19:30 sholat isya 20 menit

19:50 makan malam 20 menit

7. Status Kesehatan

I. Status Kesehatan Saat ini

40
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : os mengeluh nyeri pada lutut

sebelah kiri ,

b. Gejala yang dirasakan : nyeri pada lutut sebelah kiri

c. Faktor pencetus : Faktor usia dan pola makan

d. Timbulnya keluhan : bertahap

e. Waktu timbulnya keluhan : pagi dan malam hari

f. Upaya mengatasi : upaya mengatasinya klien beristirahat dan

minum obat

g. Riwayat kesehatan masa lalu

a. Penyakit yang pernah diderita : asam urat

b. Riwayat alergi : tidak ada alergi obat dan makanan

c. Riwayat kecelakaan : klien tidak ada riwayat kecelakaan

d. Riwayat dirawat dirumah sakit : klien tidak pernah masuk rumah sakit

e. Riwayat pemakain obat : klien menggunakan obat allupurinol 10 mg,

piroxicam 10 mg.

II. Pengkajian/ pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : baik, klien tampak bersih

b. TTV

TD : 130/80 mmHg

HR : 85 x/i

RR : 22x/I

Suhu : 37,0

41
c. Sistem Integumen

Inspeksi : tekstur kulit terlihat kendur, keriput (+), decubitus (-), bekas

luka (-)

d. Kepala : bentuk kepala bulat, tidak ada luka pada kulit kepala, rambut

berwarna putih dan hitam

e. Mata : bentuk mata simetris, tidak ada odema

f. Telinga : tidak ada luka ditelinga, bentuk telinga simetris

g. Mulut, gigi, bibir : tidak ada luka dimulut, gigi bersih, bibir kering

h. Dada : pergerakan dada simetris

i. Abdomen : tidak ada odema dan benjolan pada abdomen

j. Kulit : kulit berwarna sawo matang dan tidak ada luka pada kulit

k. Ektremitas atas : tonus otot baik,

l. Ekstremitas bawah : kekuatan otot kaki kananbaik dan kaki kiri terasa

nyeri sendi dan klien memakai tongkat

III. Tinjauan system

a. System pernafasan

- Inspeksi : pergerakan dada kanan dan kiri terlihat simetris

- Palpasi : tidak ada getaran

- Perkusi : suara paru sonor

- Auskultasi : suara nafas vasikular

b. Sistem Integumen

42
Inspeksi : tekstur kulit terlihat kendur, keriput (+), decubitus (-), bekas

luka (-)

c. Sistem perkemihan : os mengatakan sering BAK frekuensi BAK 8-10 x/I

frekuensi BAK di malam hari 2-3x/malam

d. Sistem endokrin :os tidak menderita kencing manis

e. Sistem imun : klien mengatakan belum pernah disuntik imunisasi, riwayat

yang berkaitan dengan imunisasi os mengatakan tidak tahu

f. Sistem gastrointestinal : klien hanya mengkonsumsi makanan yang

dimasaknya, klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang

disediakan tanpa keluhan mual.

g. Sistem reproduksi : klien mengatakan punya anak dari hasil

pernikahannya.

h. Sistem persyarafan : keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil.

Respon klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan

jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia.

Intrepretasi klien terhadap lawan bicara cukup baik

IV. Hasil pengkajian khusus

1. Fungsi kognitif SPMSQ : Skor benar 8, fungsi intelektual utuh

2. Status fungsional (katz indeks) : Skor mandiri 10, kemandirian dalam

seluruh aktivitas

3. MMSE : Skor benar 23, gangguan kognitif ringan

4. APGAR keluarga : Skore 10, disfungsi keluarga ringan

43
5. Skala depresi : Skore 4, tidak terjadi depresi

6. Screnning fall : Skore 20 detik, moderate to hight risk for falling

7. Skala Norton : Skore 20,kecil sekali / tidak terjadi

V. Lingkungan dan tepat tinggal

1. Kebersihan dan kerapian ruangan : ruangan agak sedikit berdebu dan rapi

2. Penerangan : penerangan cukup, lantai rumah dari keramik

3. Sirkulasi udara : sirkulasi udara, di ruang tamu dan dapur terdapat jendela

dan selalu di buka setiap hari

4. Keadaan kamar mandi dan WC : kamar mandi dan WC bersih tetapi

sedikit licin , air di kamar mandi bersih, WC menggunakan WC cemplung

5. Pembuangan air kotor : pembuangan air kotor melalui got

6. Sumber air minum : air mineral yang dimasak lagi

7. Pembuangan sampah : terdapat tempat sampah di samping rumah 1

minggu sekali dijemput petugas kebersihan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Penimbunan

44
Klien mengatakan nyeri Kristal asam urat
karena asam urat semenjak
5 bulan yang lalu.
P : Nyeri karna asam urat. Pengendapan
Q : Kram dan nyeri seperti
Kristal asam urat
ditusuk- tusuk.
R : Lutut kiri. S : 5 Nyeri akut
T : Hilang timbul.
Leukosit menekan
Kristal urat
DO:
- Adanya bengkak pada
sendi lutut sebelah kiri
Mekanisme
-Kadar asam urat 8,3 g/dl.
-Klien tampak meringis peradangan
apabila berjalan lama.

Sirkulasi darah
daerah radang

Vasodilatasi
kapiler

Eritema, panas

2. DS : Terbentuk
-Klien menyatakan sulit
topus,fibrosis,
bergerak aktif karena lutut
terasa nyeri dan kram. akilosis pada
-Klien mengatakan lutut
tulang
terasa nyeri saat berjalan.
-Klien mengatakan setelah
melakukan aktifitas kaki
Pembentukan
terasa nyeri Gangguan
DO : tukak pada sendi
- Kekuatan otot 5 5 4 3 mobilitas fisik

Tofus-tofus
mengering

45
Kekakuan pada
sendi
- Klien melakukan aktifitas
menggunakan bantuan
tongkat.
Membatasi
- Klien terlihat berjalan
lambat. pergerakan sendi

3. DS : - Nyeri pada sendi


DO :
- Usia klien 65 tahun.
-Klien berjalan Kekakuan pada
menggunakan tongkat.
sendi
-Klien berjalan dengan
lemah dan lambat. Resiko Jatuh
-Kekuatan otot 5 5 4 3
Usia klien 65
tahun

Klien memakai

tongkat

C. Rencana Keperawatan NOC NIC

NO Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan - identifikasi lokasi
kondisi asuhan keperawatan karakteristik, durasi,
penyakit(Gout diharapkan nyeri frekuensi, kualitas,
Arthritis) hilang atau terkontrol intensitas nyeri.
dengan kriteria - Pantau kadar asam
hasil : urat.
1.Melaporkan bahwa - Indentifikasi
nyeri berkurang respons nyeri non
dengan verbal.

46
menggunakan -Ajarkan teknik non
manajemen nyeri. farmakologi rileksasi
2.mampu mengenali napas dalam.
nyeri (skala, - Berikan posisi yang
intensitas, frekuensi nyaman.
dan tanda nyeri). -Berikan teknik
3.menyatakan rasa nonfarmakologis
nyaman setelah nyeri untuk mengurangi
berkurang. rasa nyeri(mis.
Kompres hangat).
- Kaloborasi
pemberian Analgetik,
jika perlu.
2. Gangguan Setelah dilakukan - Memonitor
mobilitas fisik b/d asuhan keperawatan frekuensi jantung dan
nyeri diharapkan klien tekanan darah
mampu melakukan sebelum ambulasi
rentan gerak aktif dimulai.
dan ambulasi secara -Identifikasi toleransi
perlahan dengan fisik melakukan
kriteria hasil : ambulasi.
1. Klien meningkat -Bantu klien untuk
dalam aktivitas fisik. melakukan rentan
2. Mengerti tujuan gerak aktif maupun
dari peningkatan rentang gerak pasif
mobilisasi. pada sendi.
3. Memperagaan -Fasilitasi melakukan
penggunaan alat mobilisasi fisik, jika
bantu dengan benar perlu.
-Berikan motivasi
untuk meningkatkan
kembali aktivitasyang
normal, jikabengkak
dan nyeri telah
berkurang.
3. Resiko jatuh Setelah dilakukan -identifikasi faktor
asuhan keperawatan resiko jatuh
diharapkan klien - identifikasi perilaku
mampu melakukan dan faktor yang
rentan gerak aktif mempengaruhi resiko
dan ambulasi secara jatuh.
perlahan dengan -Identifikasi faktor

47
kriteria hasil : lingkungan yang
1.Perilaku meningkatkan faktor
pencegahan jatuh : resiko jatuh (mis.
tindakan individu lantai licin, tangga
atau pemberi asuhan terbuka).
keperwatan untuk -Gunakan alat bantu
meminimalkan faktor berjalan(mis. Kursi
resiko yang dapat roda, walker).
memicu jatuh di -Monitor kemampuan
lingkungan individu. berpindah dari tempat
3. Kejadian jatuh : tidur ke kursi dan
tidak ada riwayat sebaliknya.
jatuh. -Tempatkan klien
4. Pengetahuan : beresiko tinggi jatuh
pemahaman terhadap dekat dengan
pencegahan jatuh. pantauan pengawas.
-Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin.

D. Catatan Perkembangan (Implementasi dan Evaluasi)

NO Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


. Keperawatan tanggal
1. Nyeri akut b/d Kunjungan I S : Klien
kondisi kronis  Menanyakan mengatakan lutut
(Gout Arthritis) nyeri yang kirinya nyeri
dirasakan klien karena asam urat
termasuk lokasi, semenjak 5 bulan
karakteristik, yang lalu.
durasi, frekuensi P : Nyeri karena
dan kualitas asam urat
nyeri. Q : Ditusuk- tusuk.
P : Nyeri karna R : Lutut kiri
asam urat. S:5
Q : Kram dan T : Hilang timbul.

48
nyeri seperti O:
ditusuk-tusuk. - Klien terlihat
R : Lutut kiri meringis kesakitan
S:5 saat lutut ditekuk.
T : Hilang - Klien terlihat
timbul. lebih nyaman
 Memberikan setelah lutut diberi
bantalan bantalan.
dibawah lutut - Kadar Asam Urat
klien. 8,3 g/dl.
 Memeriksa A : Masalah nyeri
kadar asam urat akut belum teratasi.
dalam darah. P : Lanjutkan
Kadar asam urat intervensi.
8,3 g/dl. -Identifikasi lokasi,
 - Mengukur karakteristik,
tekanan darah durasi, frekuensi,
- Mengukur kualitas, intensitas
suhu. nyeri.
-Menghitung -Pantau kadar
nadi. asam urat.
- Menghitung -Indentifikasi
pernapasan. respons nyeri non
TD : 140/80 verbal.
Mmhg. -Ajarkan teknik
N : 88x/menit. non farmakologi
RR : 20 x/menit. rileksasi napas
T : 35,9 oC. dalam.
 Mengajarkan -Berikan posisi
teknik non yang nyaman.
farmakologi -Berikan teknik
relaksasi napas nonfarmkologis
dalam dan untuk mengurangi
kompres air rasa nyeri (mis.
hangat . kompres hangat).
-Kaloborasi
pemberian
Analgetik, jika
perlu.

49
Gangguan Kunjungan I S : - Klien
mobilitas fisik  Menanyakan mengatakan sulit
kepada klien bergerak aktif
tingkat karenalutut terasa
mobilisasi klien. nyeri
 Melihat . - Klien
kemampuan mengatakan
untuk merasa tidak
mentransfer dari nyaman saat
tempat tidur ke bergerak karena
kursi dan nyeri.
demikian pula O : - TD : 140/90
sebaliknya. Mmhg. N : 87
x/menit. RR : 20
x/menit. T : 36,2
oC - -Klien terlihat
berjalan lambat.
A: Masalah
gangguan mobilitas
fisik belum
teratasi.
P : Lanjutkan
intervensi.
- Memonitor
frekuensi
jantungdan tekanan
darah sebelum
ambulasi dimulai.
-Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
ambulasi.
-Bantu klien untuk
melakukan rentan
gerak aktif maupun
rentan gerak pasif
pada sendi.
-Fasilitasi
melakukan

50
mobilisasi fisik,
jika perlu.
-Berikan motivasi
untuk
meningkatkan
kembali aktivitas
yang normal, jika
bengkak dan nyeri
telah berkurang.
Resiko jatuh Kunjungan I S:-
 Melihat O : - Klien berjalan
karakteristik dengan lambat dan
lingkungan yang berpegangan
dapat dengan benda
meningkatkan sekitarnya.
potensi untuk - Keadaan lantai di
jatuh (misal lantai kamar mandi
licin dan tangga sedikit licin
terbuka). - Klien dapat
 Melihat perilaku berpindah dari
dan faktor yang tempat tidur ke
mempengaruhi kursi tetapi agak
resiko jatuh. sedikit lamat
 Menyarankan - Klien
klien menggunkan menggunakan alas
alas kaki yang kaki yang licin. A
aman. : Masalah resiko
jatuh teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi.
-Gunakan alat
bantu berjalan(mis.
Kursi roda,
walker).
-Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin.

51
2. Nyeri akut b/d Kunjungan II S : Klien
kondisi kronis  Menanyakan mengatakan nyeri
(Gout Arthritis) nyeri yang berkurang setelah
dirasakan klien diberi kompres
termasuk lokasi, hangat.
karakteristik, P : Nyeri karena
durasi, frekuensi asam urat dan
dan kualitas banyak berjalan.
nyeri. Q : Ditusuk- tusuk.
P : Nyeri karna R : Lutut kiri.
asam urat. S:4
Q : Kram dan T : Hilang timbul.
nyeri seperti O : - Klien terlihat
ditusuk-tusuk. lebih rileks.
R : Lutut kanan - Klien terlihat
S:4 lebih nyaman
T : Hilang A : Masalah nyeri
timbul. kronis teratasi
 Melihat reaksi sebagian.
nonverbal dari P : Lanjutkan
klien intervensi.
 Memposisiskan -Identifikasi lokasi,
klien dengan karakteristik,
lebih posisi durasi, frekuensi,
nyaman kualitas, intensitas
 Mengukur nyeri.
tekanan darah. -Indentifikasi
Mengukur suhu. respons nyeri non
Menghitung verbal.
nadi. -Ajarkan teknik
Menghitung non farmakologi
pernapasan. rileksasi napas
TD : 140/80 dalam.
Mmhg. N : -Berikan posisi
84x/menit. yang nyaman.
RR : 20 x/menit. -Berikan teknik
T : 36,1 oC. nonfarmkologis
 Memberikan untuk mengurangi
kompres hangat rasa nyeri(mis.

52
untuk Kompres hangat).
mengurangi -Kaloborasi
intensitas nyeri. pemberian
Analgetik, jika
perlu.
Gangguan Kunjungan II S : Klien
mobilitas fisik  Membantu klien mengatakan akan
untuk melakukan
melakukan aktivitas sesuai
rentang gerak kemampuanya.
aktif. O : - Klien mampu
 Menganjurkan melakukan gerakan
klien untuk latihan dengan
melakukan benar. - Klien
aktivitas sesuai dapat melakukan
dengan ADL nya secara
kemampuanya. mandiri.
 Membantu klien A : Masalah
melakukan gangguan mobilitas
ambulasi fisik teratasi
menggunakan sebagian. P :
tongkat. Lanjutkan
intervensi.
-Memonitor
frekuensi
jantungdan tekanan
darah sebelum
ambulasi dimulai.
-Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
ambulasi.
-Bantu klien untuk
melakukan rentan
gerak aktif maupun
rentan gerak pasif
pada sendi.
-Fasilitasi
melakukan

53
mobilisasi fisik,
jika perlu.
-Berikan motivasi
untuk
meningkatkan
kembali aktivitas
yang normal, jika
bengkak dan nyeri
telah berkurang.
Resiko Jatuh  Menyarankan S:-
klien menggunkan O : - Klien tidak
alas kaki yang ingin menggunkn
aman. tongkat karena
ribet.
- Klien sudah
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin dan aman.
A : Masalah resiko
jatuh teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi.
-Gunakan alat
bantu berjalan
(mis. lantai licin,
tangga terbuka).

3. Nyeri akut Kunjungan III S :Klien


 Menanyakan nyeri mengatakan setelah
yang dirasakan menggunakan air
klien termasuk hangan. dikompres
lokasi, hangat nyeri
karakteristik, berkurang menjadi
durasi, frekuensi skala 4 dan tidak
dan kualitas nyeri. kaku lagi.
P : Nyeri karna P : nyeri karna
asam urat. Asam Urat.
Q : Kram dan Q : kram dan nyeri
nyeri seperti seperti ditusuk-
ditusuk-tusuk. tusuk. R : lutut kiri

54
R : Lutut kanan S:4
S:5 T : hilang timbul
T : Hilang
timbul. O : - Klien terlihat
 Melihat reaksi lebih rileks.
nonverbal dari - Klien terlihat
ketidaknyamana lebih nyaman.
n -Kadar asam urat
 Memposisikan 8,9 g/dl.
klien agar A : Masalah
merasa nyaman. teratasi sebagian.
 Mengukur kadar P : Hentikan
asam urat intervensi.
 Memberikan
kompres dengan
air hangat.
Gangguan mobilita  Mengukur S : Klien
fisik tekanan darah. mengatakan hanya
Mengukur suhu. bisa melakukan
Menghitung aktivitas yang
nadi. ringan. O : - Klien
Menghitung bergerak dengan
pernapasan. lambat dan
TD : 130/80 perlahan-lahan
Mmhg. - Klien kooperatif
N : 76x/menit. dalam melakukan
RR : 19 x/menit. rentang gerak aktif
T : 36,4oC. dan dapat
 Menanyakan melakukan tanpa
kepada klien bantuan.
tingkat - Klien melakukan
mobilisasi klien. aktifitasnya
 Menganjurkan menggunakan
klien untuk tongkat.
melakukan A : Masalah
aktivitas sesuai gangguan mobilitas
dengan fisik teratasi
kemampuanya. sebagian. P :
Hentikan

55
intervensi.
Resiko jatuh  Menganjurkan S :-
klien O : Klien sudah
menggunkan menggunakan alas
alas kaki yang kaki yang tidak
aman. licin.
 Memodifikasi A : Masalah resiko
lingkungan jatuh teratasi
dengan keluarga P : Hentikan
dan rajin intervensi.
membersihkan
kamar mandi
yang licin

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan antara teori yang didapat

dengan kenyataan yang ditemukan dilapangan. Pembahasan ini akan diuraikan dalam

5 tahap dari proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan

perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi.

56
4.1 Pengkajian

Pada pengkajian atau tahap awal dari proses keperawatan memiliki

kesenjangan dengan teori, pada saat pengkajian ada beberapa tanda dan gejala yang

ada pada teori.Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny.N diketahui bahwa klien

menderita penyakit asam urat. Pada pengkajian dari proses keperawatan tidak jauh

berbeda dengan teori, karena saat pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori

ditemukan pada saat pengkajian dilapangan. Misalnya :klien mengeluh sakit sendi

pada lutut terasa seperti tertekan,panas serta semakin memberat makan yang

mengadung purin dan sangat menganggu aktifitas.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan yang diangkat ditemukan kesenjangan antara teori

dengan dengan kasus dilapangan.Diagnosa yang muncul ada yangmenyimpang dari

teori hanya saja tidak semua diagnosa yang ada diteori muncul dikasus.

Berdasarkan teoritis diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian

3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit

4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit

5) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan

(peradangan kronik akibat adanya kristal urat)

6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian

Sedangkan pada diagnosa pada lapangan ditemukan diagnosa keperawatan dari

57
analisis diatas, antara lain:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

ditandai dengan klien mengatatakan nyeri sendi pada lutut sebelah kiri

seperti tertusuk-tusuk dan tidak menyebar serta nyeri hilang timbul

selama ±60 detik biasanya nyeri berkurang saat di istirahatkan serta nyeri

semakin memberat saat dibawa beraktivitas dan mengkonsumsi makanan

tinggi purin seperti, seperti jeroaan,kerang, wajah meringis, dengan skala

nyeri sedang 5dan lutut bengkak, kadar asam urat :8,3mg/dL. Indeks

kemandirian katz bernilai A ( kemandirian dalam hal makan, kontinen

BAB/BAK, berpindah, kekamar kecil, mandi dan pakaian), screening fall

20 detik ( moderate to high risk for falling ). TD : 130/80 mmHg, N:

78x/I, RR: 20x/I, T: 36 C.

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian

Berdasarkan data di atas diperoleh hasil pengkajian klien mengatakan sulit

bergerak aktif karena lutut terasa nyeri dank ram, klien mengatakan nyeri

saat berjalan, klien mengatakan setelah melakukan aktivitas kaki terasa

nyeri, kekuatan otot klien mengalami kelemahan pada kaki kiri dengan

nilai 3, klien melakukan aktivitas menggunakan tongkat, klien terlihat

berjalan lambat. Menurut As’adi (2010) gejala penyakit asam urat akan

mengalami peradangan pada daerah satu atau beberapa daerah sendi

58
lainnya. Sendi yang paling sering adalah pada jari kaki yang pertama kali

terkena.Tetapi juga pada sendi lutut dan perhelangan kaki.Nyeri biasanya

tajam dan dan terkadang bisa membuat lansia yang terkena susah untuk

berjalan. Menurut asumsi penulis teori yang dikemukakan sesuai dengan

yang terjadi pada klien karena nyeri asam urat terjadi kekakuan sendi,

kelemahan otot klien terjadi pada sendi lutut.kadar asam urat :8,3mg/dL.

Indeks kemandirian katz bernilai A ( kemandirian dalam hal makan,

kontinen BAB/BAK, berpindah, kekamar kecil, mandi dan pakaian),

screening fall 20 detik ( moderate to high risk for falling ). TD : 130/80

mmHg, N: 78x/I, RR: 20x/I, T: 36 C.

2. Resiko Jatuh

Berdasarkan data diperoleh hasil pengkajian, usia klien 64 tahun, klien

berjalan menggunakan tongkat, kekuatan otot klien mengalami kelemahan

dikarenakan adanya nyeri sendi. Memasuki usia tua, lansia akan

mengalami kondisi kemunduran fisik yang ditandai dengan pendengaran

kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, penurunan kekuatan otot,

yang mengakibatkan gerakan lambat, dan pergerakan tubuh yang tidak

proporsional. Diketahui juga bahwa kamar mandi klien sedikit licin

sehingga beresiko untuk jatuh. Akibat perubahan fisik lansia tersebut,

mengakibatkan gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari menyebabkan

terjadinya resiko jatuh pada lansia. kadar asam urat :8,3mg/dL. Indeks

59
kemandirian katz bernilai A ( kemandirian dalam hal makan, kontinen

BAB/BAK, berpindah, kekamar kecil, mandi dan pakaian), screening fall

20 detik ( moderate to high risk for falling ). TD : 130/80 mmHg, N:

78x/I, RR: 20x/I, T: 36 C.

4.3 Perencanaan Keperawatan

Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan penulis berpedoman pada

prioritas masalah dalam penyusunan rencana keparawatannya.

Diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

ditandai dengan klien mengatatakan nyeri sendi pada lutut sebelah kiri seperti

tertusuk-tusuk dan tidak menyebar serta nyeri hilang timbul selama ±60 detik

biasanya nyeri berkurang saat di istirahatkan serta nyeri semakin memberat saat

dibawa beraktivitas dan mengkonsumsi makanan tinggi purin seperti, seperti jeroaan,

kerang, wajah meringis, dengan skala nyeri sedang 5 dan lutut bengkak, kadar asam

urat :8,3 mg/dL. Indeks kemandirian katz bernilai A ( kemandirian dalam hal makan,

kontinen BAB/BAK, berpindah, kekamar kecil, mandi dan pakaian), screening fall 20

detik ( moderate to high risk for falling ). TD : 130/80 mmHg, N: 78x/I, RR: 20x/I, T:

36 C. Intervensinya yaitu mengkaji PQRST dan pemberian kompres hangat pada

daerah sendi yang nyeri.

Diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

persendian.Berdasarkan data di atas diperoleh hasil pengkajian klien mengatakan sulit

bergerak aktif karena lutut terasa nyeri dank ram, klien mengatakan nyeri saat

60
berjalan, klien mengatakan setelah melakukan aktivitas kaki terasa nyeri, kekuatan

otot klien mengalami kelemahan pada kaki kiri dengan nilai 3, klien melakukan

aktivitas menggunakan tongkat, klien terlihat berjalan lambat. Menurut As’adi (2010)

gejala penyakit asam urat akan mengalami peradangan pada daerah satu atau

beberapa daerah sendi lainnya. Sendi yang paling sering adalah pada jari kaki yang

pertama kali terkena.Tetapi juga pada sendi lutut dan perhelangan kaki. Nyeri

biasanya tajam dan dan terkadang bisa membuat lansia yang terkena susah untuk

berjalan. Menurut asumsi penulis teori yang dikemukakan sesuai dengan yang terjadi

pada klien karena nyeri asam urat terjadi kekakuan sendi, kelemahan otot klien terjadi

pada sendi lutut.kadar asam urat :8,3 mg/dL. Indeks kemandirian katz bernilai A

( kemandirian dalam hal makan, kontinen BAB/BAK, berpindah, kekamar kecil,

mandi dan pakaian), screening fall 20 detik ( moderate to high risk for falling ). TD :

130/80 mmHg, N: 78x/I, RR: 20x/I, T: 36 C. Intervensi yang digunakan mengkaji

kekutan otot dan melakukan serta mengajarkan ROM Pasif dan Aktif.

Diagnosa ketiga adalah resiko jatuh. Berdasarkan data diperoleh hasil

pengkajian, usia klien 64 tahun, klien berjalan menggunakan tongkat, kekuatan otot

klien mengalami kelemahan dikarenakan adanya nyeri sendi. Memasuki usia tua,

lansia akan mengalami kondisi kemunduran fisik yang ditandai dengan pendengaran

kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, penurunan kekuatan otot, yang

mengakibatkan gerakan lambat, dan pergerakan tubuh yang tidak proporsional.

Akibat perubahan fisik lansia tersebut, mengakibatkan gangguan mobilitas fisik yang

akan membatasi kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari

61
menyebabkan terjadinya resik jatuh pada lansia. kadar asam urat :8,3 mg/dL. Indeks

kemandirian katz bernilai A ( kemandirian dalam hal makan, kontinen BAB/BAK,

berpindah, kekamar kecil, mandi dan pakaian), screening fall 20 detik ( moderate to

high risk for falling ). TD : 130/80 mmHg, N: 78x/I, RR: 20x/I, T: 36 C.Intervensinya

adalah menyarankan klien untuk tidak memakai alas kaki yang licin, dan

memodifikasi lingkungan yang dilakukan oleh keluarga.

4.4 Implementasi Keperawatan

Setelah dirumuskan rencana keperawatan selanjutnya penulis melakukan

tindakan keperawatan pada Ny.M. Adapun implementasi yang telah dilakukan

sebagai berikut : pada diagnosa pertama implementasi yang dilakukan antara

lainmeliputi:mengkaji nyeri PQRST, memberikan tindakan nonfarmakologi kompres

air hangat dengan skala nyeri 5.

Implementasi untuk diagnosa kedua yaitu membina mengkaji kekuatan otot,

edukasi ROM pasif dan aktif. Dan untuk implementasi pada diagnose ketiga yaitu

menganjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan alas kaki dan daerah tempat

klien seperti membersihkan kamar mandi dan memperhatikan benda-benda yang

berada di sekitar klien untuk meminimalkan resiko jatuh.

4.5 Evaluasi

Pada langkah ini perawat menetapkan apakah hasil akhir sesuai dengan

diharapkan bagi klien serta mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

62
Dari pelaksanaan tindakan yang sudah dilakukan diatas, maka hasil evaluasi

yang didapatkan adalah:

1. Nyeri Akut pada hari pertamabelum memiliki hasil evaluasi yang baik

dimana kritetia hasil belum tercapai, hari kedua hasil evaluasi dari setiap

tindakan yang sudah dilakukan sudah menunjukan perubahan yang lebih

baik dan pertemuan ke tiga masalah sebagian teratasi. Hal ini ditunjukan

dengan skala awal nyeri 5 dan menjadi 3 pada hari ketiga, dan telah

diajarkan teknik nonfarmakologi dalam menurunkan rasa

ketidaknyamanyakni kompres dengan menggunakan air hangat.

2. Hambatan Mobilitas Fisik pada hari pertama belum memiliki hasil

evaluasi yang baik dimana kretia hasil belum tercapai, hari kedua hasil

evaluasi dari setiap tindakan yang telah dilakukan sudah menunjukan

perubahan yang lebih baik dan pertemuan ke tiga masalah belum

teratasi, hal ini dibuktikan dengan kekuatan otot klien dari 3 menjadi 4

dan klien telah mampu melakukan ROM Aktif.

3. Resiko jatuh klien menggunakan tongkat dalam melakukan aktivitas

sehari-hari dan menggunakan alas kaki yang tidak licin, keluarga klien

juga tampak membersihkan kamar mandi yang sedikit licin. Masalah

resiko jatuh teratasi karena adanya perilaku pencegahan jatuh baik dari

tindakan individu atau pemberi asuhan keperawatan untuk

meminimalkan faktor resiko yang dapat memicu jatuh di lingkungan

individu dam tidak ada kejadian jatuh.

63
BAB V

PENUTUP

V.1Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pada Ny. N dengan Gout Arthritis di desa

Manik Maraja Sidamanik di peroleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian dilakukan secara menyeluruh dan lengkap

64
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat antara lain: Nyeri Akut, Hambatan

Mobilitas Fisik, dan Resiko Jatuh.

3. Penyusunan intervensi keperawatan pada laporan ini dilakukan berdasarkan teori

Nanda NIC-NOC. Intervensi keperawatan ini disusun sesuai dengan tujuan dari

masing-masing diagnosa.

4. Implementasi tindakan keperawatan pada laporan ini disesuaikan dengan

prioritas masalah dan distandarkan pada intervensi tindakan yang disusun dan

implementasi pada Ny. N dilaksanakan sesuai dengan intervensi.

5. Evaluasi yang didapat sesuai dengan yang diharapkan kepada Ny. N

5.2 Saran

1. Bagi Penulis

Penulis berharap mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan

gerontik sesuai evidence based.

2. Bagi Penulis Selanjutnya

Diharapkan kepada mahasiswa/i untuk dapat menerapkan dan

mengaplikasikan proses keperawatan secara komprehensif dan menambah

literatur kepustakaan untuk kelanjutan dari laporan yang penulis susun ini.

3. Bagi Institusi

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dapat meningkatkan

minat baca sehingga dapat meningkatkan pengetahuan khususnya tentang

asam uratdan dapat meningkatkan praktek keperawatan dalam membuat

asuhan keperawatan.

65
DAFTAR PUSTAKA

Asikin M, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: Penerbit Erlangga.

Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG.

As’adi, Muhammad. (2010). Waspadai Asam Urat. Yogyakarta: Diva Press.

Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.

Fatimah. 2017. Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta Timur: CV.Trans Info Media

66
Iqbal, dkk.(2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.


Jakarta: Buletin Jendela.

Noor, Helmi Z.. 2016. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta Selatan:
Salemba Medika
Padila. 2017. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
Sutanto, Teguh. 2017. Deteksi, Pencegahan, PengobatanAsamUrat. Yogyakarta:
Buku Pintar
Wurangian, Mellynda dkk. 2017. Pengaruh Kompres Hanga tterhadap Penurunan
Skala Nyeri pada Penderita Gout Artritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu
Manado. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi: Manado

Zakiyah, Ana. 2015. Nyeri: Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik


Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta Selatan: Salemba Medika

pengkajian Khusus ( Format Terlampir )


a. Fungsi kognitif SPMSQ:
Status kognitif Short Portable Mental Status Questsionnaire
( SPMSQ )
N Item Pertanyaan Bena Sala
o r h
1. Jam berapa sekarang ? √
Jawab:……
11.00…………………………………………
2. Tahun berapa sekarang ? √
Jawab:…
2020……………………………………………

67
3. Kapan Bapak/Ibu lahir? √
Jawab:…
1956……………………………………………
4. Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ? √
Jawab:……
60……………………………………………
5. Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ? √
Jawab:……di
sidamanik………………………………
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu?
Jawab:……1 org……………………………………
7. Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu ? Jawab:……
ridwan………………………………………
8. Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ? √
Jawab:……
1945……………………………………………
9. Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ? √
Jawab:……
Jokowi…………………………………………
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ? √
. Jawab:……tidak
berurutan…………………………………
JUMLAH 8 2
Analisis Hasil :
Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan
Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang
Skore Salah :8-10 : Kerusakan intelektual BERAT

68
b. Status fungsional (Katz Indeks )
Indeks Kemandirian Katz
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1. Mandi
Mandiri : Bantuan hanya
pada satu bagian mandi √
( seperti punggung atau
ekstremitas yang tidak
mampu ) atau mandi sendiri
sepenuhnya
Tergantung : Bantuan mandi
lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar
dari bak mandi, serta tidak
mandi sendiri

2. Berpakaian
Mandiri : Mengambil baju
dari lemari, memakai √
pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat
pakaian. Tergantung : Tidak
dapat memakai baju sendiri
atau hanya sebagian
3. Ke Kamar Kecil
Mandiri : Masuk dan keluar
dari kamar kecil kemudian √
membersihkan genetalia
sendiri Tergantung :

69
Menerima bantuan untuk
masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4. Berpindah
Mandiri : Berpindah ke dan
dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi
sendiri Bergantung :
Bantuan dalam naik atau
turun dari tempat tidur atau
kursi, tidak melakukan satu,
atau lebih perpindahan
5. Kontinen
Mandiri : BAK dan BAB
seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung : Inkontinensia √
parsial atau total;
penggunaan kateter,pispot,
enema dan pembalut
( pampers )
6. Makan
Mandiri : Mengambil
makanan dari piring dan √
menyuapinya sendiri
Bergantung : Bantuan dalam
hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya,
tidak makan sama sekali, dan
makan parenteral ( NGT )
Keterangan : Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien

70
Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, dan satu fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan Nilai
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

c. MMSE:
Mini Mental Status Exam
(MMSE)
No ITEM PENILAIAN BENAR SALAH
(1) (0)
1. ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang 2020 (1)
2. Musim apa sekarang ? Hujan (1)
3. Tanggal berapa sekarang ? Tanggal 7
(1)
4. Hari apa sekarang ? Selasa (1)
5. Bulan apa sekarang ? Bulan 7 (1)
6. Di Negara mana anda tinggal ? Indonesia
(1)
7. Di Provinsi mana anda tinggal ? (1)
8. Di kabupaten mana anda tinggal ? Simalungun (0)
(1)
9. Di kecamatan mana anda tinggal ? (1) (0)
10. Di desa mana anda tinggal ? Sidamanik

71
(1)
2. REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga obyek
11.…kursi……………………………… (1)
12. …meja……………………………… (1)
13. …pintu……………………………… (0)
3. PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari belakang,
misal” BAPAK “
14. K (1)
15. A (0)
16. P (0)
17. A (1)
18. B (1)
4. MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek diatas
19.…………………………………………….. (0)
20. (0)
………………………………………………
21. …………………………………………….. (0)
5. BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien menyebutkan :
22. Jam tangan (1)
23. Pensil (1)
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat berikut :
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ (0)
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas ! (1)
26. Lipat dua ! (1)
27. Taruh dilantai ! (1)
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata (1)
29. Tulis satu kalimat Menulis
nama(1)
30. Salin gambar (1)
JUMLAH 23
Analisis hasil :

72
Nilai 24-30 : Normal
Nilai 17-23 : gangguan kognitif ringan
Nilai 0-16 : gangguan kognitif berat

d. APGAR keluarga:
Pengkajian APGAR Keluarga

N Items Pilihan Selalu Kadang- Tidak Pernah


O (2) kadang (1) (0)
1. A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya (2)
dapat kembali pada
keluarga ( teman-teman )
saya untuk membantu pada
waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. P : Partnership
Saya puas dengan cara
keluarga ( teman-teman ) (1)
saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan
mengungkapkan masalah
saya.
3. G : Growth
Saya puas bahwa keluarga (
teman-teman ) saya (1)
menerima & mendukung
keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau
arah baru.
4. A : Afek
Saya puas dengan cara (0)
keluarga ( teman-teman )
saya mengekspresikan afek
dan berespon terhadap
emosi-emosi saya, seperti
marah, sedih atau
mencintai.
5. R : Resolve
Saya puas dengan cara (0)

73
teman-teman saya dan
saya menyediakan waktu
bersama-sama
mengekspresikan afek dan
berespon
Jumlah 4
Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang

e. Skala Depresi:
GERIATRIC DEPRESSION SCALE
( SKALA DEPRESI )
NO Pertanyaan
1. APAKAH ANDA SEBENARNYA YA
PUAS DENGAN KEHIDUPAN
ANDA?
2. APAKAH ANDA TELAH YA
MENINGGALKAN BANYAK
KEGIATAN DAN
MINAT/KESENANGAN ANDA
3. APAKAH ANDA MERASA YA
KEHIDUPAN ANDA KOSONG?
4. APAKAH ANDA SERING YA
MERASA BOSAN?
5. APAKAH ANADA TIDAK
MEMPUNYAI SEMANGAT
YANG BAIK SETIAP SAAT?
6. APAKAH ANDA MERASA YA
TAKUT SESUATU YANG
BURUK AKAN TERJADI PADA
ANDA?
7. APAKAH ANDA MERASA YA

74
BAHAGIA UNTUK SEBAGIAN
BESAR HIDUP ANDA?
8. APAKAH ANDA MERASA YA
SERING TIDAK BERDAYA?
9. APAKAH ANDA LEBIH SERING YA
DIRUMAH DARIPADA PERGI
KELUAR DAN MENGERJAKAN
SESUATU HAL YANG BARU?
10. APAKAH ANDA MERASA TIDAK
MEMPUNYAI BANYAK
MASALAH DENGAN DAYA
INGAT ANDA DIBANDINGKAN
KEBANYAKAN ORANG ?
11. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA TIDAK
KEHIDUPAN ANDA
SEKARANG
MENYENANGKAN?
12. APAKAH ANDA MERASA YA
TIDAK BERHARGA SEPERTI
PERASAAN ANDA SAAT INI?
13. APAKAH ANDA MERASA TIDAK
PENUH SEMANGAT?
14. APAKAH ANDA MERASA YA
BAHWA KEADAAN ANDA
TIDAK ADA HARAPAN?
15. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA YA
ORANG LAIN, LEBIH BAIK
KEADAANNYA DARIPADA
ANDA?
Setiap jawaban yangsesuai mempunyai skor “1 “ ( SATU ) :
SKOR 5-9 : kemungkinan depresi
skor 10 atau lebih : DEPRESI

75
f. Screening Fall:
SCREENING FAAL
FUNGTIONAL REACH (FR) TEST
No LANGKAH
1. MINTA PASIEN BERDIRI DI SISI TEMBOK DENGAN
TANGAN DIRENTANGKAN
2. KEDEPAN 2 BERI TANDA LETAK TANGAN I
3. MINTA PASIEN CONDONG KEDEPAN TANPA
MELANGKAH SELAMA 1-2 MENIT, DENGAN TANGAN
DIRENTANGKAN KE DEPAN
4. BERI TANDA LETAK TANGAN KE II PADA POSISI
CONDONG
5. UKUR JARAK ANTARA TANDA TANGAN I & KE II

INTERPRETASI :
USIA LEBIH 70 TAHUN : KURANG 6 INCHI : RESIKO ROBOH

THE TIMED UP AND GO (TUG) TEST


NO LANGKAH
1. POSISI PASIEN DUDUK DIKURSI
2. MINTA PASIENBERDIRI DARI KURSI, BERJALAN 10
LANGKAH(3METER), KEMBALI KE KURSI, UKUR WAKTU
DALAM DETIK
INTERPRETASI :
Score: ≤ 10 detik : low risk of falling
11 - 19 detik : low to moderate risk for falling
20 – 29 detik : moderate to high risk for falling
≥ 30 detik : impaired mobility and is at high risk of falling

76
g. Skala Norton
SKOR NORTON
(untuk menilai potensi dekubitus)
Nama penderita : …Ny. N………………. Skor
Kondisi fisik umum:
-Baik 4
-Lumayan 3
-Buruk 2
-Sangat buruk 1
Kesadaran:
-Komposmentis 4
-Apatis 3
-Konfus / soporus 2
-Stupor / koma 1
Aktifitas:
-Ambulan 4
-Ambulan dengan ba ntu an 3
-Hanya bisa duduk 2
-Tiduran 1
Mobilitas:
-Bergerak bebas 4
-Sedikit terbatas 3
-Sangat terbatas 2
-Tak bisa bergerak 1
Inkontines:
-Tid ak 4
-Kadang - kadang 3
-Sering Inkontinesia urin 2
-Inkontinensia alvi & urin 1

77
78

79

Anda mungkin juga menyukai