Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KASUS DIMENSIA

DISUSUN OLEH :
MELLIA SARI, S.Kep
NPM 20149011221

DOSEN PEMBIMBING :
ISRIZAL, S.Kep, Ners, M.Kes, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2020/2021
BAB I
KONSEP MENUA/ LANSIA

Defenisi Lansia dan Proses Menua


Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun
keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
Process atau proses penuaan.
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor tertentu tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2012).
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia
sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut
pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily
living (Fatimah, 2010).

Teori Proses Menua


Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu:
1. Teori – teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi
sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul/DNA dansetiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak).
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu
yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
e. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai.
f. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan
ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelahsel-sel tersebut
mati.

2. Teori kejiwaan sosial


a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori ini menyatakan
bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia berupa mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil.
b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss),
yakni: Kehilangan peran, Hambatan kontak sosial, Berkurangnya kontak komitmen.
Batasan Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2008) ada beberapa pendapat para ahli mengenai batasan lanjut usia diantaranya :
1. Menurut World Health Organization (WHO), ada empat tahapan lanjut usia yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
2. Menurut Koesoemanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan sebagai berikut:
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) yaitu usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun)
c. Lanjut usia (geriatric age) yaitu usia lebih dari 65/70 tahun, terbagi:
1) Usia 70-75 tahun (young old)
2) Usia 75-80 tahun (old)
3) Usia lebih dari 80 tahun (very old)
3. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia terbagi dalm dua tahap yaitu:
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)

Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik yang berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari
rentang sehat sampai sakit, kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif
(Maryam, 2008).

Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:
1. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat mengahasilkan barang atau jasa
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya tergantungpada
bantuan orang lain
Ciri-Ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis sehingga motivasimemiliki
peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansiayang memiliki motivasi yang rendah
dalam melakukan kegiatan, maka akanmempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memilikimotivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akanlebih lama
terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansiadan diperkuat
oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senangmempertahankan pendapatnya maka
sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapiada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa
kepada orang lain sehingga sikap sosialmasyarakat menjadi positif.
3. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasarkeinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansiamenduduki jabatan sosial di masyarakat sebagaiKetua RW, sebaiknya masyarakattidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkankonsep diri yang buruk
sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak
dilibatkan untukpengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah
yangmenyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkanmemiliki
harga diri yang rendah.

Perubahan-perubahan pada Lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual
(Azizah dan Lilik M, 2011).
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran:Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karenahilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutamaterhadap bunyi suara atau nada- nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulitdimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis danberbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal
dengan liver spot.

c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan penghubung (kolagendan elastin),
kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai pendukungutama kulit, tendon, tulang, kartilago dan
jaringan pengikat mengalamiperubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
1) Kartilago: jaringan kartilagopada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi,
sehingga permukaansendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang
dandegenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,konsekuensinya kartilagopada persendiaan
menjadi rentan terhadap gesekan.
2) Tulang: berkurangnyakepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi,
sehinggaakan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan
nyeri,deformitas dan fraktur.
3) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangatbervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut
otot, peningkatan jaringanpenghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif.
4) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasiamengalami
penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantungbertambah, ventrikel kiri
mengalami hipertropi sehingga peregangan jantungberkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan inidisebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan
jaringankonduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikanruang paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
perSistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total parutetap tetapi volume
cadangan napasan terganggu dankemampuan peregangan toraks berkurang.

f. Pencernaan dan Metabolisme


Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksisebagai kemunduran
fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan
rasa lapar menurun), liver (hati) makinmengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yangmengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi olehginjal.
h. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresifpada serabut saraf lansia.
Lansia mengalami penurunan koordinasi dankemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-
hari.
i. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary danuterus. Terjadi atropipayudara.
Pada laki- laki testis masih dapat memproduksispermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.

2. Perubahan Kognitif:
a. Daya Ingat (Memory)
b. IQ (Intellegent Quotient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi (Motivation)

3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,perubahan konsep diri.
Perubahan spiritual agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakinmatang
(mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir danbertindak sehari-hari.

4. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jikalansia mengalami
penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangandapat meruntuhkan
pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebutdapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengankeinginan untuk
menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresijuga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuanadaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,gangguan stress setelah trauma
dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguantersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda
dan berhubungandengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau
gejalapenghentian mendadak dari suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansiasering merasa
tetangganya mencuri barang- barangnya atau berniatmembunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi ataumenarik diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangatmengganggu. Rumah atau kamar kotor
dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang dengan
tidak teratur.Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia menurut Depkes RI (2016) terdiri dari :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-tingginya,sehinggaterhindar dari
penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental.
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatupenyakit atau gangguan, masih
dapat mempertahankan kemandirian yangoptimal.
4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang beradadalam fase
terminal sehingga lansia dapat mengadapi kematian dengan tenang danbermartabat.Fungsi pelayanan
dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan
pusat pengembangan pelayanan sosial lansiadan pusat pemberdayaan lansia.
BAB II
ASAS ETIK LEGAL ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Konsep Legal Etik


Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat seharusnya
mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan. Aspek Legal
Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak
dan
kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian
integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut
mengatasi masalah- masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat
yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and
Management dan bidang Professional Development “Setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat
utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang
bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”.
(Budi Sampurna, Pakar Hukum Kesehatan UI 2006)

Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam praktik
perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung
pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya
sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar
pemahaman terhadap apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang
profesional.

Isi dari prinsip – prinsip legal dan etis adalah :


a. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak- hak klien
dalam membuat keputusan tentang perawatandirinya.
b. Beneficience (Berbuat Baik ).
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan darikesalahan
atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.
c. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip- prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada
komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu
yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang
tidak jelas atau tanpa terkecuali.
i. Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat penjelasan atau
keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent”
mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi.
Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan
atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta
resiko yang berkaitan dengannya.

Masalah Legal Dalam Keperawatan


Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara. Setiap orang yang
tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung denda atau hukuman penjara.
Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat :
a) Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak melakukan
pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-hati
sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
b) Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika
andatertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat
dianggap sebagai pencurian.
c) Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut, anda
bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal atau tertulis.
d) False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum atau false
imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan melakukannya agar
pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong danrestrein harus
digunakan sesuai dengan perintah dokter.
e) Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau bahkan
mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa
ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasienharus
mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
f) Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.Pelanggaran
terhadapkerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum.
g) Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara hukum untuk
menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang
membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dananak-anaklah yang
paling rentan. Biasanya,pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap
penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah
atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain.
Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai
seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.

Landasan Aspek Legal Keperawatan


Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan Aspek legal Keperawatan pada
kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk
melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan
Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki
kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara
berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang
memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat
umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan
dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau
kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing- masing.
a. Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan

Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang melahirkan hak dan
kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok,hukum mengatur perilaku
hubungan baik antara manusia yang satu dengan yang lain, antar kelompok manusia, maupun antara
manusia dengan kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupakan
suatu
keniscayaan (Praptianingsih, S.,2006). Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no
36/2009 tentang kesehatan berbunyi : “Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenistertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.”
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan
pengobatandan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”. Yang
manaberdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga. kesehatan
yangbertugas untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan Pelayanankeperawatan
di rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan, penelitian danpendidikan
berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan sebagai inti dari kegiatan yang
dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian-penelitian yangmenunjang terhadap asuhan
keperawatan, juga peningkatan pengetahuan dan keterampilanserta sikap yang diperoleh melalui
pendidikan dimana hal ini semua bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi
pelayanan dan juga pasien selaku penerima asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan Permenkes No.
HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan keperawatan.
Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan dengan
aspek legalisasi keperawatan:
1) Proses Keperawatan
2) Tindakan keperawatan
3) Informed Consent
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas
apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya
serta memberikan suatu kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban
perawat ditentukan dalam Kepmenkes 1239/2001 dan Keputusan DirekturJenderal Pelayanan
Medik .
BAB III
TINJAUAN TEORI KASUS INSOMNIA

A. PENGERTIAN
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat,
bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan
kemampuan bersosialisasi. (Arif Mansjoer, 1999)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif atau keadaan
yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas
komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. (Elizabeth J. Corwin, 2009)
Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan hilangnya independensi
sosial. (William F. Ganong, 2010)
Jadi, Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
B. ETIOLOGI
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang penyebabnya
sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit Alzheimer disebabkan karena adanya
kelainan faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu.
Penyebab lainnya dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal
yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara
perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang
mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang
disebabkan oleh stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki
tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah
di otak.
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu :
terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada
metabolisme
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab utama
dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2. Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3. Khorea Huntington
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantaranya
1. Penyakit cerebro kardiofaskuler
2. penyakit- penyakit metabolik
3. Gangguan nutrisi
4. Akibat intoksikasi menahun

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :
1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
2. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
3. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).
4. Defisit neurologi dan fokal.
5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.
7. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)
8. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.
9. Tidak bisa pulang kerumah bila bepergian.
10. Lupa meletakkan barang penting.
11. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting.
12. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.
13. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada
D. KLASIFIKASI DEMENSIA
1. Menurut Kerusakan Struktur Otak
a. Tipe Alzheimer
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
eksekutif,
3. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
4. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
5. Kehilangan inisiatif.
b. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan setiap
penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa
disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi
dapat diduga sebagai demensia vaskular
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1. Peningkatan reflek tendon dalam
2. Kelainan gaya berjalan
3. Kelemahan anggota gerak
2. Menurut Umur:
a. Demensia senilis ( usia >65tahun)
b. Demensia prasenilis (usia <65tahun)
3. Menurut perjalanan penyakit :
a. Reversibel (mengalami perbaikan)
b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B, Defisiensi,
Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan serebrospinalis,
hal ini menyebabkan adanya :
1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
2. Inkontinensia urin.
3. Demensia.
4. Menurut sifat klinis
a. Demensia proprius
b. Pseudo-demensia
C. PATOFISIOLOGI
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun) adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Lansia penderita
demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana
Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan
oleh penderita itu sendiri, mereka sulit untuk mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu
barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang
biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang
tinggal bersama mereka, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin
menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu lebih
banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya
ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka
menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh
munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin
saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa
Lansia penderita demensia ke rumah sakit dimana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus
pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji ddan mengenali gejala
demensia.

Pathway Demensia

Faktor genetik Infeksi Virus Lingkungan Imunologi Trauma

Kekusutan neuro Hilangnya serat – serat hh


Fibriliar yg difus koligemik di korteks
dan plak senilis

atropi otak penurunan sel neuro koligemik yg


berproyeksi dihimokampus dan amigdala

degenerasi neuron kelainan neurotransmiter


irreversibel

Demensia asetilkoin

Daya Gangguan Gangguan Gangguan Perubahan Perubahan Kehilangan


Ingat kognitifmemori fungsi bhs intelektual perilaku fungsi tonus otot

Kemampuan Mudah -Kehilangan


Muncul gejala kemampuan menyelesaikan
Tingkahmasalah
laku
-Emosi
neuro psikiatrik
labil, berubah
melakukan lupa
aktivitas MK :
perubahan pola eliminasi urine
perubahan nafsu Risiko
MK : Defisit perawatan diri makan trauma

pelupa, apatis

MK :
ketidakseimbang an ntrisi kurang dari kebutuhan tubuh MK : MK :
Perubahan proses pikir HambatanKoping
interaksi sosialtidak efektif
Individu
Hambatan komunikasi verbal

Kesulitan Perubahan persepsi


transmisi dan
integritas sensori
MK :
Perubaha MK : Perubahan persepsi
n pola sesori
tidur
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang : (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia ditegakkan
untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia reversible, walaupun
50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal,
pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin
dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah,
ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah menjadi
pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada sebagian
besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi gambaran
perlambatan difus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang
dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia presentasi
atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.
5. Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang
memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode bentuk APOE
yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer
tipe awitan lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon 4 sebagai
penanda semakin meningkat.
6. Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test yang paling
banyak dipakai. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003 ;Boustani,2003 ;Houx,2002 ;Kliegel
dkk,2004) tetapi sensitif untuk mendeteksi gangguan memori ringan. (Tang-Wei,2003)
Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah test yang paling sering dipakai saat ini,
penilaian dengan nilai maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi,
menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognisi dalam kurun waktu tertentu. Nilai di
bawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan kognisi yang signifikan pada
penderita berpendidikan tinggi.(Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003).
E. PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan. Untuk mengobati demensia
alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine ,
Galantamine , Memantine
Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine ,
Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa
diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis
yang berhubungan dengan stroke.
Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti Sertraline
dan Citalopram.
F. PENCEGAHAN DAN PERAWATAN DEMENSIA
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah
menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif
yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan
sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DIMENSIA

Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas : Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit yang sangat berat.
b) Riwayat kesehatan sekarang

Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit kepala,kelelahan,pundak terasa berat.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah keluarga pernah mengalami penyakit yang sama

c. Aktivitas/istirahat
 Gejala : kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton’\

 Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irma jantung, dan takipnea.


d. Sirkulasi
 Gejala : riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi.

 Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari tekanan darah) diperlukan untuk


menegakkandiagnosis. Hipertensi postural mungkin berhubungan dengan regimen obat.

e. Integritas Ego
 Gejala : riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi.

 Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak,otot muka
tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

f. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada
masa lalu.

g. Makanan/cairan

Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang di goreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan
kandungan tinggi kalori, mual, muntah dan perubahan BB meningkat / turun, riwayat
penggunaanobat diuretik.

h. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipita ( terjadinya saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam, gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).

i. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit kepala oksipital berat, seperti
yang pernah terjadi sebelumnya.

j. Pernapasan

 Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja. Takipnea, orthopnea, dispnea,batuk
dengan atau tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

 Tanda : distress respirasi atau penguunaan otot aksesori pernapasan, bunyi nafas tambahan (krakles
/ mengi), sianosis

k. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

2. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana idup sehat

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan

b. Pola nutrisi

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet,kesulitan
menelan,mual/muntah, dan makanan kesehatan
c. Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalahnutrisi, dan
penggunaan kateter.

d. Pola tidur dan istirahat

Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy, jumlah tidur pada siang danmalam,
masalah tidur, dan insomnia

e. Pola aktivitas dan istirahat

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi. Riwayat penyakit jantung,frekuensi,
irama, dan kedalaman pernafasan

Tabel 2.2 pengkajian Indeks KATZ

Skor INTERPRETASI
A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK), berpindah, kekamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsitambahan

D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,berpakaian dan


satufungsi tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamarkecil,
dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian, kekamar kecil,berpindah
dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagaiC,D dan
lain E

f. Pola hubungan dan peran


Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga danmasyarakat tempat
tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuanga
g. Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif, pola persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan,
pendengaran,perasaan, dan pembau. Pada klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata.

Tabel 2.4 Pengkajian Status mental


Tabel short Portable Mwntal Status Quesioner (SPMSQ)

Skor
NO Pertanyaan Jawaban
+ -
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. DImana alamatt anda?
5. Kapan anda lahir?
6. Berapa umur anda?
7. Siapa Presiden Indonesia sekaran?
8. Siapa Presiden Sebelumnya?
9. Siapa nama anak anda?
10. Siapa nama ibu anda?

Kesimpulan :
1. Kesalahan 0 – 2 = Fungsi Intelektual Utuh
2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan Intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan Intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan Intelektual
Berat Keterangan :
a. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan bila subyek hanya berpendidikan SD
b. Bisa dimaklumi bilang kurang dari 1 ( satu ) kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan lebih dari
SD
c. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan untuk subyek kulit hitam
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
h. Pola Persepsi dan Konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri
menggambarkan gambaran harga diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai sistem terbuka makhluk
bio- psiko-sosiokultural-spritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit.
Pengkajian tingkat depresi menggunakan Tabel Inventaris Depresi Back

i. Pola seksual dan reproduksi


Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual (Aspiani, 2014 ).
DIAGNOSA KEPERAWATAN DEMENSIA
1. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah
laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)
ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan
stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau integrasi sensori
(penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas,
apatis, gelisah, halusinasi.
4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan keluhan verbal
tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak
terkoordinasi, aktivitas kejang.

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tujuan dan kriteria


NIC NOC
Dx hasil
1 Setelah diberikan Jalin hubungan saling Untuk membangan kepercayaan
tindakan keperawatan mendukung dengan klien. dan rasa nyaman.
diharapkan klien dapat Orientasikan pada
beradaptasi dengan lingkungan dan rutinitas Menurunkan kecemasan dan
perubahan aktivitas baru. perasaan terganggu.
sehari- hari dan Kaji tingkat stressor
lingkungan dengan KH : (penyesuaian diri, Untuk menentukan persepsi klien
mengidentifikasi perkembangan, peran tentang kejadian dan tingkat
perubahan keluarga, akibat perubahan serangan.
mampu beradaptasi status kesehatan)
pada perubahan Tentukan jadwal aktivitas
lingkungan dan aktivitas yang wajar dan masukkan
kehidupan sehari-hari dalam kegiatan rutin. Konsistensi mengurangi
cemas dan takut kebingungan dan meningkatkan
berkurang Berikan penjelasan dan rasa kebersamaan.
membuat pernyataan informasi yang
yang positif tentang menyenangkan mengenai Menurunkan ketegangan,
lingkungan yang baru. kegiatan/ peristiwa. mempertahankan rasa saling
percaya, dan orientasi.

2 Setelah diberikan Kembangkan lingkungan Mengurangi kecemasan dan


tindakan keperawatan yang mendukung dan emosional.
diharapkan klien mampu hubungan klien-perawat
mengenali perubahan yang terapeutik.
dalam berpikir dengan Pertahankan lingkungan
KH: yang menyenangkan dan
Mampu memperlihatkan tenang. Kebisingan merupakan sensori
kemampuan kognitif Tatap wajah ketika berlebihan yang meningkatkan
untuk menjalani berbicara dengan klien. gangguan neuron.
konsekuensi kejadian
yang menegangkan Panggil klien dengan Menimbulkan perhatian,
terhadap emosi dan namanya. terutama pada klien dengan
pikiran tentang diri. gangguan perceptual.
Mampu Nama adalah bentuk identitas diri
mengembangkan strategi dan menimbulkan pengenalan
untuk mengatasi Gunakan suara yang agak terhadap realita dan klien.
anggapan diri yang rendah dan berbicara
negative. dengan perlahan pada Meningkatkan pemahaman.
Mampu mengenali klien. Ucapan tinggi dan keras
tingkah laku dan faktor menimbulkan stress yg
penyebab. mencetuskan konfrontasi dan
respon marah.
3 Setelah diberikan Kembangkan lingkungan Meningkatkan kenyamanan dan
tindakan keperawatan yang suportif dan menurunkan kecemasan pada klien.
diharapkan perubahan hubungan perawat-klien
persepsi sensori klien yang terapeutik.
dapat berkurang atau Bantu klien untuk Meningkatkan koping dan
terkontrol dengan KH: memahami halusinasi. menurunkan halusinasi.
Mengalami penurunan
halusinasi. Kaji derajat sensori atau Keterlibatan otak memperlihatkan
Mengembangkan gangguan persepsi dan masalah yang bersifat asimetris
strategi psikososial untuk bagaiman hal tersebut menyebabkan klien kehilangan
mengurangi stress. mempengaruhi klien kemampuan pada salah satu sisi
Mendemonstrasikan termasuk penurunan tubuh.
respons yang sesuai penglihatan atau
stimulasi. pendengaran.
Ajarkan strategi untuk Untuk menurunkan kebutuhan
mengurangi stress. akan halusinasi.

Ajak piknik sederhana, Piknik menunjukkan realita dan


jalan-jalan keliling rumah memberikan stimulasi sensori yang
sakit. Pantau aktivitas. menurunkan perasaan curiga dan
halusinasi yang disebabkan
perasaan terkekang.
4 Setelah dilakukan Jangan menganjurkan Irama sirkadian (irama tidur-
tindakan keperawatan klien tidur siang apabila bangun) yang tersinkronisasi
diharapkan tidak terjadi berakibat efek negative disebabkan oleh tidur siang yang
gangguan pola tidur pada terhadap tidur pada malam singkat.
klien dengan KH : hari.
Memahami faktor Evaluasi efek obat klien Deragement psikis terjadi bila
penyebab gangguan pola (steroid, diuretik) yang terdapat panggunaan kortikosteroid,
tidur. mengganggu tidur. termasuk perubahan mood,
Mampu menentukan insomnia.
penyebab tidur inadekuat.
Melaporkan dapat Tentukan kebiasaan dan
beristirahat yang cukup. rutinitas waktu tidur malam Mengubah pola yang sudah
Mampu menciptakan dengan kebiasaan terbiasa dari asupan makan klien
pola tidur yang adekuat. klien(memberi susu pada malam hari terbukti
hangat). mengganggu tidur.
Memberikan lingkungan
yang nyaman untuk
meningkatkan Hambatan kortikal pada formasi
tidur(mematikan lampu, reticular akan berkurang selama
ventilasi ruang adekuat, tidur, meningkatkan respon
suhu yang sesuai, otomatik, karenanya respon
menghindari kebisingan). kardiovakular terhadap suara
Buat jadwal tidur secara meningkat selama tidur.
teratur. Katakan pada klien
bahwa saat ini adalah
waktu untuk tidur.
Penguatan bahwa saatnya tidur
dan mempertahankan kesetabilan
lingkungan.
5 Setelah dilakukan Kaji derajat gangguan Mengidentifikasi risiko di
tindakan keperawatan kemampuan, tingkah laku lingkungan dan mempertinggi
diharapkan Risiko cedera impulsive dan penurunan kesadaran perawat akan bahaya.
tidak terjadi dengan KH : persepsi visual. Bantu Klien dengan tingkah laku impulsi
Meningkatkan tingkat keluarga mengidentifikasi berisiko trauma karena kurang
aktivitas. risiko terjadinya bahaya mampu mengendalikan perilaku.
Dapat beradaptasi yang mungkin timbul. Penurunan persepsi visual berisiko
dengan lingkungan untuk terjatuh.
mengurangi risiko trauma/
cedera.
Tidak mengalami cedera. Hilangkan sumber bahaya
lingkungan. Klien dengan gangguan kognitif,
gangguan persepsi adalah awal
terjadi trauma akibat tidak
bertanggung jawab terhadap
kebutuhan keamanan dasar.

Alihkan perhatian saat Mempertahankan keamanan


perilaku teragitasi/ dengan menghindari konfrontasi
berbahaya, memenjat pagar yang meningkatkan risiko
tempat tidur. terjadinya trauma.

Kaji efek samping obat, Klien yang tidak dapat melaporkan


tanda keracunan (tanda tanda/gejala obat dapat
ekstrapiramidal, hipotensi menimbulkan kadar toksisitas pada
ortostatik, gangguan lansia. Ukuran dosis/ penggantian
penglihatan, gangguan obat diperlukan untuk mengurangi
gastrointestinal). gangguan.
Hindari penggunaan Membahayakan klien,
restrain terus-menerus. meningkatkan agitasi dan timbul
Berikan kesempatan risiko fraktur pada klien lansia
keluarga tinggal bersama (berhubungan dengan penurunan
klien selama periode agitasi kalsium tulang).
akut.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, RY. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Jakarta : Trans Info Media

Azizah, Lilik M. (2011). Perawatan Lanjut Usia. Surabaya : Graha Ilmu

Budi Sampurna, S.Pf. Praktik Kedokteran yang baik Mencegah Malpraktik Kdokteran.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah .Vol 1 & 2. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. EGC : Jakarta

Depkes RI. (2013). Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut.
Jakarta :Depkes RI

Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. EGC : Jakarta.

Fatimah, (2010). Merawat manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik.
Jakarta : Tim

Maryam, Siti (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba

Medika Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Ed. 3. Jakarta.: EGC

Wilkinson,J (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EG

Anda mungkin juga menyukai