DISUSUN OLEH :
MELLIA SARI, S.Kep
NPM 20149011221
DOSEN PEMBIMBING :
ISRIZAL, S.Kep, Ners, M.Kes, M.Kep
Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik yang berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari
rentang sehat sampai sakit, kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif
(Maryam, 2008).
Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:
1. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat mengahasilkan barang atau jasa
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya tergantungpada
bantuan orang lain
Ciri-Ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis sehingga motivasimemiliki
peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansiayang memiliki motivasi yang rendah
dalam melakukan kegiatan, maka akanmempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memilikimotivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akanlebih lama
terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansiadan diperkuat
oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senangmempertahankan pendapatnya maka
sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapiada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa
kepada orang lain sehingga sikap sosialmasyarakat menjadi positif.
3. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasarkeinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansiamenduduki jabatan sosial di masyarakat sebagaiKetua RW, sebaiknya masyarakattidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkankonsep diri yang buruk
sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak
dilibatkan untukpengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah
yangmenyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkanmemiliki
harga diri yang rendah.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan penghubung (kolagendan elastin),
kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai pendukungutama kulit, tendon, tulang, kartilago dan
jaringan pengikat mengalamiperubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
1) Kartilago: jaringan kartilagopada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi,
sehingga permukaansendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang
dandegenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,konsekuensinya kartilagopada persendiaan
menjadi rentan terhadap gesekan.
2) Tulang: berkurangnyakepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi,
sehinggaakan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan
nyeri,deformitas dan fraktur.
3) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangatbervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut
otot, peningkatan jaringanpenghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif.
4) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasiamengalami
penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantungbertambah, ventrikel kiri
mengalami hipertropi sehingga peregangan jantungberkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan inidisebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan
jaringankonduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikanruang paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
perSistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total parutetap tetapi volume
cadangan napasan terganggu dankemampuan peregangan toraks berkurang.
2. Perubahan Kognitif:
a. Daya Ingat (Memory)
b. IQ (Intellegent Quotient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi (Motivation)
3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,perubahan konsep diri.
Perubahan spiritual agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakinmatang
(mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir danbertindak sehari-hari.
4. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jikalansia mengalami
penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangandapat meruntuhkan
pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebutdapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengankeinginan untuk
menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresijuga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuanadaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,gangguan stress setelah trauma
dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguantersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda
dan berhubungandengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau
gejalapenghentian mendadak dari suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansiasering merasa
tetangganya mencuri barang- barangnya atau berniatmembunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi ataumenarik diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangatmengganggu. Rumah atau kamar kotor
dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang dengan
tidak teratur.Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia menurut Depkes RI (2016) terdiri dari :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-tingginya,sehinggaterhindar dari
penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental.
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatupenyakit atau gangguan, masih
dapat mempertahankan kemandirian yangoptimal.
4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang beradadalam fase
terminal sehingga lansia dapat mengadapi kematian dengan tenang danbermartabat.Fungsi pelayanan
dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan
pusat pengembangan pelayanan sosial lansiadan pusat pemberdayaan lansia.
BAB II
ASAS ETIK LEGAL ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam praktik
perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung
pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya
sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar
pemahaman terhadap apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang
profesional.
Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang melahirkan hak dan
kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok,hukum mengatur perilaku
hubungan baik antara manusia yang satu dengan yang lain, antar kelompok manusia, maupun antara
manusia dengan kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupakan
suatu
keniscayaan (Praptianingsih, S.,2006). Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no
36/2009 tentang kesehatan berbunyi : “Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenistertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.”
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan
pengobatandan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”. Yang
manaberdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga. kesehatan
yangbertugas untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan Pelayanankeperawatan
di rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan, penelitian danpendidikan
berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan sebagai inti dari kegiatan yang
dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian-penelitian yangmenunjang terhadap asuhan
keperawatan, juga peningkatan pengetahuan dan keterampilanserta sikap yang diperoleh melalui
pendidikan dimana hal ini semua bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi
pelayanan dan juga pasien selaku penerima asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan Permenkes No.
HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan keperawatan.
Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan dengan
aspek legalisasi keperawatan:
1) Proses Keperawatan
2) Tindakan keperawatan
3) Informed Consent
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas
apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya
serta memberikan suatu kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban
perawat ditentukan dalam Kepmenkes 1239/2001 dan Keputusan DirekturJenderal Pelayanan
Medik .
BAB III
TINJAUAN TEORI KASUS INSOMNIA
A. PENGERTIAN
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat,
bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan
kemampuan bersosialisasi. (Arif Mansjoer, 1999)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif atau keadaan
yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas
komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. (Elizabeth J. Corwin, 2009)
Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan hilangnya independensi
sosial. (William F. Ganong, 2010)
Jadi, Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
B. ETIOLOGI
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang penyebabnya
sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit Alzheimer disebabkan karena adanya
kelainan faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu.
Penyebab lainnya dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal
yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara
perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang
mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang
disebabkan oleh stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki
tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah
di otak.
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu :
terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada
metabolisme
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab utama
dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2. Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3. Khorea Huntington
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantaranya
1. Penyakit cerebro kardiofaskuler
2. penyakit- penyakit metabolik
3. Gangguan nutrisi
4. Akibat intoksikasi menahun
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :
1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
2. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
3. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).
4. Defisit neurologi dan fokal.
5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.
7. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)
8. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.
9. Tidak bisa pulang kerumah bila bepergian.
10. Lupa meletakkan barang penting.
11. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting.
12. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.
13. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada
D. KLASIFIKASI DEMENSIA
1. Menurut Kerusakan Struktur Otak
a. Tipe Alzheimer
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
eksekutif,
3. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
4. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
5. Kehilangan inisiatif.
b. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan setiap
penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa
disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi
dapat diduga sebagai demensia vaskular
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1. Peningkatan reflek tendon dalam
2. Kelainan gaya berjalan
3. Kelemahan anggota gerak
2. Menurut Umur:
a. Demensia senilis ( usia >65tahun)
b. Demensia prasenilis (usia <65tahun)
3. Menurut perjalanan penyakit :
a. Reversibel (mengalami perbaikan)
b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B, Defisiensi,
Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan serebrospinalis,
hal ini menyebabkan adanya :
1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
2. Inkontinensia urin.
3. Demensia.
4. Menurut sifat klinis
a. Demensia proprius
b. Pseudo-demensia
C. PATOFISIOLOGI
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun) adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Lansia penderita
demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana
Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan
oleh penderita itu sendiri, mereka sulit untuk mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu
barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang
biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang
tinggal bersama mereka, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin
menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu lebih
banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya
ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka
menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh
munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin
saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa
Lansia penderita demensia ke rumah sakit dimana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus
pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji ddan mengenali gejala
demensia.
Pathway Demensia
Demensia asetilkoin
pelupa, apatis
MK :
ketidakseimbang an ntrisi kurang dari kebutuhan tubuh MK : MK :
Perubahan proses pikir HambatanKoping
interaksi sosialtidak efektif
Individu
Hambatan komunikasi verbal
Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas : Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit yang sangat berat.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit kepala,kelelahan,pundak terasa berat.
c. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton’\
e. Integritas Ego
Gejala : riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak,otot muka
tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
f. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada
masa lalu.
g. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang di goreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan
kandungan tinggi kalori, mual, muntah dan perubahan BB meningkat / turun, riwayat
penggunaanobat diuretik.
h. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipita ( terjadinya saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam, gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
i. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit kepala oksipital berat, seperti
yang pernah terjadi sebelumnya.
j. Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja. Takipnea, orthopnea, dispnea,batuk
dengan atau tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi atau penguunaan otot aksesori pernapasan, bunyi nafas tambahan (krakles
/ mengi), sianosis
k. Keamanan
b. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet,kesulitan
menelan,mual/muntah, dan makanan kesehatan
c. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalahnutrisi, dan
penggunaan kateter.
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy, jumlah tidur pada siang danmalam,
masalah tidur, dan insomnia
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi. Riwayat penyakit jantung,frekuensi,
irama, dan kedalaman pernafasan
Skor INTERPRETASI
A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK), berpindah, kekamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsitambahan
Skor
NO Pertanyaan Jawaban
+ -
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. DImana alamatt anda?
5. Kapan anda lahir?
6. Berapa umur anda?
7. Siapa Presiden Indonesia sekaran?
8. Siapa Presiden Sebelumnya?
9. Siapa nama anak anda?
10. Siapa nama ibu anda?
Kesimpulan :
1. Kesalahan 0 – 2 = Fungsi Intelektual Utuh
2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan Intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan Intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan Intelektual
Berat Keterangan :
a. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan bila subyek hanya berpendidikan SD
b. Bisa dimaklumi bilang kurang dari 1 ( satu ) kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan lebih dari
SD
c. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan untuk subyek kulit hitam
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
h. Pola Persepsi dan Konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri
menggambarkan gambaran harga diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai sistem terbuka makhluk
bio- psiko-sosiokultural-spritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit.
Pengkajian tingkat depresi menggunakan Tabel Inventaris Depresi Back
INTERVENSI KEPERAWATAN
Aspiani, RY. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Jakarta : Trans Info Media
Budi Sampurna, S.Pf. Praktik Kedokteran yang baik Mencegah Malpraktik Kdokteran.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah .Vol 1 & 2. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. EGC : Jakarta
Depkes RI. (2013). Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut.
Jakarta :Depkes RI
Fatimah, (2010). Merawat manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik.
Jakarta : Tim
Maryam, Siti (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Ed. 3. Jakarta.: EGC