Anda di halaman 1dari 39

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN


KERANGKA PENDANAAN

3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU


3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD

Kinerja pelaksanaan APBD ditunjukkan dari kinerja pendapatan daerah yang meliputi
pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Belanja daerah baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung serta pembiayaan
daerah juga merupakan indikator kinerja pelaksanaan APBD.

1. Pendapatan Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, sumber penerimaan Kabupaten Sumbawa Barat berasal dari
Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan. Pendapatan Daerah terdiri dari : 1)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum
dan Dana Alokasi Khusus; serta 3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi
Hibah, Dana Darurat, dan Lain-lain Pendapatan yang ditetapkan Pemerintah.
Sedangkan penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SiLPA), Pencairan Dana Cadangan dan Penerimaan Pinjaman Daerah.
Perkembangan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Sumbawa Barat dan rata-rata
pertumbuhannya selama kurun waktu tahun 2015-2019 secara rinci dapat dilihat pada
tabel 3.1. Memperhatikan data yang disajikan dalam tabel 3.1 dapat dilihat bahwa rata-
rata pertumbuhan total pendapatan daerah mencapai 10,26% yang terdiri dari
pendapatan asli daerah dengan pertumbuhan rata-rata 32,11%; dana perimbangan
dengan rata-rata pertumbuhan 11,23%; dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
menyumbang rata-rata pertumbuhan 11,84%. Pada komponen pendapatan asli daerah
terjadi realisasi yang cukup tinggi yakni pada tahun 2017 yang mencapai
Rp.171.632.492.404,26 yang disebabkan adanya realisasi penerimaan dari deviden
saham pada PT. DMB, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya tidak terdapat
penerimaan tersebut. Selanjutnya, untuk komponen dana perimbangan terjadi
realisasi yang cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yakni pada tahun
2016 dan 2017 yang mencapai angka lebih dari Rp.900 milyar. Sedangkan untuk
komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah realisasi tertinggi mencapai angka
diatas Rp.127 milyar pada tahun 2015 yang dengan sumbangan terbesar dari realisasi
dana penyesuaian.

83
Tabel 3. 1. Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015-2019
Jumlah (Rp.) Rata-rata
No. Uraian
2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan (%)
1 Pendapatan Asli Daerah 49.622.801.952,25 57.982.409.736,36 171.632.492.404,26 66.810.357.193,03 72.683.549.380,29 32,11
1.1 Pajak Daerah 19.674.504.706,00 21.200.455.513,00 23.021.082.947,50 23.662.091.718,00 26.284.196.383,00 6,04
1.2 Retribusi Daerah 10.461.620.864,00 12.469.624.872,00 16.647.709.062,00 18.815.661.161,47 7.044.282.534,60 0,63
1.3 Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan 4.233.682.420,00 4.451.169.422,00 90.544.592.948,00 5.519.126.047,00 5.235.038.104,00 368,05
Daerah Yang Dipisahkan
1.4 Lain-lain Pendapatan Asli
15.252.993.962,25 19.861.159.929,36 41.419.107.446,76 18.813.478.266,56 34.120.032.358,69 33,11
Daerah Yang Sah
2 Dana Perimbangan 540.797.463.900,00 998.939.539.166,00 947.736.048.799,00 859.228.101.375,00 737.894.118.952,00 11,23
2.1 Dana Bagi Hasil Pajak 37.542.009.950,00 39.265.395.127,00 40.109.187.211,00 62.181.839.417,00 18.082.847.600,00 (1,83)
2.2 Dana Bagi Hasil Bukan
24.454.812.950,00 416.589.320.293,00 346.608.896.985,00 227.090.931.180,00 120.810.969.226,00 301,09
Pajak
2.3 Dana Alokasi Umum 380.327.621.000,00 402.617.985.000,00 400.284.503.000,00 400.229.072.000,00 417.480.922.000,00 1,92
2.4 Dana Alokasi Khusus 98.473.020.000,00 140.466.838.746,00 160.733.461.603,00 169.726.258.778,00 181.519.380.126,00 13,92
3 Lain-lain Pendapatan
127.220.319.688,71 127.635.395.816,05 119.415.664.409,00 159.102.344.748,00 210.132.186.764,00 11,84
Daerah Yang Sah
3.1 Hibah 19.496.000.000,00 8.459.985.050,00 21.087.449.931,00 24.981.720.000,00 50.244.100.000,00 42,45
3.2 Dana darurat
3.3 Dana bagi hasil pajak dari
provinsi dan Pemerintah 43.929.545.603,71 42.806.893.705,05 43.124.560.478,00 46.285.586.393,00 71.627.284.085,00 12,05
Daerah lainnya
3.4 Dana penyesuaian dan
62.449.915.000,00 38.799.419.000,00 7.500.000.000,00 35.250.000.000,00 27.802.130.000,00 46,07
otonomi khusus
3.5 Bantuan keuangan dari
provinsi atau Pemerintah 37.358.896.061,00 47.703.654.000,00 52.519.008.276,00 60.412.142.999,00 13,20
Daerah lainnya
3.6 Penerimaan Lainnya 1.344.859.085,00 210.202.000,00 66.030.079,00 46.529.680,00 (42,78)
TOTAL 717,640,585,540.96 1.184.557.344.718,41 1.238.784.205.612,26 1.085.140.803.316,03 1.020.709.855.096,29 10,26
Sumber data : BPKD, diolah

84
2. Belanja Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah, dijelaskan bahwa Belanja Daerah adalah kewajiban Pemerintah
Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih yang terdiri dari belanja
tidak langsung dan belanja langsung.
Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel 3.2 dapat dilihat bahwa rata-rata
pertumbuhan total belanja daerah Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2015-2019
mencapai 11,48% yang terdiri dari belanja tidak langsung dengan pertumbuhan
10,11% dan belanja langsung dengan pertumbuhan rata-rata 13,18%.

85
Tabel 3. 2. Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015-2019

Rata-rata
Jumlah (Rp.)
No. Uraian Pertumbuhan (%)
2015 2016 2017 2018 2019
1 Belanja Tidak Langsung
350.866.450.552,00 442.553.983.970,00 537.710.427.841,00 528.481.444.492,00 10,11
612.048.472.603,00
1.1 Belanja Pegawai 260.419.460.003,00 284.046.426.223,00 264.003.599.211,00 273.052.931.597,00 290.225.336.128,00 2,35
1.2 Belanja Bunga
1.3 Belanja Subsidi 1.500.000.000,00
1.4 Belanja Hibah 48.785.103.837,00 57.056.221.889,00 177.458.833.115,00 120.088.844.154,00 89.520.807.665,00 34,04
1.5 Belanja Bantuan Sosial 2.266.552.275,00 14.403.086.752,00 29.564.515.985,00 20.586.091.127,00 22.984.870.589,00 124,40
1.6 Belanja Bantuan Keuangan
Kepada Pemerintah
39.315.185.658,00 86.954.774.106,00 141.021.524.292,00 121.830.348.463,00 124.250.430.110,00 34,35
Provinsi/ Kabupaten/kota
dan Pemerintah Desa
1.7 Belanja Tak Terduga 80.148.779,00 93.475.000,00 2.152.212.500,00
2 Belanja Langsung
346.788.673.984,00 534.808.510.205,51 671.598.331.041,75 548.381.312.473,65 13,18
753.459.043.705,15
2.1 Belanja Pegawai*
2.2 Belanja Barang dan Jasa 122.944.697.958,00 200.992.618.704,00 301.695.627.925,60 314.571.213.486,25 312.125.015.884,00 23,42
2.3 Belanja Modal 223.843.976.026,00 333.815.891.501,51 451.763.415.779,55 357.027.117.555,50 236.256.296.589,65 5,93
TOTAL 697.655.124.536,00 977.362.494.175,51 1.209.308.758.882,75 1.076.862.756.965,65 11,48
1.365.507.516.308,15
Sumber data : BPKD, diolah
*nilainya digabungkan dengan belanja pegawai pada belanja tidak langsung

86
3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
Kebijakan pembiayaan daerah terdiri dari kebijakan penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan daerah diarahkan :
1. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan (SiLPA) tahun sebelumnya sebagai sumber
penerimaan pada APBD tahun berikutnya, didasarkan pada perhitungan yang
cermat dan rasional;
2. Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban dalam prinsip kehati-
hatian;
3. SiLPA diupayakan menurun seiring dengan semakin efektifnya penggunaan
perencanaan anggaran;
4. Membentuk dana cadangan.

87
Tabel 3. 3. Realisasi Pembiayaan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015-2019
Rata-rata
No. Uraian Jumlah (Rp.) Pertumbuhan
2015 2016 2017 2018 2019 (%)
1 Penerimaan Pembiayaan 18.843.474.084,96 31.883.339.481,92 224.056.249.310,82 225.203.599.300,84 99.192.619.039,77 123,30
1.1 SiLPA 18.364.382.851,96 31.370.483.652,92 216.459.093.481,82 83.202.610.290,84 98.743.930.694,77 123,59
1.2 Pencairan Dana Cadangan
1.3 Hasil Penjualan Kekayaan
139.992.467.942,00
Daerah Yang Dipisahkan
1.4 Penerimaan Pinjaman
Daerah
1.5 Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman 479.091.233,00 512.855.829,00 7.597.155.829,00 2.008.521.068,00 448.688.345,00 247,43
Daerah
1.6 Penerimaan Piutang Daerah
2 Pengeluaran Pembiayaan 7.636.724.437,00 23.036.500.000,00 14.241.794.221,00 2.160.000.000,00 2.900.000.000,00 22,58
2.1 Pembentukan Dana
Cadangan
2.2 Penyertaan Modal
7.000.000.000,00 21.250.000.000,00 14.220.000.000,00 2.160.000.000,00 2.900.000.000,00 23,99
Pemerintah Daerah
2.3 Pembayaran Pokok Utang
2.4 Pemberian Pinjaman
636.724.437,00 1.786.500.000,00 21.794.221,00 16,36
Daerah
NETTO 11.206.749.647,96 8.846.839.481,92 209.814.455.089,82 223.043.599.300,84 96.292.619.039,77 440,01
Sumber data : BPKD, diolah

88
3.1.2. Neraca Daerah

Analisis Neraca Daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan Pemerintah


Daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta
kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Neraca Daerah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan
ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan.

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus
dibuat oleh Pemerintah Daerah. Laporan ini sangat penting bagi manajemen pemerintah
daerah, tidak hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundang-undangan
yang berlaku, tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah, dalam
rangka pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien
dan efektif. Kinerja Neraca Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat selama kurun
waktu tahun 2015-2019 yang telah di audit dapat dilihat pada tabel berikut.

Selanjutnya, dalam rangka untuk mengetahui kondisi keuangan daerah Kabupaten


Sumbawa Barat dilakukan analisi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio aktivitas.
Secara lengkap perkembangan rasio keuangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2015-2019 disajikan dalam tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3. 4. Analisis Rasio Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015-2019
No. Rasio Keuangan Daerah
2015 2016 2017 2018 2019
1 Rasio Likuiditas
1.1 Rasio Lancar 20.31 1.16 1.28 2.03 3.74
1.2 Rasio Quick 18.98 1.06 1.18 1.85 3.46
2 Solvabilitas
Rasio Total Hutang
2.1 0.003 0.019 0.027 0.024 0.015
Terhadap Total Aset
Rasio Hutang Terhadap
2.2 0.003 0.020 0.027 0.025 0.015
Modal
Sumber data : BPKD, diolah

Berdasarkan tabel di atas, rasio keuangan yang dianalisis terdiri atas rasio likuiditas,
solvabilitas dan aktivitas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuditas yang
digunakan dalam analisis yaitu :

89
1. Rasio Lancar
Rasio lancar menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancar. Berdasarkan tabel di atas, Rasio lancar pada tahun
2015 adalah sebesar 20,31. Hal ini berarti kemampuan membayar hutang Pemerintah
Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 20 kali lebih.
2. Rasio Quick
Rasio Quick menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
Berdasarkan tabel di atas, Rasio Quick pada Tahun 2015 adalah sebesar 18,98. Hal
ini berarti kemampuan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya sangat baik.

Sedangkan Rasio Solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan Pemerintah


Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio Solvabilitas terdiri atas :
1. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset
Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset menunjukkan seberapa besar pengaruh
hutang terhadap aktiva, dimana semakin besar nilainya diartikan semakin besar pula
pengaruh hutang terhadap pembiayaan dan menandakan semakin besar risiko yang
dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. Besar Rasio Total Hutang
Terhadap Total Aset pada Tahun 2015 sebesar 0,003. Hal ini berarti pengaruh hutang
terhadap aktiva sangat kecil.

2. Rasio Hutang Terhadap Modal


Rasio Hutang Terhadap Modal menunjukkan seberapa perlu hutang jika
dibandingkan dengan kemampuan modal yang dimiliki, dimana semakin kecil
nilainya berarti semakin mandiri, tidak tergantung pembiayaan dari pihak lain. Pada
Tahun 2015 Rasio Hutang Terhadap Modal Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
sebesar 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa nilai total hutang berada di bawah nilai
modal yang dimiliki Kabupaten Sumbawa Barat, semakin mandiri dan tidak
tergantung pada hutang.

90
Tabel 3. 5. Neraca Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015-2019

Jumlah (Rp.) Rata-rata


No. Uraian Pertumbuhan
2015 2016 2017 2018 2019
(%)
1 ASET
1.1 ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah 30.682.108.580,92 226.419.631.446,73 81.171.874.175,39 97.828.583.777,67 35.473.044.518,41 106,12
Kas di Bendahara Pengeluaran 63.082.426,00 - - -
Kas di Bendahara Penerimaan - - 4.288.730,00 2.737.245,00 (18,09)
Kas di Bendahara FKTP 1.166.245.710,00 1.770.915.190,00 532.682.606,00 784.109.514,00 7,28
Kas di Bendahara BOS 97.454.357,00 276.620.925,45 514.377.350,45 4.037.561.103,00 238,68
Kas Lainnya 293.839.900,00 - -
Piutang Pajak 3.694.903.964,00 4.321.402.657,00 5.636.410.072,00 3.991.033.139,00 21.873.774.836,96 93,25
Penyisihan Piutang (2.332.347.654,34) (2.637.656.163,73) (1.488.874.857,20) (4.332.963.583,60) 40,14
Piutang Pajak Neto 3.694.903.964,00 1.989.055.002,66 2.998.753.908,27 2.502.158.281,80 17.540.811.253,36 117,81
Piutang Retribusi 2.035.386.802,00 3.485.870.660,00 9.295.396.460,00 79,31
Penyisihan Piutang Retribusi (539.034.259,00) (646.272.060,00) (739.641.560,00) 11,45
Piutang Retribusi Neto - 1.496.352.543,00 2.839.598.600,00 8.555.754.900,00 - 97,02
Piutang Dana Bagi Hasil
11.854.574.959,05 11.295.161.145,00 10.138.752.554,00 14.919.580.313,00 8,05
Provinsi
Piutang Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang 84.851.691.050,00 - -
dipisahkan
Penyisihan Piutang Hasil
Pengelolaan Kekayaan (38.416.211.200,00) - -
Daerah yang dipisahkan
Piutang Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang - 46.435.479.850,00 - - -
dipisahkan Neto
Beban Dibayar Dimuka 109.975.683,06 - -
Bagian Lancar Tuntutan Ganti
87.018.860.000,00 287.235.714,48 136.854.864,48 62.740.186,50 7.325.328.278,33 2.273,90
Rugi
Persediaan 6.774.814.269,00 7.659.594.337,00 16.075.589.478,00 9.773.727.467,94 10.296.136.622,00 17,82
JUMLAH ASET LANCAR 140.025.261.772,97 297.313.108.114,93 115.408.959.695,59 134.693.893.613,36 75.459.728.534,10 4,78
INVESTASI JANGKA
1.2 -
PANJANG

91
INVESTASI NON
1.2.1 -
PERMANEN
Investasi Jangka Panjang Kepada
Entitas Lainnya
Investasi Dalam Obligasi
Investasi Dalam Proyek
Pembangunan
Dana Bergulir
Deposito Jangka Panjang
Investasi Non Permanen
16.707.418.992,00 16.194.563.163,00 10.947.407.334,00 8.938.886.266,00 2.450.535.134,00 (25,28)
Lainnya
Penyisihan Atas Investasi Non
(2.890.849.400,00) (601.418.800,00) (422.618.800,00) (2.140.535.134,00) 74,39
Permanen (NRV)
Jumlah Investasi Jangka 16.707.418.992,00 13.303.713.763,00 10.345.988.534,00 8.516.267.466,00 310.000.000,00
Panjang Non Pemanen (31,33)
INVESTASI JANGKA
1.2.2
PANJANG PERMANEN
Penyertaan Modal Pemerintah
245.771.543.573,00 255.223.927.944,67 258.050.195.943,40 82.764.015.570,91 64.885.622.296,00 (16,92)
Daerah
Investasi Permanen Lainnya - - - -
Jumlah Investasi Jangka
245.771.543.573,00 255.223.927.944,67 258.050.195.943,40 82.764.015.570,91 64.885.622.296,00 (16,92)
Panjang Permanen
JUMLAH INVESTASI
262.478.962.565,00 268.527.641.707,67 268.396.184.477,40 91.280.283.036,91 65.195.622.296,00 (18,46)
JANGKA PANJANG
1.3 ASET TETAP
Tanah 272.850.009.938,00 285.998.470.138,00 302.677.380.674,93 295.421.604.474,93 294.544.398.704,93 1,59
Peralatan dan Mesin 169.390.175.045,97 227.596.430.469,55 272.464.892.283,10 332.656.801.339,60 373.190.988.422,25 17,67
Gedung dan Bangunan 516.178.676.064,16 586.869.791.743,16 628.908.624.268,06 715.351.711.153,06 797.116.041.922,10 9,21
Jalan, Irigasi dan Jaringan 627.608.797.795,98 1.029.948.575.831,74 1.264.324.654.585,74 1.513.745.458.067,74 1.643.810.728.183,70 23,04
Aset Tetap Lainnya 10.590.015.204,00 11.843.456.654,00 15.568.814.429,00 18.861.978.493,00 19.137.259.293,00 13,18
Konstruksi dalam Pengerjaan 335.342.776.539,00 9.743.475.992,00 85.623.955.792,00 59.144.495.657,00 18.441.501.242,89 116,39
Akumulasi Penyusutan Aset
(441.466.344.122,52) (580.012.280.737,04) (656.059.372.729,66) (820.800.124.694,59) (996.998.080.851,24) 18,21
Tetap
JUMLAH ASET
1.490.494.106.464,59 1.571.987.920.091,41 1.913.508.949.303,17 2.114.381.924.490,74 2.149.242.836.917,63 7,87
TETAP
1.5 ASET LAINNYA
Tagihan Jangka Panjang 167.467.031,93 1.139.110.599,00 1.055.942.437,00 1.046.442.437,00 1.039.442.437,00 114,27
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 386.636.200,00 386.636.200,00 386.636.200,00 386.636.200,00 386.636.200,00

92
Aset Tidak Berwujud 2.051.038.500,00 2.258.188.500,00 4.179.443.000,00 2.355.731.424,00 1.865.448.974,00 6,15
Amortisasi Aset Tidak Berwujud (1.049.100.800,00) (1.672.181.702,00) 29,70
Aset Tidak Berwujud Neto 2.051.038.500,00 1.209.087.700,00 2.507.261.298,00 2.355.731.424,00 1.865.448.974,00 7,89
Aset Lain-lain 9.529.699.216,96 9.994.043.897,96 7.132.973.879,25 6.341.179.189,35 33.429.386.795,15 78,46
Denda Keterlambatan 1.855.782.550,00 1.845.782.550,00 1.845.782.550,00 1.840.004.800,00 1.840.004.800,00 (0,17)
Jumlah Aset Lainnya 13.990.623.498,89 14.574.660.946,96 12.928.596.364,25 11.969.994.050,35 38.560.919.206,15 41,52
JUMLAH ASET 1.906.988.954.301,45 2.152.403.330.860,97 2.310.242.689.840,41 2.352.326.095.191,36 2.328.459.106.953,88 4,20
2 KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA
2.1.
PENDEK
Utang Perhitungan Pihak
653.594.482,00 11.212.187.131,91 127.903.038,91 4.288.730,00 2.067.608,00 273,63
Ketiga (PFK)
Utang Bunga - - - -
Bagian Lancar Utang Jangka
- - - -
Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka 128.261.100,00 332.495.102,67 473.753.556,00 489.795.268,33 51,28
Utang Beban 262.059.300,00 99.864.150,00 36.443.017,00 247.000,00 (56,18)
Utang Jangka Pendek Lainnya 4.461.435.800,00 2.339.746.720,00 15.162.300.556,00 1.580.616.000,00 5.676.648.330,89 134,01
Jumlah Kewajiban Jangka
5.115.030.282,00 13.942.254.251,91 15.722.562.847,58 2.095.101.303,00 6.168.758.207,22 58,62
Pendek
KEWAJIBAN JANGKA
2.2.
PANJANG
Utang Dalam Negeri - -
Utang Jangka Panjang Lainnya - -
Jumlah Kewajiban Jangka
Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN - -
3 EKUITAS 5.115.030.282,00 13.942.254.251,91 15.722.562.847,58 2.095.101.303,00 6.168.758.207,22 58,62
Ekuitas
JUMLAH EKUITAS DANA 1.865.083.486.875,59 2.138.461.076.609,06 2.294.520.126.992,86 2.340.230.993.888,36 2.322.290.348.746,66 4,64
JUMLAH KEWAJIBAN
1,870,198,517,157.59 2.152.403.330.860,97 2.310.242.689.840,44 2.342.326.095.191,36 2.328.459.106.953,88 14.15
DAN EKUITAS DANA
Sumber data : BPKD, diolah

93
3.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar tercermin pada kebijakan
pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan APBD. Pengelolaan keuangan daerah yang
baik menghasilkan keseimbangan antara optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan
efektivitas belanja daerah serta ketepatan dalam memanfaatkan potensi pembiayaan
daerah.

Keuangan daerah merupakan tatanan, perangkat, kelembagaan dan kebijakan anggaran


daerah. Keuangan daerah terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah yang
harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab
serta taat pada peraturan perundang-undangan. Dalam rangka meningkatkan kinerja
pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah, maka dilakukan analisis
terhadap proporsi penggunaan anggaran dan analisis pembiayaan.

3.2.1. Kinerja Pengelolaan Keuangan

Suatu daerah yang otonom, harus mempunyai kemampuan keuangan dalam


menyelenggarakan pemerintahan. Daerah yang telah mandiri ditandai dengan berkurang
ketergantungan keuangan terhadap pusat. Dengan demikian tujuan otonomi daerah bisa
terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Meningkatkan PAD merupakan salah satu cara
dalam meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam membiayai belanja
rutin dan pembangunan. Semakin besar kontribusi PAD terhadap APBD maka semakin
besar kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi.

Kemampuan keuangan berikut ini memberikan gambaran kinerja keuangan daerah


Kabupaten Sumbawa Barat dalam lima tahun terakhir (2015-2019).

a. Derajat Desentralisasi
Derajat desentralisasi dilihat dari perbandingan PAD terhadap total pendapatan
daerah. Derajat desentralisasi dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah
pendapatan daerah dengan total penerimaan daerah. Rasio ini menunjukkan derajat
konstribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi konstribusi PAD
maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
desentralisasi dan semakin besar kemampuan keuangan daerah untuk membiayai
belanja pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Derajat desentralisasi
Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2015-2019 dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

94
Tabel 3. 6. Derajat Desentralisasi Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015-2019
Derajat
Pendapatan Asli Total Pendapatan
Tahun Desentralisasi Kriteria
Daerah (Rp.) Daerah (Rp.)
(%)
2015 49.622.801.952,25 717.640.585.540,96 6,91 Sangat Kurang
2016 57.982.409.736,36 1.184.557.344.718,41 4,89 Sangat Kurang
2017 171.632.855.262,26 1.238.784.568.470,26 13,85 Kurang
2018 66.810.357.193,03 1.085.140.803.316,03 6,16 Sangat Kurang
2019 72.683.549.380,29 948.026.305.716,00 7,67 Sangat Kurang
Sumber data : BPAD, diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa kemampuan keuangan daerah dalam lima tahun
terakhir masih sangat kurang, walaupun pada tahun 2017 kemampuan keuangan
keuangan daerah meningkat diatas 10% yang disebabkan dari penerimaan bagi hasil
deviden penyertaan modal pemerintah daerah pada PT. Newmont Nusa Tenggara.
Tetapi pada tahun berikutnya tidak terjadi penerimaan tersebut.
Rendahnya derajat desentralisasi Kabupaten Sumbawa Barat menunjukkan bahwa
keuangan daerah belum mampu membiayai pengeluaran sendiri atau dengan kata lain
bahwa Kabupaten Sumbawa Barat masih sangat tergantung pada Pemrintah Pusat.

b. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah


Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemda diharapkan bisa menggali potensi yang
ada di daerah tersebut guna meningkatkan pendapatan asli daerah, sehingga
ketergantungan keuangan terhadap pemerintah pusat bisa berkurang.
Rasio ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan
cara membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima
oleh penerimaan daerah dengan total penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini
maka semakin besar tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap penerimaan
pusat dan/atau pemerintah provinsi.

Tabel 3. 7. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat


Tahun 2015-2019
Rasio
Pendapatan Transfer Total Pendapatan Ketergantungan
Tahun Kriteria
(Rp.) Daerah (Rp.) Keuangan
Daerah (%)
2015 647.176.924.503,71 717.640.585.540,96 90,18 Sangat Tinggi
2016 1.117.904.747.932,05 1.184.557.344.718,41 94,37 Sangat Tinggi
2017 1.046.064.263.277,00 1.238.784.568.470,26 84,44 Sangat Tinggi
2018 993.282.696.044,00 1.085.140.803.316,03 91,53 Sangat Tinggi
2019 897.735.676.036,00 948.026.305.716,00 94,70 Sangat Tinggi
Sumber data : BPAD, diolah

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa ketergantungan keuangan daerah Kabupaten


Sumbawa Barat kepada Pemerintah Pusat masih sangat tinggi yang artinya bahwa

95
Kabupaten Sumbawa Barat sangat tergantung terhadap dana transfer dalam
pelaksanaan otonomi daerah.
c. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Keberhasilan kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah
salah satunya dilihat dari kemandirian keuangan daerah tersebut. Suatu daerah yang
sudah mandiri dalam aspek keuangan diharapkan bisa melaksanakan pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat tanpa mengharapkan transfer dana dari pemerintah
pusat.
Rasio kemandirian keuangan daerah dihitung dengan cara membandingkan jumlah
penerimaan Pendapatan Asli Daerah dibagi dengan jumah pendapatan transfer dari
pemerintah pusat dan propinsi serta pinjaman daerah. Semakin tinggi angka rasio ini
menunjukkan pemerintah daerah semakin tinggi kemandirian keuangan daerah.
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah adalah ukuran yang menunjukkan
kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, yang diukur dengan
rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap jumlah bantuan pemerintah pusat dan
pinjaman. Rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Sumbawa Barat disajikan
dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. 8. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat


Tahun 2015-2019
Rasio
Transfer Pusat +
Pendapatan Asli Kemandirian Pola
Tahun Provinsi + Pinjaman Kriteria
Daerah (Rp.) Keuangan Hubungan
(Rp.)
Daerah (%)
Rendah Instruktif
2015 49.622.801.952,25 647.176.924.503,71 7,67
Sekali
Rendah Instruktif
2016 57.982.409.736,36 1.117.904.747.932,05 5,37
Sekali
Rendah Instruktif
2017 171.632.855.262,26 1.046.064.263.277,00 16,41
Sekali
Rendah Instruktif
2018 66.810.357.193,03 993.282.696.044,00 6,73
Sekali
Rendah Instruktif
2019 72.683.549.380,29 897.735.676.036,00 8,10
Sekali
Sumber data : BPAD, diolah

Berdasarkan data realisasi APBD selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa
rasio KKD Kabupaten Sumbawa Barat fluktuatif. Pada tahun 2015 rasio KKD
mencapai 6,91% menurun menjadi 4,89% pada tahun 2016 dan meningkat menjadi
13,85% pada tahun 2017, selanjutnya menurun kembali pada tahun 2018 menjadi
6,16%, namun meningkat kembali pada posisi 7,12% pada tahun 2019. Nilai rasio
KKD tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan keuangan daerah Kabupaten
Sumbawa Barat dikatergorikan rendah sekali pada tahun 2015, 2016, 2018 dan tahun

96
2019, sedangkan pada tahun 2017 kemampuan keuangan daerah Kabupaten
Sumbawa Barat dikategorikan rendah. Nilai rasio KKD yang fluktuatif ini telah
membuktikan bahwa tingkat ketergantungan Kabupaten Sumbawa Barat kepada
Pemerintah Pusat dan Provinsi masih tinggi.

Grafik 3. 1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Tahun 2015-2019


18,00
16,41
16,00

14,00

12,00

10,00
7,67 8,10
8,00 6,73

6,00
5,19
4,00

2,00

-
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber data : BPAD, diolah

d. Rasio Efektivitas PAD


Rasio efektivitas PAD merupakan perbandingan antara realisasi PAD dengan target
PAD yang ditetapkan. Rasio ini menunjukkan seberapa efektif suatu pemerintah
daerah dalam melaksanakan pengelolaan PAD. Rasio Efektivitas PAD Kabupaten
Sumbawa Barat disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. 9. Rasio Efektivitas PAD Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015-2019


Rasio
Tahun Realisasi PAD (Rp.) Target PAD (Rp.) Kriteria
Efetivitas (%)
2015 49.802.801.952,25 55.029.266.453,77 90,50 Cukup Efektif
2016 57.982.409.736,36 44.838.256.601,00 129,31 Sangat Efektif
2017 171.632.855.262,26 158.693.471.957,00 108,15 Sangat Efektif
2018 66.810.357.193,03 67.459.906.728,00 99,04 Cukup Efektif
2019 72.683.549.380,29 76.439.053.980,00 95,09 Cukup Efektif
Sumber data : BPAD, diolah

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 3.11 diatas, terlihat bahwa pada tahun
2016 dan 2017 pemungutan PAD di Kabupaten Sumbawa Barat sangat efektif, artinya
bahwa penerimaan PAD melebihi target yang diharapkan. Sedangkan pemungutan
PAD pada tahun 2015, 2018 dan 2019 cukup efektif. Secara rata-rata pemungutan
PAD dalam lima tahun terakhir cukup efektif.

97
3.2.2. Proporsi Penggunaan Anggaran

Analisis proporsi realisasi terhadap anggaran Kabupaten Sumbawa Barat bertujuan untuk
memperoleh gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan
pada periode tahun anggaran sebelumnya yang digunakan untuk menentukan kebijakan
pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan di masa datang dalam rangka peningkatan
kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Belanja daerah terdiri dari :
1. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari belanja pegawai, barang
dan jasa, serta belanja modal.
2. Belanja Tidak Langsung merupakan Belanja yang dianggarkan tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari belanja egawai,
hibah, bantuan sosial, bagi hasil kepada kabupaten/kota, bantuan keuangan kepada
kabupaten/kota dan pemerintah desa serta belanja tidak terduga.
Belanja Daerah Kabupaten Sumbawa Barat selama kurun waktu lima tahun (2015-2019)
cenderung mengalami penurunan, baik belanja langsung maupun tidak langsung. Secara
proporsional rata-rata dalam lima tahun terakhir belanja langsung lebih besar
dibandingkan belanja tidak langsung. Guna mengetahui proporsi penggunaan anggaran
belanja daerah, dilakukan analisis belanja pemenuhan kebutuhan aparatur Kabupaten
Sumbawa Barat disajikan dalam tabel berikut ini.

Analisis lebih lanjut terhadap belanja daerah didapatkan bahwa dalam porsi belanja tidak
langsung terhadap total belanja pada kurun waktu 2015-2019 rata-rata 46,79% sedangkan
belanja langsung rata-rata porsinya 53,21% dari total belanja. Bila dilihat lebih mendalam
lagi, porsi belanja tidak langsung pada tahun 2015 lebih dari 50% yakni sebesar 50,29%.
Sedangkan porsi belanja langsung tertinggi mencapai 55,54% pada tahun 2018.

Tabel 3. 10. Proporsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2015-2019

No. Uraian
2015 2016 2017 2018 2019
1 Belanja Tidak Langsung 50,29 45,28 44,82 44,46 49,08
1.1 Belanja Pegawai 74,22 64,18 43,13 50,78 54,92
1.2 Belanja Bunga
1.3 Belanja Subsidi 0,28
1.4 Belanja Hibah 13,90 12,89 28,99 22,33 16,94
1.5 Belanja Bantuan Sosial 0,65 3,25 4,83 3,83 4,35

98
Belanja Bantuan Kepada
Pemerintah Provinsi/
1.6 11,21 19,65 23,04 22,66 23,51
Kab./Kota dan Pemerintah
Desa
1.7 Belanja Tak Terduga 0,02 0,02 - 0,40 -
2 Belanja Langsung 49,71 54,72 55,18 55,54 50,92
2.1 Belanja Pegawai*
2.2 Belanja Barang dan Jasa 35,45 37,58 40,04 46,84 56,92
2.3 Belanja Modal 64,55 62,42 59,96 53,16 43,08
TOTAL 100 100 100 100 100
*Nilainya digabungkan dengan belanja pegawai pada belanja tidak langsung

Grafik 3. 2. Porsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung APBD Tahun 2015-
2019 (%)
60,00 55,18 55,54
54,72
49,71 50,92
50,00

50,29 49,08
40,00 45,28 44,82 44,46

30,00 BTL
BL

20,00

10,00

-
2015 2016 2017 2018 2019

Tabel 3. 11. Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Sumbawa


Barat Tahun 2015-2019
Realisasi (Rp.)
No. Uraian
2015 2016 2017 2018 2019
1 BTL 260.419.460.003,00 284.046.426.223,00 264.003.599.211,00 273.052.931.597,00 290.225.336.128,00
Gaji &
1.1 260.419.460.003,00 284.046.426.223,00 264.003.599.211,00 273.052.931.597,00 290.225.336.128,00
Tunjangan

Tabel 3. 12. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten


Sumbawa Barat Tahun 2015-2019
Total Pengeluaran
Total Belanja
No. Tahun (Belanja+Pengeluaraan Proporsi (%)
Aparatur (Rp.)
Pembiayaan) (Rp.)
1 2015 260,419,460,003.00 705.291.848.973,00 36,92
2 2016 284.046.426.223,00 1.000.398.994.175,51 28,39
3 2017 264.003.599.211,00 1.379.749.310.529,15 19,13
4 2018 273.052.931.597,00 1.211.468.758.882,75 22,54

99
5 2019 290.225.336.128,00 1.079.762.756.965,65 26,88

Pada Tabel 3.11 digambarkan bahwa belanja pemenuhan kebutuhan aparatur selama
tahun 2015-2019 mengalami peningkatan seiring dengan kebijakan kenaikan gaji setiap
tahun. Namun, pada tabel 3.12 digambarkan bahwa selama 5 tahun terakhir (tahun 2015-
2019) proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dibandingkan dengan total belanja
daerah semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan penggunaan anggaran daerah
Kabupaten Sumbawa Barat semakin baik, seiring penurunan proporsi belanja pemenuhan
kebutuhan aparatur.

3.2.3. Analisis Pembiayaan Daerah

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya. Sumber pembiayaan dibutuhkan untuk menutup defisit
yang terjadi, sedangkan jika terjadi surplus, maka kelebihan tersebut dapat digunakan
untuk membiayai kebutuhan dana pada masa yang akan datang.

Pada tabel 3.13 dapat dilihat bahwa pada kurun waktu lima tahun (tahun 2015-2019) telah
terjadi defisit riil pada tahun 2017, tahun 2018 dan tahun 2019, sedangkan pada tahun
2015 dan tahun 2016 terjadi surplus. Defisit terbesar terjadi pada tahun anggaran 2017
yang mencapai Rp.140 milyar lebih dan defisit terendah pada tahun anggaran 2019 sebesar
Rp.59 milyar lebih. Sedangkan surplus pada 2015 dan 2016 masing-masing sebesar Rp.12,3
milyar dan Rp.184,1 milyar.

100
Tabel 3. 13. Surplus (Defisit) Riil Anggaran Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015-2019
Realisasi (Rp.)
No. Uraian
2015 2016 2017 2018 2019
1 Realisasi Pendapatan Daerah 717.640.585.540,96 1.184.557.344.718,41 1.238.784.205.612,26 1.085.140.803.316,03 1.020.709.855.096,29
Dikurangi Realisasi :
a. Belanja Daerah 697.655.124.536,00 977.362.494.175,51 1.365.507.516.308,15 1.209.308.758.882,75 1.076.862.756.965,65
b. Pengeluaran
7.636.724.437,00 23.036.500.000,00 14.241.794.221,00 2.160.000.000,00 2.900.000.000,00
Pembiayaan
Surplus/(Defisit) Riil 12.348.736.567,96 184.158.350.542,90 (140.965.104.916,89) (126.327.955.566,72) (59.052.901.869,36)
Surplus/Defisit Riil Ditutup
2 Oleh Realisasi Penerimaan
Pembiayaan
SiLPA Tahun Anggaran
2.1 18.364.382.851,96 31.370.483.652,92 216.459.093.481,82 83.202.610.290,84 98.743.930.694,77
Sebelumnya
Penerimaan Kembali Pemberian
2.2 479.091.233,00 512.855.829,00 7.597.155.829,00 226,666,667.00 448.688.345,00
Pinjaman Daerah
Hasil Penjualan Kekayaan
2.3 139.992.467.942,00
Daerah Yang Dipisahkan
Total Realisasi Penerimaan
3 18.843.474.084,96 31.883.339.481,92 224.056.249.310,82 225.203.599.300,84 99.192.619.039,77
Pembiayaan
Sisa Lebih Pembiayaan
4 31.192.210.652,92 216.041.690.024,82 83.091.144.393,93 98.875.643.734,12 40.139.717.170,41
Anggaran Tahun Berjalan

101
3.3. KERANGKA PENDANAAN
3.3.1. Proyeksi Pendapatan Daerah

Salah satu sumber utama penerimaan daerah adalah pendapatan daerah. Pendapatan
daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2021-2026 yang direncanakan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Dana transfer dalam bentuk
dana perimbangan maupun dana bagi hasil dan bantuan keuangan provinsi diprediksikan
masih dominan dalam sumber penerimaan APBD. Guna mendukung pembangunan
daerah, pendapatan daerah akan dioptimalkan sehingga menghasilkan kapasitas keuangan
daerah yang semakin meningkat. Realisasi pendapatan daerah pada masa sebelum tahun
perencanaan serta target pada APBD tahun berjalan, akan memberikan gambaran peta
kemampuan penerimaan daerah, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun
proyeksi pada tahun perencanaan. Pada tabel 3.10 disajikan data realisasi pendapatan
daerah tahun anggaran 2019 dan rencana pendapatan dalam APBD tahun anggaran 2020.

Kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah diperlukan agar dana pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat digunakan efektif dan efisien. Arah kebijakan
berisi uraian tentang kebijakan yang akan dipedomani oleh Pemerintah Daerah dalam
mengelola pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Tujuan utama
kebijakan keuangan daerah adalah bagaimana meningkatkan kapasitas (riil) keuangan
daerah dan mengefisiensikan penggunaannya.

102
Tabel 3. 14. Realisasi dan Target Sumber Pendapatan Daerah Tahun 2017-2020

No. Uraian Realisasi Tahun 2017 Realisasi Tahun 2018 Realisasi Tahun 2019 Target Tahun 2020
1 Pendapatan Asli Daerah 171.632.492.404,26 66.810.357.193,03 72.683.549.380,29 73.714.478.700,00
1.1 Pajak Daerah 23.021.082.947,50 23.662.091.718,00 26.284.196.383,00 21.635.000.000,00
1.2 Retribusi Daerah 16.647.709.062,00 18.815.661.161,47 7.044.282.534,60 9.898.000.000,00
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
1.3 90.544.592.948,00 5.519.126.047,00 5.235.038.104,00 5.870.000.000,00
Dipisahkan
1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 41.419.107.446,76 18.813.478.266,56 34.120.032.358,69 36.311.478.700,00
2 Dana Perimbangan 947.736.048.799,00 859.228.101.375,00 737.894.118.952,00 651.456.931.064,00
2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak 386.718.084.196,00 289.272.770.597,00 138.893.816.826,00 190.238.865.064,00
2.2 Dana Alokasi Umum 400.284.503.000,00 400.229.072.000,00 417.480.922.000,00 376.608.234.000,00
2.3 Dana Alokasi Khusus 160.733.461.603,00 169.726.258.778,00 181.519.380.126,00 84.609.832.000,00
3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 119.415.664.409,00 159.102.344.748,00 210.132.186.764,00 189.324.347.450,00
3.1 Hibah 24.981.720.000,00 50.244.100.000,00 17.970.936.880,00
3.2 Dana darurat 21.087.449.931,00
Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah
3.3 43.124.560.478,00 46.285.586.393,00 71.627.284.085,00 55.421.419.570,00
Daerah lainnya
3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 7.500.000.000,00 35.250.000.000,00 27.802.130.000,00 53.319.531.000,00
Bantuan keuangan dari Pemerintah Pusat atau
3.5 47.703.654.000,00 52.519.008.276,00 60.412.142.999,00 61.955.960.000,00
Pemerintah Provinsi
3.6 Penerimaan Lainnya 66.030.079,00 46.529.680,00 656.500.000,00
TOTAL 1.238.784.205.612,26 1.085.140.803.316,03 1.020.709.855.096,29 914.495.757.214,00

103
Tabel 3. 15. Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun 2021-2026
No. Uraian Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
1 Pendapatan Asli Daerah 76.018.799.973,18 82.019.428.471,07 88.616.374.372,45 95.884.820.061,35 103.911.459.675,03 112.796.497.377,22
1.1 Pendapatan Pajak Daerah 27.499.043.170,76 28.770.039.771,74 30.099.781.411,58 31.490.983.266,38 32.946.486.006,77 34.469.261.598,22
1.2 Hasil Retribusi Daerah 5.881.058.407,89 7.044.331.760,97 8.437.700.583,29 10.106.677.758,66 12.105.778.619,33 14.500.301.630,23
1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 5.472.732.717,19 5.721.194.782,55 5.980.937.025,68 6.252.471.566,64 6.536.333.775,77 6.833.083.329,19
1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 37.165.965.677,34 40.483.862.155,80 44.097.955.351,91 48.034.687.469,66 52.322.861.273,17 56.993.850.819,58
2 Pendapatan Transfer 929.826.696.297,82 997.626.626.914,23 1.079.984.920.326,31 1.181.624.221.023,68 1.308.965.280.340,88 1.470.752.815.077,64
2.1 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
- Dana Transfer Umum (DAU) 423.460.147.870,11 429.525.009.131,25 435.676.732.266,65 441.916.561.325,40 448.245.758.174,07 454.665.602.751,88
- Dana Transfer Khusus (DAK) 189.108.807.886,48 197.015.553.906,26 205.252.885.440,91 213.834.624.457,44 222.775.170.827,09 232.089.526.487,89
- Dana Insentif Daerah (DID) 60.133.346.598,46 66.146.681.258,30 72.761.349.384,12 80.037.484.322,53 88.041.232.754,77 96.845.356.030,24
- Dana Desa 65.471.521.726,32 70.954.414.657,58 76.896.470.811,31 83.336.142.673,72 90.315.102.922,94 97.878.514.103,03
- Bagi Hasil Pajak 17.125.180.309,88 18.082.477.889,20 19.093.288.403,20 20.160.603.224,94 21.287.580.945,21 22.477.556.720,05
- Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumberdaya Alam 88.078.162.645,10 120.808.007.884,03 165.700.263.613,75 227.274.481.572,64 311.729.678.925,06 427.568.427.613,65
2.2 Transfer Antar Daerah
Pendapatan Bagi Hasil
- Pendapatan Bagi Hasil Pajak 86.449.529.261,46 95.094.482.187,61 104.603.930.406,38 115.064.323.447,02 126.570.755.791,73 139.227.831.370,90
Bantuan Keuangan
- Bantuan Keuangan Dari Pemerintah
Provinsi
3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 18.020.936.880,00 18.024.666.880,00 18.024.666.880,00 18.024.666.880,00 18.024.666.880,00 18.024.666.880,00
3.1 Pendapatan Hibah
- Pendapatan Hibah dari Pemerintah 17.970.936.880,00 17.970.936.880,00 17.970.936.880,00 17.970.936.880,00 17.970.936.880,00 17.970.936.880,00
- Sumbangan Pihak Ketiga 50.000.000,00 53.730.000,00 53.730.000,00 53.730.000,00 53.730.000,00 53.730.000,00
3.2 Dana Darurat
4 Lain-lain Pendapatan Sesuai Ketentuan Peraturan
Perundangan
4.4 Lain-lain Pendapatan Sesuai Ketentuan Peraturan
Perundangan
TOTAL 1.023.866.433.150,99 1.097.670.722.265,30 1.186.625.961.578,77 1.295.533.707.965,03 1.430.901.406.895,91 1.601.573.979.334,85

104
Berdasarkan realisasi pendapatan daerah pada tahun terakhir, target pada APBD tahun
berjalan, dan proyeksi tahun rencana serta pertimbangan kemungkinan kebutuhan
pendanaan dimasa mendatang, selanjutnya dirumuskan kebijakan yang terkait langsung
dengan pendapatan daerah dalam APBD Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun arah
kebijakan pendapatan daerah meliputi:
a. Merencanakan penerimaan Pendapatan Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan yang memiliki kepastianhukum, dengan perkiraan yang terukur, rasional,
sesuai potensi riil;
b. Meningkatkan koordinasi, konsultasi dan dukungan data dalam rangka optimalisasi
penerimaan dana transfer dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi;
c. Optimalisasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah, sebagai
upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah;
d. Meningkatkan kualitas managemen pengelolaan meliputi: 1) perencanaan PAD
melalui pendataan, analisis, kajian potensi, 2) koordinasi dengan organisasi perangkat
daerah pengelola pendapatan, 3) melakukan kemungkinan kerjasama dengan pihak
ketiga (perbankan, swasta, badan hukum/masyarakat), 4) pengawasan terhadap
pemungutan dan penatausahaan pendapatan daerah;
e. Meningkatkan kualitas pelayanan publik sebagai upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah.

3.3.2. Proyeksi Belanja Daerah

Belanja daerah adalah salah satu komponen pengeluaran pemerintah daerah, yang
digunakan untuk mendanai penyelenggaraan urusan pemerintah daerah melalui program
dan kegiatan organisasi perangkat daerah pelaksana urusan wajib dan pilihan. Disamping
itu juga membiayai penyelenggaraan organisasi perangkat daerah yang bersifat mendukung
dan menunjang pelaksanaan urusan pemerintahan, organisasi perangkat daerah yang
melaksanakan fungsi kewilayahan, serta organisasi perangkat daerah yang menangani
urusan pemerintahan umum kesatuan bangsa dan politik sepanjang belum diperoleh
kepastian pendanaan dari APBN.

Belanja daerah yang direncanakan tersebut dikelompokkan menjadi belanja tidak langsung
dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, sedangkan
belanjalangsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.

Sebagai salah satu entitas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka kebijakan
belanja dalam APBD dipengaruhi pula oleh kebijakan yang berskala nasional dari

105
pemerintah pusat dan kebijakan yang masuk dalam prioritas pembangunan Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Arah kebijakan belanja daerah 5 (lima) tahun mendatang, sebagai berikut:
a. Memenuhi belanja wajib dan mengikat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah
setiap tahunnya.
b. Mendukung program/kegiatan berdasarkan prioritas pembangunan daerah guna
menyelesaikan permasalahan pokok daerah, dengan mempertimbangkan kemampuan
pendanaan.
c. Mendukung sinergi program dengan kebijakan nasional dan provinsi.
d. Optimalisasi pendapatan daerah yang bersumber dari DBHCHT, DBH Pajak Rokok
untuk pendanaan program prioritas daerah yang sesuai dengan pedoman penggunaan
dana tersebut.
e. Memenuhi kewajiban belanja dana transfer ke desa dalam bentuk bantuan keuangan
maupun dana bagi hasil pajak dan retribusi daerah, berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang Desa.
f. Merencanakan alokasi belanja hibah dan belanja bantuan sosial baik berupa uang
maupun barang, belanja bantuan keuangan kepada desa, belanja tidak terduga,
berdasarkan prioritas pembangunan daerah, serta disesuaikan dengan ketersediaan
dana dan pemenuhan prioritas kebutuhan belanja daerah.
g. Merencanakan belanja daerah yang dapat memiliki daya ungkit untuk menggerakkan
perekonomian daerah seperti belanja modal infrastruktur serta belanja barang dan
jasa.
h. Meningkatkan kualitas manajemen belanja daerah dengan meningkatkan konsistensi
tahapan perencanaan dari awal disusunnya prioritas program dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah, meningkatkan efisiensi belanja honorarium PNS, sewa gedung
dan kendaraan, biaya perjalanan dinas, belanja modal peralatan dan perlengkapan
kantor.

Selanjutnya dalam mengalokasikan belanja sesuai dengan kapasitas kemampuan


pendanaan akan memperhatikan kebijakan belanja sebagai berikut:
1) Alokasi sekurang-kurangnya 20% dari belanja daerah, untuk belanja urusan
pendidikan.
2) Alokasi minimal 10% dari total belanja APBD diluar gaji, untuk belanja urusan
kesehatan.
3) Penerimaan dari pajak daerah diutamakan untuk belanja program dan kegiatan yang
berhubungan langsung dengan peningkatan layanan pajak daerah, belanja yang harus
disediakan untuk layanan masyarakat, serta belanja bagi hasil kepada desa sebesar 10%
dari total penerimaan pajak daerah. Selanjutnya sisanya dialokasikan untuk mendanai
program pembangunan prioritas lainnya.
4) Penerimaan dari retribusi daerah diutamakan untuk belanja program dan kegiatan
yang berhubungan langsung dengan pengelolaan obyek retribusi baik fisik maupun

106
non fisik, belanja untuk pengelolaan penerimaan retribusi, serta belanja bagi hasil
kepada desa sebesar 10 persen dari total penerimaan retribusi daerah. Selanjutnnya
juga dialokasikan untuk mendanai program pembangunan prioritas lainnya.
5) Pendapatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama Puskesmas, dialokasikan sebesar proyeksi penerimaan untuk belanja
penerimaan kesehatan.
6) Penerimaan dari Dana Alokasi Umum diprioritaskan untuk belanja pegawai dan biaya
penyelenggaraan pemerintahan daerah, serta untuk mendanai program prioritas
lainnya.
7) Penerimaan dari Dana Alokasi Khusus dialokasikan sesuai dengan tujuan dimana
dana tersebut dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presiden, Peraturan Menteri
Keuangan, serta Peraturan Menteri teknis yang terkait, juga akan memperhatikan
perubahan regulasi terkait pelaksanaan maupun pencairan Dana Alokasi Khusus
yangberlaku.
8) Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak Rokok minimal 50% dialokasikan untuk mendanai
pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
9) Penerimaan dari Bantuan Keuangan Provinsi dialokasikan berpedoman pada
Peraturan Gubernur.
10) Penerimaan dari Dana Desa dialokasikan untuk belanja bantuan keuangan kepada
desa sebesar proyeksi penerimaan.

107
Tabel 3. 16. Realisasi dan Target Belanja Daerah Tahun 2017-2020
No. Uraian Realisasi Tahun 2017 Realisasi Tahun 2018 Realisasi Tahun 2019 Target Tahun 2020
1 Belanja Tidak Langsung 609.876.553.819,00 537.710.427.841,00 528.481.444.492,00 555.438.721.120,00
1.1 Belanja Pegawai 264.003.599.211,00 273.052.931.597,00 290.225.336.128,00 358.172.638.836,00
1.2 Belanja Bunga
1.3 Belanja Subsidi 1.500.000.000,00
1.4 Belanja Hibah 177.458.833.115,00 120.088.844.154,00 89.520.807.665,00 22.920.936.880,00
1.5 Belanja Bantuan Sosial 29.564.515.985,00 20.586.091.127,00 22.984.870.589,00 23.628.039.884,00
1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa 3.356.763.601,00 3.153.300.000,00
1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/kota dan 138.849.605.508,00 121.830.348.463,00 120.893.666.509,00 117.520.931.400,00
Pemerintah Desa
1.8 Belanja Tak Terduga 2.152.212.500,00 30.042.874.120,00
2 Belanja Langsung 753.459.043.704,55 671.598.331.041,75 548.381.312.473,65 399.196.753.264,00
2.1 Belanja Pegawai* 10.562.464.000,00
2.2 Belanja Barang dan Jasa 301.695.627.925,00 314.571.213.486,25 312.125.015.884,00 281.126.942.803,00
2.3 Belanja Modal 451.763.415.779,55 357.027.117.555,50 236.256.296.589,65 107.139.717.170,00
TOTAL 1.363.335.597.523,55 1.209.308.758.882,75 1.076.862.756.965,65 954.635.474.384,00

*nilainya digabungkan dengan belanja pegawai pada belanja tidak langsung

108
Tabel 3. 17. Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2021-2026

No. Uraian Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
1 Belanja Operasi
674.367.073.421,70 700.015.040.414,69 732.210.010.170,11 770.825.682.222,48 867.514.178.621,12
815.878.688.613,29
1.1 Belanja Pegawai 299.625.511.663,40 309.330.151.658,30 319.349.117.482,49 329.692.589.907,96 340.371.079.454,06 351.395.437.067,80
1.2 Belanja Barang dan Jasa 280.912.514.295,60 312.121.894.633,84 346.798.637.127,66 385.327.965.712,54 428.137.902.703,20 475.704.023.693,53
1.3 Belanja Bunga
1.4 Belanja Subsidi
1.5 Belanja Hibah 72.278.164.191,44 58.356.634.118,35 47.116.536.283,39 38.041.398.803,81 30.714.227.681,05 24.798.346.320,24
1.6 Belanja Bantuan Sosial 21.550.883.271,26 20.206.360.004,20 18.945.719.276,57 17.763.727.798,17 16.655.478.774,98 15.616.371.539,55
2 Belanja Modal 252.183.775.935,95 307.809.961.465,27 334.618.703.969,51 391.276.952.354,03 465.076.087.092,64 563.813.171.579,30
2.1 Belanja Modal Tanah
2.2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
2.3 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
2.4 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
2.5 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
3 Belanja Tak Terduga 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00
4 Belanja Transfer 121.675.880.966,69 131.377.401.301,30 142.797.247.439,15 156.431.073.388,52 172.946.631.189,99 193.246.629.134,43
TOTAL 1.050.226.730.324,34 1.141.202.403.181,26 1.211.625.961.578,76 1.320.533.707.965,02
1.455.901.406.895,91 1.626.573.979.334,86

109
3.3.3. Proyeksi Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik


penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
sisa lebih perhitungan anggaran Tahun sebelumnya (SiLPA), hasil divestasi (dana bergulir)
atau pinjaman daerah. Sementara pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo.

Kebijakan Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2021-2026, diarahkan sebagai berikut:


1. Kebijakan pembiayaan penerimaan. Pada tahun 2021-2026 hanya merencanakan
pembiayaan penerimaan, khususnya penerimaan dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran tahun sebelumnya, karena penyerapan anggaran harus dioptimalkan.
2. Kebijakan pembiayaan pengeluaran. Pembiayaan pengeluaran tahun 2021-2026
adalah penyertaan modal kepada BUMD berdasarkan Peraturan Daerah tentang
Penyertaan Modal Daerah.

110
Tabel 3. 18. Realisasi, Target, Estimasi serta Proyeksi Pembiayaan Daerah Tahun 2017-2020
No. Uraian Realisasi Tahun 2017 Realisasi Tahun 2018 Realisasi Tahun 2019 Target Tahun 2020
1 Penerimaan Pembiayaan 224.056.249.310,82 225.203.599.300,84 99.192.619.039,77 40.139.717.170,00
1.1 SiLPA 216.459.093.481,82 83.202.610.290,84 98.743.930.694,77 40.139.717.170,00
1.2 Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang
1.3
Dipisahkan
1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah
1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 139.992.467.942,00 448.688.345,00
1.6 Penerimaan Piutang Daerah 7.597.155.829,00 2.008.521.068,00
Penerimaan Pembiayaan Lainnya Sesuai Peraturan
1.7
Perundang-undangan
2 Pengeluaran Pembiayaan 14.220.000.000,00 2.160.000.000,00 2.900.000.000,00
2.1 Pembentukan Dana Cadangan
2.2 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 14.220.000.000,00 2.160.000.000,00 2.900.000.000,00
2.3 Pembayaran Pokok Utang
2.4 Pemberian Pinjaman Daerah 21.794.221,00
Pengeluaran Pembiayaan Lainnya Sesuai Dengan
2.5
Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
NETTO 209.836.249.310,82 223.043.599.300,84 96.292.619.039,77 40.139.717.170,00

111
Tabel 3. 19. Proyeksi Pembiayaan Daerah Tahun 2021-2026
No. Uraian Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
1 Penerimaan Pembiayaan 31.360.297.173,35 48.531.680.915,97 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00
1.1 SiLPA 31.360.297.173,35 48.531.680.915,97 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00
1.2 Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan
1.3
Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman
1.4
Daerah
Penerimaan Kembali
1.5 Pemberian Pinjaman
Daerah
1.6 Penerimaan Piutang Daerah
Penerimaan Pembiayaan
1.7 Lainnya Sesuai Peraturan
Perundang-undangan
2 Pengeluaran Pembiayaan 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00
Pembentukan Dana
2.1
Cadangan
Penyertaan Modal
2.2 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00
Pemerintah Daerah
2.3 Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman
2.4
Daerah
Pengeluaran Pembiayaan
Lainnya Sesuai Dengan
2.5
Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan
NETTO 26.360.297.173,35 43.531.680.915,97 25.000.000.000,00 25.000.000.000,00 25.000.000.000,00 25.000.000.000,00

112
Tabel 3. 20. Proyeksi Struktur APBD Tahun 2021-2026
Kode Uraian Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
4.1 Pendapatan Asli Daerah 76.018.799.973,18 82.019.428.471,07 88.616.374.372,45 95.884.820.061,35 103.911.459.675,03 112.796.497.377,22
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 27.499.043.170,76 28.770.039.771,74 30.099.781.411,58 31.490.983.266,38 32.946.486.006,77 34.469.261.598,22
4.1.2 Hasil Retribusi Daerah 5.881.058.407,89 7.044.331.760,97 8.437.700.583,29 10.106.677.758,66 12.105.778.619,33 14.500.301.630,23
4.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 5.472.732.717,19 5.721.194.782,55 5.980.937.025,68 6.252.471.566,64 6.536.333.775,77 6.833.083.329,19
4.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 37.165.965.677,34 40.483.862.155,80 44.097.955.351,91 48.034.687.469,66 52.322.861.273,17 56.993.850.819,58
4.2 Pendapatan Transfer 929.826.696.297,82 997.626.626.914,23 1.079.984.920.326,31 1.181.624.221.023,68 1.308.965.280.340,88 1.470.752.815.077,64
4.2.1 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
- Dana Transfer Umum (DAU) 423.460.147.870,11 429.525.009.131,25 435.676.732.266,65 441.916.561.325,40 448.245.758.174,07 454.665.602.751,88
- Dana Transfer Khusus (DAK) 189.108.807.886,48 197.015.553.906,26 205.252.885.440,91 213.834.624.457,44 222.775.170.827,09 232.089.526.487,89
- Dana Insentif Daerah (DID) 60.133.346.598,46 66.146.681.258,30 72.761.349.384,12 80.037.484.322,53 88.041.232.754,77 96.845.356.030,24
- Dana Desa 65.471.521.726,32 70.954.414.657,58 76.896.470.811,31 83.336.142.673,72 90.315.102.922,94 97.878.514.103,03
- Bagi Hasil Pajak 17.125.180.309,88 18.082.477.889,20 19.093.288.403,20 20.160.603.224,94 21.287.580.945,21 22.477.556.720,05
- Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumberdaya Alam 88.078.162.645,10 120.808.007.884,03 165.700.263.613,75 227.274.481.572,64 311.729.678.925,06 427.568.427.613,65
4.2.2 Transfer Antar Daerah
Pendapatan Bagi Hasil
- Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pemerintah Provinsi
86.449.529.261,46 95.094.482.187,61 104.603.930.406,38 115.064.323.447,02 126.570.755.791,73 139.227.831.370,90
Bantuan Keuangan
- Bantuan Keuangan Dari Pemerintah Provinsi
4.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 18.020.936.880,00 18.024.666.880,00 18.024.666.880,00 18.024.666.880,00 18.024.666.880,00 18.024.666.880,00
4.3.1 Pendapatan Hibah
- Pendapatan Hibah dari Pemerintah 17.970.936.880,00 17.970.936.880,00 17.970.936.880,00 17.970.936.880,00 17.970.936.880,00 17.970.936.880,00

- Sumbangan Pihak Ketiga 50.000.000,00 53.730.000,00 53.730.000,00 53.730.000,00 53.730.000,00


53.730.000,00

TOTAL PENDAPATAN 1.097.670.722.265,30 1.186.625.961.578,77 1.295.533.707.965,03 1.430.901.406.895,91 1.601.573.979.334,85


1.023.866.433.150,99
5.1 Belanja Operasi 674.367.073.421,70 700.015.040.414,69 732.210.010.170,11 770.825.682.222,48 815.878.688.613,29 867.514.178.621,12
5.1.1 Belanja Pegawai 299.625.511.663,40 309.330.151.658,30 319.349.117.482,49 329.692.589.907,96 340.371.079.454,06 351.395.437.067,80
5.1.2 Belanja Barang dan Jasa 280.912.514.295,60 312.121.894.633,84 346.798.637.127,66 385.327.965.712,54 428.137.902.703,20 475.704.023.693,53
5.1.3 Belanja Bunga
5.1.4 Belanja Subsidi

113
Kode Uraian Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
5.1.5 Belanja Hibah 72.278.164.191,44 58.356.634.118,35 47.116.536.283,39 38.041.398.803,81 30.714.227.681,05 24.798.346.320,24
5.1.6 Belanja Bantuan Sosial 21.550.883.271,26 20.206.360.004,20 18.945.719.276,57 17.763.727.798,17 16.655.478.774,98 15.616.371.539,55
5.2 Belanja Modal 252.183.775.935,95 307.809.961.465,27 334.618.703.969,51 391.276.952.354,03 465.076.087.092,64 563.813.171.579,30
5.3 Belanja Tak Terduga 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00
5.4 Belanja Transfer 121.675.880.966,69 131.377.401.301,30 142.797.247.439,15 156.431.073.388,52 172.946.631.189,99 193.246.629.134,43
TOTAL BELANJA 1.050.226.730.324,34 1.141.202.403.181,26 1.211.625.961.578,76 1.320.533.707.965,02 1.455.901.406.895,91 1.626.573.979.334,86
Surplus/(Defisit) (26.360.297.173,35) (43.531.680.915,97) (25.000.000.000,00) (25.000.000.000,00) (25.000.000.000,00) (25.000.000.000,00)
6.1 Penerimaan Pembiayaan 31.360.297.173,35 48.531.680.915,97 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00
6.1.1 SiLPA 31.360.297.173,35 48.531.680.915,97 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00
6.1.2 Pencairan Dana Cadangan
6.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
6.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah
6.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
6.1.6 Penerimaan Piutang Daerah
Penerimaan Pembiayaan Lainnya Sesuai Peraturan
6.1.7
Perundang-undangan
6.2 Pengeluaran Pembiayaan 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00
6.2.1 Pembayaran Cicilan Pokok Utang Yang Jatuh Tempo
6.2.2 Penyertaan Modal Daerah 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00
6.2.3 Pembentukan Dana Cadangan
6.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Pengeluaran Pembiayaan Lainnya Sesuai Dengan
6.2.5
Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
NETTO 26.360.297.173,35 43.531.680.915,97 25.000.000.000,00 25.000.000.000,00 25.000.000.000,00 25.000.000.000,00
6.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

114
3.3.4. Perhitungan Kerangka Pendanaan

Belanja periodik yang wajib dan mengikat merupakan pengeluaran yang wajib dibayar serta
tidak dapat ditunda pembayarannya dan harus dibayar setiap tahun oleh pemerintah
daerah, seperti belanja gaji dan tunjangan, belanja jasa kantor, sewa kantor yang telah ada
kontrak jangka panjangnya atau belanja sejenis lainnya. Pengeluaran mengikat bermakna
pendanaan belanja dan pengeluaran pembiayaan yang tidak dapat dihindari atau harus
dibayar pada suatu tahun anggaran.

Sedangkan belanja periodik prioritas utama adalah pengeluaran yang harus dibayar setiap
periodik oleh pemerintah daerah dalam rangka kelangsungan pelayanan dasar prioritas
seperti pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Analisis terhadap realisasi pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama
dimaksudkan untuk menganalisis jumlah kebutuhan dana yang harus dikeluarkan karena
kewajiban pemerintah daerah baik karena ada peraturan maupun karena ada perjanjian.
Semakin tinggi jumlah pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama berarti
semakin terbatas dana yang dapat digunakan untuk tujuan lainnya yang tidak terikat.

Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2021-2026 diasumsikan tidak memiliki pinjaman,
tidak ada dana cadangan, dan tidak memiliki kontrak sewa menyewa jangka panjang, maka
pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama terbatas pada belanja tidak
langsung yang meliputi belanja gaji dan tunjangan serta belanja bantuan keuangan kepada
pemerintah desa sebagai implementasi UU No. 6 tahun 2014 desa yang mengamanatkan
alokasi dana desa dari APBD sebesar minimal 10% dari dana perimbangan dikurangi dana
alokasi khusus. Belanja wajib dan mengikat serta prioritas utama Kabupaten Sumbawa
Barat tahun 2021-2026 disajikan dalam tabel 3.10 berikut ini.

Berdasarkan proyeksi kapasitas riil kemampuan keuangan daerah, selanjutnya ditetapkan


kebijakan alokasi dari kapasitas kemampuan keuangan daerah agar dalam mengalokasikan
anggaran benar-benar sesuai dengan prioritas daerah. Selanjutnya perlu ditetapkan
kebijakan alokasi dari kapasitas kemampuan keuangan daerah tersebut kedalam 3
Kelompok Prioritas, yaitu Prioritas I, Prioritas II dan Prioritas III, yaitu sebagai berikut:

1. Prioritas I merupakan program pembangunan daerah dengan tema atau program


unggulan (dedicated) Kepala daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMD dan
amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun
rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan minimal 20% (duapuluh
persen), monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat
yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi

115
pada capaian visi/misi daerah. Di samping itu, prioritas I juga diperuntukkan bagi
prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Prioritas II merupakan program prioritas ditingkat perangkat daerah yang merupakan
penjabaran dari analisis per urusan. Prioritas II berhubungan dengan
program/kegiatan unggulan perangkat daerah yang paling berdampak luas pada
masing-masing segmentasi masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas dan
permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi
perangkat daerah termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan.
3. Prioritas III merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja-belanja
seperti belanja hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, belanja
bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa serta
belanja tidak terduga yang tidak berhubungan langsung dengan pencapaian visi dan
misi kepala daerah serta pencapaian tujuan perangkat daerah.

116
Tabel 3. 21. Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2021-2026

Jumlah (Rp.)
No. Uraian
2021 2022 2023 2024 2025 2026
1 Belanja Operasi 299.625.511.663,40 309.330.151.658,30 319.349.117.482,49 329.692.589.907,96 340.371.079.454,06 351.395.437.067,80
1.1 Belanja Pegawai 299.625.511.663,40 309.330.151.658,30 319.349.117.482,49 329.692.589.907,96 340.371.079.454,06 351.395.437.067,80
2 Belanja Transfer 121.675.880.966,69 131.377.401.301,30 142.797.247.439,15 156.431.073.388,52 172.946.631.189,99 193.246.629.134,43
TOTAL 421.301.392.630,09 440.707.552.959,60 462.146.364.921,64 486.123.663.296,48 513.317.710.644,05 544.642.066.202,23

Tabel 3.11. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2021-2026

Proyeksi (Rp.)
No. Uraian
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
1 Pendapatan 1.023.866.433.150,99 1.097.670.722.265,30 1.186.625.961.578,77 1.295.533.707.965,03 1.430.901.406.895,91 1.601.573.979.334,85
2 SiLPA 31.360.297.173,35 48.531.680.915,97 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00
3 Penerimaan Kembali 0 0 0 0 0 0
Total Penerimaan 1.055.226.730.324,34 1.146.202.403.181,27 1.216.625.961.578,77 1.325.533.707.965,03 1.460.901.406.895,91 1.631.573.979.334,85
Dikurangi :
Belanja dan
pengeluaran
4 pembiayaan yang 421.301.392.630,09 440.707.552.959,60 462.146.364.921,64 486.123.663.296,48 513.317.710.644,05 544.642.066.202,23
wajib dan mengikat
serta prioritas utama
Kapasitas Riil
5 Kemampuan 633.925.337.694,25 705.494.850.221,67 754.479.596.657,13 839.410.044.668,55 947.583.696.251,86 1.086.931.913.132,62
Keuangan Daerah

117
Tabel 3. 22. Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2021-2026
Alokasi
No. Uaraian Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
% Rp. Jt % Rp. Jt % Rp. Jt % Rp. Jt % Rp. Jt % Rp. Jt
1 Prioritas I 50 316.962.668.847,13 50 352.747.425.110,84 50 377.239.798.328,57 50 419.705.022.334,28 50 473.791.848.125,93 50 543.465.956.566,31
2 Prioritas II 40 253.570.135.077,70 40 282.197.940.088,67 40 301.791.838.662,85 40 335.764.017.867,42 40 379.033.478.500,74 40 434.772.765.253,05
3 Prioritas III 10 63.392.533.769,43 10 70.549.485.022,17 10 75.447.959.665,71 10 83.941.004.466,86 10 94.758.369.625,19 10 108.693.191.313,26
Total 100 633.925.337.694,25 100 705.494.850.221,67 100 754.479.596.657,13 100 839.410.044.668,55 100 947.583.696.251,86 100 1.086.931.913.132,62

118
3.3.5. Sumber Pendanaan Pembangunan Lainnya

Besarnya kebutuhan dana yang dibutuhkan untuk pembangunan di Kabupaten Sumbawa


Barat dan terbatasnya sumber – sumber penerimaan konvesional mendorong Pemerintah
Kabupaten Sumbawa Barat untuk mencari alternative pembiayaan. Sumber-sumber
pendanaan pembangunan non APBD yang dapat dimanfaatkan sebagai alternative
pembiayaan pembangunan diantaranya APBN (Dana Transfer dan Belanja DIPA K/L di
Daerah), Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TJSLP/CSR), Kerjasama
Pemerintah Badan Usaha (KPBU), Sumber Pendanaa Lainnya (PHLN & Obligasi).

Selain pemanfaatan dana transfer ke daerah dan dana desa, jenis sumber APBN yang dapat
dimanfaatkan Pemerintah Daerah untuk menunjang program Pembangunan di Daerah,
yaitu dengan memanfaatkan dana DIPA Kementerian/Lembaga, berupa dana
Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan dana Satker melalui Kementerian/Lembaga yang
ada di daerah. Dana Dekonsentrasi (Dekon) adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan
dan pengeluaran. Dana Tugas Pembantuan (TP) adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.

Karakteristik kegiatan dekonsentrasi adalah sifat kegiatan non fisik, yaitu kegiatan yang
menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap antara lain kegiatan sinkronisasi
dan koordinasi perencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, supervisi,
penelitian dan survey, pembinaan dan pengawasan, serta pengendalian. Pendanaan
dekonsentrasi hanya diperuntukkan mendukung peran Gubernur selaku Wakil
Pemerintah Pusat. Sedangkan karakteristik kegiatan tugas pembantuan sifat kegiatan fisik
yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah nilai aset pemerintah, antara
lain pengadaan tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan, serta
dapat berupa kegiatan yang bersifat fisik lainnya, Kegiatan bersifat fisik lainnya antara lain
pengadaan barang habis pakai, seperti obat-obatan, vaksin, pengadaan bibit dan pupuk,
atau sejenisnya yang diserahkan kepada pemerintah daerah serta pengadaan aset belanja
barang fisik lainnya.

Sedangkan Dana Satker (Satuan Kerja) di daerah terbagi kedalam 2 (dua) jenis satker, yaitu
Satker Pusat yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan
anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kantor pusat Kementerian
Negara/Lembaga yang lokasinya dapat berada di pusat dan atau di daerah serta Satker/Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Negara/Lembaga, yaitu instansi vertikal di daerah
yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam
rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang berasal dari kantor pusat. Satker dibentuk

119
untuk menyelenggarakan fungsi tertentu pemerintahan. Untuk membiayai pelaksanaan
fungsi tersebut, pemerintah menyediakan alokasi dana melalui mekanisme penganggaran
satker yang ada di daerah. Peran koordinasi pemerintah daerah mutlak diperlukan dalam
rangka koordinasi memberikan input menyusun rencana kerja dan anggaran satker secara
jelas, terencana dan berkesinambungan (expenditure framework) dalam menghasilkan
layanan bagi masyarakat (public services) di daerah.

Sumber pendapatan selain berasal dari sumber-sumber pendapatan sebagaimana


dimaksud diatas, potensi pendapatan daerah juga berasal dari Corporate Social Responsibility
(CSR) atau biasa disebut Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP).
Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya
kepada tiga hal yaitu profit, masyarakat dan lingkungan. Perusahaan harus memiliki
tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk
dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Perhatian terhadap masyarakat
dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas serta pembuatan
kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup dan
kompetensi masyarakat diberbagai bidang. Dengan memperhatikan lingkungan,
perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan demi
terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka panjang. Kegiatan program
CSR/TJSLP pun beragam, tidak hanya terbatas pada program sosial maupun ekonomi,
ada beberapa bidang lain yang dapat dijadikan sasaran pertanggungjawaban sosial
perusahaan seperti pendiikan, dan lingkungan.

Berdasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama


Pemerintah dengan Badan Usaha dan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan nasional Nomor 4 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU)
Dalam Penyediaan Infrastruktur, pemerintah dimungkinkan untuk melakukan kerjasama
dengan badan usaha. Kerjasama pemerintah dengan badan usaha dilakukan dalam
penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum. Kerjasama tersebut mengacu pada
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Penanggung Jawab Proyek Kerjasama
(PJPK), yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya badan usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko antara para fihak. Skema pendanaan KPBU
dimaksudkan untuk pembangunan prasarana dasar yang tidak layak secara finansial namun
layak secara ekonomis dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Kerjasama
pemerintah dan badan usaha menjadi salah satu alternatif pembiayaan pembangunan
infrastruktur sosial dan ekonomi.

Pendanaan Pembangunan melalui KPBU memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :


(1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas proyek dengan pelibatan badan usaha yang

120
memungkinkan adanya pembagian risiko dan menjamin ketepatan waktu dan anggaran (on
schedule-on budget), (2) Menjamin kualitas pelayanan karena performance diperjanjikan dalam
kontrak, dan (3) KPBU memiliki perlindungan hukum yang baik karena regulasinya jelas
dan governance terjaga melalui mekanisme KPBU yang melibatkan pemangku kepentingan
(Bappenas dalam pemilihan proyek, Kementerian Keuangan dalam pemberian fasilitas
fiskal, LKPP dalam proses pengadaan, BKPM dalam menjajaki minat dan nilai pasar,
Kementerian Dalam Negeri dalam pemberian rekomendasi Availability Payment/AP Daerah,
Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian dalam debottlenecking, dan PT. PII dalam
pemberian penjaminan pemerintah), serta best practice KPBU sudah ada di berbagai negara
dan berbagai sektor.

Penerbitan obligasi daerah dapat menjadi salah satu alternative instrument pembiayaan
pembangunan daerah yang menjadi inovasi Kepala Daerah dalam menyediakan sumber
pembiayaan yang akan berdampak pada peningkatan daya saing ekonomi daerah. Obligasi
Daerah merupakan salah satu sumber pinjaman daerah jangka menengah dan/atau
jangka panjang yang bersumber dari masyarakat. Pemerintah Daerah dapat menerbitkan
Obligasi Daerah hanya untuk membiayai kegiatan investasi sektor publik yang menghasilkan
penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang menjadi urusan Pemerintah
Daerah. Dengan ketentuan tersebut, maka Obligasi Daerah yang diterbitkan Pemerintah
Daerah hanya jenis Obligasi Pendapatan (Revenue Bond), Nilai Obligasi Daerah pada saat
jatuh tempo sama dengan nilai Obligasi Daerah pada saat diterbitkan. Dengan ketentuan
ini maka Pemerintah Daerah dilarang menerbitkan Obligasi Daerah dengan jenis index
bond yaitu Obligasi Daerah yang nilai jatuh temponya dinilai dengan index tertentu dari
nilai nominal.

121

Anda mungkin juga menyukai