Anda di halaman 1dari 37

2.

1 Gayaberat

2.1.1 Pendahuluan

Metode gayaberat adalah salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengukuran geofisika
untuk mengetahui struktur bawah permukaan dan reservoir. Salah satu metode geofisika yang
sering digunakan dalam kegiatan eksplorasi yaitu metode gayaberat, dimulai dari hidrokarbon,
mineral, air tanah, panas bumi sampai studi struktur kerak bumi. Prinsip metode gayaberat
berdasarkan kepada anomali gayaberat yang dapat muncul karena adanya keanekaragaman rapat
massa batuan di bawah permukaan. Keanekaragaman rapat massa batuan tersebut dapat
memperlihatkan adanya suatu struktur geologi atau batas lapisan, serta bahan-bahan penyusun
lapisan tersebut, termasuk bagaimana fluida yang berada di dalamnya. Secara umum, rapat massa
batuan yang terkompaksi dengan baik akan lebih besar nilainya dibandingkan dengan batuan yang
belum terkompaksi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah dapat melakukan akuisisi dan
pengolahan data gayaberat serta dapat membuat model bawah permukaan berdasarkan data
gayaberat dan menginterpretasikan model bawah permukaan gayaberat dalam bentuk model
geologi. Dalam penelitian ini didapatkan data mentah dari lapangan yang akan diolah
menggunakan beberapa koreksi dan konversi dalam microsoft excel dan akan didapatkan peta
anomali bouguer lokal dan regional yang dipisahkan menggunakan filtering data. Dan dihasilkan
model bawah permukaan dengan struktur geologi.

2.1.2 Teori Dasar

Metode gaya berat merupakan salah satu metode geofisika yang pengukurannya berdasarkan pada
perbedaan variasi medan gravitasi. Variasi medan gravitasi tersebut diakibatkan adanya persebaran
massa jenis yang bervariasi akibat batuan penyusun bumi, struktur bawah pemukaan bumi, titik
amat di permukaan bumi karena bentuk bumi yang tidak rata atau berundulasi.
Medan gravitasi bumi memiliki arah ke pusat bumi. Sedangkan, medan gravitasi anomali memiliki
arah yang bervariasi terhadap sumbu vertikal yang bergantung pada kedudukan benda anomali. Di
permukaan bumi perubahan medan gravitasi dapat diukur melalui pengukuran medan gravitasi
bumi g (medan gravitasi bumi pada komponen vertikal). Perubahan medan gravitasi bumi yang
disebabkan karena benda anomali lokal disebut dengan Anomali gravitasi dan dilambangkan
sebagai Δg dan bernilai sangat kecil dibandingkan dengan medan gravitasi bumi itu sendiri Δg <<
g [1].
Konsep dasar metode gaya berat adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa setiap benda
memiliki gaya tarik menarik yang besarnya sama dengan hasil kali antar massa dan konstanta
gravitasi serta berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Hukum Newton diilustrasikan pada
Gambar 2.1.

F
m1 m2
r

Gambar 2.1 Hukum Newton tentang gaya tarik menarik antar dua buah benda
Persamaan Hukum Gravitasi Newton:
m 1 .m 2
F=G (2.1)
r2

Dimana :
F = gaya tarik menarik antara 2 benda m1 dan m2 (Newton)
G = konstanta gaya berat (6.67 x 10-11 m3/Kg s2)
m1, m2 = masa benda 1 dan 2 (Kg)
r = jarak antara massa 1 dan 2 (m)

Metode gaya berat merupakan metode geofisika yang mengukur percepatan gravitasi bukan gaya
gravitasi. Hukum Newton II yang menjelaskan bagaimana percepatan gravitasi berlaku jika ada
sebuah percepatan yang berarah vertikal. Hukum Newton II mengenai gerak Newton, dijelaskan
dalam persamaan:
F=m . g (2.2)
Jika persamaan (2.1) dan (2.2) dihubungkan maka akan mendapatkan persamaan:
m 1 m2 (2.
G =m . g
r 2 3)
Dari persamaan matematis diatas dapat menghasilkan persamaan matematis yang menghubungkan
gaya gravitasi dengan percepatan gravitasi seperti berikut:
M (2.
g=G
r2 4)
Percepatan g sebandimg dengan gaya gravitasi persatuan massa terhadap massa [2].
2.1.2.1 Koreksi Data Gaya Berat

Metode gaya berat diukur menggunakan alat gravimeter di permukaan bumi yang dipengaruhi oleh
posisi lintang, pengaruh pasang surut, guncangan pada pegas alat, perbedaan topografi dan variasi
densitas di bawah permukaan bumi. Hal-hal yang mempengaruhi nilai percepatan gravitasi dalam
pengukuran gaya berat, diperlukan koreksi-koreksi data gaya berat sebagai berikut:
1. Koreksi lintang (latitude correction)
2. Koreksi tidal/koreksi pasang surut (tide correction)
3. Koreksi apungan (drift correction)
4. Koreksi udara bebas (free air correction)
5. Koreksi bouguer (bouguer correction)
6. Koreksi topografi (terrain correction)

(2.5)
g ( Φ ) =978032.7(1+0.0053024 sin 2 θ−0.0000058 sin2 θ)
Dimana:
Φ = sudut lintang.
1. Koreksi Tidal/Koreksi Pasang Surut (Tide Correction)
Percepatan gravitasi di bumi dipengaruhi juga oleh benda di luar bumi seperti bulan dan matahari.
Koreksi pasang surut dilakukan untuk menghilangkan faktor benda luar bumi yang mempengaruhi
percepatan gravitasi di bumi. Pengaruh benda diluar bumi yang mempengaruhi percepatan gravitasi
di bumi dapat diilustrasikan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.1 Pengaruh gaya berat bulan pada titik P di permukaan [3]

Secara matematis perhitungan koreksi pasang surut dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan 2.6 [4]. Persamaannya yaitu:

U p =G(r )¿ (2.6)

Dimana :
G(r) = konstanta gravitasi
Up = potensial di titik P akibat pengaruh bulan
θ m = posisi lintang
Bl = bulan
Bm = bumi
c = jarak rata-rata ke bulan
r = jari-jari bumi ke titik P
R = jarak dari pusat bumi ke bulan
2. Koreksi Apungan (Drift Correction)
Koreksi apungan (drift correction) merupakan koreksi yang dilakukan akibat adanya guncangan
pada pegas gravimeter. Guncangan pada pegas gravimeter mengakibatkan perbedaan pembacaan
percepatan gravitasi pada titik pengukuran yang sama pada waktu yang berbeda. Untuk mengatasi
kesalahan tersebut, perlu dilakukan pengukuran dengan sistem tertutup (looping). Pernyataan
matematis untuk mengetahui besar nilai kesalahan pembacaan alat yaitu:
g A −g A
'

Drift= (2.7)
t A −¿t ( t n −t A ) ¿
'
A

Dimana:
Drift = koreksi drift
gA = harga gravitasi di titik acuan waktu awal
gA’ = harga gravitasi di titik acuan waktu akhir
tA = waktu awal pengambilan data
tA’ = waktu akhir pengambilan data
tn = waktu pengamatan di titik pengamatan ke-n
3. Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction)
Koreksi udara bebas merupakan koreksi yang dilakukan untuk menghilangkan efek perbedaan
ketinggian yang dapat mempengaruhi pengukuran gaya berat pada mean sea level (geoid). Koreksi
ini dilakukan tanpa memperhitungkan nilai densitas pada mean sea level pada titik pengukuran.
Perhitungan koreksi udara bebas dinyatakan dalam persamaan:
FAC=−0,0385∗h (2.8)
FAC = free air correction
h = ketinggian
Setelah dilakukan koreksi udara bebas maka akan didapatkan anomali udara bebas (free air
anomaly) yang dinyatakan dalam persamaan:
FAA=gobs−g ( Φ ) + FAC (2.9)
FAA = free air anomaly
gobs = percepatan gravitasi titik pengukuran
g(Φ ) = percepatan gravitasi lintang
FAC = free air correction
4. Koreksi Bouguer (Bouguer Correction)
Koreksi bouguer merupakan koreksi yang dilakukan untuk menghilangkan efek tarikan suatu
massa yang berada pada titik pengamatan dan mean sea level. Suatu massa yang berada di antara
titik pengamatan dan mean sea level dengan asumsi lapisan batuan tersebut berupa slab dengan
ketinggian nilai titik pengukuran. Koreksi bouguer dinyatakan dalam persamaan :
BC=0.04185∗ρ∗h (2.10)
Dengan:
ρ = densitas rata-rata (gr/cc)
h = elevasi (m)

Gambar 2.2 Koreksi Bouguer[5]

Setelah dilakukan koreksi bouguer maka akan didapatkan anomali bouguer sederhana (Simple
Bouguer Anomaly) yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
SBA=g obs−g ( Φ ) + FAC−BC (2.11)
Dengan:
SBA = simple bouguer anomaly
FAA = free air anomaly
gobs = percepatan gravitasi titik pengukuran
g(Φ ) = percepatan gravitasi lintang
FAC = free air correction
BC = bouguer correction
5. Koreksi Topografi (Terrain Correction)
Koreksi topografi dilakukan untuk menghilangkan efek topografi pada permukaan bumi yang
cenderung berundulasi dengan perbedaan elevasi besar, seperti adanya bukit atau lembah yang
dapat mempengaruhi nilai percepatan gravitasi pada titik pengukuran. Koreksi topografi dilakukan
dengan metode grafik menggunakan chart yang telah dibuat seperti Gambar 2.4 [6].

Gambar 2. 3 Hammer chart untuk menghitung koreksi medan[7]

Koreksi medan dinyatakan dalam persamaan:


2 πG ρ
TC= ( r L −r D ) ( √r L2 −z 2)−( √ r D2−z 2 ) (2.12)
n

Dengan:
rL dan rD = radius luar dan radus dalam kompartemen
z = perbedaan elevasi rata-rata kompartemen
n = jumlah segmen dalam zona tersebut
Setelah dilakukan koreksi topografi maka akan didapatkan nilai anomali bouguer lengkap
(Complete Bouguer Anomaly) yang dinyatakan dalam persamaan:
CBA=SBA+TC (2.13)
2.1.2.2 Estimasi Densitas Bawah Permukaan Rata-Rata

Dalam metode gaya berat ada besaran fisis yang menjadi target utama untuk menganalisa daerah
target tersebut melalui rapat massa batuan (perbedaan densitas), maka diperlukan nilai densitas
rata- rata yang akan digunakan dalam proses pengolahan data hingga interpretasi data. Rapat massa
batuan dapat dipergaruhi oleh faktor-faktor seperti matriks pembentuk batuan, porositas,
kandungan fluida yang ada pada pori- pori batuan dan masih banyak faktor lainnya.
1. Metode Nettleton
Metode estimasi densitas nettleton merupakan metode estimasi densitas yang digunakan sesuai
dengan densitas rata-rata di permukaan sehingga penampang atau profil anomali gaya berat
menjadi lebih halus. Estimasi densitas menggunakan metode nettleton didasarkan pada koreksi
Bouguer dan koreksi Medan. Anomali Bouguer di titik pengukuran pada suatu lintasan diplot
dengan berbagai macam variasi nilai densitas. Pengukuran metode nettleton dilakukan dengan
mengestimasi nilai densitas pemukaan terbaik dengan menerapkan korelasi silang antara perubahan
ketinggian terhadap suatu referensi tertentu dengan anomali gaya beratnya. Nilai densitas terbaik
diberikan oleh nilai yang memiliki korelasi terkecil.
Gambar 2. 4 Estimasi nilai densitas dengan metode Nettleton[2]

2. Metode Parasnis
Metode parasnis merupakan metode estimasi densitas yang dilakukan dengan cara memplot nilai
koreksi Bouguer dikurangi koreksi Medan (BC-TC) sebagai sumbu X terhadap nilai Free Air
Anomaly (FAA) sebagai sumbu Y yang kemudian dibuat garis linear untuk mendapatkan persamaan
garis dari kurva. Nilai persamaan garis tersebut merupakan densitas rata-rata batuan di daerah
penelitian dengan persamaan sebagai berikut:
gobs−g (Φ)+ gFA= ρ(gbouguer−TC) (2.14)
Dengan:
gFA = percepatan gravitasi free air anomaly
gobs = percepatan gravitasi titik pengukuran
g(Φ ) = percepatan gravitasi lintang
gbouguer = percepatan gravitasi bouguer
TC = terrain correction
2.1.2.3 Pemisahan Anomali Regional dan Residual
Anomali gaya berat yang terukur di permukaan merupakan gabungan dari anomali regional dan
residual. Untuk keperluan interpretasi, zona regional harus dipisahkan dari zona residual. Dalam
proses pemisahan anomali regional dan residual dapat dilakukan dengan menggunakan
transformasi fourier 2 dimensi. Salah satu filter yang dapat digunakan adalah filter Butterworth.
1. Filter Butterworth
Filter Butterworth memberikan harga respon maksimal yang datar pada frekuensi yang dilewatkan
(passband) dan harga yang nol pada frekuensi yang di tapis (stopband). Filter ini dapat dilakukan
dengan tapis lolos tinggi (high pass filter) dan tapis lolos rendah (low pass filter). Fungsi transfer
filter butterworth dinyatakan dalam persamaan:
1
L(k )= n
k (2.15)
1+
[ ]
kc
Dengan:
L(k) = Fungsi transfer
K = Bilangan gelombang (wavenumber)
k c = Central wavenumber of filter
N = Nomor orde

Gambar 2. 5 Grafik filter Butterworth

Dalam pemisahan anomali regional dan residual dengan filter butterworth menggunakan analisis
spektral (radially average power spectrum), sistem dari radially average power spectrum yaitu
melakukan analisis spektrum secara keseluruhan pada peta complete bouguer anomaly (CBA). Dari
radially average power spectrum akan dilakukan cut-off pada panjang gelombang berdasarkan
kecuramannya. Untuk mengetahui panjang gelombang pada filter butterworth dapat menggunakan
persamaan:
1
λ= x 1000 (2.16)
k
Dengan:
λ = Panjang gelombang
k = Nilai batas gelombang anomali (cycle/ Ground unit)
Dalam penentuan kedalaman dapat menggunakan persamaan:
S
h= (2.17)

Dimana:
h = kedalaman (m)
S = slope (m)
Untuk slope didapat dari hubungan Ln Power dengan bilangan gelombang.
2.4.1 Second Vertical Derivative (SVD)
Second Vertical Derivative (SVD) merupakan pemisahan anomali yang dimana hasilnya merupakan
anomali residual. Second Vertical Derivative (SVD) didapatkan dari penurunan persamaan Laplace:

∇ 2 ∆g =0 (2.18)

2 ∂2 ( ∆ g ) ∂2 ( ∆ g ) ∂ 2 ( ∆ g )
∇ ∆g = + + (2.19)
∂ x2 ∂ y2 ∂ z2

Sehingga,
∂2 ( ∆ g ) ∂2 ( ∆ g ) ∂2 ( ∆ g )
+ + =0 (2.20)
∂ x2 ∂ y2 ∂ z2

∂2 ( ∆ g )∂2 ( ∆ g ) ∂2 ( ∆ g )
∂ z2
=−
∂ x2 [ +
∂ y2
Untuk penampang 1D persamaannya menjadi:
] (2.21)

∂2 ( ∆ g ) ∂2 ( ∆ g )
∂ z2
=−
[ ] ∂ x2
(2.22)

Dari persamaan diatas dapat dinyatankan bahwa Second vertical derivative dari suatu anomali gaya
berat adalah sama dengan negatif dari turunan orde 2 horizontalnya, artinya SVD dapat ditentukan
melalui turunan orde 2, maka:
∆ g= {{{g} rsub {i} - {g} rsub {i-1}} over {∆x} - {{g} rsub {i+1} - {g} (2.23)
rsub {i}} over {∆y}} over {{∆x
Sehingga,
∆ g= {{g} rsub {i+1} -2 {g} rsub {i} + {g} rsub {i-1}} over {{∆x} ^ {2}(2.24)
Anomali yang disebabkan terdapatnya suatu stuktur cekungan wajib mempunyai nilai absolut
minimum SVD selalu lebih besar daripada nilai absolut maksimalnya. Sebaliknya anomali yang
diakibatkan struktur intrusi berlaku kebalikannya, nilai absolut minimalnya lebih kecil dari harga
maksimalnya sehingga analisa struktur pada SVD bisa dilihat pada Gambar 2.7[2].

Gambar 2. 6 Respon analisa SVD dalam Struktur Geologi[8]

Dalam karya penulisannya, Bott (1962) menyatakan bahwa:


a. Untuk jenis patahan naik

∂2 ( ∆ g ) ∂2 ( ∆ g )
( ) |( )|
∂ x2 maks
<
∂ x2 min
(2.25)

b. Untuk jenis patahan turun


∂2 ( ∆ g ) ∂2 ( ∆ g )
( ) |( )|
∂ x2 maks
>
∂ x2 min
(2.26)

Terdapat beberapa operator filter SVD pada Gambar 2.8, yang dihitung oleh Henderson dan Zeits,
Elkins dan Rosenbach.

Gambar 2. 7 Operator Filter Second Vertical Derivative

2.1.2.4 Forward Modelling Metode Talwani

Pemodelan ke depan (Forward Modelling) merupakan proses perhitungan data hasil teori yang
akan teramati di permukaan bumi jika parameter model diketahui. Saat melakukan interpretasi,
dilakukan pemodelan yang menampilkan respon yang sama atau cocok dengan data pengukuran di
lapangan. Sehingga diharapkan model yang ditampilkan dapat mewakili atau mendekati kondisi
sebenarnya. Dalam prosesnya, forward modelling menggunakan proses Trial and Error. Trial and
Error adalah proses coba-coba atau tebakan untuk memperoleh kesesuaian antara data teoritis
dengan data lapangan. Diharapkan dari proses trial and error ini diperoleh model yang cocok
responnya dengan data[8].
Forward Modeling melibatkan penghitungan efek yang dihasilkan oleh model matematis dari
kondisi bawah permukaan yang diperkirakan dengan merubah parameter model yang dibuat
sehingga menghasilkan efek yang memiliki korelasi yang dapat “diterima” dengan anomali
residual. Kecocokan yang dapat “diterima” antara anomali residual dan efek dari model bersifat
sangat subjektif dan mungkin berbeda-beda karena interpreter, kondisi geologi dan pengontrol
geofisika bawah permukaan, tujuan, dan sumberdaya. Forward Modeling dapat diilustrasikan pada
Gambar 2.9.
Gambar 2. 8 Elemen geometri yang berkaitan dengan gayatarik gravitasi dari poligon dengan n-
sisi[9]

Pemodelan kedepan untuk menghitung efek dari gaya berat model benda dibawah permukaan
dengan penampang berbentuk sembarang yang dapat diwakili oleh satu poligon bersisi-n
dinyatakan sebagai integral garis sepanjang sisi-sisi poligon.
g=2G ρ ∮ z dθ (2.27)
Intergral garis tertutup tersebut dinyatakan sebagai jumlah integral garis setiap sisinya, sehingga
dapat ditulis sebagai berikut:
n
g=2G ρ ∑ Z i (2.28)
i=1
Model benda anomali sembarang oleh talwani didekati dengan poligon-poligon dengan sistem
koordinat kartesian yang digambarkan seperti diatas. Untuk benda poligon sederhana, dapat
ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:
c
ai tan θtan ∅ i
Zi =∫ dθ (2.29)
b tan ∅ i−tan θ
Sehingga diperoleh:

cos θ i (tan θi−tan ∅ i)


{
Zi =ai sin ∅ i cos ∅i ( θi−θ i+1 ) +tan ∅i∗ln ( cos θi +1 (tan θi +1−tan ∅i ) )} (2.30)

Dengan:

xi +1−x i
a i=x i+1−z i+1 cot ∅ i=x i+1 + z i+1 ( zi −zi +1 ) (2.31)

xi
θi=tan −1 (2.32)
zi

z i+1−z i
∅ i=tan
−1
( x i+1−x i ) (2.33)

Akurasi metode ini dipengaruhi oleh seberapa dekatnya poligon berhimpit dengan benda, dan dapat
meningkat dengan menambah sisi dari poligon. Dengan begitu bentuk benda dua dimensi yang tak
beraturan dapat dengan mudah diperkirakan oleh poligon dibanding dengan kotak[9].
Pemodelan Talwani 2,5D pada pemodelan anomali gaya berat dengan menggunakan bentuk
anomali 2,5D yaitu model 2D dengan penampang berhingga yang sama pada arah tegak lurus
dengan bidang 2D-nya.
2.1.2.5 Patahan

Struktur patahan dapat terbentuk jika suatu batuan mengalami tekanan yang cukup kuat, sehingga
sifat plastis batuan tidak dapat menahan keelastisitasannya. Terdapat lima tipe patahan, yaitu
normal fault, reverse fault, strike-slip fault, oblique-slip fault, dan rotation fault[10].

2.1.3 Peralatan dan Prosedur Survei

2.1.3.1 Peralatan Survei

N
Nama Alat Gambar Keterangan
o

Berfungsi untuk
mengukur medan
Gravitimeter
1 gravitasi lokal dari bumi
Scientrx CG-6
menggunakan instrument
gravitimeter.

Berfungsi untuk
mengukur ketinggian
suatu titik dari permukaan
laut. Biasanya alat ini
digunakan untuk
2 Altimeter
keperluan navigasi dalam
penerbangan, pendakian,
dan kegiatan yang
berhubungan dengan
ketinggian.
Berfungsi untuk
mendirikan Gravitimeter
3 Tripod
Scientrx GC-6 dan alat
pengukuran di lapangan

Berfungsi untuk
menghubungkan 2 orang
atau lebih mengunakan
HT (Handy gelombang radio yang
4
Talky) komununikasinya bersifat
sementara karena
salurannya dapat diganti
ganti setiap saat.

Untuk melindungi alat


5 Payung dari panas dan hujan.
Berfungsi untuk
menentukan titik titik
6 GPS
koordinat lintasan
pengukuran di lapangan.

2.1.3.2 Prosedur survei/ akuisisi

Berikut merupakan langkah-langkah dalam akuisisi data:


1. Menentukan titik-titik kooordinat lintasan pengukuran sesuai dengan desain survei.
Lintasan ditentukan dengan GPS.
2. Kemudian pengukuran pertama dilakukan di base yang memiliki tujuan sebagai koreksi
apungan atau koreksi kelelahan alat dan juga koreksi pasang surut gravitasi.
3. Lalu dilakukan pengukuran di tiap-tiap titik pengukuran.
4. Selanjutnya catat hasil pengukuran dari gravimeter untuk pengolahan lebih lanjut.
5. Setelah semua titik pengukuran telah terukur, selanjutnya merapikan alat sesuai SOP agar
alat tidak rusak karena alat gravimeter sangat sensitif terhadap getaran.
2.1.3.3 Desain Akuisisi

2.1.4 Pengolahan Data

2.1.4.1 Diagram Alir


Berikut Diagram Alir dalam Pengerjaan metode gayaberat:

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data Lapangan

Koreksi baca alat

Koreksi Tidal

Koreksi Lintang

Koreksi Udara Bebas


(FAC)

Koreksi Bouguer
(BC)

Koreksi Medan
(TC)

Complete Bouguer Anomaly


(CBA)
Filtering Second
Peta Complete Bouguer Anomaly Vertical Derivative
(SVD)

Butterworth Filter

Regional Residual

Data Geologi Pemodelan 2D

Fit?
Tidak

Ya

Analisis dan Interpretasi

Kesimpulan

Selesai

Gambar Diagram Alir Gayaberat

Penjelasan Diagram Alir Metode Gayaberat:


 Mulai
 Studi Literatur: Studi literatur dilakukan guna mengetahui kondisi dari geologi daerah
penelitian, berupa litologi batuan yang berada di wilayah penelitian. Studi literatur
diperlukan guna mengingat pentingnya kondisi geologi untuk dikaitkan dengan data
pengukuran yang akan dilakukan.
 Data Lapangan : data lapangan yang didapatkan berupa data time data delta t, data stasiun
(x dan y), data altimeter, altimeter terkoreksi, data alat dan data tidal.
 Koreksi Tidal: Koreksi yang dilakukan guna menghindari efek benda langit seperti
matahari.
 Koreksi Drift : Koreksi yang dilakukan guna menghindari efek kelelahan alat karena sifat
pegas yang merupakan benda elastis.
 Koreksi Lintang: Koreksi lintang dilakukan karena gaya berat akan bervariasi bergantung
pada lintang. Hal ini disebabkan bentuk bumi tidak bola sempurna melainkan pepat di
kedua kutubnya.
 FAC: Koreksi ini mereduksi keberadaan material yang mengisi ruang antara stasiun
pengukuran dan permukaan datum.
 Terrain correction: diperoleh dari hasil metode nettleton Pengolahan netteleton. Koreksi ini
menghitung pengaruh ketidakberaturan permukaan atau induksi disekitar stasiun
pengukuran.
 BC: Koreksi ini menghitung efek tarikan massa yang berada di antara stasiun pengukuran
dan bidang datum.
 CBA: Nilai Anomali akhir yang ingin dicari. Didapatkan dari nilai selisih SBA dengan
Terrain correction yang telah dihitung dari metode Estimasi nettleton.
 Butterworth filter : Filter yang dipergunakan dalam pemisahan guna mendapatkan Peta
Anomali Bouguer Residual menunjukan beberapa tutupan bernilai gaya berat tinggi, yang
menunjukkan target eksplorasi.
 Regional dan Residual: Pemisahan anomali regional dan residual dilakukan dengan
menerapkan metode Radially Averaged Power Spectrum dengan filter Butterworth.
Berdasarkan metode tersebut dapat ditentukan nilai cut-off yang diperoleh dari bilangan
gelombang. Nilai cut-off ini digunakan untuk mengestimasi kedalaman pada setiap zona
anomali.
 Pemodelan 2D: Pengambaran kondisi bawah permukaan dengan forward modelling
dilakukan dengan trial and error hingga mencapai model yang mencerminkan model
bawah permukaan yang sesuai dengan data lapangan menggunakan fitur GM-SYS pada
Software oasis Montaj. Dalam hal ini model bawah permukaan yang sesuai dengan data
lapangan atau mencapai kesesuaian antara data teoritis dengan data lapangan yang ditandai
dengan nilai error yang kecil (Grandis, 2008)
 Analisis dan Interpretasi: Melakukan analisis dan interpretasi terhadap hasil pemodelan
dengan mencocokan dengan kondisi daerah penelitian.
 Kesimpulan: Melakukan penarikan kesimpulan terhadap hasil yang didapatkan dari proses
pengolahan data metode gayaberat.
 Selesai
2.1.4.2 Langkah Pengolahan dan Pemodelan
Dalam pengolahan data lapangan sampai mendapatkan peta dan model diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Data dari lapangan yang berupa skala pembacaan alat gravimeter diolah melalui beberapa
koreksi dan konversi dengan menggunakan microsoft excel.
2. Hasil akhir dari pengolahan data ialah mendapatkan nilai anomali gravitasi berupa anomali
bouguer lengkap.
3. Dari nilai anomali bouguer lengkap ini diolah dengan menggunakan software geosoft oasis
montaj dengan memasukkan nilai UTM X, UTM Y dan H true untuk mendapatkan Peta
CBA
4. Karena anomali bouguer lengkap atau Peta CBA merupakan anomali yang masih
mengandung anomali regional, residual dan noise. Maka anomaly regional, residual dan
noise tersebut dengan filtering data yaitu Butterworth.
5. Hasil dari filtering data tersebut yaitu Peta Regional dan Peta Residual.
6. Kemudian lakukan slice pada peta residual di anomali yang tegak lurus terhadap sesar.
7. Kemudian melakukan analisa lebih lanjut jenis sesar yang terjadi dengan analisis
Derivative.
8. Kemudian menghasilkan Peta SVD.
9. Kemudian melakukan Overlay terhadap Peta Lembar Tanjung Karang dan Peta residual.

10. Setelah analisis derivative dilakukan, langkah selanjutnya adalah membuat model 2D
menggunakan GM-SYS pada oasis Montaj untuk melihat lebih jelas secara geologi
bagaimana bentuk sesarnya dan apa saja litologi yang ada berdasarkan stratigrafinya.

11. Selanjutnya agar lebir informatif dan mudah dipahami pembaca, maka menggunakan Qgis.

12. Kemudian dari semua peta dan model, diinterpretasi berdasarkan data geologi
permukaannya dengan yang mengindikasikan adanya struktur geologi.
13. Setelah interpretasi diambil kesimpulan sebagai akhir dari interpretasi.
2.1.5 Hasil dan Pembahasan

2.1.5.1 Hasil

1.Pengolahan data metode gayaberat


2. Estimasi densitas metode nettleton
3. Estimasi metode parasnis
Metode Parasnis
200
180
160= − 2.59 x + 166.57
f(x)
R² = 0.16
140
120
100
80
60
40
20
0
-1 0 1 2 3 4 5
4. Peta CBA
5. Peta Regional
6. Peta Residual
7. Peta SVD
8. Pemodelan 2D
2.1.5.2 Pembahasan

Pada penelitian kali ini didapatkan data dari hasil pengukuran lapangan yang diolah melalui
beberapa konversi dan koreksi menggunakan Microsoft excel yang dimana menggunakan beberapa
koreksi yaitu koreksi pasang surut (tide correction) yang mana menghasilkan nilai -0.042 cal
hingga 0.109 cal, dilakukan koreksi ini untuk menghilangkan faktor benda luar bumi yang
mempengaruhi percepatan gravitasi di bumi. Kemudian korekssi apungan (drift) yang
menghasilkan nilai -2.23 cal hingga 10.08 cal, dilakukannya kotreksi ini untuk menghilangkan
pengaruh guncangan pada pegas gravimeter. Selanjutnya, melakukan koreksi lintang untuk
menghilangkan perbedaan percepatan gravitasi pada lintang dan juga ekuator bumi yang
dipengaruhi oleh rotasi bumi, didapatkan nilai 978080.448 hingga 978081.5157. Kemudian
dilakukan koreksi udara bebas (free air correction) yang menghasilkan nilai -39.00372928 hingga
-0.471579249, dilakukan koreksi ini untuk menghilangkan efek perbedaan ketinggian yang dapat
mempengaruhi pengukuran gaya berat pada mean sea level (geoid). Selanjutnya dilakukan koreksi
bouguer yang menghasilkan nilai 0.17066063 hingga 14.11512707, koreksi ini untuk
menghilangkan efek tarikan suatu massa yang berada pada titik pengamatan dan mean sea level.
Kemudian, koreksi medan (terrain correction) yang menghasilkan nilai 0.737612063 hingga
6.512760142. Setelah pengolahan data didapatkan hasil nilai anomaly bouguer lengkap yang akan
diolah menggunakan software geosoft oasis montaj. Dan akan dihasilkan peta Complete Bouguer
Anomaly (CBA) yaitu Respon anomali Bouguer yang menampilkan anomali rendah ditunjukan
oleh warna biru tua hingga hijau muda memiliki nilai 98.2 mGal hingga 148.5 mGal yang berada di
daerah Barat Laut dan Barat Daya Untuk anomali sedang ditunjukan oleh warna kuning muda
hingga jingga dengan nilai 149.4 mGal hingga 157.9 mGal yang berada di daerah Timur Laut, serta
anomali tinggi yang ditunjukkan oleh warna merah hingga merah muda memiliki nilai 158.7 mGal
hingga 166.2 mGal yang berada di daerah Timur Laut. Dari peta Complete Bouguer Anomaly
(CBA) dilakukan pemisahan anomali regional dan residual menggunakan filter Butterworth yang
dimana hasil dari pemisahan tersebut didapatkan peta anomali regional, untuk mendapatkan peta
anomali residual dilakukan pengurangan nilai anomali Complete Bouguer Anomaly (CBA)
terhadap anomali regional hasil filter Butterworth. Second Vertical Derivative (SVD) ialah metode
pemisahan anomali dimana didapatkan anomali residual. Peta anomali regional menunjukan
anomali rendah dengan warna biru tua hingga hijau muda yang bernilai 100.4 mGal hingga 147.7
mGal. Untuk anomali sedang ditunjukan oleh warna kuning muda hingga jingga dengan nilai 149.0
mGal hingga 157.0 mGal. Sedangkan anomali tinggi ditunjukan dengan warna merah hingga ungu
muda dengan nilai 157.9 mGal hingga 164.6 mGal. Selanjutnya yaitu peta anomali residual
menunjukan anomali rendah dengan warna biru tua hingga hijau muda yang bernilai -11.6 mGal
hingga 0.8 mGal. Untuk anomali sedang ditunjukan oleh warna kuning muda hingga jingga dengan
nilai 1.0 mGal hingga 3.3 mGal. Sedangkan anomali tinggi ditunjukan dengan warna merah hingga
ungu muda dengan nilai 3.6 mGal hingga 9.8 mGal. Peta anomali Second Vertical Derivative
(SVD) menunjukan anomali rendah dengan warna biru tua hingga hijau muda yang bernilai -7.0
mGal hingga -0.0 mGal. Untuk anomali sedang ditunjukan oleh warna kuning muda hingga jingga
dengan nilai 0.0 mGal hingga 0.8 mGal. Sedangkan anomali tinggi ditunjukan dengan warna merah
hingga ungu muda dengan nilai 0.9 mGal hingga 6.2 mGal. Perbedaan batas-batas dapat
terindikasikan bahwa adanya patahan pada daerah penelitian. Peta Second Vertical Derivative pada
daerah penelitian memperlihatkan nilai negatif sebagian besar dan ada pula nilai anomali tinggi
yang terdapat pada daerah sekitarnya. Kemudian didapatkan pemodelan 2D yang menunjukkan
gambaran model bawah permukaan yang dimana pada pemodelan 2D memiliki 3 formasi batuan.
Yang pertama yaitu Qa (Aluvium) yang terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan gambut
yang memiliki densitas sebesar 2 gr/cc. lalu selanjutnya Qat (Aluvium Tua) yang terdiri dari
konglomerat, kerakal, kerikil dan pasir yang memiliki besar densitas yaitu 2.3 gr/cc. dan yang
terakhir yaitu Tpot (Formasi Tarahan) yang terdiri dari tuff padu, breksi dan sisipan rijang yang
memiliki densitas sebesar 2.7 gr/cc.
Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan analisis gaya berat yang telah dilakukan kesimpulan dari
penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Respon anomali Bouguer yang menampilkan anomali rendah ditunjukan oleh warna biru
tua hingga hijau muda memiliki nilai 98.2 mGal hingga 148.5 mGal yang berada di daerah
Barat Laut dan Barat Daya Untuk anomali sedang ditunjukan oleh warna kuning muda
hingga jingga dengan nilai 149.4 mGal hingga 157.9 mGal yang berada di daerah Timur
Laut, serta anomali tinggi yang ditunjukkan oleh warna merah hingga merah muda
memiliki nilai 158.7 mGal hingga 166.2 mGal yang berada di daerah Timur Laut.
2. Berdasarkan pemodelan 2D dan pemodelan crossplot lapisan dengan densitas 2 gr/cc yaitu
Formasi Aluvium (Qa) yang terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, dan gambut yang
mana berada dengan kedalaman 0-430 m. Kemudian dengan densitas 2.3 gr/cc yaitu
Formasi Aluvium Tua (Qat) yang terdiri dari konglomerat, kerakal, kerikil, dan pasir yang
berada di kedalaman 30-600 m. Selanjutnya dengan densitas 2.7 gr/cc yaitu Formasi
tarahan (Tpot) yang terdiri dari tuff padu, breksi, dan sisipan rijang yang mana berada
pada kedalaman 0-600 m.

Daftar Pustaka
[1] Blakely, R. J. Potential Theory in Gravity and Magnetic Application. Cambrige University
Press.1995

[2] Telford, W. G. Applied Geophyisics. London: Cambridge University Press. 1990

[3] Kadir, W. G. Eksplorasi Gaya berat & Magnetik. Bandung: Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas
Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, ITB.2000

[4] Longman, I. M. Formulas for computing the tidal accelerations due to the Moon and the Sun.
Journal of Geophysical Research 64, p. 2351–2355.1959

[5] Wellenhof, B. H.Physical Geodesy. Austria: G.Grasl GmbH.2005


[6] Hammer, S. Terrain corrections for gravimeter stations, Geophysics.1939

[7] Reynold, M.RAn Introduction to Applied and Environmental Geophysics. New Jersey, USA:
John Wiley & Sons, Inc Somercet.1997

[8] Grandis, H. Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika. Jakarta: Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia. 2009

[9] Talwani, M. W. Rapid Graviy Computations for Two-Dimensional Bodies with Application to
the Mendocino Submarine Fracure Zone. Journal of Geophysical Research.1959

[10] Ramsay, G. & Huber. The Techniques of Modern Struktural Geology. USA: Academic Press
Limited.1987

Anda mungkin juga menyukai