Anda di halaman 1dari 3

KEGIATAN BELAJAR 2

Martabat Manusia

A. HAKIKAT PERBUATAN

Terlahir sebagai manusia merupakan suatu berkah yang sangat mulia. Makhluk yang
beruntung memiliki kesadaran dan dapat mengatur sesuai dengan keinginan dalam diri
pribadinya. Pada diri manusia memiliki perbedaan dalam banyak hal di dalam kehidupan ini baik
dalam bentuk tubuh, status sosial dan cara berpikir.

B. NORMA MORALITAS

Seseorang yang telah memahami hukum karma dan mengerti dengan baik maka ia akan
berudaha dengan sekuat tenaga untuk mengubah kehidupannya dalam rangka mencapai
kebahagiaan. Dengan banyak melakukan perbuatan baik, melaksanakan sila, berdana, dan
melaksanakna meditasi maka semua manusia pasti akan mendapatkan kebahagiaan dan
mencapai pembebasan yang terakhir. Seperti dalam Maha Parinibbana Sutta Sang Buddha
bersabda kepada kaum rumah tangga tentang faedah dari menjalankan sila sebagai berikut.

1. Sila menyababkan seseorang memiliki benyak harta kekayaan.


2. Sila menyebabkan nama dan kemasyhyrannya akan tersebut luas.
3. Sila akan menyebabkan seseorang terhindar dari ketakutan dan keragu-raguan.
4. Sila menyebabkan sewaktu seorang meninggal dunia hatinya akan tenang dan akan terlahir
di alam surga.

Dalam Dasakusalakamma (Sepuluh perbuatan baik) bahwa perilaku yang baik dilakukan
melalui jasmani, ucapan dan pikiran dan terbaggi sebagai berikut.

1. Menghindari pembunuhan dan mengembangkan cinta kasih kepada semua makhluk.


2. Menhindari pencurian, bersikap jujur dan tulus.
3. Menghindari melakukan perbuatan asusila, menepati tata susila masyarakat.
4. Menghindari berbohong untuk kepentingan diri sendiri atau orang lain.
5. Menghindari memfitnah yang dapat menimbulkan permusuhan, sebaliknya berusaha
menjadi penengah untuk merukunkan perselisihan.
6. Menghindari berkata kasar, berbicara secara lembut, dan menyenangkan.
7. Menghindari pembicaraan omong kosong dan berbicara pada waktu yang tepat tentang hal-
hal yang besar, berdasarkan fakta, berhubungan dengan Dhamma-Vinaya, bermakna serta
disertai contoh-contoh, diperhitungkan dahulu dan tepat.
8. Menghindari keserakahan dan tidak merasa iri hati terhadap keuntungan dan kemakmuran
orang lain.
9. Menghindari iktikad jahat, tidak menyimpan pikiran buruk (terhadap orang lain).
10. Menghindari pandangan salah dan menganut pandangan benar, percaya akan kehidupan
yang akan guru-guru rohani yang telah menjalani hidup suci dan mencapai pandangan
terang … (Anguttara Nikaya V, hal 266 dst).

Upasaka dan Upasika melatih dan melaksanakan Pancasila Buddhis, yaitu:


1. Bertekad melatih diri menghindari pembunuhan;
2. Bertekad melatih diri menghindari pencurian;
3. Bertekad melatih diri menghindari berbuat asuaila;
4. Bertekad malatih diri menghindari berbohong;
5. Bertekad melatih diri menghindari makan dan minum yang menyebabkan lemahnya
kewaspadaan/mabuk-mabukan.

Pengendalian diri atau pengekangan batin yang disebut Samvara ini dapat dilaksanakan
dengan:

1. Patimokkhasavara sila: yaitu mengendalikan diri dengan menaati peraturan atau disiplin.
2. Satisamvara sila: yaitu mengendalikan diri dengan perhatian yang benar.
3. Nyanasamcara sila: yaitu mengendalikan diri denga pengetahuan yang benar.
4. Khatisamvara: yaitu pengendalian diri dengan kesabaran.
5. Viryasamvara: yaitu mengendalikan diri dengan kekuatan kemauan atau semangat.
C. MANUSIA SEUTUHNYA

Interaksi pribadi manusia satu dengan lainnya dalam kehidupan masyarakat adalah sangat
penting dan saling menunjang, karena kemajuan pribadi tidak terlepas dengan adanya orang-
orang lain. Hal ini telah ditekankan oleh Sang Buddha dalam pembinaan terhadap pengikutnya,
sehubungan dengan hal tersebut seorang sarjana Buddhis Hokhale, menerangkan bahwa
masyarakat Buddhist berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Isolasi

Tahap isolasi yaitu dimana seseorang meningglkan kehidupan rumah tangga, mengasingkan
diri dengan tujuan untuk melatih diri dalam kehidupan spiritual, untuk mencapai
pembebasan/penerangan yang tinggi.

2. Tahap bergaul

Tahap bergaul yaitu tahap dimana terbentuknya Sangha, yang berhubungan dengan
masyarakat awam.

3. Tahap transformasi

Pada tahap transformasi yaitu dimana agama Buddha, sebagai kekuatan spiritual dan social,
menggariskan norma-norma dan hukum-hukum tingkah laku social tertentu, sesuai dengan
etika sosialnya.

Dalam Anguttara Nikaya 11.66, Sang Buddha mengatakan bahwa yang wajar, yaitu:

1. Semoga saya menjadi kaya, semoga kekayaan saya terkumpul padaku dengan cara benar
dan pantas;
2. Semoga saya beserta sanak keluarga dan kawan-kawan dapat mencapai kedudukan social
yang tinggi;
3. Semoga saya selalu hati-hati dalam kehidupan ini sehingga saya berusia panjang;
4. Apabila kehidupan di dunia ini telah berakhir, semoga saya dapat terlahir kembali di alam
bahagia.

Anda mungkin juga menyukai