Toc2 Upny
Toc2 Upny
ABSTRAK
CV Putra Kilau Lampuan adalah erusahaan percetakan yang memproduksi buku, majalah, packaging, dan
undangan. Sistem produksi yang diterapkan berbasis Make To Order (MTO) dengan pola aliran proses produksi
bersifat flow shop. Perusahaan dihadapkan pada kendala banyaknya Work In Process (WIP) dengan kapasitas
stasiun kerja yang terbatas, sehingga dapat menghambat aliran produksi dan waktu penyelesaian menjadi besar.
Penelitian menggunakan metode penjadwalan drum buffer rope dengan konsep pendekatan Theory of Constraints
(TOC) yang berfokus kepada pemanfaatan stasiun kerja bottleneck. Penjadwalan dimulai dari stasiun kerja
bottleneck, kemudian baru dilakukan pada stasiun kerja non bottleneck. Penjadwalan pada stasiun kerja non
bottleneck sebelum stasiun kerja bottleneck dilakukan secara backward, sedangkan stasiun kerja non bottleneck
setelah stasiun kerja bottleneck dilakukan secara forward. Hasil dari penelitian ini yaitu diperoleh stasiun kerja
penyusunan kertas isi (SK 10) terjadi bottleneck. Penjadwalan produksi berdasarkan stasiun kerja bottleneck
menghasilkan urutan order dari stasiun kerja 1 sampai stasiun kerja 13 dengan makespan sebesar 26,215 hari.
Makespan tersebut lebih singkat dibandingkan dengan makespan perusahaan yang besarnya 30,041 hari.
Kata kunci : flow shop, theory of constraints, drum buffer rope, makespan minimum
berlangsung tersebut dapat mengakibatkan 1) Flow Shop, yaitu proses konversi di mana
resiko penurunan kredibilitas perusahaan di unit-unit output secara berturut-turut
mata konsumen dan mengurangi daya kompetisi melalui urutan operasi yang sama pada
perusahaan dalam persaingan bisnis. mesin-mesin khusus. Proses jenis ini
Peninjauan dalam penjadwalan di seluruh biasanya digunakan untuk produk yang
stasiun kerja dan mengidentifikasi stasiun kerja mempunyai desain dasar yang tetap
yang menjadi bottleneck dalam pembuatan sepanjang waktu yang lama dan ditujukan
penjadwalan berdasarkan beban kerja terbesar. untuk pasar yang luas.
Dari stasiun kerja bottleneck tersebut, 2) Continuous, proses ini merupakan bentuk
ditentukan jadwal untuk memproduksi produk ekstrim dari flow shop di mana terjadi aliran
yang diinginkan. Penjadwalan produksi material yang konstan. Biasanya satu
diharapkan mampu menangani bottleneck yang lintasan produksi pada proses kontiinyu
menghambat aliran produksi dan hanya dialokasikan untuk satu produk saja.
meminimumkan waktu penyelesaian order. 3) Job Shop, yaitu merupakan bentuk proses
konversi di mana unit-unit untuk pesanan
yang berbeda pula dengan melalui pusat-
2. LANDASAN TEORI
pusat kerja yang dikelompokkan
2.1 Sistem Produksi
berdasarkan fungsinya. Volume produksi
Sistem produksi merupakan kumpulan dari
tiap jenis sedikit, variasi produknya banyak,
sub sistem yang saling berinteraksi dengan
lama proses produksi tiap jenis produk agak
tujuan mentransformasi input produksi menjadi
panjang, tidak ada lintasan produksi khusus.
output produksi. Input produksi ini dapat berupa
4) Batch, yaitu merupakan bentuk satu langkah
bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan
kedepan dibandingkan job shop dalam hal
informasi, sedangkan output produksi
standarisasi produk dengan memproduksi
merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil
banyak variasi produk dan volume, lama
sampingnya seperti limbah, informasi, dan
proses produksi untuk tiap produk agak
sebagainya (Ginting, 2007). Sistem produksi
pendek, dan satu lintasan produksi dapat
menurut tujuan operasi, dibedakan menjadi
dipakai untuk beberapa tipe produk.
empat jenis, yaitu (Bedworth dan Bailey, 1987):
1) Engineering To Order (ETO), yaitu pemesan
2.2 Penjadwalan Produksi
meminta produsen untuk membuat produk
Menurut Baker (1974), penjadwalan adalah
yang dimulai dari proses perancangannya
pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk
(rekayasa).
mengerjakan sejumlah pekerjaan. Tujuan
2) Assembly To Order (ATO), yaitu produsen
penjadwalan, antara lain:
membuat desain standar, modul-modul
1) Meningkatkan penggunaan sumber daya
opsinya standar dan merakit suatu kombinasi
atau mengurangi waktu tunggunya,
tertentu dari modul-modul tersebut. Modul-
sehingga total waktu proses dapat
modul standar tersebut sesuai dengan
berkurang, dan produktivitas dapat
pesanan konsumen dan bisa dirakit untuk
meningkat.
berbagai tipe produk.
2) Mengurangi persediaan barang setengah
3) Make To Order (MTO), yaitu produsen
jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan
menyelesaikan item akhirnya jika dan hanya
yang menunggu dalam antrian ketika
jika menerima pesanan konsumen untuk item
sumberdaya yang ada masih mengerjakan
tersebut.
tugas yang lain.
4) Make To Stock (MTS), yaitu produsen
3) Mengurangi beberapa kelambatan pada
membuat item-item yang diselesaikan dan
pekerjaan yang mempunyai batas waktu
ditempatkan sebagai persediaan sebelum
penyelesaian sehingga akan meminimasi
pesanan konsumen diterima. Item akhir
penalti cost (biaya keterlambatan).
tersebut baru akan dikirim dari sistem
4) Membantu pengambilan keputusan
persediaannya setelah pesanan konsumen
mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan
diterima.
jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga
Sistem produksi juga dibagi menurut aliran
penambahan biaya yang mahal dapat
operasi dan variasi produk menjadi (Nasution
dihindarkan.
dan Prasetyawan, 2007):
setiap order dan penjumlahan beban kerja No.11, Surakarta. Kerangka pemecahan masalah
untuk setiap stasiun kerjanya. dan pengolahan data disusun sebagai berikut:
(ℎ) (ℎ)
𝜌𝑗 = ∑ℎ.𝑘 𝜆𝑗𝑘 𝑥 𝑃𝑗𝑘 .......................... (4) 1) Mengidentifikasi stasiun kerja bottleneck
dengan algoritma zijm.
dengan:
a. Menghitung laju permintaan pada setiap
𝜌𝑗 : rata-rata beban kerja di mesin j
operasi di seluruh stasiun kerja untuk setiap
5) Langkah 5: Menghitung waktu tunggu pada order.
setiap operasi di seluruh stasiun kerja untuk b. Menghitung laju kedatangan pada setiap
setiap order dan penjumlahan beban kerja operasi di seluruh stasiun kerja untuk setiap
untuk setiap stasiun kerjanya. order.
(ℎ) (ℎ)
∑ℎ.𝑘 𝜆𝑗𝑘 𝑥 (𝑃𝑗𝑘 )2
𝐸𝑗 = ........................... (5) c. Menghitung waktu proses pada setiap
2(1−𝜌𝑗 ) operasi di seluruh stasiun kerja untuk setiap
Dengan: order.
E(j) = ekspektasi waktu tunggu di stasiun d. Menghitung beban kerja pada setiap
kerja j operasi di seluruh stasiun kerja untuk setiap
6) Langkah 6: Menghitung perkiraan lead time order dan penjumlahan beban kerja untuk
pada setiap operasi di seluruh stasiun kerja setiap stasiun kerjanya
untuk setiap order. e. Menghitung ekspektasi waktu tunggu
(ℎ) (ℎ)
𝐸(𝑇𝑗𝑘 ) = Ej + 𝑃𝑗𝑘 ............................ (6) pada setiap operasi di seluruh stasiun kerja
7) Langkah 7: menghitung Etc dan Ltc untuk setiap order dan penjumlahan beban
Berfungsi untuk menentukan Etc (saat kerja untuk setiap stasiun.
paling awal setiap order bisa mulai f. Menghitung ekspektasi lead time pada
dikerjakan di stasiun kendala) dan Ltc (saat setiap operasi di seluruh stasiun kerja untuk
paling akhir setiap order bisa mulai setiap order.
dikerjakan di stasiun kendala) setiap g. Menentukan Etc (saat paling awal setiap
pesanan. Etc dan Ltc merupakan salah satu order bisa mulai dikerjakan di stasiun kerja
kriteria untuk pemilihan pesanan yang akan bottleneck dan Ltc (saat paling akhir setiap
didistribusikan, penentuan solusi inisial, dan order bisa mulai dikerjakan di stasiun kerja
pemeriksaaan kelayakan setiap pesanan bottleneck) setiap pesanan.
yang telah dijadwalkan. 2). Melakukan penjadwalan produksi di stasiun
ETC(h) = r(h) + ∑𝑚ℎ=1(𝑡ℎ + 𝑤ℎ ) .............. (7)
kerja bottleneck dan stasiun kerja non bottleneck
(𝑡ℎ + 𝑤ℎ ) − 𝑡ℎ sebelum stasiun kerja bottleneck menggunakan
LTC(h) = d(h) - ∑𝑚 ℎ=1 ..... (8) backward scheduling. Untuk stasiun kerja non
dengan: bottleneck setelah stasiun kerja bottleneck
E(𝑇 (ℎ) ) : ekspektasi rata-rata lead time job h menggunakan forward scheduling.
m : jumlah mesin setelah bottleneck
th : waktu proses job h 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
wh : ekspektasi waktu menunggu job h 4.1 Identifikasi stasiun kerja bottleneck
(h)
ETC : Earliest Time Completion job h Identifikasi stasiun kerja bottleneck
LTC(h) : Latest Time Completion job h menggunakan algoritma zijm. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Menghitung laju permintaan
3. METODOLOGI PENELITIAN Laju permintaan dihitung menggunakan
Obyek dari peneltian ini adalah salah satu Langkah 1, hasil perhitungan laju permintaan
perusahaan percetakan, CV Putra Kilau dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Lampuan yang berlokasi di Jalan Sedap Malam
Laju Permintaan/jam
No Order
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 SK 5 SK 6 SK 7 SK 8 SK 9 SK 10 SK 11 SK 12 SK 13
8 0,006 0,006 0,000 0,000 0,006 0,000 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
9 0,006 0,006 0,000 0,000 0,006 0,006 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
10 0,006 0,006 0,000 0,000 0,006 0,000 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
11 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,000 0,006 0,006 0,000 0,000 0,000 0,000 0,006
12 0,005 0,000 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,000 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005
13 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006 0,000 0,000 0,000 0,000 0,006
14 0,006 0,006 0,000 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,000 0,000 0,000 0,000 0,006
15 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
16 0,005 0,005 0,000 0,000 0,005 0,005 0,005 0,000 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005
17 0,007 0,007 0,000 0,000 0,007 0,000 0,007 0,000 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007
18 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
19 0,006 0,006 0,000 0,000 0,006 0,000 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
20 0,006 0,006 0,000 0,000 0,000 0,006 0,006 0,006 0,000 0,000 0,000 0,000 0,006
21 0,006 0,006 0,000 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,000 0,000 0,000 0,000 0,006
22 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
23 0,006 0,006 0,000 0,000 0,006 0,006 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
24 0,006 0,006 0,000 0,000 0,006 0,000 0,006 0,000 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
3). Menghitung waktu proses pengerjaan order pengerjaan order dapat dilihat pada Tabel 3.
Laju kedatangan untuk setiap order
menggunakan Langkah 2 dan hasil waktu proses
4). Menghitung rata-rata beban kerja kerja pada stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel
Rata-rata beban kerja menggunakan 4.
Langkah 3 dan hasil perhitungan rata-rata beban
5) Setelah melihat hasil perhitungan dari beban itu, Stasiun Kerja Penyusunan Kertas Isi
kerja pada Tabel 4 dan perhitungan waktu ditetapkan sebagai stasiun kerja bottleneck.
tunggu pada Tabel 5 di atas, stasiun yang
mempunyai beban kerja terbesar dan 4.2 Perhitungan lead time
ekspektasi waktu menunggu setiap order di Perhitungan perkiraan lead time
stasiun paling lama adalah Stasiun Kerja diselesaikan menggunakan Langkah 6 dan hasil
Penyusunan Kertas Isi (SK 10). Oleh sebab seluruh perhitungan perkiraan lead time dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 7 Perhitungan Etc dan Ltc menjadi stasiun kerja bottleneck karena
Kode memiliki ekspektasi waktu tunggu terbesar
Order Etc Ltc Status
Produk
1 A1 172,241 281,644 Layak dengan nilai 45,021 jam, sebanding dengan rata-
2 A2 172,527 288,836 Layak rata beban kerja dengan nilai 0,892, dan waktu
3 A3 182,034 264,511 Layak prosesnya. Penyebab stasiun kerja 10 dijadikan
4 A4 190,340 251,607 Layak
5 A5 162,280 271,343 Layak
stasiun kerja bottleneck adalah kemungkinan
6 A6 176,770 301,756 Layak adanya keterlambatan dalam menjadwalkan
7 B1 176,400 269,717 Layak pesanan ke stasiun kerja dan urutan penjadwalan
8 A7 176,476 287,843 Layak yang salah. Metode forward scheduling yang
9 A8 182,454 257,016 Layak
10 A9 164,936 267,983 Layak digunakan perusahaan tidak menjamin
11 B2 172,503 283,945 Layak pengerjaan pesanan yang dapat meminimasi
12 A10 189,991 284,883 Layak flowtime pada stasiun kerja bottleneck sehingga
13 B3 176,300 275,972 Layak
14 B4 162,687 276,969 Layak terjadi keterlambatan. Penyebab lainnya
15 A11 175,249 262,310 Layak diakibatkan karena kapasitas stasiun kerja. Pada
16 A12 168,980 285,014 Layak proses produksi, terdapat bottleneck pada
17 A13 177,284 226,224 Layak
18 A14 167,813 255,461 Layak
Stasiun Kerja Penyusunan Kertas Isi. Hal ini
19 A15 158,562 249,974 Layak terjadi karena pada stasiun kerja sebelumnya
20 C1 159,292 269,989 Layak (Stasiun Kerja Cetak Kertas Isi) memiliki
21 B5 171,451 270,301 Layak
22 A16 174,371 260,241 Layak
kapasitas lebih besar, yaitu produksi 5.000
23 A17 162,019 279,357 Layak lembar/jam yang kemudian ditumpuk di Stasiun
24 A18 170,497 256,736 Layak Kerja Penyusunan Kertas Isi yang hanya
memiliki kapasitas sebesar 736 lembar/jam.
Berdasarkan pemeriksaan Etc dan Ltc pada Stasiun kerja bottleneck ini menjadi titik kontrol
Tabel 7 menunjukkan seluruh order layak untuk atau patokan penjadwalan, sehingga diutamakan
dijadwalkan. produktivitas kerjanya dapat maksimal agar
mempelancar jadwal produksi.
4.4. Penjadwalan stasiun kerja Algortima zijm juga dapat dilakukan untuk
Penjadwalan berdasarkan pada stasiun kerja perhitungan buffer Buffer yang digunakan
bottleneck menggunakan aturan due date. Due adalah time buffer. Buffer ini digunakan untuk
date setiap order pada SK 10 menunjukkan menjaga utilitas stasiun kerja dapat bekerja
urutan order. Starting time due date terbesar dengan maksimal. Besarnya buffer yang
menjadi completion time order sebelumnya di diberikan adalah 45,021 jam. Selisih waktu
SK 10 menggunakan aturan backward. antara stasiun kerja bottleneck dan stasiun kerja
Completion time due date menjadi starting time non bottleneck sebelumnya diharapkan dapat
order setelah SK 10 menggunakan aturan menjaga keseimbangan penjadwalan produksi.
forward. Urutan order dari hasil penjadwalan Seluruh stasiun kerja non bottleneck sebelum
adalah 17,11, 21, 20, 19, 18, 24, 14, 22, 10, 4, 7, bottleneck dapat terlambat, namun
3, 23, 15, 9, 13, 5, 1, 8, 2, 16, 12, dan 6. keterlambatannya tidak boleh melebihi dari
besarnya buffer time yang diberikan di stasiun
Analisis Hasil kerja tersebut.
Penjadwalan produksi menggunakan Penjadwalkan pesanan di stasiun kerja
pendekatan Theory of Constraints (TOC) bottleneck (SK 10) menggunakan aturan
mengkonsentrasikan pengendalian di stasiun backward scheduling, yaitu menjadwalkan
kerja bottleneck. Stasiun kerja bottleneck selambat mungkin untuk memenuhi due date
digunakan sebagai penggerak dalam yang telah ditentukan. Penjadwalan dengan
penjadwalan produksi. Metode penjadwalan aturan backward scheduling akan meminimasi
yang menggunakan prinsip-prinsip TOC adalah WIP di lantai produksi karena pesanan masuk ke
Drum Buffer Rope (DBR). Algoritma Zijm lantai produksi disesuaikan dengan kapasitas
merupakan algoritma yang dapat produksi pada stasiun kerja bottleneck sehingga
mengidentifikasi stasiun kerja bottleneck yang pesanan datang sesaat sebelum dikerjakan di
digunakan sebagai titik pengendalian stasiun kerja bottleneck.
penjadwalan. Di antara 13 stasiun kerja yang Penjadwalan stasiun kerja non bottleneck
ada di CV Putra Kilau Lampuan, stasiun kerja berpatokan pada hasil dari stasiun kerja 10 yang
yang menjadi stasiun kerja bottleneck adalah merupakan stasiun kerja bottleneck. Dalam
stasiun kerja 10 (Penyusunan kertas isi). SK 10 melakukan penjadwalan di stasiun kerja non
34 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
Jurnal OPSI Vol 12 No.1 Juni 2019 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
bottleneck, dipisahkan antara stasiun kerja Bedworth, D.D, dan Bailey, J.E., 1987,
sebelum dan sesudah stasiun kerja bottleneck. Integrated Production and Control System:
Penjadwalan sebelum stasiun kerja bottleneck Management, Analysis, and Design, John
menggunakan aturan backward scheduling Wiley and Sons, Inc., New York.
(penjadwalan mundur), yaitu menjadwalkan Fogarty, D.W., Blackstone, J.H., dan Hoffmann,
selambat mungkin, namun tetap tiba tepat waktu T.R., 1991, Production and Inventory
di stasiun kerja bottleneck. Starting time suatu Management, 2nd Edition, South-Western
order di stasiun kerja bottleneck merupakan Publising Co., Cincinnati, Ohio.
completion time untuk pesanan tepat sebelum Gasperzs, V., 2001, Production Planning and
stasiun kerja bottleneck. Hasil penjadwalan Inventory Control Berdasarkan Pendekatan
menggunakan backward scheduling Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju
menghasilkan waktu mulai yaitu pada jam ke manufacturing 21, PT Gramedia Pustaka
136,213 masih di dalam jadwal feasible (layak). Utama, Jakarta.
Hal ini dapat dilihat dari waktu mulai yang tidak Ginting, R., 2007, Sistem Produksi, Graha Ilmu,
kurang dari pre order pesanan terakhir. Yogyakarta.
Penjadwalan stasiun kerja setelah stasiun kerja Ginting, R., 2009, Penjadwalan Mesin, Graha
bottleneck menggunakan aturan penjadwalan Ilmu, Yogyakarta.
maju (forward scheduling), yaitu menjadwalkan Hansen, D.R., dan Mowen, M. M., 2000,
sesegera mungkin dalam penyelesaian suatu Akuntansi Manajemen Jilid 2, Erlangga,
pesanan. Completion time suatu order di stasiun Jakarta.
kerja bottleneck merupakan starting time order Iriadi, D. W., 2005, Penjadwalan Sistem
tersebut pada stasiun kerja tepat setelah stasiun Produksi Job Shop Menggunakan Theory of
kerja bottleneck. Penjadwalan maju Constraints dengan Backward dan Forward
menghasilkan waktu selesai pengerjaan Schedulling, Tugas Akhir, Universitas Islam
pesanan, yaitu jam ke 319,719. Terjadi Indonesia, Yogyakarta.
keterlambatan dalam penyelesaian order sesuai Kushana, D.N.S., Zaini, E., Saleh, A., 2014,
dengan due date terbesar. Urutan order dari hasil Rancangan sistem penjadwalan buku fiksi
penjadwalan adalah 17,11, 21, 20, 19, 18, 24, 14, dengan pendekatan theory of constraints di
22, 10, 4, 7, 3, 23, 15, 9, 13, 5, 1, 8, 2, 16, 12, PT. Mizan Grafika Sarana, Jurnal Teknik
dan 6. Urutan Penjadwalan Produksi Perusahaan Industri Itenas, Institut Teknologi Nasional,
menghasilkan makespan sebesar 30,0416 hari Bandung.
dan Gantt Chart Penjadwalan Produksi Usulan Narasimhan, S.L., McLeavy, D.W., dan
menghasilkan makespan sebesar 26,215 hari. Billington, P.J., 1995, Production and
Planning Inventory Control, Prentice Hall,
5. KESIMPULAN
Inc., New Jersey.
Perencanaan produksi yang tepat untuk
Nasution, A.H dan Prasetyawan, Y., 2008,
memperoleh waktu penyelesaian order
Perencanaan dan Pengendalian Produksi,
minimum adalah dengan menjadwalkan setiap
Graha Ilmu, Yogyakarta.
stasiun kerja berdasarkan stasiun kerja
Tersine, R.J., 1994, Principles of Inventory and
bottleneck. Berdasarkan pengolahan data dan
Materials Management, 4th Edition,Prentice
analisis hasil, bottleneck terjadi di Stasiun kerja
Hall, Inc., New Jersey.
Penyusunan Kertas Isi (SK 10). Penjadwalan
Umble, M.M., dan Srikanth, M.L., 1996,
produksi berdasarkan stasiun kerja bottleneck
Synchronous Manufacturing, The Spectrum
menghasilkan urutan order dari stasiun kerja 1
Publishing Company, Inc., Boston.
sampai dengan stasiun kerja 13 dengan
Zijm, W.H.M., dan Buitenhek, R., 1996,
makespan sebesar 26,215 hari. Makespan
Capacity planning and lead time
tersebut lebih singkat dibandingkan dengan
management, International Journal of
makespan perusahaan yang besarnya 30,041
Economic, University of Twente,
hari.
Netherland.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, K.R., 1974, Introduction to Sequencing
and Scheduling, John Wiley and Sons, Inc.,
New York.