Anda di halaman 1dari 2

TUGAS ESSAY

“Mudik dalam Perspektif Hukum Islam dan Anjuran Pemerintah”

Mudik adalah tradisi pulang ke kampung halaman dalam masyarakat Indonesia


menjelang akhir bulan Ramadhan yang bertujuan untuk lebaran bersama keluarga sekaligus
melepas kerinduan kepada keluarga jauh. Di dalam hukum Islam mudik disebutkan sebagai
budaya masyarakat yang berbasis dasar relijilusitas, mengutip Hadis Nabi “Bahwa
sesungguhnya tanah air, tempat kita, dan wangi sesepuh kita menyembuhkan penyakit,
penyakit kerinduan, kesombongan dan takabur”.

Di tahun 2021 bulan Ramadhan sangat berbeda, dikarenakan bertepatan dengan


munculnya wabah penyakit global yakni Covid-19. Angka Covid-19 masih saja meningkat
walaupun dengan adanya kegiatan vaksinasi yang sudah berjalan dari bulan januari, yang
diawali dengan penyuntikan vaksin sinovac kepada Presiden Joko Widodo tanggal 13 januari
lalu, dan di bulan-bulan berikutnya dilanjutkan dengan tenaga kerja dan usia lansia. Namun
dalam beberapa kasus masih saja terlihat orang yang sudah di vaksin terkena covid-19 yang
artinya dengan penyuntikan vaksin ini tidak menjamin masyarakat untuk terhindar dari
penyakit ini.

Setelah menjalankan ibadah puasa, pemerintah membuat peraturan larangan mudik


yang diumumkan di Graha BNPB pada Kamis 8 April 2021 melalui rilisan Surat Edaran
Kepala Satgas Penanganan Covid-19 No.13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik pada
Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tzahun 1442 Hijriah selama 6-17 Mei 2021.
Berdasarkan fakta yang ada, pemerintah mencoba belajar dari pengalaman dan berusaha
merancang kebijakan dengan prinsip utama keselamatan dan kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu ditetapkan adanya peniadaan mobilitas mudik sementara yang berlaku dari tanggal
6 - 17 Mei 2021. Pemerintah pun mengingatkan masyarakat tak mendahulukan yang sunnah
dan meninggalkan yang wajib. Kebijakan larangan mudik Lebaran tahun ini untuk
melindungi masyarakat agar terjaga dari penularan Covid-19. Jadi jangan sampai apa yang
wajib itu digugurkan oleh yang sunnah atau mengejar sunnah tetapi meninggalkan wajib itu
tidak ada dalam tuntunan agama islam. Selain melarang mudik, pada bulan suci Ramadhan
kali ini pemerintah juga membatasi kegiatan ibadah di masjid ataupun mushala, masyarakat
tetap diperbolehkan menjalankan ibadah seperti sholat tarawih dan itikaf di masjid dengan
pembatasan 50 persen dari kapasitas masjid.

Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas mengatakan dalam perspektif
Islam, wabah penyakit diturunkan Allah SWT semata-mata untuk menguji sekaligus
mengingatkan hamba-Nya yang kebanyakan lalai. Oleh karenanya, jika manusia melakukan
suatu tindakan, maka tindakan itu tidak boleh mencelakakan diri kita sendiri dan atau orang
lain. Di dalam kaidah fikihnya, dikatakan 'La dharara wala dhirara', jadi jika seseorang
mudik dari daerah yang tidak ada wabah ke daerah yang tidak ada wabah maka hal itu tidak
jadi masalah karena tidak ada mudharat yang akan muncul yang akan muncul di situ, tetapi
jika mudik dari daerah pandemi wabah ke daerah lain maka itu tidak boleh karena disyakki
atau diduga keras akan bisa menularkan virus tersebut kepada orang lain virusnya menular
dan sangat berbahaya, lalu tetap melakukannya berarti yang bersangkutan telah melakukan
sesuatu yang haram.

Pemerintah melarang warganya untuk pulang mudik di saat ada pendemi wabah


corona hal itu wajar dan bahkan hukumnya adalah wajib karena kalau itu tidak dilarang maka
bencana dan penularan penyakit covid-19 lebih besar. Tindakan pemerintah membuat
kebijakan seperti ini sudah sesuai dan sejalan dengan firman Allah SWT yang artinya
janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan. Dan juga sangat sesuai dengan
tuntunan Nabi Muhammad SAW yang melarang orang untuk masuk ke daerah yang sedang
dilanda wabah dan atau keluar dari daerah tersebut. Di dalam hadits Nabi Muhammad SAW
yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, sesungguhnya beliau bersabda yang artinya“Jika
kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika
terjadi wabah di tempat kamu berada,maka jangan tinggalkan tempat itu," (HR. Al-Bukhari).

Anda mungkin juga menyukai