Anda di halaman 1dari 2

JUDUL : KAIN PENYEKA RASULULLAH

HADIST 1 (Untuk judul ini hanya terdapat 1 hadist) :

• ARAB :

: ‫ حدثنا ربيع بن صبيح عن يزيد بن أبان عن أنس بن بن مالك قال‬.‫ حدثنا وكيع‬.‫حدثنا يوسف بن عيسى‬

ّ ‫)) كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يك ثر القناع‬


(( ‫كأن ثوبه ثوب زيات‬

• TERJEMAH :
Telah diceritakan kepada kami Yusuf bin Isa, dari Waki’, dari Rabi’ bin
Shabih, dari Yazid bin Aban ar Raqasi, yang bersumber dari Anas bin Malik
r.a. Dia berkata :
((Rasulullah saw. sering menyeka (minyak di kepalanya), seakan-akan kain
penyeka kepalanya seperti kain penyeka tukang minyak.))

• SYARAH :
Kata )‫ (القناع‬ini yaitu kain penutup kepala atau sejenisnya yang biasanya
dipakai oleh Rasulullah SAW ketika meminyaki rambut. Ini bisa jadi dipakai
setelah meminyaki rambut ataupun minyaknya diletakkan diatas ‫ القناع‬ini baru
diusapkan ke atas kepala agar tidak tumpah mengenai sorban dan tidak
mengenai bagian wajah. Biasanya juga Rasul memakainya sebelum memakai
sorban, sehingga sorbannya tidak berminyak.
Abu Hurairah menggambarkan kain penyeka rasul saw ini sangking
berminyaknya seperti kain tukang minyak yaitu ( ‫ )ثوب زيا ت‬yang mana kata
‫ ثوب‬disini adalah kain penyekanya Rasul saw. Sehingga Rasulullah saw itu
disebut sebagai orang yang paling bersih pakaiannya sebagaimana yang di
riwayatkan shahih Bukhari dari Aisyah r.a. Dan Ibnu qayyim dalam kitab
zainul ma’ad mengatakan bahwa apa yang Rasulullah lakukan ini adalah
karena suatu kebutuhan bukan kebiaaannya terus seperti itu.
Dari hadist ini dapat kita ketahui bahwa Rasullah saw sangat konsen
dengan perawatan rambutnya. Bukan sekadar keindahan namun benar-benar
unutk kesehatan dan kerapihan karena itu bagian dari husnul khuluq (akhlak
yang mulia).
Dan Rasulullah saw orang yang sangat tertib, meletakkan sesuatu pada
tempatya di antaranya yaitu punya ‫ القناع‬, sebagai tanda mensyukuri nikmat
yang Allah berikan dan memberikan ‫ القناع‬ini sebagai haknya.1

• TAKHRIJ :
Dha’if. HR Al-Baghawi di dalam syarh As-sunah (3164) dari jalur
Yusuf bin Isa dan Al-Baihaqi di dalam Syu’bul Iman (6464) dari jalur Ar-
Rabi’.
Didha’ifkan oleh Syekh Al-Bani di dalam Mukhtasar Asy-Syamail.

1 Penjelasan dari akun yutub ustad Bachtiar Nasir


https://youtu.be/ODODVKmcV_A

Anda mungkin juga menyukai