Anda di halaman 1dari 6

Hipertermia

A. Manajemen Hipertermia

Observasi

1 Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan


panas penggunaan inkubator)
2 Monitor suhu tubuh
3 Monitor kadar elektrolit
4 Monitor haluaran urine
5 Monitor komplikasi akibat hipertermia

Teraupetik

1 Sediakan lingkungan yang dingin


2 Longgarkan atau lepeaskan pakaian
3 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4 Berikan cairan oral
5 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebihan)
6 Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hiportermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
7 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

B. Regulasi temperatur

Observasi

1 Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5C37,5C)


2 Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
3 Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
4 Monitor warna dari suhu kulit
5 Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia

Teraupetik
1 Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
2 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3 Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
4 Masukan bayi BBLR ke dalam plastik segera setelah lahir (mis, bahan
polyerhylene, polyurethane)
5 Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
6 Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmar
7 Pertahankan kelembaban inkubator 50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karena proses evaporasi
8 Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
9 Hangat kan terlebih dahulu bahan – bahan yang akan kontak dengan bayi (
mis, selimut, kain, bedongan, stetoskop)
10 Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angin
11 Gunakan matras penghangat, selimut hangat dan penghangat ruangan
untuk menaikan suhu tubuh, jika perli
12 Gunakan kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack, atau gel
pad dan intravascular cooling catheterlzation untuk menurunkan suhu
tubuh
13 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

Edukasi

1 Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke


2 Jelaskan cara pencegahan hiportermia karena terpapar udara dingin
3 Damonstrasikan teknik perawatan metode kanguru (PMK) untuk bayi
BBLR

Kolaborasi

1 Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

Hipotermia

A. Manajemen hipotermia

Observasi

1 Monitor suhu tubuh


2 Identifikasi penyebab hipotermia (mis, terpapar suhu lingkungan rendah,
pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme,
kekurangan lemak subkutan)
3 Monitor tanda dan gejala akibat hiportermia (Hipotermia ringan: takipnea,
disartria, menggigil, hipertensi, dluresis: Hipotermia sedang: aritmia,
hipotensi, apatis, koagulopati, refleks menurun: hipotermia berat: oliguria,
refleks menghilang, edema paru, asam-basa abnormal)

Teraupetik

1 Sediakan lingkungan yang hangat (mis, atur suhu ruangan, inkubator)


2 Ganti pakaian dan/atau linen yang basah
3 Lakukan penghangatan pasif (mis, selimut, menutupi kepala, pakaian
tebal)
4 Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis, kompres hangat, botol tangat,
selimut hangat, perawatan metode kangguru)
5 Lakukan penghangatan aktif internal (mis, infus cairan hangat, oksigen
hangat, levase peritoneal dengan cairan hangat)

Edukasi

1 Anjurkan makan/minum hangat

B. Terapi paparan panas

Observasi

1 Identifikasi kontraindikasi penggunaan terapi (mis, penurunan atau tidak


adanya sensasi, penurunan sirkulasi)
2 Monitor suhu alat terapi
3 Monitor kondisi kulit selama terapi
4 Monitor kondisi umum, kenyamanan dan keamanan selama terapi
5 Monitor respon pasien terhadap terapi

Teraupetik

1 Pilih metode stimulasi yang nyaman dan mudah didapatkan (mis, botol air
panas, bantal panas listrik, lilin parafin, lampu)
2 Pilih lokasi stimulasi yang sesuai
3 Bungkus alat terapi dengan menggunakan kain
4 Gunakan kain lembab di sekitar area terapi
5 Tentukan durasi terapi sesuai dengan respon pasien
6 Hindari melakukan terapi pada daerah yang mendapatkan terapi radiasi

Edukasi
1 Ajarkan cara mencegah kerusakan jaringan
2 Ajarkan cara menyesuaikan suhu secara mandiri

Resiko ketidakseimbangan cairan

A. Manajeman cairan

Observasi

1 Monitor status hidrasi (mis, frakuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
2 Monitor berat badan harian
3 Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
4 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis, hematokrit, Na, K, CI, berat
jenis urine, BUN)
5 Monitor status hemodinamik (mis, MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia

Teraupetik

1 Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam


2 Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3 Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi

1 Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

B. Pemantauan cairan

Observasi

1 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi


2 Monitor frekuensi napas
3 Monitor tekanan darah
4 Monitor berat badan
5 Monitor waktu pengisian kapiler
6 Monitor elastisitas atau turgor kulit
7 Monitor jumlah, warna atau berat jenis urine
8 Monitor kadar albumil dan protein total
9 Minitor hasil pemeriksaan serum (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
10 Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis, dispnea, adema perifer, edema
anasarrka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojugular positif,
berat badan menurun dalam waktu singkat)
11 Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan (mis, prosedur
pembedahan mayor, trauma/pendarahan, luka bakar, aferasis, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
ontestinal)

Teraupetik

1 Atur interval waktu pemantauan sesua dengan dengan kondisi pasien


2 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

1 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Resiko ketidakseimbangan elektrolit

A. Pemantauan elektrolit

Observasi

1 Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit


2 Monitor kadar elektrolit serum
3 Monitor mual, muntah dan diare
4 Monitor kehilangan cairan, jika perlu
5 Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis, kelemahan otot, interval QT
memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST,
gelombang U, kelelahan, parestesiapenurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus menurun, pusing, depresi pernapasan)
6 Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (miis, peka rangsangan, gelisah,
mual, muntah,takikarda mengarah ke bradikardia, fibralasi/takikardia
ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul,
blok jentung mengarah asistol)
7 Monitor tanda dan gejala hiponatermia (mis. Disorientasi, otot berkedut,
sakit kepala, membrane mukosa kering, hipotensi postural kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
8 Monitor tanda dan gejala hipermatremia (mis, haus, demam, mual,
muntah, gelisah, peka rangsang, membran mukosa kering, takikardi,
hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
9 Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis, peka rangsang, tanda
Chvostek [spasme otot wajar], tanda Trousseau [spasme karpal], kram
otot, interval QT memanjang)
10 Monitor tanda dan gejala hiprkalsemia (mis, nyeri tulang, haus, anoreksia,
letargi, kelemahan otot, segmen QT memendek, gelombang T lebar,
komplek QRS lebar, interval PR memanjang)
11 Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia (mis, depresi pernapasan,
apatis, tanda Chvostek, tanda Trousseau,konfusi, disritmia)
12 Monitor tanda dan gejala hipemagnesemia (mis, kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi)

Teraupetik

1 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien


2 Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi

1 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai