Anda di halaman 1dari 22

PERUBAHAN SOSIAL DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Sebahagian Tugas

Mata Kuliah Teori Perubahan Sosial

Oleh:

Kelompok 5

1. Cindi Konera (A1J019035)


2. Rosreni Mahulae (A1J019037)
3. Nadia Indriyani Br Sagala (A1J019039)
4. Dinda Cahya Rizkita (A1J019041)
5. Lia Damayanti (A1J019049)
6. Wendy Fariansah Sitanggang (A1J019051)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NON-FORMAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah tentang
“PERUBAHAN SOSIAL DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI”. Kami juga berterima kasih
kepada Bapak Drs. Suardi Jasma, M.Pd selaku pengajar mata kuliah Perubahan Sosial yang
telah memberikan tugas ini.

Harapan kami, makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kepada pembaca dan yang terpenting yaitu kepada kami sendiri mengenai
“PERUBAHAN SOSIAL DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI”. Kami juga menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata yang sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan adanya kritikan dan saran serta usulan demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan mohon kritikan dan sarannya yang membangun.

Bengkulu, 17 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Perubahan Sosial dalam Perspektif Sosiologi...............................................3
B. Ruang Lingkup Perubahan Sosial...................................................................................9
C. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial..................................................................................10
D. Faktor Pendukung dan Pengambat Perubahan Sosial...................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perspektif sosiologi pendidikan, masyarakat sebagai agen perubahan
(agent of change) harus bisa mengarahkan perubahan-perubahan yang terjadi ke arah
yang positif sesuai dengan fungsi sosiologi pendidikan. Karena masyarakat berfungsi
sebagai penerus budaya dari generasi ke generasi selanjutnya secara dinamis sesuai
situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi
sosial. Dengan demikian, pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi, seperti anak
menyesuaikan diri dengan program belajar di sekolah, menyesuaikan diri dengan
norma serta nilai-nilai dalam masyarakat, dan sebagainya.

Perubahan sosial dalam masyarakat terjadi atas beberapa faktor; antara lain
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat secara internal maupun ekstrenal. Dalam perspektif sosiologi pendidikan,
pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi, yang harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan zaman. Bila mengacu
pada “pendidikan sepanjang hayat” atau life long education, maka menjadi lebih jelas
bahwa pendidikan dapat terjadi kapan pun dan di mana pun, oleh siapa pun dan
kepada siapa pun. Sehingga setiap orang harus belajar dari pengalaman di lingkungan
sosialnya, dengan menguasai sejumlah ketrampilan yang bermanfaat untuk merespons
kebutuhan hidupnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan kami angkat
dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian perubahan sosial dalam perspektif sosiologi?
2. Bagaimana ruang lingkup perubahan sosial?
3. Bagaimana bentuk-bentuk perubahan sosial?
4. Apa faktor pendukung dan pengambat perubahan sosial?

1
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuannya yaitu:
1. Mengetahui apa pengertian perubahan sosial dalam perspektif sosiologi
2. Mengetahui bagaimana ruang lingkup perubahan sosial
3. Mengetahui bagaimana bentuk-bentuk perubahan sosial
4. Mengetahui apa faktor pendukung dan pengambat perubahan sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perubahan Sosial dalam Perspektif Sosiologi


Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat
masyarakat,perilaku masyarakat,dengan segala aspek dan perkembangannya.
Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.,Sebagai cabang ilmu, sosiologi dicetuskan
pertama kali oleh ilmuwan Prancis bernama Isidore August Marie Francois Comte
(1798-1857),yang selanjutnya dikenal sebagai salah satu tokoh Bapak Sosiologi.
Sejarah juga mencatat bahwa Emile Durkheim (yang kebetulan pula seorang ilmuwan
sosial Prancis), juga berhasil melembagakan sosiologi sebagai disiplin dalam dunia
akademis. Tokoh ilmuwan lainnya adalah Max Weber dan Karl Marx, keduanya
adalah ilmuwan asal Jerman. Jika Max Weber dikenal dengan teori birokrasinya maka
Karl Marx lebih dikenal dengan teori sosial konfliknya.

Sosiologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Latin socius yang artinya
teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita atau berdasarkan cara berpikir
ilmiah (logic). (Diksi ini pertama kalinya diperkenalkan oleh August Comte (I798-
1857) dalam bukunya yang berjudul "Cours De Philosophie Positive". Dalam buku
tersebut, August Comte menyebutkan ada tiga tahapan perkembangan intelektual
manusia yang disebutnya sebagai hukum tiga tahap (Law of Three Stages), yang
masing-masing tahap merupakan perkembangan dari tahap-tahap kejadian
sebelumnya.

Tiga tahapan perubahan yang dimaksud adalah berikut ini.

1. Tahap teologis adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia
mempunyai jiwa atau ruh, dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di
atas alam manusia (kekuatan supranatural, adikodrati).
2. Tahap metafisis adalah manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala
terdapat kekuatan-kekuatan atau energi tertentu, yang pada akhirnya akan dapat
diungkapkan (mitos). Oleh karena itu,muncul adanya kepercayaan bahwa setiap
cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu, dan tidak ada usaha untuk menemukan
hukum-hukum alam yang seragam.

3
3. Tahap positif adalah tahap di mana manusia mulai berpikir secara ilmiah atau
nyata (tahap positif atau yang selanjutnya discbut sebagai filsafat positivism yang
diartikan sebagai sesuatu dalam bentuk nyata, empiris, pasti, jelas, bermanfaat,
serta lawan dari sesuatu yang negatif).

August Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi


dinamis Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang
menjadi dasar adanya masyarakat. Adapun sosiologi dinamis merupakan
perkembangan dalam arti pembangunan menuju ke suatu perubahan tertentu.

Sayangnya, pada abad ke-20, pemikiran filsafat positivisme dari August Comte ini
banyak mendapatkan reaksi yang luar biasa dari pakar lain dalam hal berikut ini.

1. Ketidakpuasannya terhadap dominasi positivisme, terutama terhadap latar


belakangnya yang dianggap bersifat naturalistik dan deterministik.
2. Tujuan (progres), yang terjadi pada abad ke-20 sebagai 'akibat dari pengaruh
pemikiran-pemikiran historis yang kuat. Akan tetapi,sekaligus juga membuktikan
adanya ketidaksinambungan (diskontinuitas) di dalam perkembangan itu sendiri.
3. Timbulnya reaksi terhadap pengertian istilah ''perkembangan'' dan development
yang bersifat linear atau kontinum, yang secara umum menjadikan mitos dalam
masyarakat sehingga melahirkan upaya-upaya untuk lebih memperhatikan
struktur-struktur sosial dalam masyarakat daripada fenomena-fenomena yang
sebenarnya, atau secara konkret lagi yaitu terhadap bentuk-bentuk logis yang lebih
realistik.

Faktor-faktor inilah yang menyebabkan filsafat positivisme dari Comte dalam


perkembangannya banyak mendapatkan kritik. Oleh karena itu, sosiologi sebagai
sebuah ilmu merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil
pemikiran ilmiah, dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau publik.
Meskipun demikian, di sisi lain rintisan pemikiran Comte tersebut ternyata juga
mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat luas. Hal ini dibuktikan dari
munculnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi, seperti Pitirim Sorokin,
Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, George Simmel, dan Max Weber.
Masing-masing dari mereka telah berjasa dalam menyumbangkan beragam
pendekatan untuk mempelajari masyarakat,yang amat berguna bagi perkembangan

4
sosiologi di masa kini dan di masa yang akan datang. Pandangan mereka itu antara
lain sebagai berikut.

1. Herbert Spencer, memperkenalkan pendekatan analogi organik (dengan memakai


perumpamaan), yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia atau seperti
perilaku binatang, yang mencoba menjelaskan bahwa suatu organisasi sosial itu
terdiri dari bagian-bagian yang tergantung satu sama lain dan saling berhubungan
dan terus berubah.
2. Karl Marx, memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis,yang menganggap
konflik antarkelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan
masyarakat.
3. Emile Durkheim, memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya
menelusuri fungsi berbagai elemen sosial, sebagai pengikat sekaligus pemelihara
keteraturan sosial dan menjaga stabilitas perubahan.
4. Max Weber, memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman) yang berupaya
menelusuri nilai-nilai, kepercayaan, ide, tujuan, dan Sikap yang menjadi penuntun
perilaku manusia untuk melakukan perubahan. Sebagai konsekuensinya, Weber
mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang berupaya memahami berbagai
tindakan sosial.
5. Pitirim Sorokin, mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan dan pengaruh timbal balik di antara aneka ragam gejala sosial (misalnya
gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral). Hal itu di samping
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala nonsosial,termasuk mempelajari ciri-ciri umum dari semua jenis gejala-
gejala sosial lain.
6. Roucek dan Warren, secara sederhana menganggap sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
7. William E Ogburn dan Mayer F Nimkopf, mendefinisikan sosiologi sebagai
penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi
sosial.
8. Selo Soemardjan, mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu kemasyarakatan yang
menmpelajari struktur sosial dan proses-proses sosial ternmasuk perubahan sosial.

5
9. Soerjono Soekanto, menganggap sosiologi sebagai ilmu yang memusatkan
perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum, dan berusaha untuk
mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

Pendapat itu kemudian dipertegas lagi oleh para pemikir di abad pertengahan,
seperti Agustinus Ibnu Sina dan Thomas aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai
makhluk hidup yang fana manusia tidak bisa mengetahui apalagi menentukan apa
yang akan terjadi dengan masyarakatnya pada saat ini terlebih pada masa yang akan
datang dalam kurung the future titik dengan kata lain, pertanyaan dan
pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada
masa itu. Perkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan atau sekitar abad ke-
17 masehi, turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat
dan ciri-ciri ilmiahnya sudah mulai tampak. Para ahli di zaman itu sudah berani
berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman
pada akal budi manusia atau rasionalitas.

Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan ini terus berkembang secara


revolusioner sampai abad ke-18 masehi titik dengan cepatnya, struktur masyarakat
lama berganti dengan struktur yang lebih baru atau new hal ini terlihat dengan jelas
terutama dalam revolusi Amerika atau dikemukakan pada tahun 1776 sampai 1783,
revolusi industri dan revolusi Perancis pada tanggal 14 Juli 1789. gejala-gejala yang
diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia sampai saat
ini. Para ilmuwan sosial pada akhirnya banyak yang tergugah dan mulai menyadari
arti pentingnya menganalisis berbagai perubahan dalam masyarakat dengan berbagai
konsekuensinya. Sebagai contoh perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar
mencengangkan titik struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak.
Para bangsawan dan kaum rohaniawan yang semula bergeming harta dan kekuasaan
di Tarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh kini harus
memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan titik banyak kerajaan-
kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah gejolak abad revolusi itu mulai
menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat
dianalisis. Mereka telah meyakini betapa perubahan masyarakat yang besar telah
membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan, dan kerusuhan
titik bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi
secara dini sebelumnya. Perubahan drastis yang terjadi selama abad revolusi tersebut

6
menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar
dalam masyarakat. Artinya bahwa 1) perubahan masyarakat bukan merupakan nasib
yang harus diterima begitu saja melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya, 2)
harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu atau instrumen
dalam menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta
masuk akal dan 3) dengan metode ilmiah yang tepat atau dengan kegiatan penelitian
yang berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan
pembuktian perubahan masyarakat kiranya dapat diantisipasi sebagai sebelumnya
sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Dari tonggak pemikiran inilah makalah sosiologi modern yang tumbuh saat di
benua Amerika tepatnya di Amerika serikat dan Kanada titik mengapa bukan di
Eropa? Atau yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi pertama kali lahir.
Hal ini disebabkan bahwa pada permulaan abad ke-20 gelombang besar imigran dari
Eropa yang disebut white colorwave berdatangan ke Amerika Utara titik gejala itu
berakibat pada pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru
meningkatnya tindak kriminalitas, dan lain-lain. Konsekuensi dari gejolak sosial
tersebut berdampak pada perubahan besar masyarakat yang tidak dapat terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras untuk
sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama model Eropa dianggapnya
sudah tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai
dengan kondisi masyarakat pada saat itu dan kemudian lahirlah sosiologi modern.

Pendekatan sosiologi modern cenderung bersifat mikro atau yang sering disebut
sebagai pendekatan empiris artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari
fakta sosial ke fakta sosial yang lain. Berdasarkan fakta sosial itulah dapat ditarik
kesimpulan mengenai perubahan masyarakat secara menyeluruh titik di sinilah letak
pentingnya penelitian di bidang sosiologi atau riset baik sosiologi. Hal itu terutama
tentang perubahan sosial dengan rumus dan teknik pengumpulan data dan fakta yang
objektif mungkin dan berdasar pada aturan atau metodologi yang sesuai untuk
pengambilan keputusan berdasarkan fakta informasi yang objektif dan aturan-aturan
yang berlaku.

Masalah perubahan sosial secara kesepakatan akademis telah menjadi fokus kajian
menarik pada awal abad ke-19 yakni dengan munculnya isu globalisasi dan

7
globalisme terhadap perubahan sosial dunia. konsep perubahan berhubungan dengan
proses, perbedaan, dan dimensi waktu titik Dengan demikian, perubahan sosial
menunjuk pada suatu proses dalam sistem sosial dimana terdapat perbedaan-
perbedaan yang dapat diukur dan diamati dalam kurun waktu tertentu titik perubahan
yang terjadi lebih kearah kemajuan atau progres atau kemunduran atau regres
perubahan sosial ke arah kemajuan identik dengan konsep pembangunan atau
development, yang pada umumnya merupakan dampak yang dikehendaki atau
fungsional. Sebaliknya kemunduran merupakan hasil yang tidak dikehendaki dalam
masyarakat.

Ada beberapa pengertian tentang perubahan sosial yang diungkapkan oleh para
ahli antara lain sebagai berikut.

1. Perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima
baik secara perubahan-perubahan kondisi geografis kebudayaan material
komposisi penduduk ideologi maupun karena difusi penemuan-penemuan baru
dalam masyarakat.
2. Perubahan sosial menunjukkan pada modifikasi-modifikasi yang terjadi pada pola
kehidupan manusia, dimana modifikasi ini muncul karena sebab intern maupun
ekstern.
3. Perubahan sosial adalah berbagai perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya
termasuk nilai-nilai sikap dan pola perilaku di antara berbagai kelompok dalam
masyarakat.
4. Perubahan sosial memfokuskan diri pada perubahan dalam struktur sosial yaitu
perubahan pola pola perilaku dan interaksi sosial.
5. Perubahan sosial merupakan konsep yang kompleks dan mencakup pada
perubahan fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia mulai dari
tingkat individual hingga ke tingkat dunia.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa secara umum perubahan


sosial dapat diartikan sebagai proses perubahan dalam berbagai aspek sosial, pada
kehidupan masyarakat yang terjadi dalam kurun waktu tertentu titik perubahan aspek
aspek sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat misalnya perubahan dalam

8
nilai dan norma sosial proses proses sosial pola perilaku sosial dan gaya hidup
(lifestyle), serta stratifikasi sosial dan kelembagaan masyarakat.

B. Ruang Lingkup Perubahan Sosial


Penjabaran pada subbab sebelumnya maka lingkup (studi) perubahan sosial
menjadi sangat luas, karena terkait dengan perubahan perubahan dalam berbagai
aspek sosial. Oleh karena itu, setiap kajian perubahan sosial perlu membatasi dan
memfokuskan pada aspek perubahan sosial tertentu dalam masyarakat.

Selanjutnya, substansi atau ruang lingkup dari (studi) perubahan sosial dapat
dijabarkan sebagai berikut:

1. Jenis-jenis perubahan sosial, tentang interkasi manusianya, hubungannya, dan


fungsinya pada masing-masing bagian, baik aspek ekonomi, politik, sosial, dan
budayanya (biasanya disingkat dengan rumus AGIL = Adaptation, Goats
Attainment, Integration, Latency).

2. Tingkatan perubahan sosial, melalui analisis grup kecil, organisasi,


lembaga,masyarakat, dan dunia (global)

3. Dimensi waktu perubahan sosial, dengan menjelaskan tentang adanya sebab


perubahan internal dan eksternal, adanya kekuatan exogenous dan indogenous,
gap shared, beda individual, fleksibilitas, serta kompetisi untuk ke kuasaan dan
kewenangan.

4. Perubahan sosial dan interaksi/kemauan manusia, dengan menjelaskan tentang


kecenderungan yang tidak direncanakan (unplan change), kecenderungan yang
direncanakan (plan change), dalil atau hukum (law), dan kecenderungan kemauan
banyak orang (will of all), serta kemauan orang banyak (general will).

5. Perubahan sosial lainnya, seperti perubahan akibat pembangunan, perkembangan,


pertumbuhan, modernisasi, dan perubahan itu sendiri.

Oleh karena itu, Edgar E Borgatta and MarieLBorgatta (1992) dalam


Encyclopedia of Sociology, menyebut ruang lingkup (roadmap) dapat mencakup
social change agriculture innovation,comparative historical analisis, convergen
cetheories, demograpic transition, economic determinism, event history analisis,

9
global system analysis, imperialism and colonialism, industrialization, invention,
labor movement and social union, mass media, modernization theory post industrial
society, revolutions, capitalism and socialism, technology and society, dan urban
economic transitions.

C. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial


Bentuk perubahan sosial adalah salah satu wujud dari perkembangan manusia,
yang selalu bergerak secara dinamis mengikuti perkembangan zaman yang ada.
Tentunya teori perubahan sosial ini didasarkan pada tingkah laku manusia yang selalu
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Bentuk perubahan sosial diantaranya sebagai
berikut.

1. Bentuk Perubahan Sosial Berdasarkan Prosesnya

Perubahan sosial berdasarkan prosesnya terdapat dua bentuk berikut ini.

a. Perubahan yang Direncanakan (Planned Change)

Perubahan yang direncanakan merupakan perubahan yang terorganisasi secara baik.


Perubahan ini dilakukan oleh pihak yang menginginkan perubahan yang disebut
agent of change (agen perubahan). Agent of change melakukan perencanaan terlebih
dahulu, untuk mewujudkan perubahan sosial dalam masyarakat. Suatu perubahan
yang direncanakan selalu berada dalam kendali agent of change. Perubahan yang
dilakukan biasanya diawali dengan perencanaan sosial (social planning). Contoh
perubahan yang direncanakan adalah penggunaan e-book sebagai pengganti buku-
buku pelajaran yang ada di sekolah. Penggunaan e-book secara menyeluruh ini
merupakan salah satu program unggulan pemerintah pusat, yang diharapkan dapat
mempermudah peserta didik untuk memahami materi pelajaran di sekolah.

b. Perubahan yang tidak Direncanakan (Unplanned Change)

Perubahan yang tidak direncanakan terjadi diluar rencana atau perkiraan masyarakat.
Perubahan ini dapat menimbulkan dampak dampak yang merugikan masyarakat.
Terkadang perubahan yang tidak direncanakan mengiringi perubahan yang
direncanakan. Sebagai contoh, perubahan yang tidak direncanakan adalah
kemunculan internet yang diharapkan dapat mempermudah penyampaian informasi

10
secara menyeluruh, tetapi disalahgunakan oleh beberapa pihak tertentu untuk kegiatan
negatif. Oleh karena itu, perubahan yang tidak direncanakan ini ada yang menyebut
sebagai perubahan alami (natural change), atau Ada pula yang menyebut sebagai
perubahan yang sifatnya tiba-tiba (accidental change).

2. Perubahan Sosial Berdasarkan Waktunya

Berdasarkan sudut pandang waktu perubahan sosial dibedakan sebagai berikut.

a. Perubahan Secara Cepat (Revolusi)

Perubahan secara cepat disebut revolusi, yaitu perubahan sosial yang terjadi dalam
waktu singkat cepat dan mendasar. Disebut sebagai perubahan secara cepat dan
mendasar, karena perubahan ini tentunya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
pranata sosial yang sulit diubah. Secara sosiologis, sebuah perubahan dikatakan
revolusi apabila ada keinginan umum dalam masyarakat, ada pemimpin, ada tujuan,
yang ingin dicapai, serta momentum (waktu yang tepat).

b. Perubahan Secara Lambat (Evolusi)

Perubahan secara lambat disebut evolusi. Evolusi adalah perubahan yang berlangsung
lama dan sering tanpa perencanaan. Beban ini mampu timbul dengan penyesuaian-
penyesuaian panjang, yang dilakukan oleh masyarakat secara bertahap secara alami
(redudency social).

3. Perubahan Sosial Berdasarkan Dampaknya

Berdasarkan dampaknya perubahan sosial dapat dibedakan menjadi perubahan kecil


dan perubahan besar.

a. Perubahan Kecil (Incremental Change)

Perubahan kecil merupakan perubahan dalam lingkup sempit yang terjadi dalam
masyarakat. Perubahan ini berdampak pada sebagian kecil masyarakat, atau tidak
memberi pengaruh terhadap struktur sosial masyarakat secara luas dari keseluruhan.
Contoh perubahan kecil adalah model telepon seluler yang selalu berubah dari kurun
waktu ke waktu. Perubahan model telepon seluler selalu diikuti dengan fitur-fitur baru
yang lebih lengkap, yang tentu saja mengalami banyak perbedaan dari pertama
kalinya ditemukan.

11
b. Perubahan Besar (Comprehensive Change)

Perubahan besar memiliki pengaruh besar terhadap struktur sosial yang ada dalam
masyarakat. Perubahan ini berakibat langsung dalam masyarakat. Contoh perubahan
besar adalah perkembangan modernisasi yang mengakibatkan perubahan pada
lembaga keluarga. Fungsi-fungsi sosialisasi dalam keluarga tidak dapat dipenuhi oleh
kedua orangtua akibat sibuk bekerja. Akibatnya, anak-anak kurang mendapat
perhatian dan kasih sayang orang tua.

4. Perubahan Sosial Berdasarkan Cara atau Metode

Dapat dibedakan menjadi perubahan kekerasan dan tanpa kekerasan.

a. Perubahan dengan Kekerasan (Violence, Unvoluntory, Coerive)

Perubahan dengan kekerasan adalah perubahan sosial yang dilakukan dengan cara-
cara kekerasan yang ada dalam masyarakat. Baik kekerasan fisik maupun psikis yang
bertujuan demi tercapainya perubahan yang diinginkan.

b. Perubahan Tanpa Kekerasan (Nonviolence, Voluntary, Persuasif)

Perubahan tanpa kekerasan adalah perubahan yang dilakukan dengn jalan damai,
mengajak, dan simpati untuk mencapai perubahan yang diinginkan.

5. Perubahan Berdasarkan Sifat Perubahannya

Perubahan sosial secara garis besar dapat dibedakan sebagai berikut.

a. Perubahan Sturktural

Proses perubahan struktural dilakukan untuk menciptakan dan menghasilkan


perubahan mendasar. Contoh perubahan struktural adalan pergantian presiden.

b. Perubahan Fungsional dan Perubahan Kultural

Pada umumnya, perubahan struktural akan diikuti dengan perubahan fungsional kerja
(functional change) dan perubahan budaya kerja (cultural change).

6. Perubahan untuk Tujuan Penyempurnaan (Amandemen)

12
Perubahan untuk tujuan penyempurnaan salah satunya adalah perubahan proses (tidak
mendasar). Perubahan proses atau sering kali disebut dengan perubahan tidak
mendasar, merupakan perubahan yang sifatnya menyempurnaan untuk mengatasi
keadaan tertentu. Artinyan perubahan tersebut hanya menyempurnakan perubahan
yang sebelumnya sudah ada.

7. Perubahan Sosial Berdasarkan Sisi Kemajuan dan Kemunduran Arahnya

Apabila dilihat dan sisi kemajuan dan kemunduran arahnya perubahan sosial dapat
dibedakan sebagai berikut.

a. Perubahan Progres (Maju)

Perubahan progres cenderung merupakan perubahan yang dikehendaki/diharapkan


oleh masyarakat. Sebagai contoh perubahan sosial progres adalah tentang gender.
Adanya kesamaan hak serta kewajiban antara laki-laki dan perempuan, serta
hilangnya stereotip jenis kelamin tertentu berdasarkan budaya merupakan contoh
perubahan yang membawa pada kemajuan.

b. Perubahan Regres (Mundur)

Apabila suatu perubahan ternyata tidak menguntungkan bagi masyarakat maka


niscaya perubahan tersebut dianggap kemunduran. Perubahan sosia yang dianggap
kemunduran bagi masyarakat disebut dengan perubahan sosial regres.

13
D. Faktor Pendukung dan Pengambat Perubahan Sosial
1. Faktor Pendorong Perubahan Sosial
a. Adanya Kontak Antar Budaya

Terjadinya kontak antarbudaya akan menimbulkan difusi yaitu menyebarnya unsur-


unsur budaya baru dalam masyarakat. Difusi dalam masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut.

1) Suatu pengakuan bahwa unsur yang baru tersebut mempunyai kegunaan atau
manfaat bagi masyarakat umum.
2) Ada tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang memengaruhi sehingga dapat
diterima sebagai unsur-unsur kebudayaan baru.
3) Unsur baru yang berlawanan dengan unsur lama yang kemungkinan tidak
diterima.
4) Kedudukan dan peranan sosial dari individu yang menemukan suatu yang baru
tadi akan memengaruhi apakah hasil penemuannya itu dengan mudah diterima
atau tidak.
b. Sistem Pendidikan yang Semakin Maju

Pendidikan mengajarkan untuk dapat berpikir secara objektif rasional sehingga


memeberikan kemampuan untuk menilai, apakH kebudayaan masyarakat akan dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak. Dengan semakin majunya
pendidikan masyarakat makan perilaku masyarakat juga akan mengalami perubahan.
Penerapan iptek akan semakin nyata dalam segala segi kehidupan masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin majunya pendidikan makan akan mempercepat proses
perubahan sosial dan modernisasi dalam kehidupan masyarakat.

c. Sikap Menghargai Hasil Karya Seseorang dan Keinginan untuk Maju

Dengan adanya kondisi tersebut maka akan mendorong terjadinya penemuan baru
dalam masyarakat. Dengan demikian adanya dorongan tersebut akan mempercepat
terjadinya perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat.

d. Toleransi Masyarakat Terhadap Perbuatan-Perbuatan Menyimpang

Toleransi terhadap penyimpangan-penyimpangan perilaku dalam masyarakat, akan


mengakibatkan berbagai penguatan terhadap kebiasaan baru walaupun bertentangan

14
dengan tradisi lama. Kebebasan dan penentangan terhadap nilai-nilai dan norma-
norma lama, akan mudah masuk dalam kehidupan masyarakat sebagai nilai dan
norma baru. Dengan demikian secara langsung atau tidak langsung, dan cepat atau
lambat akan memengaruhi kehidupan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, hal
itu juga akan memengaruhi terjadinya proses perubahan sosial dalam masyarakat.

e. Sistem Pelapisan Sosial yang Semakin Terbuka

Pelapisan sosial yang terbuka akan mendorong setiap individu untuk melakukan
mobilitas, dalam rangka meningkatkan status sosial nya. Setiap individu akan
berusaha untuk melakukan identifikasi terhadap individu lain yang dianggap memiliki
status sosial yang lebih tinggi.

f. Penduduk yang Heterogen

Keadaan masyarakat yang berada dalam kelompok yang berbeda-beda akan


mendorong terjadinya berbagai pertentangan. Dengan terjadinya pertentangan tersebut
maka akan mempercepat terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Selain itu
adanya perbedaan sering kali akan mendorong terjadinya akulturasi dalam
masyarakat.

g. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-bidang Kehidupan Tertentu

Ketidakpuasan dan kekecewaan yang berlangsung lama dalam suatu masyarakat


memberikan peluanh terjadinya perubahan sosial seperti yang telah dipaparkan
sebelum nya yaitu dapat menciptakan gerakan evolusi, revolusi, dialektika dan
sebagainya.

h. Berorientasi Masa Depan

Dalam banyak hal cara berpikir yang berorientasi pada masa depan ada hubungannya
dengan visi yang ingin dicapai oleh suatu institusi dan masyarakat. Untuk
mewujudkan harapan ke depan dari Institusi dsj masyarakat tersebut tidak ada jalan
lain kecuali harus melakukan gerakan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik dan
lebih maju dibandingkan keadaan sebelum nya.

15
2. Faktor Penghambat Perubahan Sosial
a. Kurangnya Hubungan antar Masyarakat

Kondisi geografis yang terisolir dapat berakibat kurang nya hubungan masyarakat
dengan dunia luar sehingga masyarakat menjadi terasing, terpinggir dan tertinggal.
Kehidupan tersebut tentu mengakibatkan masyarakat tidak mengetahui
perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin
akan memperkaya dan akan meningkatkan kemajuan nya sendiri. Hal ini juga akan
mengakibatkan masyarakat terkungkung oleh pola-pola pemikiran tradisional.

b. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang Lambat

Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat juga akan berpengaruh terhadap


perubahan dalam masyarakat yang juga semakin lambat. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang lambat ini akan diakibatkan oleh beberapa hal seperti masyarakat
yang terasing dan tertutup, terbatas nya prasarana pendidikan dan sebagainya.

c. Sikap Masyarakat yang Konservatif

Sikap chauvinisme dan ekslusif cara berpikir sempit dan tertutup akan menghambat
Jalan nya proses perubahan. Keadaan itu akan lebih parah jika dalam masyarakat
tersebut dikuasai oleh golongan konservatif atau kelompok Ortodoks yang tidak
menyukai adanya perubahan.

d. Adanya Kepentingan-kepentingan Pribadi atau Kelompok yang Kuat

Dalam masyarakat pasti terdapat pelapisan sosial yang memiliki vested interest yang
kuat. Mereka tidak mau terganggu dan diganggu. Mereka berusaha mempertahankan
status dan kekuasaan mereka secara turun temurun. Pada masyarakat transisi mereka
menganggap sebagai golongan pelopor perubahan.

e. Rasa Takut terhadap Perubahan

Rasa takut terhadap perubahan akan mengakibatkan masyarakat cenderung untuk


melindungi diri secara berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan sulit nya proses
akulturasi yang pada akhirnya mengakibatkan semakim sulit nya terjadi perubahan
dalam kehidupan masyarakat.

16
f. Prasangka Negatif terhadap Hal Baru dan Asing

Prasangka negatif ini muncul akibat adanya traumatik yang ditimbulkan oleh
masyarakat luar terhadap masyarakat tersebut. Hal ini kemudian mengakibatkan
masyarakat tersebut akan berperilaku lebih tertutup atau tidak mudah percaya dengan
niali- nilai baru dari masyarakat luar.

g. Hambatan Ideologis

Ideologi adalah suatu pandangan yang telah diakui kebenarannya oleh masyarakat
sehingga sulit berubah dan dipengaruhi. Oleh karena itu usaha-usaha untuk menuju
perubahan terutama pada unsur-unsur perubahan kebudayaan dan ideologi.

h. Nilai Pasrah Kepada Nasib

Pada umumnya nilai-nilai kepasrahan terhadap nasib bersifat status dan memiliki etos
kerja yang rendah. Mereka kurang mau berusaha untuk merubah kondisi dan nasib
mereka ke arah yang lebih baik. Ini merupakan suatu budaya yang dapat
menimbulkan kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan dalam masyarakat.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perspektif sosiologi pendidikan, masyarakat sebagai agen perubahan
(agent of change) harus bisa mengarahkan perubahan-perubahan yang terjadi ke arah
yang positif sesuai dengan fungsi sosiologi pendidikan. Perubahan sosial dalam
masyarakat terjadi atas beberapa faktor; antara lain perubahan-perubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya
difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat secara internal maupun
ekstrenal.

Bentuk perubahan sosial adalah salah satu wujud dari perkembangan manusia,
yang selalu bergerak secara dinamis mengikuti perkembangan zaman yang ada.
Tentunya teori perubahan sosial ini didasarkan pada tingkah laku manusia yang selalu
berubah-ubah dari waktu ke waktu.

B. Saran
Dari beberapa uraian di atas jelas banyak kesalahan serta kekeliruan, baik
disengaja maupun tidak. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya
salah dan lupa.

18
DAFTAR PUSTAKA

Suryono, Agus. Teori dan Strategi Perubahan Sosial. Bumi Aksara

19

Anda mungkin juga menyukai