SKRIPSI
Oleh :
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
Oleh :
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
ii
PERNYATAAN
Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
IRFAN SETIYAWAN P
NIM.060911081
iii
iv
ABSTRACT
vi
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan
kepada :
memberikan bimbingan, saran, dan nasehat yang berguna selama penelitian serta
Dr. Poedji Hastutiek, drh., MSi. selaku ketua penguji, Dr. Eduardus Bimo
Aksono, drh., MKes. selaku sekretaris penguji dan Sri Mumpuni Sosiawati, drh.,
Dr. Eduardus Bimo Aksono, drh., MKes. selaku dosen wali yang selalu
Bapak Herry Rijadi, SKM. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur atas
saran, bimbingan, dan bantuan secara teknis dalam proses penelitian ini.
vii
(BPKI) atas bimbingan, masukkan, dan bantuan secara teknis dalam proses
penelitian ini.
Keluarga tersayang, kedua orang tua penulis, H. Nashrulloh dan Hj. Siti
Mahmudaini serta kedua mertua Syahriadi dan Husnawati Nur Windari yang telah
memberikan nasihat, motivasi, doa, dan dukungan baik material maupun spiritual
dalam proses penulisan, memberi masukan, doa, semangat serta dukungan moril
Seluruh teman-teman angkatan 2009 yang telah setia bersama saya selama
Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk dijadikan koreksi demi memperbaiki penulisan
skripsi ini.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
ABSTRACT.................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.6 Hipotesis.................................................................................... 6
ix
RINGKASAN ............................................................................................... 37
LAMPIRAN.................................................................................................. 44
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penggunaan Abate untuk Pengendalian Larva Aedes aegypti ............... 18
4.1 Jumlah Mortalitas Larva Instar IV Nyamuk Ae. aegypti pada Beberapa
Lama Perendaman Ekstrak Ethanol Daun Pegagan .............................. 27
4.2 Jumlah Mortalitas Larva Instar IV Nyamuk Ae. aegypti pada Beberapa
Lama Perendaman Ekstrak Ethanol Daun Pegagan ............................... 27
4.3 Jumlah Mortalitas Larva Instar IV Nyamuk Ae. aegypti pada Beberapa
Lama Perendaman Ekstrak Ethanol Daun Pegagan ............................... 28
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel Jumlah Kematian Larva Instar IV Nyamuk Aedes aegypti ... 44
2. Analisis General Linier Model Perlakuan ....................................... 45
3. Hasil Skrining Kandungan Senyawa Asiatikosida, Brahmosida,
dan Beta Sisterol dalam Berbagai Konsentrasi Daun Pegagan ....... 52
4. Dokumentasi.................................................................................... 53
xiv
xv
BAB 1 PENDAHULUAN
dengan iklim tropis termasuk Indonesia. Ae. aegypti merupakan vektor dari
fever, demam dengue, filariasis, dan arbovirus (Ndione et al., 2007). Salah satu
masalah besar yang ditimbulkan oleh nyamuk Ae. aegypti di Indonesia adalah
Demam Berdarah Dengue (DBD) (Djallalluddin dkk., 2001). Sampai saat ini DBD
adalah salah satu penyakit yang tidak ada obat maupun vaksinnya. Adapun untuk
gigitan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Kristina dkk., 2004). Di
Indonesia ada 3 jenis nyamuk yang bisa menularkan virus dengue yaitu: Ae.
aegypti, Ae. albopictus dan Ae. scutellaris, dari ketiga jenis nyamuk tersebut Ae.
Kesehatan RI dan Dit. Jen. PPM & PL, 2002). Cara yang tepat untuk
1
SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK ETHANOL DAUN PEGAGAN IRFAN SETIYAWAN PRIBADI
(Centella asiatica L. Urban) TERHADAP MORTALITAS
LARVA INSTAR IV NYAMUK Aedes aegypti (Linn)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2
sudah sejak tahun 1976. Empat tahun kemudian yakni tahun 1980, temephos 1%
Indonesia (Daniel, 2008). Hal penting yang harus dicermati adalah biaya yang
tinggi dari penggunaan pestisida kimiawi dan munculnya resistensi dari berbagai
beberapa negara seperti Brazil, Bolivia, Argentina, Kuba, Perancis, Karibia, dan
Thailand. Selain itu juga telah dilaporkan resistensi larva Ae. aegypti terhadap
alami dengan memanfaatkan berbagai macam tumbuhan. Lebih dari 1000 spesies
obat tradisional yang terbuat dari suatu tanaman merupakan sumber utama jika
membahayakan (Agustina dkk., 2008). Salah satu tanaman yang diduga dapat
tradisional baik dalam bentuk bahan segar, kering maupun dalam bentuk ramuan
(jamu). Di Australia telah dibuat obat dengan nama “Gotu Kola” yang bermanfaat
sebagai anti pikun dan anti stress. Di Asia Tenggara pegagan telah banyak
wasir, tuberkulosis, lepra, disentri, demam dan penambah selera makan. Di India
dan Sri Langka, pegagan dimanfaatkan sebagai obat untuk memperlancar sirkulasi
juga digunakan untuk mengobati sakit kulit, rematik, epilepsi dan pengobatan
lepra (Matsuda et al., 2001). Kandungan kimia pegagan antara lain asiatikosida,
Komponen senyawa tersebut ada yang bersifat polar maupun non polar.
Triterpenoid adalah senyawa yang pokok dengan kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30
asiklik yaitu skulena. Senyawa ini berstruktur rumit kebanyakan berupa alkohol,
aldehid atau asam karboksilat. Dapat menarik komponen utama bahan aktif
tersebut pada saat ekstraksi, maka diperlukan pelarut yang dapat memisahkan
gugus yang diinginkan. Ethanol 96% merupakan pelarut yang mampu melarutkan
terdapat gugus OH sehingga bisa berikatan dengan alkohol dan benzene (James
digunakan secara langsung dalam volume yang kecil di habitat air. Aktivitas
alkaloid yang ada di dalam tanaman tersebut. Senyawa ini secara bersama-sama
Aktivitas untuk ekstrak etanol daun pegagan sebagai anticestoda pada konsentrasi
5-40 mg/mL, dengan waktu rata-rata kematian berkisar dari 4-14,66 jam
(2010) uji antibakteri terhadap gram negatif hanya Pseudomonas aeruginosa yang
bisa dihambat sedangkan Escherichia coli dan Salmonella typhi tidak bisa
dihambat. Hal ini disebabkan karena E. coli dan S. typhi mempunyai strutur
pengaruh ekstrak ethanol daun pegagan sebagai larvisida, dan dapat diaplikasikan
oleh masyarakat untuk membasmi nyamuk Ae. aegypti dalam usaha menurunkan
dan sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lebih luas dan lebih dalam.
1.6 Hipotesis
Ae. aegypti.
serangga lainnya mempunyai tanda pengenal yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
kepala, dada, dan perut. Pada kepala terdapat sepasang antena yang berbulu dan
menghisap darahnya. Pada dada ada 3 pasang kaki yang beruas serta sepasang
sayap depan dan sayap belakang yang mengecil yang berfungsi sebagai
penyeimbang (halter).
Nyamuk dewasa Ae. aegypti berukuran kecil dengan warna dasar hitam.
Pada bagian dada, perut, dan kaki terdapat bercak-bercak putih yang dapat dilihat
dengan mata telanjang. Pada bagian kepala terdapat pula probosis yang pada
nyamuk betina berfungsi untuk menghisap darah, sementara pada nyamuk jantan
berfungsi untuk menghisap bunga. Terdapat pula palpus maksilaris yang terdiri
dari 4 ruas yang berujung hitam dengan sisik berwarna putih keperakan. Pada
palpus maksilaris Ae. aegypti tidak tampak tanda-tanda pembesaran, ukuran palpus
7
SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK ETHANOL DAUN PEGAGAN IRFAN SETIYAWAN PRIBADI
(Centella asiatica L. Urban) TERHADAP MORTALITAS
LARVA INSTAR IV NYAMUK Aedes aegypti (Linn)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
8
terdapat diantara sepasang dua bola mata, yang pada nyamuk jantan berbulu lebat
(Plumose) dan pada nyamuk betina berbulu jarang (pilose) (Fahmi, 2006).
scutelum yang berbentuk tiga lobus. Bagian dada ini kaku, ditutupi oleh scutum
berwarna putih keperakan. Pada bagian dada ini terdapat dua macam sayap,
sepasang sayap kuat pada bagian mesotorak dan sepasang sayap penyembang
(halter) pada metatorak. Pada sayap terdapat saluran trachea longitudinal yang
terdiri dari chitin yang disebut venasi. Venasi pada Ae. aegypti terdiri dari vena
costa, vena subcosta, dan vena longitudinal. Terdapat tiga pasang kaki yang
masing-masing terdiri dari coxae, trochanter, femur, tibia dan lima tarsus yang
berakhir sebagai cakar. Pada pembatas antara prothorax dan mesothorax, dan
Bagian perut nyamuk Ae. aegypti berbentuk panjang ramping, tetapi pada
nyamuk gravid dan atau kenyang perut mengembang. Perut terdiri dari sepuluh
ruas dengan ruas terakhir menjadi alat kelamin. Pada nyamuk betina alat kelamin
disebut cerci sedang pada nyamuk jantan alat kelamin disebut hypopigidium.
Bagian dorsal perut Ae. aegypti berwarna hitam bergaris-garis putih, sedang pada
bagian ventral serta lateral berwarna hitam dengan bintik-bintik putih keperakan
(Fauziah, 1995).
(resting habit) (Departemen Kesehatan RI dan Dit. Jen. PPM & PL, 2002).
aegypti terutama dengan bantuan manusia, mengingat jarak terbang rata-rata yang
tidak terlalu jauh, yaitu sekitar 40 – 100 meter. Meskipun jarak terbang Ae. aegypti
bisa mencapai 2 km namun jarang sekali terbang sampai sejauh itu karena tiga hal
penting yang dibutuhkan untuk berkembang biak terdapat dalam satu rumah, yaitu
tempat perindukan, tempat mendapatkan darah, dan tempat istirahat (Bowers et al.,
2008).
Aedes aegypti jantan yang lebih cepat menjadi nyamuk dewasa tidak akan
terbang terlalu jauh dari tempat perindukan untuk menunggu nyamuk betina yang
muncul untuk kemudian berkopulasi. Ae. aegypti bersifat antropofilik dan hanya
nyamuk betina saja yang menggigit. Nyamuk ini memiliki kebiasaan menghisap
darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara 15.00-17.00 WIB.
individu lain (Soegijanto, 2006). Sifat sensitif dan mudah terganggu menyebabkan
Ae. aegypti dapat menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu
singkat, hal ini sangat membantu dalam memindahkan virus dengue ke beberapa
orang sekaligus, sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita DBD dalam satu
rumah. Meskipun tidak menggigit, nyamuk jantan juga tertarik pada manusia
apabila melakukan kopulasi. Nyamuk Ae. aegypti suka bertelur di air yang jernih
dan menyukai kontainer dalam rumah yang relatif stabil. Disamping itu Ae.
aegypti juga lebih menyukai kontainer berwarna gelap dan tidak terkena cahaya
Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti secara sempurna yaitu melalui empat
stadium, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Nyamuk Ae. aegypti akan
menghasilkan telur 100 sampai 102 butir setiap kali bertelur (Gunandini, 2002).
Pada interval 1-5 hari, telur yang diletakkan seluruhnya berkisar 300-750 butir dan
waktu yang dibutuhkan untuk bertelur sekitar 6 minggu (Cahyati dan Suharyo,
2006). Telur pada waktu dikeluarkan, telur aedes berwarna putih, dan berubah
menjadi hitam dalam waktu 30 menit. Telur diletakkan satu demi satu
dipermukaan air, atau sedikit di bawah permukaan air dalam jarak lebih kurang 2,5
suhu 20C – 40C, namun akan menetas dalam waktu 1 – 2 hari pada kelembaban
rendah. Pada umumnya nyamuk Ae. aegypti akan meletakkan telurnya pada suhu
sekita 200C sampai 300C. Pada suhu 300C telur akan menetas setelah 1 sampai 3
hari dan pada suhu 160C akan menetas dalam waktu 7 hari (Sudarmaja dan
Mahardihusodo, 2009). Telur Ae. aegypti berukuran kecil (50μ), sepintas lalu
tampak bulat panjang dan berbentuk lonjong (oval) mempunyai torpedo. Di bawah
mikroskop, pada dinding luar (exochorion) telur nyamuk ini, tampak adanya garis-
nyamuk jantan akan menetas lebih cepat dibanding nyamuk betina, serta lebih
cepat menjadi dewasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah
suhu, pH air, perindukkan, cahaya, serta kelembaban disamping fertilitas telur itu
predator. Adapun ciri-ciri larva Ae. aegypti menurut Iskandar (2005) adalah
adanya corong udara pada segmen terakhir. Pada segmen-segmen abdomen tidak
udara terdapat pecten. Sepasang rambut serta jumbai pada corong udara (siphon).
Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8 – 21 atau
berjejer 1 – 3. Bentuk individu dari comb scale seperti duri. Pada sisi thorax
terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di
perkembangan larva ini adalah 250C – 300C. Larva berubah menjadi pupa
memerlukan waktu 4 – 9 hari dan melewati 4 fase atau biasa disebut instar.
Perubahan instar tersebut disebabkan larva mengalami pengelupasan dan kulit atau
2 – 3 hari, kemudian dari instar II ke instar III dalam waktu 2 hari, dan perubahan
dari instar III ke instar IV dalam waktu 2 – 3 hari (Pandey et al., 2007; Pavela,
2009).
Larva instar IV akan berubah menjadi pupa yang berbentuk bulat gemuk
menyerupai tanda koma. Jika pupa diganggu oleh gerakan atau sentuhan, maka
pupa akan bergerak cepat untuk menyelam dalam air selama beberapa detik
pernafasan pada permukaan air di wadah (Cahyati dan Suharyo, 2006). Untuk
menjadi nyamuk dewasa kurang lebih 1 sampai 2 hari. Suhu untuk perkembangan
pupa yang optimal adalah sekitar 270C – 320C. Pada pupa terdapat kantong udara
yang terletak diantara bakal sayap nyamuk dewasa dan terdapat sepasang sayap
Selama fase ini pupa tidak makan (puasa). Bentuk nyamuk dewasa timbul setelah
sobeknya selongsong pupa oleh gelembung udara karena gerakan aktif pupa
(Rahuman, 2008).
Setelah keluar dari selongsong pupa, nyamuk akan diam beberapa saat di
darah sebagai makanannya, sedangkan nyamuk jantan hanya makan cairan buah-
buahan dan bunga. Setelah berkopulasi, nyamuk betina menghisap darah dan tiga
hari kemudian akan bertelur sebanyak kurang lebih 100 butir. Nyamuk akan
mengisap darah lagi. Nyamuk dapat hidup dengan baik pada suhu 240C – 390C dan
akan mati bila berada pada suhu 60C dalam 24 jam. Nyamuk dapat hidup pada
suhu 70C – 90C. Rata-rata lama hidup nyamuk betina Ae. aegypti selama 10 hari
(Hendratno, 2001).
terutama di tempat yang agak lembap, tetapi cukup terkena sinar matahari.
tumbuhan baru sehingga menjadi rumpun yang menutupi tanah. Daunnya bundar
dan tepinya bergerigi. Buahnya kecil – kecil berupa buni yang berbentuk lonjong.
Hydrocotyle asiatica.
Tanaman ini berasal dari daerah Asia Tropik, tersebar luas di Asia
Tenggara (Indonesia), India, Tiongkok, Jepang, dan Australia. Nama daerah atau
lokalnya adalah pegagan, daun kaki kuda, daun penggaga, rumput kaki kuda,
(Jawa); bebele, paiduh, penggaga, kelai lere (Nusa Tenggara); sarowati, kolotidi
dengan akar rimpang pendek dan akar merayap atau menjalar, dengan panjang
stolon yang bisa mencapai 2,5 m (Tatok, 2006). Pegagan juga memiliki daun
berwarna hijau dan berbentuk kipas, punggungnya licin, tepinya agak melengkung
ujung serta daunnya diameter 1-7 cm. Pegagan memiliki tangkal daun berbentuk
seperti pelepah, agak panjang dan berukuran 5-15 cm. Pegagan memiliki bunga
putih atau merah muda yang tersusun dalam karangan yang berbentuk payung.
memiliki akar rimpang yang pendek serta geragih, akar keluar dari buku dan
berupa akar tunggang berwarna putih (Savitri, 2006). Stolon tumbuh dari sistem
perakaran, memiliki ukuran yang panjang dan tumbuh menjalar. Pada setiap buku
dari stolon akan tumbuh tunas yang akan menjadi cikal bakal tumbuhan pegagan
penurun panas dan peluruh air seni. Kandungan secara kimiawi : asiticoside,
magnesium, kalsium, besi, vellarine, zat samak) (Sathyal and Uthaya, 2007;
penyakit mental seperti penyakit gila, tekanan, dan epilepsy. Penggunaannya dapat
digunakan dalam berbagai kelainan mental yaitu dalam bentuk obat psikotropik
meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan kewaspadaan. Hal ini asiatikosida yang
dan menambah aroma manis. Disamping itu, pegagan yang seluruh bagian
Cheng et al., (2004) melaporkan bahwa ekstrak pegagan dan senyawa asiatikosida,
yang merupakan senyawa aktif dalam ekstrak tersebut potensial sebagai ramuan
aktif atau obat untuk mencegah radang usus. Pegagan juga mampu mempercepat
proses regenerasi kulit pada bagian yang terluka lebih cepat. Hal ini disebabkan
asiatikosida dapat memacu proliferasi sel fibroblast yang berperan besar pada
dasar pembentuk kolagen. Serat kolagen inilah yang mempertautkan tepi kulit
Hingga saat ini cara pencegahan atau pengendalian DBD yang dapat
Salah satu pengendalian ditujukan pada larva Ae. aegypti. Cara yang biasa
untuk mengontrol nyamuk, larva, black fly (Simulidae), dan lain-lain. Temephos
tersedia dalam sediaan mencapai 50% emulsi konsentrat, 50% serbuk basah, dan
kristalin putih padat, dengan titik lebur 300C–30,50C, produknya berupa cairan
kental berwarna coklat. Tidak larut dalam air pada suhu 200C (kurang dari 1 ppm).
Larut dalam aseton, aseronitril, ether dan kebanyakan aromatik dan klorinasi
hidrokarbon. Tidak larut dalam heksana. Mudah terdegradasi bila terkena sinar
syaraf tersebut. Hal ini lah yang mengakibatkan kematian. Jadi, seperti senyawa-
(Raharjo, 2006).
anticholineesterase. Larva Ae. aegypti mampu mengubah P=S menjadi P=O ester
lebih cepat dibandingkan lalat rumah, begitu pula penetrasi temephos kedalam
larva berlangsung cepat lebih dari 99% temephos dalam medium diabsorpsi dalam
waktu satu jam setelah perlakuan. Setelah diabsorpsi, abate diubah menjadi
Dosis Abate yang dibutuhkan untuk membunuh jentik nyamuk dalam air
paparan yang sangat tinggi dapat menyebakan paralisa nafas dan kematian
(USEPA, 2007).
penyebab utama kematian pada serangga sukar ditunjukkan, kecuali pada larva
nyamuk kematiannya disebabkan oleh karena tidak dapat mengambil udara untuk
larva nyamuk Ae. aegypti didapat dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa timur,
Surabaya sebagai tempat pembiakan larva instar IV nyamuk Ae. aegypti dan
tempat perlakuan.
yang digunakan adalah Rancangan Faktorial dengan pola Split Plot Design (Petak
Terbagi) konsentrasi ekstrak ethanol daun pegagan sebagai petak utama dan
20
SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK ETHANOL DAUN PEGAGAN IRFAN SETIYAWAN PRIBADI
(Centella asiatica L. Urban) TERHADAP MORTALITAS
LARVA INSTAR IV NYAMUK Aedes aegypti (Linn)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
21
Variabel kendali dalam penelitian ini adalah stadium nyamuk Ae. aegypti.
96%.
2) Larva instar IV Ae. aegypti adalah larva Ae. aegypti yang telah
4) Mortalitas larva instar IV nyamuk Ae. aegypti adalah larva Ae. aegypti
dianggap mati dengan kriteria larva tidak bergerak atau tidak berespon
aegypti yang masih hidup dan bergerak aktif. Besar sampel 20 ekor larva instar IV
Ae. aegypti. Diletakkan dalam 6 gelas plastik, yang masing-masing gelas plastik
berisi 20 ekor larva instar IV Ae. aegypti. Jumlah sampel dilihat berdasarkan
rumus Federer (n-1) (t-1) ≥ 15. Dilakukan replikasi sebanyak 5 kali pada tiap
bahan uji. Jumlah seluruh sampel yang dibutuhkan sebanyak 600 larva instar IV
Ae. aegypti.
terdapat kriteria inklusi dan eksklusi dalam menentukan sampel untuk penelitian.
3.6.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, neraca analitik, pipet
plastik, gelas ukur 1000cc, nampan plastik, 25 gelas plastik, kasa (sebagai
pelindung agar nyamuk yang menjadi dewasa tidak terbang keluar), ekstraktor
3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : larutan ekstrak ethanol
daun pegagan dengan konsentrasi 0, 500, 1000, 1500, 2000 ppm (besarnya
Surabaya. Telur Ae. aegypti, ditetaskan dalam nampan plastik berisi air bersih
±1000cc. Larva yang telah menetas diberi makan fish food setiap hari. Larva-larva
tersebut dipelihara sampai instar IV, kurang lebih selama 9 hari untuk digunakan
dalam penelitian. Pemberian larutan ekstrak sebagai perlakuan pada gelas plastik
yang telah disiapkan dengan konsentrasi 0, 500, 1000, 1500, 2000 ppm.
langsung. Setelah daun pegagan kering, lalu digiling dan diayak. Sebanyak 400
pelarut ethanol 96% sebanyak 300 ml. Pengadukan dua kali yaitu pada pagi dan
sore, setelah 1x24 jam dilakukan penyaringan. Ampas dimaserasi kembali dengan
pelarut ethanol 96% sebanyak 300 ml. maserasi tersebut dilakukan 3 kali. Filtrat
Abate
mg 1 mg ekstrak
ppm = 1 ppm =
Liter 1 L pelarut
Abate sesuai dosis yang dianjurkan yaitu konsetrasi 100 ppm dengan
L. Larutan ekstrak ethanol daun pegagan dan abate diambil sebanyak 100 ml dari
dipindahkan kedalam gelas plastik yang telah dipersiapkan dan dibagi menjadi 5
kelompok perlakuan secara merata. Kelompok K sebagai kontrol (-) 0 ppm dan
kontrol (+) 100 ppm. Kelompok A dengan ekstrak ethanol daun pegagan
konsentrasi 500 ppm, Kelompok B 1000 ppm, Kelompok C 1500 ppm, Kelompok
D 2000 ppm.
menggunakan pipet plastik, diambil 20 ekor larva dan ditaruh kedalam tiap gelas
perlakuan pada setiap kelompok kemudian gelas plastik ditutup dengan kain.
mati pada setiap gelas plastik. Penghitungan larva yang mati dilakukan setiap 4
jam, 8 jam, 12 jam 16 jam 20 jam, 24 jam dan dicatat dalam bentuk tabel.
dengan uji F (Anova Faktorial) yang dilanjutkan uji HSD 5%. Analisis statistik
Randomisasi sampel
Diamati dan dicatat jumlah larva yang mati setiap 4 jam, 8 jam,
12 jam, 16 jam, 20 jam, 24 jam.
pegagan sebagai larvisida. Tolak ukur efek larvisida ini dapat dilihat dari jumlah
konsentrasi dan lama perendaman ekstrak ethanol daun pegagan. Hal ini
konsentrasi terhadap jumlah kematian larva instar IV nyamuk Ae. aegypti dan
Tabel 4.1 Jumlah Mortalitas Larva Instar IV Nyamuk Ae. aegypti pada Beberapa
Lama Perendaman Ekstrak Ethanol Daun Pegagan
Waktu Χ ± SD
4 jam 6,714a ± 3,125
8 jam 7,541b ± 3,395
12 jam 7,894c ± 3,527
16 jam 8,155d ± 3,619
20 jam 8,276d ± 3,668
24 jam 8,361d ± 3,702
Tabel 4.2 Jumlah Mortalitas Larva Instar IV Nyamuk Ae. aegypti pada Beberapa
Perlakuan Ekstrak Ethanol Daun Pegagan
Perlakuan Χ ± SD
Ekstrak Pegagan 0 ppm 0,224a ± 0,000
Ekstrak Pegagan 500 ppm 8,812b ± 1,181
Ekstrak Pegagan 1000 ppm 9.051b ± 0,969
Abate 100 ppm 9,359c ± 0,859
Ekstrak Pegagan 1500 ppm 9,606c ± 0,606
Ekstrak Pegagan 2000 ppm 9,886d ± 0,262
27
SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK ETHANOL DAUN PEGAGAN IRFAN SETIYAWAN PRIBADI
(Centella asiatica L. Urban) TERHADAP MORTALITAS
LARVA INSTAR IV NYAMUK Aedes aegypti (Linn)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
28
Tabel 4.3 Jumlah Mortalitas Larva Instar IV Nyamuk Ae. aegypti pada
Kombinasi antara Beberapa Lama Perendaman dan Perlakuan
Ekstrak Ethanol Daun Pegagan
Perlakuan Kombinasi Χ ± SD
4 Jam*Ekstrak Pegagan 0 ppm 0,224a ± 0,00
8 Jam*Ekstrak Pegagan 0 ppm 0,224a ± 0,00
12 Jam*Ekstrak Pegagan 0 ppm 0,224a ± 0,00
16 Jam*Ekstrak Pegagan 0 ppm 0,224a ± 0,00
20 Jam*Ekstrak Pegagan 0 ppm 0,224a ± 0,00
24 Jam*Ekstrak Pegagan 0 ppm 0,224a ± 0,00
4 Jam*Ekstrak Pegagan 500 ppm 6,753b ± 0,702
4 Jam*Ekstrak Pegagan 1000 ppm 7,332bc ± 0,554
4 Jam*Abate 100 ppm 7,854cd ± 0,621
8 Jam*Ekstrak Pegagan 500 ppm 8,166cde ± 0,632
4 Jam*Ekstrak Pegagan 1500 ppm 8,639def ± 0,669
8 Jam*Ekstrak Pegagan 1000 ppm 8,818efg ± 0,554
8 Jam*Abate 100 ppm 8,825efg ± 0,379
12 Jam*Ekstrak Pegagan 500 ppm 8,879efgh ± 0,459
12 Jam*Ekstrak Pegagan 1000 ppm 8,897efghi ± 0,530
8 Jam*Ekstrak Pegagan 1500 ppm 9,367fghij ± 0,555
16 Jam*Ekstrak Pegagan 1000 ppm 9,374fghij ± 0,398
4 Jam*Ekstrak Pegagan 2000 ppm 9,479fghij ± 0,416
16 Jam*Ekstrak Pegagan 500 ppm 9,485ghij ± 0,186
12 Jam*Abate 100 ppm 9,584ghij ± 0,400
20 Jam*Ekstrak Pegagan 500 ppm 9,639ghij ± 0,296
12 Jam*Ekstrak Pegagan 1500 ppm 9,690hij ± 0,337
20 Jam*Ekstrak Pegagan 1000 ppm 9,795ij ± 0,213
8 Jam*Ekstrak Pegagan 2000 ppm 9,845j ± 0,228
16 Jam*Abate 100 ppm 9,897j ± 0,137
16 Jam*Ekstrak Pegagan 1500 ppm 9,947j ± 0,112
24 Jam*Ekstrak Pegagan 500 ppm 9,947j ± 0,296
12 Jam*Ekstrak Pegagan 2000 ppm 9,997j ± 0,00
16 Jam*Ekstrak Pegagan 2000 ppm 9,997j ± 0,00
20 Jam*Ekstrak Pegagan 1500 ppm 9,997j ± 0,00
20 Jam*Ekstrak Pegagan 2000 ppm 9,997j ± 0,00
20 Jam*Abate 100 ppm 9,997j ± 0,00
24 Jam*Ekstrak Pegagan 1000 ppm 9,997j ± 0,00
24 Jam*Ekstrak Pegagan 1500 ppm 9,997j ± 0,00
24 Jam*Ekstrak Pegagan 2000 ppm 9,997j ± 0,00
24 Jam*Abate 100 ppm 9,997j ± 0,00
Dilihat dari (Tabel 4.3) hubungan antara interaksi lama perendaman dan
konsentrasi ekstrak ethanol daun pegagan terhadap jumlah kematian larva terdapat
antara perendaman Fhitung > Ftabel (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
ekstrak ethanol daun pegagan dengan konsentrasi 500, 1000, 1500, 2000 ppm
dengan lama perendaman 4 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam, 24 jam dapat
sudah bisa menimbulkan kematian tetapi belum 100%. Sedangkan abate sebagai
belum 100%. Pada perendaman 12 jam dan 16 jam sudah menimbulkan kematian.
Hal ini ditunjukkan pada konsentrasi 2000 ppm sudah menimbulkan kematian
100%. Pada perendaman 20 jam ekstrak ethanol daun pegagan dengan konsentrasi
1500 ppm dan abate 100 ppm baru menimbulkan kematian 100%. Pada
perendaman 24 jam ekstrak ethanol daun pegagan dengan konsentrasi 1000 ppm
menimbulkan kematian atau 0%. Hal ini ditunjukkan bahwa aquadest bisa
larva instar IV nyamuk Ae. aegypti mencapai 100% dengan lama perendaman 16
jam efektif untuk menimbulkan daya larvisida pada larva instar IV nyamuk Ae.
aegypti.
Hasil Analisis Sidik Ragam Fhitung perlakuan konsentrasi lebih besar dari
Ftabel (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata di
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan daun pegagan sebagai uji larvisida dan daun
pegagan yang digunakan harus memenuhi syarat yaitu tampak bersih, dan tidak
rusak. Hal ini dimaksudkan agar kandungan dari daun pegagan bahan aktifnya
sinar matahari) dan diekstraksi. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh
pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut diuapkan dan massa yang
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekstraksi
ekstrak ethanol daun pegagan dengan berbagai tingkatan konsentrasi yaitu 500,
1000, 1500, 2000 ppm mampu menimbulkan kematian larva instar IV nyamuk Ae.
aegypti yang signifikan dari abate dengan konsentrasi 100 ppm. Ekstrak ethanol
kematian pada larva karena mengandung metabolit sekunder yang dikenal istilah
31
SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK ETHANOL DAUN PEGAGAN IRFAN SETIYAWAN PRIBADI
(Centella asiatica L. Urban) TERHADAP MORTALITAS
LARVA INSTAR IV NYAMUK Aedes aegypti (Linn)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
32
berperan dalam nutrisi dan proses metabolisme utama di dalam tubuh tanaman,
atau terpenoid, alkaloid atau produk sekunder yang mengandung nitrogen, serta
fenil propanoid dan senyawa fenolik lainnya (Khan et al., 2010). Alkaloid adalah
besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil seperti pegagan (Siregar, 2005).
dan alkaloid yang ada di dalam tanaman tersebut. Senyawa ini secara bersama-
sama atau secara terpisah berperan untuk menghasilkan aktivitas larvisida dan
nutrisi pada serangga karena ada senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik
serangga tersebut, yaitu dengan cara mengubah laju konsumsi dan efisiensi
apabila terkandung dalam makanan yang dimakan oleh larva akan menyebabkan
larva tidak dapat mencapai titik kritis untuk mencapai pupa, hal ini disebabkan
tersebut menjadi mudah larut dalam air, dan dikeluarkan dalam bentuk senyawa
tidak aktif, akibatnya bisa mengakibatkan kematian larva karena tidak cukup
nyamuk Ae. aegypti dengan lama perendaman 24 jam mencapai 100%. Pada larva
instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi
bagian kepala (cephal), dada (thorax), dan perut (abdomen). Skleritnya sudah
sempurna sehingga lebih mampu menolak adanya zat racun dibandingkan dengan
larva instar I, II, dan III. Ekstrak ethanol mampu menimbulkan kematian pada
larva instar IV nyamuk Ae. aegypti sehingga diharapkan jika larva instar IV mati
maka instar lain yang lebih rentan juga bisa mati karena efek larvisida ekstrak
selama 4 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam, 24 jam tidak terdapat kematian larva
instar IV Ae. aegypti atau 0%. Hal ini menunjukkan bahwa aquadest dapat
kematian larva instar IV Ae. aegypti juga semakin meningkat. Hal ini
kandungan bahan aktifnya juga semakin banyak sehingga daya larvisida yang
Eksrak ethanol daun pegagan dengan konsentrasi 500 ppm sudah bisa
dengan lama perendaman 24 jam dan konsentrasi 1500 ppm dengan lama
Sedangkan abate sebagai pembanding dengan konsentrasi 100 ppm dengan lama
bahwa lama perendaman 24 jam memberikan hasil yang lebih baik daripada
perendaman 4 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam. Hal ini menunjukkan bahwa
waktu perendaman yang lama, kontak antara bahan aktif dengan larva juga
semakin lama, sehingga racun yang ditimbulkan lebih kuat. Oleh karena itu daya
yaitu 24 jam.
periode waktu yang digunakan, semakin lama juga kontak waktu antara larva
dengan bahan aktif ekstrak ethanol daun pegagan. Sehingga jumlah kematian
larva yang ditimbulkan juga akan semakin besar dan berpengaruh yang signifikan.
tepat untuk insektisida sintetis pada masa mendatang karena relatif aman, tidak
mahal, dan banyak tersedia di banyak area lembab. Ekstrak ethanol daun pegagan
pada konsentrasi 6,84 ppm (190C) dan 1,12 ppm (310C) dapat membunuh 50%
terhadap larva instar IV nyamuk Ae. aegypti maupun larva Cx. quinquefasciatus
dan lebih efektif atau lebih toksik dari abate yang selama ini digunakan.
6.1 Kesimpulan
2000 ppm.
6.2 Saran
24 jam.
36
SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK ETHANOL DAUN PEGAGAN IRFAN SETIYAWAN PRIBADI
(Centella asiatica L. Urban) TERHADAP MORTALITAS
LARVA INSTAR IV NYAMUK Aedes aegypti (Linn)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Cara yang tepat untuk
insektisida nabati pada stadium larva instar IV nyamuk Ae. aegypti. Salah satunya
daun pegagan dan lama perendaman pada larva instar IV nyamuk Ae. aegypti.
Penelitian ini memerlukan 600 larva instar IV yang dimasukkan ke dalam 30 gelas
plastik, masing-masing gelas berisi 20 ekor dengan lima kali ulangan. Perlakuan
konsentrasi 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, dan 2000 ppm sebanyak 100
ml. Kematian larva dihitung setelah 4 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam, dan 24
jam.
pola Split Plot Design (Petak Terbagi) dengan ulangan sebanyak lima kali
konsentrasi ekstrak ethanol daun pegagan sebagai petak utama dan waktu
signifikasi 5%.
37
SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK ETHANOL DAUN PEGAGAN IRFAN SETIYAWAN PRIBADI
(Centella asiatica L. Urban) TERHADAP MORTALITAS
LARVA INSTAR IV NYAMUK Aedes aegypti (Linn)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
38
Dari data hasil penelitian didapatkan bahwa ekstrak ethanol daun pegagan
nyamuk Ae. aegypti, tetapi belum 100 %. Daya larvisida yang mampu membunuh
seluruh larva instar IV nyamuk Ae. aegypti didapat dari konsentrasi 1000 ppm
dengan lama waktu perendaman 24 jam, konsentrasi 1500 ppm dengan lama
perendaman 12 jam dan abate dengan konsentrasi 100 ppm dengan lama
ekstrak ethanol daun pegagan dapat digunakan sebagai larvisida terhadap larva
instar IV nyamuk Ae. aegypti dan lebih efektif dari abate yang selama ini
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Icha dan Hendri B. 2008. Struktur Histologi Folikel Primer, Sekunder
dan Tersier Ovarium Mencit (Mus musculus) Setelah Pemberian
Ekstrak Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L.). Seminar
Nasional Sains dan Teknologi II. Universitas Lampung. Lampung.
Anggraini DA. 2009. Gambaran mikroskopis sel atrosit dan sel pyramid cerebrum
pada tikus putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar Setelah Pemberian
Ekstrak Ethanol Daun Pegagan (C. asiatica L. Urban). Skripsi. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Borah R. 2010. Larvicidal efficacy of Toddalia asiatica (Linn.) Lam against two
mosquito vectors Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus.
Environmental Biotechnology Laboratory Department of
Biotechnology. Gauhati University. Guwahati. Assam. India.
Cheng L, Guo JS, Luk J and Koo MWL. 2004. The Healing Effect of Centella
asiatica Ectraxt Asiaticosida on Acetic Acid Induced Gastric Uclers in
Rats. Life Sciences. 74(18): 858-860.
Daniel. 2008. Ketika Larva dan Nyamuk Dewasa Sudah Kebal Terhadap
Insektisida. FARMACIA. 7:7.
39
SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK ETHANOL DAUN PEGAGAN IRFAN SETIYAWAN PRIBADI
(Centella asiatica L. Urban) TERHADAP MORTALITAS
LARVA INSTAR IV NYAMUK Aedes aegypti (Linn)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
40
Departemen Kesehatan RI dan Dit. Jen. PPM & PL. 2002. Pedoman Survei
Entomologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan
republik Indonesia.
Fahmi. 2006. Perbandingan Efektivitas Abate dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper
betle) Dalam Meghambat Pertumbuhan Larva Aedes aegypti. Skripsi.
Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.
Gunandini DJ. 2002. Kemampuan Hidup Populasi Alami Nyamuk Aedes aegypti
(Linn.) yang Diseleksi Malation pada Stadium larva [Disertasi Doktor].
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Manorenjitha, M. 2006. The Ecology and Biology of Aedes aegypti (L.) and
Aedes albopictus (Skuse) (Diptera : Culicidae) and The Resistence
Status Of Aedes albopictus (Field Strain) Againts Organophosphates in
Penang, Malaysia. Tesis. Faculty of Science. Namasivaya University.
Malaysia.
Ndione RD, Faye O, Ndiaye M, Dieye A and Afoutou JM. 2007. Toxic effects of
neem products (Azadirachta indica A. Juss) on Aedes aegypti. African
Journal of Biotechnology. 6 (24): 2846-2854.
Rahuman AA. 2008. Mosquito larvicidal activity of oleic and linoleic acids
isolated from Citrullus colocynthis (Linn.) Schrad. Parasitol. Res, 103:
1383-1390.
Savitri ES. 2006. Studi Morfologi Tumbuhan Gulma yang Berpotensi Sebagai
Obat Di Lingkungan UIN Malang. 3: 2.
Siregar NES. 2005. Kandungan Kimia Ekstrak Biji Sirsak (Annosa muricat L.)
Toksisitas dan Pengaruh Subletalnya Terhadap Larva Aedes aegypti.
s.1. : USU Repositry.
Suhartono T. 2000. Uji aktivitas Antibakteri, Fraksi Air, Heksana dan Atil Asetat
dari Ekstrak Methanol Herba Centella asiatica (L) urban terhadap
Staphylococcus aerus dan E.coli dengan Metode Cakram Kertas
[Skripsi]. Fakultas Farmasi. Universitas Airlangga.
LAMPIRAN
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
Ekstrak Pegagan 3 0 0 0 0 0 0
0 ppm 4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
1 11 15 18 20 20 20
2 13 17 20 20 20 20
Abate 100 ppm 3 13 15 19 19 20 20
4 15 17 19 20 20 20
5 10 14 16 19 20 20
1 7 13 15 18 18 20
2 9 15 17 19 19 20
Ekstrak Pegagan 3 12 16 18 18 20 20
500 ppm 4 10 12 14 18 19 19
5 8 11 15 17 17 20
1 12 17 17 17 19 20
2 10 15 16 18 20 20
Ekstrak Pegagan 3 13 18 19 20 20 20
1000 ppm 4 9 13 14 17 18 20
5 10 15 15 16 19 20
1 13 19 19 20 20 20
2 17 18 20 20 20 20
Ekstrak Pegagan 3 18 20 20 20 20 20
1500 ppm 4 14 16 17 19 20 20
5 13 15 18 20 20 20
1 17 20 20 20 20 20
2 19 20 20 20 20 20
Ekstrak Pegagan 3 20 20 20 20 20 20
2000 ppm 4 16 19 20 20 20 20
5 18 18 20 20 20 20
44
SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK ETHANOL DAUN PEGAGAN IRFAN SETIYAWAN PRIBADI
(Centella asiatica L. Urban) TERHADAP MORTALITAS
LARVA INSTAR IV NYAMUK Aedes aegypti (Linn)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
45
Value Label N
Waktu 1 4 jam 30
2 8 jam 30
3 12 jam 30
4 16 jam 30
5 20 jam 30
6 24 jam 30
Perlakuan 1 E Pgn 0 ppm 30
2 E Pgn 500 ppm 30
3 E Pgn 1000 ppm 30
4 E Pgn 1500 ppm 30
5 E Pgn 2000 ppm 30
6 Abate 100 ppm 30
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Vy %
Waktu Perlakuan Mean Std. Deviation N
4 jam E Pgn 0 ppm .22361 .000000 5
E Pgn 500 ppm 6.75317 .702346 5
E Pgn 1000 ppm 7.33171 .554513 5
E Pgn 1500 ppm 8.63950 .669947 5
E Pgn 2000 ppm 9.47899 .416494 5
Abate 100 ppm 7.85441 .620774 5
Total 6.71356 3.124108 30
8 jam E Pgn 0 ppm .22361 .000000 5
E Pgn 500 ppm 8.16579 .632334 5
E Pgn 1000 ppm 8.81783 .554412 5
E Pgn 1500 ppm 9.36713 .555500 5
E Pgn 2000 ppm 9.84523 .227868 5
Abate 100 ppm 8.82524 .379389 5
Total 7.54080 3.394410 30
12 jam E Pgn 0 ppm .22361 .000000 5
E Pgn 500 ppm 8.87870 .459261 5
E Pgn 1000 ppm 8.98749 .530294 5
E Pgn 1500 ppm 9.68963 .337247 5
E Pgn 2000 ppm 9.99750 .000000 5
Abate 100 ppm 9.58444 .400836 5
Total 7.89356 3.526259 30
16 jam E Pgn 0 ppm .22361 .000000 5
E Pgn 500 ppm 9.48537 .186422 5
E Pgn 1000 ppm 9.37354 .398077 5
E Pgn 1500 ppm 9.94736 .112119 5
E Pgn 2000 ppm 9.99750 .000000 5
Abate 100 ppm 9.89722 .137317 5
Total 8.15410 3.619490 30
20 jam E Pgn 0 ppm .22361 .000000 5
E Pgn 500 ppm 9.63949 .296166 5
E Pgn 1000 ppm 9.79508 .213088 5
E Pgn 1500 ppm 9.99750 .000000 5
E Pgn 2000 ppm 9.99750 .000000 5
Abate 100 ppm 9.99750 .000000 5
Total 8.27511 3.667305 30
24 jam E Pgn 0 ppm .22361 .000000 5
E Pgn 500 ppm 9.94736 .112119 5
E Pgn 1000 ppm 9.99750 .000000 5
E Pgn 1500 ppm 9.99750 .000000 5
E Pgn 2000 ppm 9.99750 .000000 5
Abate 100 ppm 9.99750 .000000 5
Total 8.36016 3.701264 30
Total E Pgn 0 ppm .22361 .000000 30
E Pgn 500 ppm 8.81165 1.180246 30
E Pgn 1000 ppm 9.05053 .969167 30
E Pgn 1500 ppm 9.60644 .605751 30
E Pgn 2000 ppm 9.88570 .261745 30
Abate 100 ppm 9.35938 .858188 30
Total 7.82288 3.507811 180
Descriptive Statistics
Dependent Variable: y %
Waktu Perlakuan Mean Std. Deviation N
4 jam E Pgn 0 ppm .00 .000 5
E Pgn 500 ppm 46.00 9.618 5
E Pgn 1000 ppm 54.00 8.216 5
E Pgn 1500 ppm 75.00 11.726 5
E Pgn 2000 ppm 90.00 7.906 5
Abate 100 ppm 62.00 9.747 5
Total 54.50 29.779 30
8 jam E Pgn 0 ppm .00 .000 5
E Pgn 500 ppm 67.00 10.368 5
E Pgn 1000 ppm 78.00 9.747 5
E Pgn 1500 ppm 88.00 10.368 5
E Pgn 2000 ppm 97.00 4.472 5
Abate 100 ppm 78.00 6.708 5
Total 68.00 33.130 30
12 jam E Pgn 0 ppm .00 .000 5
E Pgn 500 ppm 79.00 8.216 5
E Pgn 1000 ppm 81.00 9.618 5
E Pgn 1500 ppm 94.00 6.519 5
E Pgn 2000 ppm 100.00 .000 5
Abate 100 ppm 92.00 7.583 5
Total 74.33 35.129 30
16 jam E Pgn 0 ppm .00 .000 5
E Pgn 500 ppm 90.00 3.536 5
E Pgn 1000 ppm 88.00 7.583 5
E Pgn 1500 ppm 99.00 2.236 5
E Pgn 2000 ppm 100.00 .000 5
Abate 100 ppm 98.00 2.739 5
Total 79.17 36.462 30
20 jam E Pgn 0 ppm .00 .000 5
E Pgn 500 ppm 93.00 5.701 5
E Pgn 1000 ppm 96.00 4.183 5
E Pgn 1500 ppm 100.00 .000 5
E Pgn 2000 ppm 100.00 .000 5
Abate 100 ppm 100.00 .000 5
Total 81.50 37.258 30
24 jam E Pgn 0 ppm .00 .000 5
E Pgn 500 ppm 99.00 2.236 5
E Pgn 1000 ppm 100.00 .000 5
E Pgn 1500 ppm 100.00 .000 5
E Pgn 2000 ppm 100.00 .000 5
Abate 100 ppm 100.00 .000 5
Total 83.17 37.840 30
Total E Pgn 0 ppm .00 .000 30
E Pgn 500 ppm 79.00 19.494 30
E Pgn 1000 ppm 82.83 16.696 30
E Pgn 1500 ppm 92.67 11.121 30
E Pgn 2000 ppm 97.83 5.032 30
Abate 100 ppm 88.33 15.219 30
Total 73.44 35.932 180
Dependent Variable: Vy %
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 13201.472 a 36 366.708 3175.748 .000
Waktu 57.541 5 11.508 99.663 .000
Perlakuan 2100.926 5 420.185 3638.875 .000
Waktu * Perlakuan 27.453 25 1.098 9.510 .000
Error 16.628 144 .115
Total 13218.100 180
a. R Squared = .999 (Adjusted R Squared = .998)
Dependent Variable: Vy %
Tukey HSD
Homogeneous Subsets
Vy %
a,b
Tukey HSD
Subset
Waktu N 1 2 3 4
4 jam 30 6.71356
8 jam 30 7.54080
12 jam 30 7.89356
16 jam 30 8.15410
20 jam 30 8.27511
24 jam 30 8.36016
Sig. 1.000 1.000 1.000 .182
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .115.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b. Alpha = .05.
Perlakuan
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Vy %
Tukey HSD
Homogeneous Subsets
Vy %
a,b
Tukey HSD
Subset
Perlakuan N 1 2 3 4
E Pgn 0 ppm 30 .22361
E Pgn 500 ppm 30 8.81165
E Pgn 1000 ppm 30 9.05053
Abate 100 ppm 30 9.35938
E Pgn 1500 ppm 30 9.60644
E Pgn 2000 ppm 30 9.88570
Sig. 1.000 .077 .061 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .115.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b. Alpha = .05.
Interaksi Waktu*Perlakuan
Homogeneous Subsets
Vy %
a
Tukey HSD
Subset for alpha = .05
Perlakuan Kombinasi N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4jam*EPgn 0 ppm 5 .224
8jam*EPgn 0 ppm 5 .224
12jam*EPgn 0 ppm 5 .224
16jam*EPgn 0 ppm 5 .224
20jam*EPgn 0 ppm 5 .224
24jam*EPgn 0 ppm 5 .224
4jam*EPgn 500 ppm 5 6.753
4jam*EPgn 1000 ppm 5 7.332 7.332
4jam*Abate 100 ppm 5 7.854 7.854
8jam*EPgn 500 ppm 5 8.166 8.166 8.166
4jam*EPgn 1500 ppm 5 8.639 8.639 8.639
8jam*EPgn 1000 ppm 5 8.818 8.818 8.818
8jam*Abate 100 ppm 5 8.825 8.825 8.825
12jam*EPgn 500 ppm 5 8.879 8.879 8.879 8.879
12jam*EPgn 1000 ppm 5 8.987 8.987 8.987 8.987 8.987
8jam*EPgn 1500 ppm 5 9.367 9.367 9.367 9.367 9.367
16jam*EPgn 1000 ppm 5 9.374 9.374 9.374 9.374 9.374
4jam*EPgn 2000 ppm 5 9.479 9.479 9.479 9.479 9.479
16jam*EPgn 500 ppm 5 9.485 9.485 9.485 9.485
12jam*Abate 100 ppm 5 9.584 9.584 9.584 9.584
20jam*EPgn 500 ppm 5 9.639 9.639 9.639 9.639
12jam*EPgn 1500 ppm 5 9.690 9.690 9.690
20jam*EPgn 1000 ppm 5 9.795 9.795
8jam*EPgn 2000 ppm 5 9.845
16jam*Abate 100 ppm 5 9.897
16jam*EPgn 1500 ppm 5 9.947
24jam*EPgn 500 ppm 5 9.947
12jam*EPgn 2000 ppm 5 9.997
16jam*EPgn 2000 ppm 5 9.997
20jam*EPgn 1500 ppm 5 9.997
20jam*EPgn 2000 ppm 5 9.997
20jam*Abate 100 ppm 5 9.997
24jam*EPgn 1000 ppm 5 9.997
24jam*EPgn 1500 ppm 5 9.997
24jam*EPgn 2000 ppm 5 9.997
24jam*Abate 100 ppm 5 9.997
Sig. 1.00 .719 .057 .111 .067 .052 .067 .078 .082 .530
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Lampiran 4. Dokumentasi
Gambar 7. Kematian larva instar IV nyamuk Ae. aegypti pada perendaman 4 jam
Gambar 8. Kematian larva instar IV nyamuk Ae. aegypti pada perendaman 8 jam