Npm : 1987205031
Semester : IV (Empat)
Mk : Dasar-Dasar Ips
Prodi : PPKn
Masalah moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik
dalam masyarakat yang telah maju, maupun dalam masyarakat yang masih terbelakang.
Karena kerusakan moral seseorang mengganggu ketenteraman yang lain. Jika dalam suatu
masyarakat banyak yang rusak moralnya, maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu.
Jika kita tinjau keadaan masyarakat di Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini
akan kita dapati bahwa moral sebagian anggota masyarakat telah rusak atau mulai merosot.
Dimana kita lihat, kepentingan umum tidak lagi menjadi nomor satu, akan tetapi kepentingan
dan keuntungan pribadilah yang menonjol pada banyak orang.
Berikut di bawah ini adalah beberapa contoh dari penyimpangan –peyimpangan moral pada
remaja yang sering terjadi dan muncul dalam media-media pemberitaan.
1. Perkosaan
Saya menuliskan pemerkosaan sebagai poin yang pertama karena saya sangat
menyayangkan para korban-korban yang merupakan para perempuan dan anak-anak dibawah
umur. Saya sebagai seorang perempuan pasti berharap hal tersebut jangan sampai terjadi pada
diri saya dan pada oarang disekitar saya. Karena akibat dari penyimpangan moral yang satu
ini akan merusak masa depan cerah para perempuan.
Menurut saya tindakan pemorkasaan bukan hanya melanggar moral tetapi juga
melanggar nilai dan juga norma. Norma agama terutama, di Indonesia ini walaupun ada
beragam agama tetapi tidak satupun yang membenarkan tindakan pemerkosaan, apalagi
agama islam.
Pemberian sanksi kepada pelaku bermaksud untuk memberikan efek jera serta
mengingatkan untuk kita semua bahwa perbuatan tersebut merupakan tindakan melanggar
moral.
Norma Hukum adalah aturan social yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu,
misalnya pemerintah, sehingga dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang untuk
dapat berperilaku sesuai dengan peraturan itu sendiri, Norma Hukum bersifat “memaksa” dan
pelaku pelanggaran terhadap norma tersebut biasanya mendapat sanksi berupa denda bahkan
hukuman fisik seperti dipenjara dan di hukum mati. Adapun contoh pelanggarannya yaitu
seperti merampok, memperkosa, membunuh, mencuri.
1. Kasus pembunuhan
Kasus Pembunuhan Bocah SD, Polisi Resort (Polres) Aceh Timur akhirnya berhasil
mengungkap kasus pembantaian sadis yang menimpa bocah kelas IV SD, Khairul Wara (10),
Warga Dusun Tambi Gampong Cot Asan, Kecamatan Nurussalam Aceh Timur, yang
sebelumnya ditemukan telah tidak benyawa lagi di hutan belakang rumahnya dengan kondisi
yang mengenaskan.
Atas tindakan pelanggaran norma yang dilakukannya pelaku pun harus mendapatkan
hukuman yang setimpal agar menurunkan angka kejadian yang serupa. Disini dia sebagai
seorang ayah yang seharusnya menjadi contoh yang baik anak bagi anaknya. Ia telah
melanggar moral, dan juga bertentangan dengan moral agama.
Sanksinya dan penyelesaiannya
Sanksi dari melakukan tindak pidana tersebut diatur dalam beberapa pasal di Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
Untuk penyelesaian kasus diatas biasanya pelaku akan diberikan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku agar memberikan efek jera kepada pelaku pelanggaran serta pelaku
akan direhabilitasi atau di cek kejiwaannya,
Salah satu pokok bahasan yang tidak pernah habis untuk dibicarakan adalah tentang
bullying. Selalu ada dalam setiap zaman. Rasa-rasanya, permasalahan ini selalu muncul
mewarnai tingkat sosialisasi antar manusia. Hampir setiap saat selalu ada kasus-kasus
bullying yang mengintai di sekitar kita.
Apa sih arti dari bullying itu sendiri? Jadi, bulliying itu tidak hanya secara fisik, atau
secara seksual. Bullying merupakan suatu aksi atau serangkaian aksi negatif yang seringkali
agresif dan manipulative. Tindakan tersebut biasanya dilakukan oleh satu atau lebih orang
terhadap orang lain atau beberapa orang selama kurun waktu tertentu. Kegiatannya selalu
bermuatan kekerasan, dan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku biasanya
mencuri-curi kesempatan dalam melakukan aksinya, dan bermaksud membuat orang lain
merasa tidak nyaman/terganggu, sedangkan korban menyadari bahwa aksi ini akan berulang
menimpanya.
Bullying biasanya dialami oleh anak-anak kita semasa sekolah. Hidup di zaman yang
serba canggih dan internet seperti sekarang ini memang terasa mudah. Namun, kita perlu
berhati-hati dan peka terhadap perubahan perilaku yang terjadi pada anak-anak kita. Asupan
media sosial belum tentu semuanya bisa langsung diterima. Setidaknya, sebagai orang tua,
kita wajib menerapkan batasan pada anak. Hidup sebagai orang tua di zaman serba digital ini
juga sebuah PR besar. Dimana kita selalu dituntut update terhadap segala isu yang ada, juga
harus peka dengan setiap sikap dan perilaku anak yang berubah ketika pulang sekolah.
Contoh kasus yang melanggar sila ke-2 Pancasila terkait pembahasan “Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab “tentang Bullying.
“MS (13), seorang siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Kota
Malang, Jawa Timur diduga menjadi korban bully oleh sejumlah temannya. Bahkan, dua ruas
jari tengah MS terpaksa diamputasi akibat tindakan teman-temannya. Ia juga kerap menangis
akibat syok usai jarinya diamputasi. Polresta Malang pun menaikkan status dari penyelidikan
menjadi penyidikan. 15 orang saksi diperiksa dalam kasus ini. Kapolresta Malang Kota
Kombes Leonardus Simarmata mengungkapkan, MS pernah diangkat beramai-ramai.
Kemudian tubuh MS dibanting ke lantai paving. “Diangkat beramai-ramai begitu. Terus
dibanting ke paving dalam kondisi terlentang,” kata Leonardus. Aksi itu dilakukan saat jam
istrirahat sekolah. Oleh teman-temannya, MS juga pernah dibanting ke pohon dengan cara
yang sama. “Kedua posisinya juga sama, tapi dibanting ke pohon kecil,” ungkapnya.
Mengaku hanya bercanda, 7 orang siswa rekan MS terancam hukuman pidana.”
Kasus bullying dianggap sebagai pelanggaran sila ke-2 Pancasila karena hak dan martabat
seseorang tidak dihargai, dimana seorang individu diperlakukan tidak setara karena individu
lain menganggap dirinya lebih baik dalam segi tertentu. Individu tersebut bersikap sewenang-
wenang dan tidak adanya perilaku saling mengasihi antar sesama.
Dengan adanya sikap kemanusiaan yang adil dan beradab maka akan terciptanya
kehidupan masyarakat yang saling mengasihi dan menghormati setiap individu tanpa
memandang suku, ras, budaya, dan agama. Dengan demikian, maka kehidupan masyarakat
yang aman dan tentram dapat terjadi di kehiduapan bermasyarakat ini.
Pasal 80 UU 35/2014:
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda
paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) apabila melakukan tindakan tersebut Orang Tuanya.
Jika bullying ini dilakukan di lingkungan pendidikan, maka kita perlu melihat juga Pasal 54
UU 35/2014 yang bunyinya :
(1) Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan
dari tindak kekerasan fisik , kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh
pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, aparat pemerintah, dan/atau Masyarakat.
Artinya, sudah sepatutnya peserta didik di sekolah mendapatkan perlindungan dari tindakan
bullying yang berupa tindak kekerasan fisik maupun psikis
Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat.
Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan dan
kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau
pihak lain.
Selain mendapatkan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a),
Anak Penyandang Disabilitas berhak memperoleh pendidikan luar dan Anak yang memiliki
keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang menyebabkan timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk
ancaman untuk perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum. Sedangkan Perlindungan Khusus dalam hal ini merupakan suatu bentuk perlindungan
yang diterima oleh Anak dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa
aman terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya.