GASTRITIS
DI RUANG TERATAI
KLINIK RONA HUSADA SENURO
PERIODE TANGGAL 08 FEBRUARI - 09 FEBRUARI 2021
Oleh :
1. KonsepPenyakit
A. Definisi
Gastritis merupakan peradangan lokal pada lambung atau menyebar pada mukosa
lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri
atau bahan iritan lainnya (Rafani, 2009) . Gastritis juga merupakan masalah kesehatan
di masyarakat Indonesia. Di Indonesia sendiri prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan
Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien dapat meningkatkan
insiden gastritis sebesar 115/100.000 penduduk. Ketidakseimbangan faktor agresif dan
defensif lambung juga dapat menyebabkan gastritis. Faktor ini juga dipengaruhi antara
lain oleh pola makan, kebiasaan merokok, konsumsi NSAID dan kopi yang berlebih
(Rafani, 2009).
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering diakibatkan juga karena diet yang salah.
Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan di lambung, tetapi hal ini tidak
sering menjadi parah kecuali bila pada saat yang bersamaan juga terjadi luka kronis
pada lambung. Pendarahan pada lambung juga akan menyebabkan muntah darah atau
terdapat pengeluaran darah pada feces dan memerlukan perawatan dengan segera
(Rafani, 2009). Pola makan yang tidak teratur juga akan berpengaruh terhadap
lambung karena lambung akan menjadi sensitif bila terdapat perubahan asam lambung
yang meningkat. Produksi HCl (asam lambung) yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya gesekan pada dinding-dinding lambung dan usus halus, sehingga akan
timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Keaadaan ini akan lebih parah kalau
gesekan terjadi pada saat lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur
yang pada akhirnya akan mengakibatkan perdarahan di lambung (Rafani, 2009).
B. Etiologi
Penyebab utama pada gastritis yaitu bakteri Helicobacter pylori (bakteri yang hidup
dilambung)
Menurut Gomez tahun 2012 Penyebab gastritis adalah sebagai berikut :
• Autoimun
Gastritis juga dapat terjadi karena dipicu oleh penyakit autoimun. Gastritis jenis ini
disebut gastritis autoimun. Gastritis autoimun terjadi pada saat sistem imun menyerang
dinding lambung, sehingga menyebabkan peradangan.
• Stress
Stres psikologi akan meningkatkan aktifitas saraf simpatik yang dapat merangsang
peningkatan produksi asam lambung
• Mengkonsumsi minuman alkohol yang berlebihan
Minuman beralkohol dapat mengikis lapisan mukosa lambung, terutama jika seseorang
sangat sering mengonsumsinya. Pengikisan lapisan mukosa oleh alkohol dapat
menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding lambung, sehingga mengakibatkan
terjadinya gastritis, terutama gastritis akut.
• Sering menggunakan obat perseda nyeri.
Obat pereda nyeri yang dikonsumsi terlalu sering dapat menghambat proses regenerasi
lapisan mukosa lambung, yang berujung pada cedera dan pelemahan dinding lambung,
sehingga lebih mudah mengalami peradangan. Beberapa obat pereda nyeri yang dapat
memicu gastritis jika dikonsumsi terlalu sering, adalah aspirin, ibuprofen, dan
naproxen.
• Pertambahan usia.
Seiring bertambahnya usia, lapisan mukosa lambung akan mengalami penipisan dan
melemah. Kondisi inilah yang menyebabkan gastritis lebih sering terjadi pada lansia
dibandingkan orang yang berusia lebih muda
C. Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinis, Klasifikasi
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan
saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala
yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti anoreksia, rasa
penuh, nyeri epigastrum, mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun dan
Lusiabah, 2010).
Tanda dan gejala gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
b. Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal
ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung yang mengakibatkan mual hingga
muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan melena, kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Pada pasien gastritis kronis umunya tidak mempunyai keluhan.Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan.
D. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa gastritis, dilakukan dengan berbagai macam tes,
diantaranya :
Tes darah untuk melihat adanya antibodi terhadap serangan Helicobacter pylori. Hasil
test yang positif menunjukkan bahwa seseorang pernah mengalami kontak dengan
bakteri Helicobacter pylori dalam hidupnya, tetapi keadaan tersebut bukan berarti
seseorang telah terinfeksi Helicobacter pylori. Tes darah juga dapat digunakan untuk
mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja disebabkan oleh perdarahan karena
gastritis (Anonim, 2010).
2. Pemeriksaan pernapasan.
Tes ini akan dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau
tidak.
3. Pemeriksaan feses.
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
4. Rontgen
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang dapat dilihat
dengan sinar X. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
5. Endoskopi
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang mungkin
tidak dapat dilihat dengan sinar X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan
(anestesi), sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu
kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang
ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang,
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop (Anonim,2010).
E. Penatalaksanaan
1. Cara Perawatan Gastritis
• Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang mudah dicerna dan tidak
merangsang asam lambung
• Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti makanan
pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung
• Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti teh kopi,
alkohol
• Makan secara teratur
• Minum obat secara teratur
• Hindari stress fisik dan psikologis
2. Cara minum obat yang benar
• Obat maag diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan untuk
penyerapan obat yang baik.
• Minum obat secara teratur dan sesuai dosis
3. Pengobatan tradisional untuk Gastritis
Siapkan kunir, parut kemudian peras airnya. Campur air Kunir dengan madu
kemudian minum setiap hari selama gejala maag masih ada
4. Obat medis
•Obat antasida.
Untuk meredakan rasa nyeri secara cepat, dengan cara menetralisir asam lambung..
Contoh obat antasida yang dapat dikonsumsi oleh pasien adalah alumunium hidrosisa
•Obat penghambat histamin 2
Untuk meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan produksii asam di dalam
lambung. Contoh obat penghambat histamine 2 adalah ranitidin
•Obat penghambat pompa proton (PPI).
untuk menurunkan produksi asam lambung, namun dengan mekanisme kerja yang
berbeda. Contoh obat penghambat pompa proton adalah omeprazole
•Obat antibiotik.
Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu
Helicobacter pylori. Contoh obat antibiotik yang dapat diberikan kepada penderita
gastritis adalah amoxillin
F. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut (Muttaqin & Sari, 2011) antara lain :
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
2. Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.
3. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.
4. Anemia pernisiosa, keganasan lambung.
G. Patologis terjadinya masalah keperawatan ... pada penyakit ... (pohon masalah)
Mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari pencernaan
perlindungan ini ketika mukosa barier rusak maka timbul peradangan pada mukosa
lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa yang
dibentuk dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCl
dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan menyebabkan lika pada pembuluh yang
barier.
Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk kengesti vaskuler, edema,
perkembangan penyakit dinding dan saluran lambung menipis dan mengecil, atropi
gastrik progresif karena perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama
pariental memburuk.
Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor intrinsiknya hilang.
Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan penumpukan vitamin B12 dalam
secara berangsur, baik jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal mucus dan
air. Resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dkatakan meningkat setalah 10
tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode gastritis akut
atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis kronis (Dermawan & Rahayuningsih,
2010).
Pathway
Helycobacter pylor
2. PemeriksaanFisik
Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di
kwadran epigastrik.
1. B1(breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
3. PemeriksaanPenunjang (Lab, Rontgent, USG, dll)
Untuk menegakkan diagnosa gastritis, dilakukan dengan berbagai macam tes,
diantaranya :
- Tes darah untuk melihat adanya antibodi terhadap serangan Helicobacter pylori.
Hasil test yang positif menunjukkan bahwa seseorang pernah mengalami kontak
dengan bakteri Helicobacter pylori dalam hidupnya, tetapi keadaan tersebut bukan
berarti seseorang telah terinfeksi Helicobacter pylori. Tes darah juga dapat
digunakan untuk mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja disebabkan oleh
perdarahan karena gastritis (Anonim, 2010).
- Pemeriksaan pernapasan.
Tes ini akan dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau
tidak.
- Pemeriksaan feses.
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
- Rontgen
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang dapat dilihat
dengan sinar X. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen
- Endoskopi
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang mungkin
tidak dapat dilihat dengan sinar X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan
(anestesi), sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu
kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang
ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang,
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop (Anonim,2010).
B. DiagnosaKeperawatanUtama
1. Definisi/Pengertian……..(Tulismasalahkeperawatan yang diambilsebagaikasus)
Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan
terarah
2. BatasanKarakteristik
1. Perubahan selera makan
2. Perubahan tekanan darah
3. Perubahan frekuensi jantung
4. Perubahan frekuensi pernafasan
5. Laporan isyarat
6. Diaforesis
7. Perilaku distraksi (misalnya berjalan mondar-mandi mencari orang lain dan atau
aktivitas lain, aktivitas yang berulang
8. Mengekspresikan perilaku
9. putus asa
10. Sikap melindungi area nyeri
11. Fokus menyempit
12. Indikasi nyeri
3. Faktor Yang Berhubungan
1. Agen cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, psikologis)
C. Planning/RencanaTindakanKeperawatan
1. Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan pasien
dapat merasakan nyeri berkurang,
Kriteria hasil :
- Menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
- Keadaan umum baik
- Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.
- BatasanKarakteristik
1. Perubahan status mental
2. Penurunan turgor kulit
3. Penurunan turgor lidah
4. Penurunan tekanan darah
5. Kulit kering
6. Haus
7. Peningkatan suhu tubuh
8. Penurunan pengisian Vena
9. Penurunan volume nadi
10. Penurunan berat badan tiba tiba
-Faktor Yang Berhubungan
1. Hambatan mengakses cairan
2. Asupan cairan kurang
3. Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
E. Planning/RencanaTindakanKeperawatan
3. Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan pasien
kekurangan volume cairan pasien dapat teratasi.,
Kriteria hasil :
- Mempertahankanvolume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa
bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda,
input
4. Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan Intake cairan yang adekuat akan
klien untuk minum (dewasa : 40- 60 mengurangi resiko dehidrasi pasien
cc/kg/jam).
Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor Menunjukkan status dehidrasi atau
kulit, pengisian kapiler dan membran Kemungkinan peningkatan kebutuhan
mukosa penggantian cairan.
Pertahankan tirah baring, mencegah Aktivitas/muntah meningkatkan tekanan
muntah dan tegangan pada defekasi intraabdominal dan dapat mencetuskan
perdarahan lanjut.
Berikan terapi IV line sesuai indikasi. Mengganti kehilangan cairan yang hilang
dan Memperbaiki keseimbanngan cairan
segera.
Kolaborasi pemberian cimetidine dan Cimetidine dan ranitidine berfungsi
ranitidine untuk menghambat sekresi asam lambung
DAFTAR PUSTAKA
- Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta
:Gosyen Publising
- Mustaqin A., & Kumala S (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba Medika.
- Jurnal nyeri gastritis versi wayan supetran
- Syafi'i, M., Andriani, Dina. 2019. FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Gastritis Pada Pasien Yang Berobat Di Puskesmas. No. 1 Vol.2 Jurnal Keperawatan
dan Fisioterapi (JKF).
- Agus P., & Sri L., (2008). Endoskopi Gastrointestinal.Jakarta : salemba Medika