Anda di halaman 1dari 26

A.

Pengertian Haji
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut
etimologi, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan
menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-
tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang
dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan
Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan
waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i,
wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.

B. Keutamaan ibadah haji


1. Ibadah Haji merupakan salah satu perintah Allah yang harus dikerjakan,
bagi yang mampu.
2. Ibadah Haji merupakan Jihad fi Sabilillah.
3. Ibadah Haji dapat menghapuskan dosa, bagi yang menjalankannya sesuai
dengan perintah Allah SWT.
4. Haji dan Umroh merupakan kifarat/penebus dosa.Ada dosa yang yang
hanya dapat ditebus dengan wukuf di Arafah saat Ibadah Haji.
5. Surga adalah balasan bagi Haji yang mabrur.
6. Biaya yang dikeluarkan untuk Ibadah Haji merupakan infaq fi sabilillah.

C. Syarat Sah Haji


1. Agama Islam
2. Dewasa/baligh (bukan mumayyis)
3. Tidak gila / waras
4. Bukan budak (merdeka)

D. Persyaratan Muslim yang Wajib Haji


1. Beragama Islam (Bukan orang kafir/murtad)
2. Baligh / dewasa
3. Waras / berakal
4. Merdeka (bukan budak)
5. Mampu melaksanakan ibadah haji

Syarat "Mampu" dalam Ibadah Haji


1. Sehat jasmani dan rohani tidak dalam keadaan tua renta, sakit berat, lumpuh,
mengalami sakit parah menular, gila, stress berat, dan lain sebagainya.
Sebaiknya haji dilaksanakan ketika masih muda belia, sehat dan gesit sehingga
mudah dalam menjalankan ibadah haji dan menjadi haji yang mabrur.
2. Memiliki uang yang cukup untuk ongkos naik haji (onh) pulang pergi serta
punya bekal selama menjalankan ibadah haji. Jangan sampai terlunta-lunta di
Arab Saudi karena tidak punya uang lagi. Jika punya tanggungan keluarga pun
harus tetap diberi nafkah selama berhaji.
3. Keamanan yang cukup selama perjalanan dan melakukan ibadah haji serta
keluarga dan harta yang ditinggalkan selama berhaji. Bagi wanita harus
didampingi oleh suami atau muhrim laki-laki dewasa yang dapat dipercaya.

E. Rukun Haji
Rukun haji adalah hal-hal yang wajib dilakukan dalam berhaji yang apabila ada
yang tidak dilaksanakan, maka dinyatakan gagal haji alias tidak sah, harus
mengulang di kesempatan berikutnya.
1. Ihram
Pernyataan mulai mengerjakan ibadah haji atau umroh dengan memakai
pakaian ihram disertai niat haji atau umroh di miqat.
Sabda Rasulullah SAW :

“sesungguhnya segala amal ibadah hanya sah dengan niat” (Riwayat


Bukhari).

2. Wukuf
Hadir di Padang Arafah pada waktu yang ditentukan, yaitu mulai dari
tergelincirnya matahari (waktu Zhuhur) tanggal 9 bulan Haji sampai terbit fajar
tanggal 10 Bulan Haji. Artinya, orang yang sedang mengerjakan haji itu wajib
berada di Padang Arafah pada waktu tersebut.
Sabda Rasulullah :

Dari Abdur Rahman bin Ya’mur, “bahwa orang-orang yang Najd telah
datang kepada Rasulullah SAW. Sewaktu beliau sedang wukuf di Padang
Arafah. Mereka bertanya kepada beliau, maka beliau terus menyuruh orang
supaya mengumumkan : Haji itu hanyalah Arafah. Artinya, yang terpenting
urusan haji adalah hadir di Arafah. Barangsiapa yang datang pada malam
sepuluh sebelum terbit fajar, sesungguhnya ia telah mendapat waktu yang
sah”. (Riwayat Lima Orang Ahli Hadits).

3. Tawaf Ifadah
1. Mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali, dilakukan setelah melontar jumroh Aqabah
pada tgl 10 Zulhijah. Thawaf rukun itu dinamakan “Thawaf Ifadah”.
Firman Allah SWT :
   
Artinya : “Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang
tua itu ( Baitullah)”. ( Al-Hajj : 29)

Syarat Thawaf
a. Menutup aurat. Sabda Rasulullah SAW :
Sabda Rasulullah SAW :

“Janganlah engkau thawaf (mengelilingi Ka’bah) sambil telanjang.”


(Riwayat Bukhari dan Muslim)
b. Suci dari hadats dan najis.
Diriwayatkan :
Dari Aisyah, “Sesungguhnya yang pertama dilakukan Nabi SAW. Ketika
beliau tiba di Mekkah ialah mengambil wudhu’ kemudian beliau thawaf
di Baitullah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
c. Ka’bah hendaknya di sebelah kiri orang yang thawaf.
Diriwayatkan :

“Dari Jabir, “Bahwasanya Nabi Besar SAW. Tatkala sampai di mekkah,


beliau mendekat ke hajar aswad, kemudian beliau menyapunya dengan
tangan beliau, kemudian berjalan ke sebelah kanan beliau, berjalan
cepat tiga keliling, dan berjalan biasa empat keliling.” (Riwayat Muslim
dan Nasa’i)

Sesudah Rasulullah SAWvmenyapu hajar aswad, beliau berjalan ke arah


sebelah kanan beliau. Dengan sendirinya, Ka’bah ketika itu d sebelah kiri
beliau.
d. Permulaan thawaf itu hendaknya dari hajar aswad. (keterangannya yaitu
dari hadits di atas).
e. Thawaf itu hendaknya tujuh kali. (keterangannya adalah hadits di atas).
f. Thawaf itu hendaknya di dalam masjid, karena Rasulullah SAW.
Melakukan thawaf di dalam masjid.

Niat Thawaf
Thawaf yang terkandung dalam haji tidak wajib niat karena niatnya sudah
terkandung dalam niat ihram haji. Tetapi kalau thawaf itu sendiri bukan
dalam ibadah haji, Seperti Thawaf Wada’ (thawaf karena akan meninggalkan
Mekkah), maka wajib berniat. Niat thawaf di sini menjadi syarat sahnya
thawaf itu.

Macam-macam Thawaf
a. Thawaf Qudum (thawaf ketika baru sampai) sebagai shalat tahiyatul
masjid.
b. Thawaf Ifadah (thawaf rukun haji).
c. Thawaf Wada’ (thawaf ketika akan meninggalkan Mekkah).
d. Thawaf Tahallul (penghalalan barang yang haram karena ihram).
e. Thawaf Nazar (Thawaf yan dinazarkan).
f. Thawaf Sunnat.

Bacaan sewaktu thawaf :

Sabda Rasulullau SAW :

Dari Abu Hurairah. Bahwasanya ia telah mendengar Nabi Muhammad SAW


bersabda, “Barangsiapa berkeliling Ka’bah tujuh kali dan ia tidak berkata
selain membaca “Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah, tidak ada
tuhan yang patut disembah kecuali Allah, Allah maha besar, tidak ada daya
upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”. Orang yang
membaca kalimat tersebut, dihapus darinya sepuluh kejahatan, ditulis
sepuluh kebaikanm dan diangkat derajatnya sepuluh tingkat”. (Riwayat Ibnu
Majah).
4. Sa’i
Berjalan atau berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali,
dilakukan setelah Tawaf Ifadah. Sabda Rasulullah SAW ;

Dari Safiyah binti Syaibah. Bahwa seorang perempuan telah mengabarkan


kepadanya (Safiyah) bahwa ia telah mendengar Nabi Muhammad SAW
bersabda di antara bukit shafa dan Marwah, “telah diwajibkan atas kamu
sa’i. Maka hendaklah kamu kerjakan”. (Riwayat Ahmad).
Syarat –syarat Sa’i
a. Hendaklah dimulai dari bukit Shafa dan disudahu di bukit Marwah.
Sabda Rasulullah SAW :

Dari Jabir, “Rasulullah SAW telah bersabda ,”hendaklah kamu mulai (sa’i
kamu) di bukit yang terlebih dahulu disebut Allah dalam Al-Qur’an”.
(Riwayat Nasa’i)

Sedangkan yang terlebih dahulu disebut Allah dalam Al-Qur’an ialah bukit
Shafa.
b. Hendaklah sa’i itu tujuh kali karena Rasulullah SAW telah sa’i tujuh kali.
Dari Shafa ke Marwah dihitung satu kali, kembalinya dari Marwah ke Shafa
dihitung dua kali, dan seterusnya.
c. Waktu sa’i itu hendaklah sesudah thawaf, baik thawaf rukun ataupun thawaf
qudum.

5. Tahallul
Bercukur atau menggunting rambut setelah melaksanakan Sa'i. Hal ini kalau
kita berpegang atas pendapat yang kuat. Sekurang-kurangnya menghilangkan
tiga helai rambut. Pihak yang mengatakan bercukur menjadi rukun beralasan
karena tida dapat diganti dengan menyembelih
6. Tertib
Mengerjakan kegiatan sesuai dengan urutan dan tidak ada yang tertinggal. Yaitu
mendahulukan niat dari semua rukun yang lain, mendahulukan hadir d Padang
Arafah dari thawaf dan bercukur, mendahulukan thawaf dari sa’i, jika ia tidak
sa’I sesudah thawaf qudum. (keterangannya adalah amal Rasulullah SAW).

Beberapa Wajib Haji


Perkataan “wajib” atau “rukun” boasanya berarti sama, tetapi di dalam urusan haji
ada perbedaan sebagai berikut ;
Rukun : Sesuatu yang tidak sah haji melainkan dengan melakukannya. Dan ia
tidak boleh diganti dengan dam (menyembelih binatang).
Wajib : Sesuatu yang perlu dikerjakan, tetapi sahny ahaji tiak bergantung
padanya, dan boleh diganti dengan menyembelih binatang.

1. Ihram dari Miqat (tempat yang ditentukan dan masa tertentu).


Ketentuan masa (miqat zamani) ialah dari awal bulan Syawal sampai terbit
fajar Hari Raya Haji (tanggal 10 Bulan Haji). Jadi, ihram haji wajib dilakukan
dalam masa dua bulan 9 ½ hari.
Firman Allah :
  
Artinya :” Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.” (Al-Baqarah :
197)
Tafsir shahabat tentang bulan-bulan yang dimaklumi itu menurut asar Ibnu
Umar adalah :

Dari Ibnu Umar, “Bulan Haji itu ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan 10 hari
bulan Haji”. (Riwayat Bukhari).

Ketentuan Tempat (Makani)


a. Mekkah ialah miqat (tempat ihram) orang yang tinggal di Mekkah. Berarti
orang yang tinggal di Mekkah hendaklah ihram dari rumah masing-masing.
b. Zul-Hulaifah ( ) ialah miqat (tempat ihram) orang yang datang
dari arah Madinah dan negeri-negeri yang sejajar dengan Madinah.
c. Juhfah ( ) ialah miqat (tempat ihram) orang yang datang dari arah
Syam, Mesir, Maghribi dan negeri-negeri yang sejajar dengan negeri-negeri
tersebut. Jihfah adalah nama suatu kampung di antara mekkah dan Madinah.
Kampung itu sekarang telah rusak (roboh), kampung yang dekat padanya
ialah Rabigh ( ).
d. Yalamlam ( ) ialah nama suatu bukit dari beberapa bukit Tuhamah.
Bukit ini adalah miqat orang yang datang dari arah Yaman, India, Indonesia,
dan negeri-negeri yang sejajar dengan negeri-negeri tersebut. Orang yang
datang dari Indonesia dan India, apabila kapal mereka telah setentang
dengan Bukit Yalamlam, mereka telah wajib ihram.
e. Qarnul Manazil ( ) adalah nama sebuah bukit, jauhnya kira-kira
80,640 km dari Mekkah. Bukit ini merupakan miqat orang yang datang dari
arah Najdil-yaman, dan Najdil-Hijaz serta orang yang datang dari negeri-
negeri yang sejajar dengan itu.
f. Zatu’irqin ( ) adalah nama kampung yang jauhnya kira-kira
80,640 km dari mekkah. Kampung ini merupakan miqat (tempat ihram)
orang yang datang dari Irak dan negeri-negeri yang sejajar dengan itu.
g. Bagi penduduk negeri –negeri yang ada di antara Mekkah dan miqat-miqat
tersebut, miqat mereka ialah negeri masing-masing.
Sabda Rasulullah SAW :

Dari Ibnu Abbas,”Rasulullah SAW, telah menentukan (tempat wajib ihram


bagi tiap-tiap penduduk); yaitu bagi ahli Madinah ialah Zul Hulaifah, bagi
ahli Syam ialah Juhfah, bagi ahli Najd ialah Qarnul manazil, dan bagi ahli
Yaman ialah Yalamlam,. Beliau bersabda : “tempat-tempat itu untuk
penduduk negeri tersebut dan orang-orang yang datang ke negeri-negeri
itu, yang bermaksud akan beribadah haji dan umrah. Adapun orang-orang
yang negerinya lebih dekat ke Mekkah dari tempat-tempat tersebut, maka
miqatnya negeri masing-masing sehingga bagi Ahli Mekkah, miqat mereka
adalah negeri Mekkah”. (riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir, “nabi Besar Muhammad SAW berkata :” Miqat ahli Irak
ialah Zatu’irqin”. (Riwayat Muslim)
Barangsiapa yang datang ke Mekkah dengan maksud hendak beribadah
haji dan umrah, maka apabila ia sampai dalam perjalanannya ke tempat
tersebut, atau setentang dengan tempat-tempat itu, ia sudah wajib ihram
(berniat); kalau tidak, ia wajib membayar denda (dam), yaitu memotong
seekor kambing yang sah untuk qurban. Perkara denda ini akan dijelaskan
kemudian.
2. Berhenti di Muzdalifah sesudah tengah malam, di malam Hari Raya Haji
sesudah hadir di Padang Arafah. Maka apabila ia berjalan dari Muzdalifah
tengah malam, maka ia wajib membayar dam (denda). (keterangannya adalah
amal Rasulullah SAW).
3. Melontar Jumratul ‘Aqabah pada Hari Raya Haji.

Dari Jabir, ia berkata :”saya melihat Rasulullah SAWmelontar Jumrah dari


atas kendaraannya pada hari Raya, lalu ia bersabda, “hendaklah kamu turut
cata ibadah yang seperti aku kerjakan ini, karena sesungguhnya aku tidak
mengetahui, apakah aku akan dapat mengerjakan haji lagi sesudah ini”.
(Riwayat Muslim dan Ahmad)
4. Melontar tiga jumrah.
Jumrah yang pertama, kedua dan ketiga ( Jumratul ‘Aqabah) dilontar pada
tanggal 11, 12, 13 Bulan Haji. Tiap-tiap jumrah dilontar dengan tujuh batu
kecil. Waktu melontar adalah sesudah tergelincir matahari pada tiap-tiap hari.

Dari ‘Aisyah, “Nabi Muhammad SAW telah tinggal di Mina selama hari
Tasyriq (tanggal 11, 12, 13 Haji). Beliau melontar jumrah apabila matahari
telah condong ke sebelah barat, tiap-tiap jumrah dilontar dengan tujuh batu
kecil.” (Riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Orang yang sudah melontar pada hari pertama dan kedua, kalau dia ingin
pulang, tidak ada halangan lagi. Kewajiban bermalam pada malam ketiga dan
kewajiban melontar jumrah pada hari ketiga, hilang darinya.
Firman Allah :
          
         
       

Artinya :”Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina)sesudah dua
hari, maka tiada dosa baginya”. ( Al-Baqarah : 203)

Syarat melontar
a. Melontar dengan tujuh batu, dilontarkan satu persatu.
b. Menertibkan tiga Jumrah, dimulai dari jumrah yang pertama (dekat
Masjid Khifa), kemudian yang di tengah, dan sesudah itu yang terakhir
(Jumratul ‘Aqabah).
c. Alat untuk melontar adalah batu (batu kerikil), tidak sah melontar dengan
selain batu. Orang yang berhalangan tidak dapat melontar, sedangkan
halangannya itu tidak ada harapan akan hilang dalam masa yang
ditentukan untuk melontar, maka orang tersebut hendaklah mencari
wakilnya, sekalipun dengan mengupah. Orang yang tidak melontar sehari
ataupun dua hari harus menggantinya pada hari lain asal masih dalam
masa yang ditentukan untuk melontar, yaitu : 11 – 13.
5. Bermalam di Mina. Beralasan atas perbuatan Rasulullah SAW selagi beliau
hidup dan hadits ‘Aisyah yang telah disebut dalam no. 4.
6. Thawaf Wada’ (Thawaf sewaktu akan meninggalkan Mekkah.

Dari Ibnu Abbas, “Manusia yang diperintahkan supaya mengakhiri pekerjaan


haji mereka mereka di Mekkah ialah Thawaf; kecuali perempuan yang sedang
dalam keadaan haidh, tidak diberati dengan thawaf”. (Riwayat Bukhari dan
Muslim)
7. Menjauhkan diri dari segala larangan atau yang diharamkan (Muharramat).
Beberapa Sunnah Haji
1. Ifrad
Cara mengerjakan haji dan umrah ada tiga cara :
a. Ifrad : yaitu ihram untuk haji saja dahulu dari miqatnya, terus
diselesaikannya pekerjaan haji, kemudian ihram untuk umrah, serta
terus mengerjakan segala urusannya, berarti dikerjakan satu-satu dan
didahulukannya haji. Inilah yang dinamakan ifrad, yang lebih baik dari
dua cara yang lain.
b. Tamattu’ : yaitu mendahulukan umrah daripada haji dalam waktu haji.
Caranya : ihram mula-mula untuk umrah dari miqat negerinya,
diselesaikan semua urusan umrah, kemudian ihram lagi dari mekkah
untuk haji.
c. Qiran : yaitu dikerjakan bersama-sama (serentak). Caranya seseorang
melakukan ihram untuk kedua-duanya pada waktu ihram haji, dan
mengerjakan sekaligs urusan haji. Urusan umrah dengan sendirinya
termasuk dalam pekerjaan ibadah haji.
Sabda Rasulullah SAW

“Barang siapa mengerjakan ihram untuk haji dan umrah, cukuplah ia


melakukan thawaf satu kali, sa’i satu kali, sehingga ia mengerjakan
penghalal keduanya”. (Riwayat Tirmizi)
2. Membaca talbiyah dengan suara yang keras bagi laki-laki. Bagi perempuan
hendaklah diucapkan sekedar terdengar oleh telinganya sendiri.
Menbaca talbiyah disunnahkan selama dalam ihram sampai melontar jumrah
‘aqabah pada hari raya. Lafaz talbiyah :

“Ya Allah, saya tetap tunduk mengikuti perintah-Mu, tidak ada sekutu bagi-
Mu sesungguhnya segala puji dan nikmat bagi-Mu, dan Engkaulah yang
menguasai segala sesuatu, tidak ada yang menyekutui kekuasaan-Mu”.
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
3. Berdo’a sesudah membaca talbiyah.

Dari Khuzaimah bin Sabit :” Bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila


beliau telah selesai membaca talbiyah, beliau berdo’a meminta keridhoan
Allah, supaya diberi syurga, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari
siksa api neraka.” (Riwayat Syafi’i dan Daruquthni)
4. Membaca zikir sewaktu thawaf.
Zikir thawaf ;

Dari Abdullah bin Saib, katanya ;” Saya dengar Rasulullah SAW bersabda
di antara rukun (sudut) yamani dan Hajar Aswad : Wahai Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksaan api neraka”. (Riwayat Abu Dawud)
5. Shalat dua rakaat sesudah thawaf.
6. Masuk ke Ka’bah (Rumah Suci).
Sabda Rasulullah SAW :

Dari Ibnu Abbas, “Nabi Muhammad SAW telah bersabda, ‘barangsiapa


yang masuk ke Ka’bah (Rumah Suci), ia telah masuk ke dalam kebaikan serta
ia keluar mendapat ampunan.” (Riwayat Baihaqi)
Beberapa Larangan ketika Ihram
Hal-hal yang tidak boleh dikerjakan oleh orang yang sedang dalam ihram haji atau
umrah ada yang terlarang bagi laki-laki saja, ada yang terlarang bagi perempuan
saja, dan ada pula yang terlarang bagi keduanya (laki-laki dan perempuan).

Yang Dilarang Bagi Laki-laki


1. Dilarang memakai pakaian berjahit, baik jahitan biasa ataupun bersulaman,
atau diikatkan kedua ujungnya. Yang dimaksud adalah tidak boleh memakai
pakaian yang melingkungi badan (seperti kain sarung). Yang dibolehkan ialah
kain panjang, kain basahan, atau handuk. Boleh juga memakai kain tersebut
kalau karena keadaan yang mendesak, seperti karena sangat dingin atau
panas, tetapi ia wajib membayar dam (denda).
Sabda Rasulullah Saw :

Dari Ibnu Umar, “Rasulullah SAW telah ditanya, “Apakah pakaian yang
harus dipakai oleh orang yang sedang ihram haji?” jawab beliau.”Orang
ihram tidak boleh memakia baju, ikat pkepala, topi, celana, kain yang
dicelup dengan sesuatu yang harum; tidak boleh memakai za’faron, dan
sepatu, kecuali kalau ia tidak mempunyai terompah, maka ia boleh memakai
sepatu, hendaklah sepatunya itu dipotong sampai di bawah dua mata kaki”.
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
2. Dilarang menutup kepala , kecuali karena suatu keperluan , maka
diperbolehkan, tetapi wajib membayar denda (dam).
Sabda rasulullah SAW terhadap seseorang yang mati karena terjatuh dari
untanya :
“Jangan kamu tutup kepalanya, maka sesungguhnya ia akan dibangkitkan
nanti pada hari kiamat dalam keadaan membaca talbiyah”. (Riwayat
Bukhari dan Muslim)
Maka keadaannya dibangkitkan seperti sewaktu membaca talbiyah itu
menunjukkan bahwa dilarang menutup kepala ketika ihram.

Yang Dilarang Bagi Perempuan


Dilarang menutup muka dan dua telapak tangan, kecuali apabila keadaan
mendesak, maka ia boleh menutup muka dan telapak tangannya, tetapi diwajibkan
membayar fidyah.
Sabda Rasulullah SAW :

Dari Ibnu Umar, “nabi Muhammad SAW telah bersabda, ”tidak boleh bagi
perempuan yang ihram memakai tutup muka dan tidak boleh memakai sarung
tangan”. (Riwayat Bukhari dan Ahmad)

Yang Dilarang Bagi keduanya, laki-laki dan Perempuan


1. Dilarang memakai wangi-wangian, baik pada badan maupun pada pakaian.
Keterangan hadits tersebut tercantum pada no. 1 (Rasulullah melarang
memakai kain yang dicelup dengan sesuatu yang harum). Adapun ketinggalan
bau wangi-wangian yang dipakai sebelum ihram hingga masih tetap tinggal
sesudahnya, tidak berdosa, bahkan Rasulullah SAW apabila hendak ihram,
biasanya beliau memakai wangi-wangian lebih dahulu.
2. Dilarang menghilangkan rambut atau bulu badan yang lain, begitu juga
berminyak rambut.
Firman Allah SWT :
   
Artinya :”Janganlah kamu mencukur kepalamu”. ( Al-Baqarah : 196)
3. Dilarang memotong kuku. Keterangannya diqiaskan pada larangan
menghilangkan rambut. Menghilangkan tiga helai rambut atau tiga kuku
mewajibkan fidyah yang cukup dengan syarat pada tempat dan masa yang
satu.
Mencukur rambut karena uzur seperti sakit diperbolehkan tetapi wajib
membayar fidyah
Firman Allah SWT :
          
     
Artinya :”Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya
(lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu : berpuasa atau
bersedekah atau berqurban”. ( Al-Baqarah : 196)
4. Dilarang mengakadkan nikah (menikahkan, menikah, atau menjadi wakil
dalam akad pernikahan).
Sabda Rasulullah SAW :

Dari Usman Bin ‘Affan, Nai Muhammad SAW telah bersabda , “Orang yang
sedang dalam ihram tidak boleh menikah , tidak boleh menikahkan (menjadi
wali atau wakil), dan tidak boleh meminang”. (Riwayat Muslim)
Rujuk tidak dilarang, sebab rujuk itu berarti mengekalkan pernikahan, bukan
akad nikah. Hal ini berdasarkan kaidah berikut :

“Diampuni mengekalkan sesuatu, sedangkan memulainya tidak diampuni


(tidak boleh)”.
5. Dilarang bersetubuh dan pendahuluannya. Bersetubuh itu bukan hanya
dilarang , tetapi memfasidkan (membatalkan) umrah apabila terjadi sebelum
selesai dari semua pekerjaan umrah, atau memfasidkan haji apabila terjadi
sebelum mengerjakan penghalal yang pertama.
Firman Allah SWT :
          
 
“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan
haji maka tidak boleh rafas, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam
masa mengerjakan haji”. (Al-Baqarah : 197)
6. Dilarang berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan.
Firman Allah SWT :
        
“Dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat selama kamu
dalam ihram”. (Al-Maidah : 96)

Adapun memakan binatang yang diburu oleh orang lain, tidak ada halangan
bagi orang ihram, asal niat orang yang berburunya bukan untuk orang ihram.
Sabda Rasulullah SAW :

Dari Jabir, :”Nabi Muhammad SAW bersabda , “Binatang buruan di darat,


hala bagi kamu sewaktu kamu sedang ihram , asal tidak kamu yang
berburunya atau diburu karena untuk kamu”. (Riwayat Tirmizi dan Nasa’i)

Tahallul (Penghalalan Beberapa Larangan)


Penghalalan beberapa larangan ada tiga perkara :
1. Melontar Jumrah ‘Aqabah pada hari raya.
2. Mencukur atau menggunting rambut.
3. Thawaf yang diiringi dengan sa’i, kalau ia belum sa’i sesudah thawaf qudum.

Apabila dua perkara di antara tiga perkara tersebut telah dikerjakan, halallah
baginya beberapa larangan berikut ini ;
a. Memakai pakaian berjahit.
b. Menutup kepala bagi laki-laki dan menutup muka dan tapak tangan bagi
perempuan.
c. Memotong kuku.
d. Memakai wangi-wangian, berminyak rambut, dam memotongnya kalau ia
belum bercukur.
e. Berburu dan membunuh binatang liar.

Maka apabila dikerjakannya satu perkara lagi sesudah dua perkara yang pertama
tadi, hasillah penghala kedua, dinamakan “tahallul kedua”, dan halallah semua
larangan yang belum halal pada tahallul pertama tadi. Sesudah itu ia wajib
meneruskan beberapa pekerjaan haji yang belum dikerjakannya kalau ada,
umpamanya melontar, sedangkan ia tidak dalam ihram lagi. Adapun penghalal
umrah yaitu sesudah selesai dari semua pekerjaannya.

Meninggalkan Rukun Haji


Barangsiapa ketinggalan hadir di padang Arafah pada waktu yang ditentukan,
hendaklah ia mengerjakan pekerjaan umrah agar ia keluar dari ihramnya; ia wajib
membayar fidyah dan mengqadha pada tahun berikutnya.

Sabda Rasulullah SAW :

“Barangsiapa ketinggalan hadir di Padang Arafah pada malam (tanggal 10


bulan Haji), maka sesungguhnya telah tertinggallah hajinya. Maka hendaklah
mengerjakan umrah, dan ia wajib mengqadha hajinya pada tahun berikutnya.”
(Riwayat Daruqutni)

Orang yang meninggalkan salah satu rukun dari rukun-rukun haji selain dari hadir
di Padang Arafah, ia tidak halal dari ihramnya hingga dikerjakannya rukun yang
ketinggalan itu. Karena rukun-rukun yang lain itu mempunyai waktu yang luas,
maka hendaklah ia lekas mengerjakannya agar ia halal dari ihramnya.

Barangsiapa meninggalkan salah satu dari wajib-wajib haji atau umrah, ia wajib
membayar denda (dam). Tetapi barangsiapa meninggalkan sunnat haji atau
umrah , ia tidak wajib melakukan apa-apa.
Tanah Haram Dan Isinya
Firman Allah SWT :
        
 
Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya kami
telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedangkan manusia
sekitarnya rampok-merampok”. (Al-Ankabut : 67)

Tanah Haram, yaitu tanah sekeliling Masjidil Haram, telah diberi tanda (batas)
pada beberapa penjuru. Dilarang (haram) memburu binatang Tanah Haram, begitu
juga memotong dan mencabut pohon-pohonan dan rumput-rumputnya, baik bagi
orang yang sedang dalam ihram ataupun tidak. Pohon-pohon dan rumput-rumput
yang terlarang dipotong dan dicabutnya ialah apabila ia masih hidup dan dan tidak
menyakiti. Tetapi kalau rumput-rumput dan pohon-pohon yang sudah kering atau
menyakiti, misalnya yang berduri maka boleh dicabut atau dipotong ; boleh pula
mengambilnya untuk dijadikan obat. Juga tidak dilarang membunuh binatang
yang berbahaya.

“Sesungguhnya negeri ini (Mekkah) negeri terpelihara, oleh penjagaan Allah,


sampai hari kiamat, pohon-pohonnya tidak boleh dipotong, binatang-binatangnya
tidak boleh diburu, dan tidak boleh dipungut barang yang didapat padanya
kecuali orang yang bermaksud mengumumkannya, juga tidak boleh dicabut
rumputnya. “Mendengar sabda beliau tersebut Ibnu Abbas berkata :”Ya
Rasulullah, kecuali Izkhir. Sesungguhnya izkhir berguna bagi tukang besi dan
untuk rumah-rumah mereka.” Jawab beliau, “ Ya, kecuali izkhir.” (Riwayat
Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah,” Rasulullah SAW telah menyuruh membunuh lima macam binatang
yang jahat , baik di Tanah Haral maupun di Tanah Haram, yaitu : 1) gagak, 2)
burung elang, 3) kalajengking, 4) tikus, 5) anjing yang suka menggigit (anjing
gila).” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Ada lagi beberapa hadits lain yang memperbolehkan membunuh binatang yang
berbahaya.
1. Dam (denda) Tamattu’ dan Qiran. Artinya, orang yang mengerjakan haji dan
umrah dengan cara tamattu’ atau qiran, ia wajib membayar denda; dendanya
wajib diatur sebagai berikut :
a. Menyembelih seekor kambing yang sah untuk qurban
b. Kalau tidak sanggup memotong kambing, ia wajib puasa sepuluh hari ;
tiga hari wajib dikerjakan sewaktu ihram paling lambat sampai hari raya
haji. Tujuh hari lagi wajib dikerjakan sesudah ia kembali ke negerinya.
Firman Allah SWT :
       
          
       
“Maka barangsiapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam
bulan Haji), wajiblah ia menyembeih qurban yang mudah didapat. Tetapi
jika ia tidak menemukan (binatang qurban atau tidak mampu), maka wajib
berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah
pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna”. (Al-Baqarah : 196)

Disamakan dengan denda tamattu’, bila meninggalkan ihram dari tempatnya


(miqat), begitu juga meninggalkan melontar, bermalam di Muzdalifah atau
Mina, Thawaf Wada’, dan ketinggalan hadir di Padang Arafah, semua yang
tersebut diqiyaskan dengan tamattu’, dendanya sama dengan denda tamattu’.
Hanya puasa tiga hari sewaktu ihram itu tidak mungkin selain dari Tamattu’
dan meninggalkan ihram dan tempatnya. Adapun yang lain tidak dapat
berpuasa kecuali sesudah habis hari Tasyriq (tanggal 11, 12, 13 Bulan Haji).
2. Dam (denda) karena mengerjakan salah satu dari beberapa larangan berikut :
a. Mencukur atau menghilangkan tiga helai rambut atau lebih.
b. Memotong kuku.
c. Memakai pakaian yang berjahit.
d. Berminyak rambut.
e. Memakai wangi-wangian baik pada badan ataupun pada pakaian.
f. Pendahuluan bersetubuh, dan bersetubuh sesudah tahallul pertama.

Denda kesalahan tersebut boleh memilih antara tiga perkara :


Menyembelih seekor kambing yang sah untuk qurban, puasa tiga hari, atau
bersedekah tiga sa’ (9,3 liter) makanan kepada enam orang miskin.

Firman Allah SWT :


         
      
“Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia
bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bersedekah
atau berqurban”. (Al-Baqarah : 196)
Sabda Rasulullah SAW :

Seorang mengadu bahwa kepalanya sakit. Rasulullah SAW bersabda :


“Cukurlah rambutmu itu, dan sembelihlah seekor kambing, kalau tidak
puasalah tiga hari atau bersedekahlah tiga sa’ kurma kepada enam orang
miskin”. (Riwayat Ahmad dan Muslim).
3. Dam (denda) karena bersetubuh yang membatalkan haji dan umrah apabila
terjadi sebelum tahallul pertama. Denda itu wajib diatur sebagai berikut :
Mula-mula wajib menyembelih unta, karena Umar telah berfatwa dengan
wajibnya unta. Kalau tidak dapat unta, ia wajib memotong sapi. Kalau tida
dapat sapi, menyembelih tujuh ekor kambing. Kalau tidak dapat kambing,
hendaklah dihitung harga unta dan dan dibelikan makanan, lalu makanan itu
disedekahkan kepada fakir miskin di Tanah Haram. Kalau tidak dapat
makanan, hendaklah berpuasa. Tiap-tiap seperempat sa’ dari harga unta tadi,
harus ia puasa satu hari. Tempat puasa di mana saja, tetapi menyembelih unta
atau sapi, begitu juga bersedekah makanan, wajib dilakukan di Tanah Haram.
Cara tersebut ialah pendapat sebahagian ulama, beralasan fatwa Umar. Ulama
yang lain berpendapat wajib menyembelih sekor kambing saja, mereka
mengambil alasan hadits mursal yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
4. Dam (denda) membunuh buruan (binatang liar) . binatang liar ada yang
mempunyai bandingan (misal) dengan binatang yang jinak, berarti ada
binatang jinak yang keadaannya mirip dengan binatang liar yang terbunuh,
dan ada yang tidak. Kalau binatang yang terbunuh itu mempunyai bandingan,
dendanya menyembelih binatang jinak yang sebanding dengan yang
terbunuh. Atau yang dihitung harganya, dan dengan sebanyak harga itu
dibelikan makanan. Makanan itu disedekahkan kepada fakir miskin di Tanah
Haram. Atau puasa sebanyak harga binatang tadi, tiap-tiap seperempat sa’
makanan berpuasa satu hari. Boleh memilih antara tiga perkara tersebut,
tetapi menyembelih atau bersedekah makanan wajib dilakukan di Tanah
Haram, sedangkan puasa boleh di mana saja.

Kalau binatang yang terbunuh itu tidak ada bandingannya, dendanya


bersedekah makanan sebanyak harga binatang yang terbunuh, kepada fakir
miskin di Tanah Haram, atau puasa seperempat sa’ satu hari.
Firman Allah SWT :
        
         
         
         
            
  
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang
buruan ketika kamu sedang ihram. Barang siapa di antara kamu membunuh
dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak,
seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang
adil di antara kamu sebagai had-ya yang dibawa sampai ke ka’bah, atau
(dendanya) membayar kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin,
atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia
merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya”. (Al-Maidah : 95)
5. Dam (denda) karena terkepung (terhambat). Orang yang terhalang di jalan
tidak dapat meneruskan pekerjaan haji atau umrah, baik terhalang di Tanah
hala atau di Tanah Haram, sedangkan tidak ada jalan lain, ia hendaklah
tahallul dengan menyembelih seekor kambing di tempatnya terhambat itu,
dan mencukur rambut kepalanya. Menyembelih dan bercukur itu hendaklah
dengan niat tahallul (penghalalan yang haram).
Firman Allah SWT :
         
    
“Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka
(sembelihlah) kurban yang mudah didapat, dan janganlah kamu mrncukur
kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihannya”. (Al-
Baqarah : 196)

Kegiatan ibadah haji

Rute yang dilalui oleh jamaah dalam ibadah haji


Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:
 Sebelum 8 Dzulhijjah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong
untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
 8 Dzulhijjah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Dzulhijjah,
semua umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan
sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca bacaan
Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina, sehingga malam
harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian
jamaah melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di
padang luas ini hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah
segera menuju dan bermalam Muzdalifah.
 10 Dzulhijjah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina
untuk melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu
sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan.
Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji
(menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah
sambungan (Ula dan Wustha).
 11 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu
kedua, dan tugu ketiga.
 12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu
kedua, dan tugu ketiga.
 Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf
Wada' (thawaf perpisahan).

Umrah
Hukum umrah adalah fardhu ’ain atas tiap-tiap orang laki-laki atau perempuan,
sekali seumur hidup, seperti haji.
Firman Allah SWT :
     
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah” (Al-Baqarah : 196)
Sabda Rasulullah SAW :

Dari ‘Aisyah. Ia bertanya kepada Rasulullah SAW. “Adakah wajib atas


perempuan berjihad?”. Jawab beliau, “Ya, tetapi jihad mereka bukan
peperangan, melainkan mengerjakan haji dan umrah”. (Riwayat Ahmad dan Ibnu
Majah)

Syarat-syarat umrah adalah seperti syarat-syarat haji yang telah disebutkan


sebelumnya.
Rukun Umrah Ada Lima
1. Ihram serta berniat.
2. Thawaf (berkeliling) Ka’bah.
3. Sa’i di antara bukit Shafa dan Marwah.
4. Bercukur atu bergunting, sekurang-kurangnya memotong tiga helai rambut.
5. Menertibkan keempat rukun tersebut di atas.

Miqat Umrah
Miqat Zamani (ketentuan masa), yaitu sepanjang tahun boleh ihram untuk umrah.

Miqat makani (ketentuan tempat), seperti haji, berarti tempat ihram haji yang telah
lalu itu juga tempat ihram umrah. Kecuali bagi yang bermaksud umrah dari
Mekkah, maka hendaklah ia keluar dari Tanah Haram ke Tanah Halal. Jadi, miqat
orany yang di Mekkah adalah Tanah Halal.

Wajib Umrah
1. Ihram dari miqatnya.
2. Menjauhkan diri dari segala muharramat atau larangan umrah, yang
banyaknya sama dengan muharramat atau larangan haji.

Ziarah Ke Makam Nabi Muhammad SAW


Hukum ziarah ke makam Rasulullah SAW itu sunat, karena beberapa hadits
menerangkan sunatnya ziarah ke kubur-kubur umumnya, sedangkan makam
beliau tentu termasuk dalam kubur umum; ditambah pula dengan hadits Umar :
Sabda Rasulllah SAW :

Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW telah bersabda :” Barangsiapa berziarah ke


kuburku, dia akan mendapat syafaatku (pertolonganku)”. (Riwayat Daruqutni)

Dan beberapa hadits yang lain . kata Hafiz Ibnu Qayyim, “Rasulullah ziarah ke
makam sahabat-sahabat beliau untuk mendoakan mereka dan memintakan ampu
bagi mereka dari segala kesalahan mereka, maka itulah cara ziarah yang diatur
oleh beliau untuk umat beliau. Beliau menyuruh umat beliau supaya membaca
salam kepada ahli kubur serta mengatakan,”Kami juga mudah-mudahan akan
turut dengan kau, dan kami pun selalu mendoakan dan (meminta) kepada Allah
supaya kita sama-sama selamat dan afiat. Ziarah seperti itulah yang disyariatkan
menjadi sunnat. Adapun ziarah seperti keadaan kebanyakan orang-orang Islam
sekarang, sudah tentu hukumnya berbeda dengan hukum yang tersebut di atas.

Hikmah Haji (Kongres Akbar)


Islam telah membuat beberapa aturan guna menguatkan rasa persatuan dan
menanamkan semangat suka bekerja bersama-sama untuk epentingan bersama. Di
antaranya adalah dengan menyuruh shalat berjama’ah setiap waktu, menyuruh
shalat Jum’at sekali seminggu, sesudah itu disuruh pula shalat hari raya dua kali
setahun. Semua itu untuk menguatkan rasa persatuan antara beberapa golongan
yag berdekatan. Semua itu beum cukup untuk permusyawaratan alam islami
seumumnya, agar dihadiri oleh segala utusan, baik dari barat, timur, selatan, dan
dari utara, dengan tidak memandang bangsa dan warna kulit. Mereka hendaklah
berpakaian sama, berkumpul dalam satu saat pada satu tempat, yaitu Padang
Arafah dan Mina, dengan tidak membedakan kaya dan miskin, mulia dan hina,
raja dan hamba dalam pertemuan yang amat besar itu dapatlah mereka berkenalan
satu sama lain, dan bertambah teguhlah persatuan dan perasaan saling
mempercayai.

Di sana mereka dapat saling bermusyawarah merembukkan segala kepentingan


bersama, baik yang menyangkut masalah amal ibadahke akhirat maupun urusan
yang bersangkutan dengan aturan dan susunan penghidupan mereka, seperti
keadaan perniagaan, perusahaan, keadaan bercocok tanam di negeri masing-
masing, dan lain-lain. Dengan kata lain segala kemaslahatan dunia dan akhirat
dapat dirembuk dan diatur di tempat itu oleh segala utusan dari masing-masig
negeri.

Firman Allah SWT :


        
        
         
      
 
“ Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang
datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai
manfaat untuk kemaslahatan mereka, dan supaya mereka menyebut nama Allah
pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah Allah berikan kepada
mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian
lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang miskin lagi fakir”. (Al-Hajj : 27-28)

Anda mungkin juga menyukai