Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


PSORIASIS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Mata Ajar : Rudi Haryono, S.Kep., Ns., M.Kep

KELAS 2C
Kelompok 10:
1. Alfarisa Nugravita (3020193524)
2. Benedicto Bagus Jati P (3020193530)
3. Kinanthi Windi Astuti (3020193548)
4. Luthfiah Imtiyaz (3020193551)
5. Nurlaylatul Qodri (3020193558)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2021
A. Definisi Psoriasis
Psoriasis merupakan suatu penyakit kulit kronik residif yag
mempunyai gambaran klinis bervariasi, dengan lesi khas berupa
eritroskuamos. Proses turn over epidermis secara normal berlangsung
selama 14-21 hari, sedangkan pada psoriasis hanya berlagsung selama 3-4
hari, sehingga terbentuk skuma tebal, kering, dan kemerahan yang kadang
juga terasa nyeri. Pemendekan ini disertai perubahan diferensiasi dan
perubahan patologis di semua lapisan kulitnya. .
Psoriasis adalah penyakit kulit dimana penderita mengalami proses
pergantian kulit yang terlalu cepat, yaitu 2-4 hari. Hal ini dikarenakan
adanya gangguan kulit pada inti sel yang memprogram pergantian kulit
tersebut. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama dan
bersifat residif (hilang-timbul).
B. Etiologi Psoriasis
Penyebab psoriasis adalah sistem kekebalan tubuh yang terganggu.
Sistem kekebalan tubuh berisi sel darah putih yang disebut limfosit T (sel
T) untuk mendeteksi dan melawan zat asing seperti virus atau bakteri.
akibat terjadi kesalahan, sel T justru menyerang sel-sel sehat seolah sedang
melawan luka atau infeksi. Serangan ini menyebabkan tubuh membuat sel-
sel kulit baru lebih sering dari yang seharusnya. Akibatnya, terjadilah
tumpukan sel kulit ekstra di atas kulit. Karena alasan ini pula, psoriasis
juga kerap termasuk penyakit autoimun.Selain itu, faktor genetik juga
memiliki kemungkinan sebagai penyebab kondisi ini. Para ilmuwan
menemukan fakta bahwa orang dengan gen tertentu cenderung terkena
psoriasis. hal ini tidak berlaku untuk semua orang. Ada yang mengidap
psoriasis tanpa gen tersebut, ada juga yang memiliki gen psoriasis tapi
tidak mengidap penyakitnya. (Gudjonsson dan Elder, 2012)
C. Klasifikasi Psoriasis
Menurut Raychauduri dkk (2014) secara umum psoriasis diklasifikasikan
dalam 2 kategori:
1. Sesuai fenotip : psoriasis gutata, inversa, plak/vulgaris, eksudatif,
seboroik, pustulosa dan eritroderma psoriatika.
2. Sesuai lokasi anatomi : scalp psoriasis, psoriasis fleksural, psoriasis
palmoplantar, psoriasis kuku dan psoriasis genital. Dalam penelitian
mengenai subtipe psoriasis, Zangeneh & Shooshtary (2013)
Psoriasis tipe plak dibagi juga berdasarkan waktu dan predileksi anatomis :
1. Berdasarkan waktu: Psoriasis tipe plak kronis merupakan bentuk yang
paling sering digunakan dalam uji klinis karena tingkat objektivitas
yang tinggi. Bentuk ini merepresentasikan 70-80% penderita psoriasis.
Pada satu pasien psoriasis dapat ditemukan bentuk lesi jenis psoriasis
lain secara bersamaan dalam satu area yang sama.
2. Berdasarkan predileksi anatomis: Psoriasis tipe plak paling sering
ditemukan pada daerah lipatan kulit (fleksular/intertriginosa) seperti:
inguinal, aksila, glandula mammae. Hal tersebut sangat rentan akan
terjadinya iritasi karena gesekan dan keringat. Sebopsoriasis, biasa
terjadi bersamaan dengan psoriasis plak. Psoriasis seboroik sering
ditemukan di daerah lipatan hidung dengan karakteristik khas lesi
tipis, eritem, dengan gambaran seperti sisik. Scalp/kulit kepala
merupakan situs awal manifestasi psoriasis. Tempat-tempat predileksi
lain yang terkena adalah postaurikular dan oksiput. Psoriasis
palmoplantar 25% ditemukan membersamai kejadian psoriasis tipe
plak namun memiliki demografi perempuan lebih besar dari pria.
D. Tanda dan Gejala Psoriasis
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit psoriasis bagi setiap orang
berbeda, ada yang mengalami gejala ringan atau tidak ada gejala sama
sekali dalam kurun waktu tertentu. Gejala umum psoriasis meliputi:
1. Kulit yang memerah akan terasa tebal kering dan bersisik;
2. Kulit pecah-pecah dan terkadang berdarah;
3. Kuku menebal dengan tekstur yang tidak rata; dan
4. Sendi terasa bengkak dan kaku.
Perbedaan gejala yang timbul akan terjadi tergantung jenis penyakit yang
diidap oleh pengidap psoriasis, seperti:
1. Psoriasis plak, gejala yang timbul pada psoriasis ini adalah
timbulnya merah dan kulit menjadi bersisik yang disebut dengan plak
yang muncul di bagian tubuh manapun.
2. Psoriasis kuku, jika psoriasis terjadi pada kuku, maka gejalanya
meliputi perubahan warna kuku, cekungan kecil yang muncul pada
kuku, pertumbuhan kuku
3. Psoriasis kulit kepala, jenis psoriasis kulit kepala ini akan timbul
gejala seperti munculnya sisik tebal dan terasa gatal di seluruh kulit
kepala, bahkan terdapat ruam yang melebar hingga melewati
garis rambut.
4. Psoriasis inversi, gejala yang ditimbulkan oleh psoriasis inversi adalah
ruam merah yang terasa halus pada daerah tubuh yang memiliki
lipatan. Ruam tersebut biasanya terjadi pada ketiak.  
5. Psoriasis gutata, gejala pada psoriasis gutata menyerupai bintik ruam
seperti tetesan air dan biasanya muncul pada tubuh bagian
atas, lengan, kaki dan kulit.
6. Psoriasis pustular, psoriasis pustulat mengeluarkan gejala seperti ruam
merah yang perih sebeul akhirnya melepuh dan berisi nanah.
7. Psoriasis eritrodermik, gejala psoriasis eritrodermik adalah
timmbulnya ruam yang mengelupas dan sangat gatal. Ruam tersebut
juga disertai dengan sensasi terbakar di seluruh tubuh.
8. Artritis psoriasis, gejala jenis terakhir ini akan menimbulkan kulit
yang teriritasi dan bersisik serta adanya perubahan warna kuku.
E. Pemeriksaan Diagnostik Psoriasis
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita psoriasis
adalah pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi hispatologi.
Pemeriksaan yang paling umum dilakukan untuk mengetahui keadaan
psoriasis adalah dengan biopsi kulit menggunakan pewarnaan
hematoksilin-eosin (Risnawati, 2019).
F. Komplikasi Psoriasis
1. Eritroderma
Penderita psoriasi dapat mengalami eritroderma karena:
a. Tekanan mental
b. Obat-obatan kuinidin (derivat dari kinina)
c. Terapi berlebihan
d. Pemakaian preparat terapi dengan konsentrasi lebih dari 20%
e. Fokal infeksi
2. Artritis
Bisa monoartritis ataupun poliartritis serta dapat menyerang sendi
kecil dan sendi besar. Dengan keadaan yang seperti ini perlu di DD/
dengan artritis rematoid (Risnawati, 2019).
G. Terapi Psoriasis
1. Terapi Topikal
Terapi topikal menggunakan obat oles yang dioleskan pada kulit
digunakan sebagai pilihan pertama. Tidak ada obat topikal tunggal
yang paling baik digunakan bagi penderita psoriasis. Setiap ob at
topikal memiliki efek samping tesendiri sehingga lebih baik
digunakan secara bergilir (Fitriani, 2013).
Berikut ini obat yang biasa digunakan adalah:
a. Kortikosteroid
b. Vitamin D3
c. Anthralin (Dithranol)
d. Tar Batubara
e. Tazarotene
f. Inhibitor Calcineurin Topikal
g. Emolien (Yuliastuti, 2015).
2. Fototerapi (Terapi Cahaya)
Cahaya ultraviolet (UV) yang berasal dari sinar matahari dapat
memperlambat produksi sel kulit dan mengurangi inflamasi. Terapi
cahaya ini menggunakan sumber cahaya khusus dan dibawah
pengawasan dokter (Fitriani, 2013).
a. Sinar Ultraviolet B (290-320 nm)
b. Psoralen dan Terapi Sinar Ultraviolet A (PUVA)
c. Excimer Laser
d. Terapi fotodinamik (Yuliastuti, 2015).
3. Terapi Obat Sistemik
Penggunakan obat sistemik atau obat oral biasanya diperlukan apabila
dengan pengobatan topikal dan fototerapi gagal (Fitriani, 2013).
Berikut ini contoh obat yang dapat digunakan:
a. Metotreksat
b. Acitretin
c. Siklosporin A (CsA)
d. Ester Asam Fumarat
e. Sulfasalazine
f. Steroid Sistemik
g. Mikofenolat
h. 6-Thioguanin
i. Hidroksiurea (Yuliastuti, 2015).
H. Asuhan Keperawatan Psoriasis
1. Pengkajian
a. Pola Persepsi Kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi sebelumya.
2) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
3) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin;
jamu.
4) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
5) Hygiene personal yang kurang.
6) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
b. Pola Nutrisi Metabolik
1) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa
kali sehari makan.
2) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
3) Jenis makanan yang disukai.
4) Nafsu makan menurun.
5) Muntah-muntah.
6) Penurunan berat badan.
7) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
8) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar atau perih
c. Pola Eliminasi
1) Sering berkeringat.
2) Tanyakan pola berkemih dan bowel.

d. Pola Aktivitas dan Latihan


1) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
2) Kelemahan umum, malaise.
3) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
4) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
5) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
e. Pola Tidur dan Istirahat
1) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
2) Mimpi buruk.
f. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
2) Perasaan terisolasi.
g. Pola Reproduksi Seksualitas
1) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
2) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
h. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
1) Emosi tidak stabil
2) Ansietas, takut akan penyakitnya
3) Disorientasi, gelisah
i. Pola Sistem Kepercayaan
1) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
2) Agama yang dianut
j. Pola Persepsi Kognitif
1) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
2) Pengetahuan akan penyakitnya.
k. Pola Hubungan dengan Sesama
1) Hidup sendiri atau berkeluarga
2) Frekuensi interaksi berkurang
3) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

2. Diagnosa Keperawtan
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk rileks
b. Gangguan  integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pandangan
tentang penampilan tubuh seseorang
d. Ansietas berhubungan dengan stress
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penyebab
nyaman berhubungan keperawatan diharapkan gangguan rasa
dengan klien dapat nyaman.
ketidakmampuan mempertahankan tingkat 2. Kendalikan faktor-
untuk rileks kenyamanan selama faktor iritan.
perawatan 3. Pertahankan
Kriteria hasil : lingkungan yang
1. Klien tampak tenang dingin atau sejuk.
2. Gangguan tidur hilang 4. Gunakan sabun
3. Klien menerima akan ringan atau sabun
penyakitnya khusus untuk kulit
4. Gatal dan perih hilang sensitif.
5. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
topical seperti yang
diresepkan dokter.
2. Gangguan  integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji atau catat
kulit berhubungan keperawatan diharapkan ukuran, warna,
dengan faktor kerusakan integritas kulit keadaan luka /
mekanis dapat teratasi kondisi sekitar luka.
Kriteria hasil : 2. Lakukan kompres
1. Turgor kulit baik basah dan sejuk atau
2. Gatal hilang terapi rendaman.
3. Kulit tidak bersisik 3. Lakukan perawatan
4. Bercak-bercak hilang luka dan hygiene
sesudah itu keringkan
kulit dengan hati-hati
dan taburi bedak
yang tidak iritatif.
4. Berikan prioritas
untuk meningkatkan
kenyamanan dan
kehangatan pasien.
5. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat-
obatan
3. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan kesempatan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pada klien untuk
perubahan pandangan gangguan citra tubuh mengungkapkan
tentang penampilan teratasi perasaan tentang
tubuh seseorang Kriteria hasil : perubahan citra
1. Menyatakan tubuh.
penerimaan situasi 2. Nilai rasa
diri. keprihatinan dan
2. Bicara dengan ketakutan klien.
keluarga/orang 3. Bantu klien dalam
terdekat tentang mengembangkan
situasi, perubahan kemampuan untuk
yang terjadi. menilai diri dan
mengenali serta
mengatasi masalah.
4. Mendukung upaya
klien untuk
memperbaiki citra
diri, mendorong
sosialisasi dengan
orang lain dan
membantu klien ke
arah penerimaan diri.
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat ansietas
dengan stressor keperawatan, diharapkan dan diskusikan
ansietas dapat penyebab bila
diminimalkan sampai mungkin.
dengan diatasi 2. Kaji ulang keadaan
Kriteria hasil : umum pasien dan
1. Klien tampak tenang TTV
2. Klien menerima 3. Berikan waktu pasien
tentang penyakitnya untuk
3. Gangguan tidur mengungkapkan
hilang-Pola berkemih masalahnya dan
normal dorongan ekspresi
yang bebas, misalnya
rasa marah, takut,
ragu.
4. Jelaskan semua
prosedur dan
pengobatan.
5. Diskusikan perilaku
koping alternatif dan
teknik pemecahan
masalah
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta


Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran UI :
Jakarta
Djuanda, Adhi. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Edisi 5. Fakultas Kedokteran UI : Jakarta
Doengoes, E, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC :
Jakarta
Fitriani Dewi. 2013. Pengobatan Mandiri. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Gudjonsson J, Elder J (2012). Psoriasis. Dalam: Wolff K, Katz S, Gilchrest B,
Paller A, Leffel D (eds). Fitzpatrick dermatology in general medicine.
Edisi ke 8. New York: McGraw Hill.
Izzati, Aida. Olivia, Tjandra Waluya. 2012. Gambaran Penerimaan Diri Pada
Penderita Psoriasis. Jurnal Psikologi. 10(2): 68-78.
Maulida, Mimi, dkk. 2010. Terapi Biologis Pada Psoriasis. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit & Kelamin. 22(3): 194-199.
Raychaudhuri S., Maverakis E., 2014, Diagnosis and classification of psoriasis,
Vol;13(4- 5):490-5. doi: 10.1016/j.autrev.2014.01.008.
Risnawati. 2019. Buku Ajar: Keperawatan Sistem Integumen. Jawa Tengah:
Lakeisha.
Yuliastuti D. (2015). Psoriasis. CDK-235. 42 (12). 901-906.

Anda mungkin juga menyukai