Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

LAPORAN HEALTH EDUKASI TERHADAP PERTOLONGAN PERTAMA


PADA KASUS CARDIAC ARREST

Dosen Pembimbing:
Rahmania Ambarika, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Adelaide Fernandes Guterres (1811B0001)


2. Aida Nur Sabrina (1811B0003)
3. Cici Aprillia (1811B0010)
4. Ella Lutfitasari (1811B0022)
5. Fambudi Bima Sena Huda (1811B0029)
6. Farhan Nur Arif (1811B0030)
7. Laili Khoirun Nissa (1811B0039)
8. Margaretha Holo (1811B0046)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
STRADA INDONESIA
2021

1
ABSTRAK
Henti jantung (cardiac arrest) adalah keadaan dimana sirkulasi darah berhenti akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Iskandar dalam Juliana (2018)
mengatakan bahwa factor resiko cardiac arrest adalah laki-laki usia 40 tahun atau lebih.
Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti jantung berlangsung lama, karena sirkulasi
oksigen yang tidak adekuat akan menyebabkan kematian jaringan otak. Hal tersebutlah yang
menjadi alasan penatalaksanaan berupa CPR atau RJP harus dilakukan secepat mungkin
untuk meminimalisasi kerusakan otak dan menunjang kelangsungan hidup korban.
Kata kunci : Cardiac Arrest, Factor Resiko, RJP

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan satuan acara penyuluhan yang
berjudul “Laporan Health Edukasi Terhadap Pertolongan Pertama pada Kasus Cardiac
Arrest” sesuai waktu yang telah ditentukan

Dalam penyusunan laporan ini, kami mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan kami tidak lupa mengucapkan terima kasih
yang terhormat kepada :
1. Dr.H. Sandu Siyoto, S.Sos., SKM.,M.Kes., selaku Rektor IIK STRADA Indonesia
Kediri
2. Prima Dewi K.,S.Kep,Ns,M.Kes selaku Wakil Rektor III IIK STRADA Indonesia
Kediri
3. Nur Yeny Hidajaturrokmah, S.kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ners IIK STRADA Indonesia Kediri
4. Rahmania Ambarika, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing Lapangan
5. Semua pihak dan teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan
ini.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna,
dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang kami
miliki. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan tidak menutup diri
terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat membangun untuk kami. Akhir
kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan ini bermanfaat.
Kediri,17 Juni 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................... i
ABSTRAK............................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 5
1.1. Latar belakang.......................................................................................................... 5
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................... 5
1.3. Tujuan....................................................................................................................... 5
1.4. Manfaat..................................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 7
2.1. Pengertian Cardiac Arrest......................................................................................... 7
2.2. Faktor predisposisi Cardiac Arrest .......................................................................... 7
2.3. Etiologi Cardiac Arrest ............................................................................................ 8
2.4. Manifestasi klinis Cardiac Arrest ............................................................................ 8
2.5. Patofisiologi Cardiac Arrest .................................................................................... 9
2.6. Pemeriksaan penunjang Cardiac Arrest ................................................................... 10
2.7. Komplikasi Cardiac Arrest ...................................................................................... 11
2.8. Prognosis Cardiac Arrest.......................................................................................... 11
2.9. Penatalaksanaan Cardiac Arrest .............................................................................. 11

BAB III METODE PELAKSANAAN.................................................................................. 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN.................................................................................. 22

4.1. Evaluasi Struktur...................................................................................................... 22


4.2. Evaluasi Hasil........................................................................................................... 22
BAB V PENUTUP................................................................................................................ 25
5.1. Kesimpulan............................................................................................................... 25
5.2. Saran......................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 26
LAMPIRAN........................................................................................................................... 27

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kematian jantung mendadak (SCD) adalah kematian akibat kehilangan fungsi
jantung. Korban mungkin atau mungkin tidak memiliki didiagnosa penyakit jantung.
Waktu dan cara kematian yang tak terduga. Hal ini terjadi dalam beberapa menit setelah
gejala muncul. Alasan yang mendasari paling umum untuk pasien mati mendadak dari
serangan jantung adalah penyakit jantung koroner (buildups lemak dalam arteri yang
memasok darah ke otot jantung). Sehingga pembuluh darah sempit, otot jantung bisa
berhenti karena kekurangan suplai darah.
Dari 90 % korban dewasa sudden cardiac death (SCD), dua atau lebih dari korban
disebabkan karena arteri koroner utama menyempit oleh lemak. Sedangkan dua-pertiga
dari korban ditemukan bekas luka dari serangan jantung sebelumnya. Ketika kematian
mendadak terjadi pada orang dewasa muda, kelainan jantung lainnya merupakan
penyebab yang lebih mungkin. Adrenalin dilepaskan selama aktivitas fisik atau olahraga
yang sering menjadi pemicu munculnya SCD. Dalam kondisi tertentu, berbagai obat
jantung dan obat lainnya, serta penyalahgunaan obat terlarang dapat menyebabkan irama
jantung abnormal yang juga dapat menyebabkan kematian SDC.
Serangan jantung tiba - tiba (SCA) adalah suatu kondisi dimana jantung tiba-tiba dan
tak terduga berhenti berdetak. Ketika ini terjadi, darah berhenti mengalir ke otak dan
organ vital lainnya. SCA biasanya menyebabkan kematian jika tidak dirawat dalam
beberapa menit.
Orang yang memiliki penyakit jantung akan meningkatkan risiko untuk SCA. Namun,
kebanyakan SCA terjadi pada orang yang tampak sehat dan tidak memiliki penyakit
jantung atau faktor risiko lain untuk SCA. Seorang yang memiliki riwayat keluarga
dengan penyakit jantung atau ada anggota keluarga yang pernah meninggal mendadak
perlu mewaspadai terjadinya.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian Cardiac Arrest ?
2. Apa saja faktor predisposisi Cardiac Arrest ?
3. Apa etiologi dari Cardiac Arrest ?
4. Apa saja manifestasi klinis Cardiac Arrest ?
5. Bagaimana patofisiologi Cardiac Arrest ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Cardiac Arrest ?
7. Apa komplikasi Cardiac Arrest ?
8. Bagaimana penatalaksanaan Cardiac Arrest ?

1.3. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan mampu memahami isi materi dan ada
peningkatan pengetahuan tentang pertolongan pertama pada Cardiac Arrest

5
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan :
1. Mampu memahami definisi cardiac arrest
2. Mampu memahami faktor predisposisi cardiac arrest
3. Mampu memahami etiologi cardiac arrest
4. Mampu memahami manifestasi klinis cardiac arrest
5. Mampu memahami patofisiologi cardiac arrest
6. Mampu memahami pemeriksaan penunjang cardiac arrest
7. Mampu memahami komplikasi cardiac arrest
8. Mampu memahami penatalaksanaan cardiac arrest

1.4. MANFAAT
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pertolongan pertama pada
cardiac arrest
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui pengetahuan tentang Cardiac Arrest, serta dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas hingga mampu menyelesaikan tugas
yang telah diberikan oleh dosen yang bersangkutan. Dan membuat masyarakat
menjadi paham tentang Cardiac Arrest

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN CARDIAC ARREST

Henti jantung cardiac arrest adalah keadaan dimana sirkulasi darah berhenti akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Keadaan henti jantung ditandai
dengan tidak adanya nadi dan tanda – tanda sirkulasi lainnya (American Heart
Association, 2015). Proses kematian pada cardiac arrest berlangsung dengan mulai
berhentinya jantung dan diikuti dengan hilangnya fungsi sirkulasi yang berakibat pada
kematian jaringan (Juliana, 2018). Kejadian cardiac arrest yang menyebabkan kematian
mendadak terjadi ketika system kelistrikan jantung menjadi tidak berfungsi dengan baik
dan menghasilkan irama jantung yang tidak normal yaitu hantaran listrik jantung menjadi
cepat (ventricular tachycardia) dan tidak beraturan (ventricular fibrillation) (Subagio A
dalam Rahmat, 2018).

2.2. FAKTOR PREDISPOSISI CARDIAC ARREST

Iskandar dalam Juliana (2018) mengatakan bahwa factor risiko cardiac arrest adalah
laki – laki usia 40 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk terkena cardiac arrest
satu berbanding delapan orang, sedangkan pada wanita adalah satu dibanding dua puluh
empat orang. Semakin tua seseorang, semakin rendah risiko henti jantung mendadak.
Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung, seperti hipertensi, hiper
khoesterolemia dan merokok memiliki peningkatan risiko terjadinya cardiac arrest.

Menurut Ameican Heart Association (2015), seseorang dikatakan mempunyai risiko


tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:

1. Adanya jejas dijantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh sebab lain:
jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab tertentu cenderung
untuk mengalami aritma vertical yang mengancam jiwa. 6 bulan pertama setelah
seseorang mengalami serangan jantung adalah periode risiko tinggi untuk terjadinya
cardiac arrest pada pasien penyakit jantung atherosclerotic.

2. Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena berbagai sebab (umumnya karena


tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat seseorang cenderung untuk
terkena cardiac arrest.

3. Seseorang sedang menggunakan obat – obatan untuk jantung : karena beberapa


kondisi tertentu, obat – obatan untuk jantung (antiaritmia) justru merangsang
timbulnya aritmia ventrical dan berakibat cardiac arrest. Kondisi seperti ini disebut
proarrythmic effect. Pemakaian obat – obatan yang bisa mempengaruhi perubahan
kadar potassium dan magnesium dalam darah (misalnya penggunaan diuretic) juga
dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan cardiac arrest.

7
4. Kelistrikan yang tidak normal ; beberapa kelistrikan jantung yang tidak normal seperti
Wolf-Parkinson-Syndrom dan sindroma gelombang QT yang memanjang bisa
menyebabkan cardiac arrest pada anak dan dewasa muda.

5. Pembuluh darah yang tidak normal jarang dijumpai (khususnya di arteri koronari dan
aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa muda. Pelepasan
adrenalin ketika berolahraga atau melakukan aktifitas fisik yang berat, bisa menjadi
pemicu terjadinya cardiac arrest apabila dijumpai kelainan tadi.

6. Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama terjadinya


cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak mempunyai kelainan pada organ
jantung

2.3. ETIOLOGI CARDIAC ARREST

Berdasarkan etiologinya, henti jantung dapat disebabkan oleh penyakit jantung


(82,4%), penyebab internal non jantung (8,6%) contonya penyakit paru, penyakit
serebrovaskular, penyakit kanker, perdarahan saluran cerna, obsterik pediatric, emboli
paru, epilepsy, diabetes militus, penyakit ginjal, dan penyebab eksternal non jantung
(9,0%) seperti akibat trauma , asfiksia, over dosis obat, upaya bunuh diri, listrik atau petir
( W.Sudoyo et al, 2015).

Beberapa penyebab henti jantung meliputi sebab-sebab pernapasan, pemutusan aliran


oksigen, dan penyebab sirkulasi.

1. Sebab-sebab pernapasan

Pemutusan aliran oksigen ke otak dan seluruh organ dapat merupakan penyebab
maupun konsekuensi dari henti kardosirkulasi. Keadaan kurangnya aliran oksigen itu
disebut hipoksia, sebagai akibat gangguan fungsi respirasi atau gangguan pertukaran
gas dalam paru-paru. Menurut lokasinya dibedakan apakah di jalan nafas atau
pertukaran gas nya, atau dapat pula disebut perifer atau sentral. hipoksia akibat
gangguan jalan nafas seperti sumbatan pangkal lidah di hipofaring pada orang yang
tidak sadar atau sumbatan jalan nafas karena aspirasi isi lambung atau cairan
lambung. Dapat pula disebabkan oleh depresi pernapasan kurang tutup buka
keracunan, kelumpuhan otot-otot pernapasan, keracunan, atau kelebihan obat.

2. Pemutusan aliran oksigen

Pemutusan aliran oksigen bisa pula sebagai akibat henti sirkulasi oleh kelainan
jantung primer ini dapat terjadi karena kegagalan kontraksi otot jantung gangguan
hantaran dan otomatisasi seperti gangguan gerakan mekanisme jantung, kematian
jantung mendadak kurang (fibrilasi ventrikel), sering disebabkan oleh infark
miokardium dan penyakit serebrovaskular. Akan tetapi kegagalan daya pompa
miokardium oleh karena kerusakan serabut-serabut otot miokardium pada infark atau
mikarditis jarang menyebabkan di jantung mendadak .Kegagalan daya pompa mula-

8
mula tampak dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri dan bendungan paru-paru
(dyspena,edama paru) dan gejala gejala penurunan aliran oksigen (sianosis).

2.4. MANIFESTASI KLINIS CARDIAC ARREST

Tanda- tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118 (2018) yaitu :

1. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara, tepukan di


pundak ataupun cubitan.

2. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika jalan


pernafasan dibuka.

3. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).

Gejala yang paling umum adalah munculnya rasa tidak nyaman atau nyeri dada yang
mempunyai karakteristik seperti perasaan tertindih yang tidak nyaman, diremas, berat,
sesak atau nyeri. Lokasinya ditengah dada di belakang sternum. Menyebar ke bahu, leher,
rahang bawah atau kedua lengan dan jarang menjalar ke perut bagian atas. Bertahan
selama lebih dari 20 menit. Gejala yang mungkin ada atau mengikuti adalah berkeringat,
nausea atau mual, sesak nafas (nafas pendek- pendek), kelemahan, tidak sadar (Suharsono
& Ningsih, 2012).

2.5. PATOFISIOLOGI CARDIAC ARREST

Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia yaitu fibrilasi
ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA), dan asistol
(Kasron, 2012).

1. Fibrilasi ventrikel

Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak, pada


keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya, jantung hanya
mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah
CPR dan DC shock atau defibrilasi.

2. Takhikardi ventrikel

Mekanisme penyebab terjadinya takhikardi ventrikel biasanya karena adanya


gangguan otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun akibat adanya gangguan
konduksi. Frekuensi nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri
akan memendek, akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga berkurang sehingga
curah jantung akan menurun. VT dengan keadaan hemodinamik stabil, pemilihan
terapi dengan medika mentosa lebih diutamakan. Pada kasus VT dengan gangguan
hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT tanpa nadi), pemberian terapi
defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama.

3. Pulseless Electrical Activity (PEA)

9
Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas
atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak
dapat diukur dan nadi tidak teraba.

4. Asistole

Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan pada
monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini tindakan
yang harus segera diambil adalah CPR.

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG CARDIAC ARREST

Menurut Suproyanto,2018 pemeriksaan penunjang pada cardiac arrest dapat


dilakukan dengan :

1. Elektrokardiogram

Biasanya tes yang diberikan ialah dengan elektrokardiogram (EKG). EKG mengukur
waktu dan durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan gangguan
pada irama jantung. Karena cedera otot jantung tidak melakukan impuls listrik
normal, EKG bisa menunjukkan bahwa serangan jantung telah terjadi. ECG dapat
mendeteksi pola listrik abnormal, seperti interval QT berkepanjangan, yang
meningkatkan risiko kematian mendadak.

2. Tes darah

a. Pemeriksaan Enzim Jantung

Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika jantung terkena
serangan jantung. Karena serangan jantung dapat memicu sudden cardiac arrest.
Pengujian sampel darah untuk mengetahui enzim-enzim ini sangat penting apakah
benar-benar terjadi serangan jantung atau tidak.

b. Elektrolit Jantung

Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-elektrolit yang ada
pada jantung, di antaranya kalium, kalsium, magnesium. Elektrolit adalah mineral
dalam darah kita dan cairan tubuh yang membantu menghasilkan impuls listrik.
Ketidakseimbangan pada elektrolit dapat memicu terjadinya aritmia dan sudden
cardiac arrest.

c. Test Obat

Pemeriksaan darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk menginduksi
aritmia, termasuk resep tertentu dan obat-obatan tersebut merupakan obat-obatan
terlarang.

d. Test Hormon

10
Pengujian untuk hipertiroidisme dapat menunjukkan kondisi ini sebagai pemicu
cardiac arrest.

3. Imaging tes

a. Pemeriksaan Foto Thorax

Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta pembuluh darah. Hal
ini juga dapat menunjukkan apakah seseorang terkena gagal jantung.

b. Pemeriksaan nuklir

Biasanya dilakukan bersama dengan tes stres, membantu mengidentifikasi


masalah aliran darah ke jantung. Radioaktif dalam jumlah yang kecil, seperti
thallium disuntikkan ke dalam aliran darah. Dengan kamera khusus dapat
mendeteksi bahan radioaktif mengalir melalui jantung dan paru-paru.

c. Ekokardiogram

Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran jantung.


Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi apakah daerah jantung telah
rusak oleh cardiac arrest dan tidak memompa secara normal atau pada kapasitas
puncak (fraksi ejeksi), atau apakah ada kelainan katup.

4. Electrical system (electrophysiological) testing and mapping

Jika diperlukan, tes ini biasanya dilakukan nanti, setelah seseorang sudah sembuh dan
jika penjelasan yang mendasari serangan jantung belum ditemukan. Dengan jenis tes
ini, mungkin mencoba untuk menyebabkan aritmia,Tes ini dapat membantu
menemukan tempat aritmia dimulai. Selama tes, kemudian kateter dihubungkan
dengan electrode yang menjulur melalui pembuluh darah ke berbagai tempat di area
jantung. Setelah di tempat, elektroda dapat memetakan penyebaran impuls listrik
melalui jantung pasien. Selain itu, ahli jantung dapat menggunakan elektroda untuk
merangsang jantung pasien untuk mengalahkan penyebab yang mungkin memicu atau
menghentikan aritmia. Hal ini memungkinkan untuk mengamati lokasi aritmia.

5. Ejection fraction testing

Salah satu prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac arrest adalah
seberapa baik jantung mampu memompa darah.Ini dapat menentukan kapasitas
pompa jantung dengan mengukur apa yang dinamakan fraksi ejeksi. Hal ini mengacu
pada persentase darah yang dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung.
Sebuah fraksi ejeksi normal adalah 55 sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang dari 40
persen meningkatkan risiko sudden cardiac arrest.Ini dapat mengukur fraksi ejeksi
dalam beberapa cara, seperti dengan ekokardiogram, Magnetic Resonance Imaging
(MRI) dari jantung Anda, pengobatan nuklir scan dari jantung Anda atau
computerized tomography (CT) scan jantung.

11
6. Coronary catheterization (angiogram)

Pengujian ini dapat menunjukkan jika arteri koroner terjadi penyempitan atau
penyumbatan. Seiring dengan fraksi ejeksi, jumlah pembuluh darah yang tersumbat
merupakan prediktor penting sudden cardiac arrest. Selama prosedur, pewarna cair
disuntikkan ke dalam arteri hati Anda melalui tabung panjang dan tipis (kateter) yang
melalui arteri, biasanya melalui kaki, untuk arteri di dalam jantung. Sebagai pewarna
mengisi arteri, arteri menjadi terlihat pada X-ray dan rekaman video, menunjukkan
daerah penyumbatan. Selain itu, sementara kateter diposisikan,mungkin mengobati
penyumbatan dengan melakukan angioplasti dan memasukkan stent untuk menahan
arteri terbuka.

2.7. KOMPLIKASI CARDIAC ARREST

Komplikasi Cardiac Arrest adalah :

1. Hipoksia jaringan ferifer

2. Hipoksia Cerebral

3. Kematian

2.8. PROGNOSIS CARDIAC ARREST

Kematian otak dan kematian permanen dapat terjadi hanya dalam jangka waktu 8
sampai 10 menit ketika terjadi henti jantung. Kondisi tersebut dapat dicegah dengan
pemberian resusitasi jantung paru dan defibrilasi segera (sebelum melebihi batas
maksimal waktu untuk terjadinya kerusakan otak), untuk secepat mungkin
mengembalikan fungsi jantung normal. Resusitasi jantung paru dan defibrilasi yang
diberikan antara 5 sampai 7 menit dari sesorang yang mengalami henti jantung,
akan memberikan kesempatan korban untuk hidup rata-rata sebesar 30% sampai 45 %.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan penyediaan defibrillator yang mudah
diakses di tempat-tempat umum seperti pelabuhan udara, dalam arti meningkatkan
kemampuan untuk bisa memberikan pertolongan (defibrilasi) sesegera mungkin, akan
meningkatkan kesempatan hidup rata-rata bagi korban cardiac arrest sebesar 64%.
(American Heart Asociation, 2010).

2.9. PENATALAKSANAAN CARDIAC ARREST

Henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah sakit, sehingga
pengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan menentukan prognosis; 30-45 detik.
Sesudah henti jantung terjadi, akan terlihat dilatasi pupil dan pada saat ini harus di ambil
tindakan berupa (Ulfah AR, 2010) :

1. Sirkulasi artifisial yang menjamin peredaran darah yang mengandung oksigen dngan
melakukan:

a. Masase jantung.

12
Dengan ditidurkan pada tempat tidur yang datar dan keras, kemudian dengan
telapak tangan di tekan secara kuat dan keras sehingga jantung yang terdapat di
antara sternum dan tulang belakang tertekan dan darah mengalir ke arteria
pumonalis dan aorta. Masase jantung yang baik terlihat hasilnya dari terabanya
kembali nadi arteri-atreri besar. Sedangkan pulihnya sirkulasi ke otak dapat
terlihat pada pupil yang menjadi normal kembali.

b. Pernapasan buatan.

Mula-mula bersihkan saluran pernapasan,kemudian ventilasi di perbaiki dengan


pernapan mulut ke mulut/inflating bags atau secara endotrakheal. Ventilasi yang
baik dapat diketahui bila kemudian tampak ekspansi dinding thoraks pada setiap
kali inflasi di lakukan dan kemudian juga warna kulit akan menjadi normal
kembali.

2. Memperbaiki irama jantung

a. Defibrilasi, bila kelainan dasar henti jantung ialah fibrilasi ventrikel

b. Obat-obatan:infus norepinefrin 4 mg/1000ml larutan atau vasopresor dan epinefrin


3 ml 1:1000 atau kalsium klorida secara intra kardial (pada bayi di sela iga IV kiri
dan pada anak dibagian yang lebih bawah) untuk meninggikan tonus
jantung,sedangkan asidosis metabolik diatasi dengan pemberian sodium
bikarbonat.bila di takutkan fibrilasi ventrikel kambuh,makapemberian lignokain
1% dan kalium klorida dapat menekan miokard yang mudah terangsang.Bila
nadi menjadi lambat dan abnormal,maka perlu di berikan isoproterenol.

3. Perawatan dan pengobatan komplikasi

a. Perawatan:Pengawasan tekanan darah, nadi, jantung : menghindari terjadinya


aspirasi (dipasang pipa lambung); mengetahui adanya anuri yang dini (di pasang
kateter kandung kemih).

b. Pengobatan komplikasi yang terjadi seperti gagal ginjal (yang di sebabkan


nekrosis kortikal akut) dan anuri dapat di atasi dengan pemberian ion exchange
resins, dialisis peritoneal serta pemberian cairan yang di batasi.kerusakan otak di
atasi dngan pemberian obat hiportemik dan obat untuk mengurangi edema otak
serta pemberian oksigen yang adekuat.

Langkah – langkah Resusitasi Jantung Paru menurut AHA (2010) :

1) Periksa Kesadaran

Panggil korban dengan suara keras dan jelas atau panggil nama korban, lihat
apakah korban bergerak atau memberikan respon, jika tidak berikan stimulasi
dengan menggerakkan bahu korban. Pada korban yang sadar, dia akan
menjawab dan bergerak. Setelah tindakan identifikasi kesadaran, lakukan
pemeriksaan untuk mencari kemungkinan adanya cedera dan pengobatan yang

13
diperlukan, namun jika tidak ada respon, artinya korban tidak sadar, maka
segera panggil bantuan.

2) Posisi Korban

Pada penderita yang tidak sadar, tempatkan korban pada tempat yang datar
dan keras dengan posisi terlentang pada tanah, lantai atau meja yang keras.
Jika harus membalikkan posisi, maka lakukan seminial mungkin gerakan pada
leher dan kepala (posisi stabil miring).

3) Evaluasi jalan nafas

Pada penderita yang tidak sadar sering terjadi obstruksi akibat lidah jatuh ke
belakang. Oleh karena itu penolong harus segera membebaskan jalan nafas
dengan beberapa teknik berikut :

1) Bila korban tidak sadar dan tidak dicurigai adanya trauma, buka jalan
nafas dengan teknik Head Tilt-chin lift Maneuver akan tetapi jangan
menekan jaringan lunak dibawah dagu karena akan menyebabkan
sumbatan.

Caranya adalah satu tangan diletakkan pada bagian dahi untuk


menengadahkan kepala, dan secara simultan jari-jari tangan lainnya
diletakkan pada tulang dagu sehingga jalan nafas terbuka.

Gambar : Teknik head tilt and chin lift

2) Korban yang dicurigai mengalami trauma leher gunakan teknik jaw-thrust


Maneuver untuk membuka jalan nafas, yaitu dengan cara meletakkan 2
atau 3 jari di bawah angulus mandibula kemudian angkat dan arahkan
keluar, jika terdapat dua penolong maka yang satu harus melakukan
imobilisasi tulang servikal

14
Gambar Teknik Jaw Thrust
3) Mengeluarkan benda asing

Obstruksi karena aspirasi benda asing dapat menyebabkan sumbatan


ringan atau berat, jika sumbatannya ringan maka korban masih dapat
bersuara dan batuk, sedangkan jika sumbatannya sangat berat maka korban
tidak dapat bersuara ataupun batuk. Jika terdapat sumbatan karena benda
asing maka pada bayi < 1 tahun dapat dilakukan teknik 5 kali back blows
(back slaps) di interskapula, namun jika tidak berhasil dengan teknik
tersebut dapat dilakukan teknik 5 kali chest thrust di sternum, 1 jari di
bawah garis imajiner intermamae (seperti melakukan kompresi jantung
luar untuk bayi usia< 1 tahun).

Gambar : Teknik Back Blow

Jika terdapat sumbatan karena benda asing maka, dapat dilakukan teknik
Heimlich maneuver yaitu korban di depan penolong kemudian lakukan
hentakan sebanyak 5 kali dengan menggunakan 2 kepalan tangan di antara
prosesus xifoideus dan umbilikus hingga benda yang menyumbat dapat
dikeluarkan,

15
Gambar: Teknik Chest Thrust Gambar:Teknik Abdominal Thrust

4) Periksa nafas

Jika obstruksi telah dikeluarkan maka periksa apakah korban bernafas atau
tidak, lakukan dalam waktu < 10 detik, dengan cara:

 Lihat gerakan dinding dada dan perut ( look )

 Dengarkan suara nafas pada hidung dan mulut korban ( listen )

 Rasakan hembusan udara pada pipi ( feel )

Korban yang mengalami gasping (megap-megap/nafas yang agonal atau nafas


yang tidak efektif) , maka korban tersebut dinyatakan tidak bernafas.

5) Berikan bantuan nafas

Lakukan 5 kali bantuan nafas untuk mendapatkan 2 kali nafas efektif. Hal itu
dapat dilihat dengan adanya pengembangan dinding dada. Bila dada tidak
mengembang reposisikan kepala korban agar jalan nafas dalam keadaan
terbuka. Teknik bantuan nafas pada bayi dan anak berbeda, hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan bag valve mask ventilation atau tanpa alat,
yaitu pada bayi dilakukan teknikmouth-to-mouth-and-nose, sedangkan pada
anak menggunakan teknik mouth-to-mouth.

6) Periksa Nadi

Selanjutnya periksa nadi, pada bayi pemeriksaan dilakukan pada arteri


brakialis sedangkan pada anak dapat dilakukan pada arteri karotis ataupun
femoralis. Pemeriksaan nadi ini dilakukan dalam waktu ≤ 10 detik. Jika nadi >
60 kali/menit namun tidak ada nafas spontan atau nafas tidak efektif, maka
lakukan pemberian nafas sebanyak 12-20 kali nafas/menit, sekali nafas buatan
3-5 detik hingga korban bernafas dengan spontan, nafas yang efektif akan
tampak dada korban akan mengembang.

7) Kompresi Jantung luar

16
Jika nadi < 60 kali/menit dan tidak ada nafas atau nafas tidak adekuat maka
lakukan kompresi jantung luar. Pada bayi dan anak terdapat perbedaan teknik
yaitu pada bayi dapat dilakukan teknik kompresi di sternum dengan dua jari
(two finger chest compression technique ). Selain itu, dapat juga dilakukan
dengan menggunakan kedua tangan pada posisi satu jari di bawah garis
imajiner intermamae (two thumb-encircling hands) jika didapatkan dua
penolong.

8) Defibrilasi / AED (Automated External Defibrillator)

Langkah - langkah penggunaan AED, (AHA, 2015) :

 Pastikan anda dan korban tidak berada dalam situasi yang bisa
membahayakan hidup anda berdua seperti misalnya pada korban yang
tersengat listrik, pastikan aliran listrik yang masih menempel pada korban
telah diputuskan terlebih dahulu. Korban kecelakaan yang berada di tengah
keramaian lalu lintas harus dipinggirkan ke tempat yang aman sebelum
mulai diberikan pertolongan pertama.

 Cek respon dengan menepuk-nepuk bahu korban sambil berteriak apakah


korban baik-baik saja.

 Mintalah bantuan dengan meminta tolong dan perintahkan pada seeorang


untuk menghubungi ambulan maupun paramedik serta mengambil AED.

 Bila korban tidak memberikan respon periksa apakah korban yang tidak
sadarkan diri ini bernafas; dengan cara melihat pergerakan dada dan
mendengarkan suara-suara yang keluar dari mulut korban.

 Aktifkan AED dengan menekan tombol ON.

17
 Ambil stiker pad, tempelkan pada dada korban dan pastikan pad menempel
kuat dengan kulit dada korban (alat pencukur jenggot tersedia dalam paket
plastik kecil di kotak AED, termasuk handuk kecil untuk mengeringkan
dada korban apabila basah).

 Ikuti perintah yang diberikan AED yaitu lakukan Resusitasi Jantung Paru
atau CPR sampai selama kurang lebih 2 menit. AED kemudian akan
memeriksa kondisi detak jantung korban dan memerintahkan semua orang
yang terlibat untuk tidak menyentuh korban: “Don’t Touch Patient
Analyzing.”

 AED akan memutuskan bila korban membutuhkan shock atau tidak


dengan menganalisa detak jantung korban. Apabila AED menemukan
salah satu dari dua jenis detak jantung ini yaitu Ventricular Febrillation
(tidak teratur), Ventricular Tachycardia (sangat cepat), AED akan
memerintahkan penolong untuk menekan tombol Shock dengan perintah:
“Shocking Advised”.

1. Saat penolong menekan tombol Shock, AED akan memberikan


sengatan listrik ke jantung korban dan penolong tidak boleh
menyentuh korban saat pemberian sengatan berlangsung.

2. Bila belum berhasil membuat korban bernafas/sadarkan diri (biasanya


ditandai dengan pergerakan pada tangan dan mata korban, AED akan
memerintahkan penolong untuk kembali melanjutkan RJP/CPR dengan
perintah: “Continue CPR”.

3. Penolong harus terus melanjutkan set yang sama sesuai perintah AED
sampai paramedik datang memberikan bantuan tambahan dan
mengambil alih proses pertolongan pertama.

4. AED tidak akan memberikan perintah berhenti RPJ atau “Stop CPR”
atau memberitahu penolong bahwa korban sudah meninggal. AED
akan terus memerintahkan penolong untuk tetap melakukan RJP/CPR
sampai korban sadarkan diri

18
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Topik : Cardiac Arrest
Sub Topik : Health edukasi pertolongan pertama pada cardiac arrest
Sasaran : Dewasa usia 20-23 tahun
Tempat : Menyesuaikan
Hari : Rabu
Tanggal :16 Juni 2021
Waktu :19.00 WIB –19.45 WIB
3.1 TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan peserta dapat mengetahui petolongan pertama pada
Cardiac Arrest
2. Tujuan Instruksional Khusus
setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta (keluarga pasien) dapat:
a. Mengetahui pengertian Cardiac Arrest
b. Mengetahui faktor predisposisi Cardiac Arrest
c. Mengetahui etiologi Cardiac Arrest
d. Mengetahui manifestasi klinis Cardiac Arrest
e. Mengetahui patofisiologi Cardiac Arrest
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang Cardiac Arrest
g. Mengetahui komplikasi Cardiac Arrest
h. Mengetahui penatalaksanaan Cardiac Arrest
3.2 MATERI
1. Mengetahui pengertian Cardiac Arrest
2. Mengetahui faktor predisposisi Cardiac Arrest
3. Mengetahui etiologi Cardiac Arrest
4. Mengetahui manifestasi klinis Cardiac Arrest
5. Mengetahui patofisiologi Cardiac Arrest
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Cardiac Arrest
7. Mengetahui komplikasi Cardiac Arrest
8. Mengetahui penatalaksanaan Cardiac Arrest
3.3 KEGIATAN

KEGIATAN
NO TAHAPAN WAKTU
PENYULUH SASARAN

19
1. Pendahuluan a. Salam pembukaan Peserta menjawab 10 menit
b. Perkenalan salam dan
c. Menyampaikan tema memperhatikan
d. Mengomunikasikan
tujuan
2. Penyajian a. Menjelaskan serta Saat penyuluh 30 menit
menguraikan secara selesai
jelas dan padat materi menyampaikan
tentang : materi diharapkan
- Pengertian peserta aktif
Cardiac Arrest mengajukan
- Faktor pertanyaan
predisposisi
Cardiac Arrest
- Etiologi Cardiac
Arrest
- Manifestasi klinis
Cardiac Arrest
- Patofisiologi
Cardiac Arrest
- Pemeriksaan
penunjang
Cardiac Arrest
- Komplikasi
Cardiac Arrest
- Penatalaksanaan
Cardiac Arrest
b. Tanya jawab antara
peserta dan penyuluh
3. Penutup a. Menyimpulkan materi Peserta menjawab 10 menit
b. Salam salam

2.4. METODE
Zoom meeting
2.5. MEDIA
Power point, Video
2.6. PENGORGANISASIAN
1. Moderator (Ella Lutfitasari dan Fambudi Bima Sena Huda)
Tugas :

20
• Membuka dan menutup acara
• Memperkenalkan diri
• Menetapkan tata tertib acara
• Menjaga kelancaran acara
• Memimpin diskusi
2. Penyaji (Farhan Nur Arif dan Aida Nur Sabrina)
• Menyajikan materi
• Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
3. Fasilitator (Rahmania Ambarika S.Kep.,Ns.,M.Kep)
• Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi penyuluhan
• Memotivasi peserta dalam bertanya
4. Observasi (Cici Aprillia dan Laili Khoirun Nissa)
• Mengamati jalannya kegiatan
• Mengevaluasi kegiatan
• Mencatat perilaku verbal atau non verbal peserta kegiatan
5. Dokumentasi dan Perlengkapan (Adelaide Fernandes Guterres dan Margaretha Holo)
3.6. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Materi dan SAP sudah disediakan
b. Kontrak waktu sebelum di lakukan penyuluhan
c. Peserta mengikuti penyuluhan dengan tertib
2. Evaluasi Proses
a. 50% peserta antusias
b. 100% peserta mengikuti awal sampai akhir
c. Proses penyuluhan dapat berlangsung lancar dan peserta penyuluhan memahami
materi penyuluhan yang diberikan
d. Selama proses penyuluhan diharapkan peserta mengajukan pertanyaan
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mengerti 75% dari apa yang telah disampaikan dengan kriteria
mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang diberikan oleh penyuluh
Berikut beberapa pertanyaan yang akan diberikan kepada peserta :
a. Kenapa laki-laki lebih dominan terkena penyakit cardiac arrest daripada wanita?
b. Apa tindakan seorang perawat saat menemui korban cardiac arrest atau henti
jantung?
c.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Evaluasi Struktur


Penyuluhan health edukasi terhadap pertolongan pertama pada kasus cardiac arrest
dilakukan melalui zoom meeting. Peserta penyuluhan terdiri dari
Setelah penyuluhan kami melakukan beberapa evalusi diantaranya :
1. Menanyakan kepada peserta penyuluhan tentang materi yang sudah dijelaskan
2. Peserta penyuluhan aktif bertanya dan menjawab materi yang diberikan
4.2. Evaluasi Hasil
Untuk proses dan hasil semua peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir.
Selama proses penyuluhan berlangsung peserta penyuluhan memahami,
memperhatikan dan mengerti materi penyuluhan yang di sampaikan yakni tentang
health edukasi terhadap pertolongan pertama pada kasus cardiac arrest
Peserta berpartisipasi dalam mengajukan pertanyaan kepada pemateri dan pemateri
mampu menjawab secara lisan pertanyaan dari peserta, berikut contoh
pertanyaannya:
1. Kenapa laki-laki lebih dominan terkena penyakit cardiac arrest daripada wanita?
2. Apa tindakan seorang perawat saat menemui korban cardiac arrest atau henti
jantung?

Jawaban dari pemateri :

1. Salah satu faktor yang menyebabkan pria lebih rentan mengalami serangan
jantung adalah konsumsi garam. Umumnya pria lebih banyak mengkonsumsi
garam, padahal natrium dalam garam bisa meningkatkan tekanan darah sekaligus
risiko serangan jantung.
Survei di Amerika Serikat mengungkap bahwa pria mengonsumsi garam rata-rata
10 gram/hari sementara wanita hanya 7 gram/hari. Padahal asupan natrium yang
disarankan tidak lebih dari 2,4 gram atau sekitar 6 gram garam dapur.
Faktor lainnya adalah kondisi hormonal. Pada wanita yang masih mendapatkan
menstruasi teratur, jantung dan sistem peredaran darahnya dilindungi oleh
hormon-hormon tertentu yang membuatnya lebih kuat dan tidak mudah
mengalami gangguan seperti pada pria. Selama belum memasuki usia menopause,
wanita cenderung lebih aman dari serangan jantung kecuali jika memiliki faktor-
faktor risiko lain. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko serangan jantung pada
22
wanita di usia subur antara lain diabetes dan kadar kolesterol di atas 260 mg (6,5
mmol). Selama belum memasuki usia menopause, wanita cenderung lebih aman
dari serangan jantung kecuali jika memiliki faktor-faktor risiko lain. Faktor-faktor
yang meningkatkan risiko serangan jantung pada wanita di usia subur antara lain
diabetes dan kadar kolesterol di atas 260 mg (6,5 mmol).
Namun setelah masuk menopause dan siklus menstruasi berhenti, risiko serangan
jantung pada wanita akan semakin menyamai pria. Statistik tahun 1990
menunjukkan pada usia 65 tahun ke atas, 56 persen kematian akibat serangan
jantung di Amerika Serikat terjadi pada wanita dan 44 persen sisanya terjadi pada
pria.
Berikut ini perbandingan risiko serangan jantung antara pria dan wanita
berdasarkan usianya.:

Usia Rasio Pria Rasio Wanita


(tahun
)
35 100 1
40 20 1
50 10 1
65 5 2
70 5 4
75 1 1
Serangan jantung memiliki tanda-tanda:

1. Rasa tertekan (serasa ditimpa beban, sakit, terjepit dan terbakar) yang
menyebabkan sesak napas dan tercekik di leher.
2. Rasa sakit ini bisa menjalar ke lengan kiri,leher dan punggung.
3. Rasa sakitnya bisa berlangsung sekitar 15-20 menit dan terjadi secara terus
menerus.
4. Timbul keringat dingin, tubuh lemah, jantung berdebar dan bahkan hingga
pingsan.
5. Rasa sakit ini bisa berkurang saat sedang istirahat, tapi akan bertambah berat
jika sedang beraktivitas.

2. Periksa kesadaran korban


Saat berhadapan dengan orang yang henti jantung, periksa kesadarannya dengan
cara memanggil korban sambil menepuk bahu. Bila belum bangun, panggil lagi
dengan suara yang lebih keras.
Panggil bantuan
Panggil bantuan atau minta tolong dan minta orang di sekitar untuk menghubungi
petugas kesehatan terdekat atau menelepon ambulans gawat darurat di saat
menghubungi petugas kesehatan, beritahu nama Anda, apa yang terjadi, nama dan
23
jumlah korban, sementara menunggu petugas kesehatan tiba, lakukan tahap
selanjutnya.
Atur posisi korban
Posisikan korban terlentang, dan usahakan korban berbaring di atas alas yang
datar dan keras. Atur posisi kepala korbanSetelah atur posisi, tengadahkan kepala
korban, lalu periksa bagian dalam mulut. Apabila ada benda yang terlihat
menyumbat saluran napas, ambil segera. Penting untuk diketahui bahwa jangan
sampai Anda menghabiskan waktu lama di tahap ini. Segera lakukan tahap
berikutnya.
Periksa nadi pasien
Dengan menggunakan jari, raba nadi yang ada di leher kanan atau kiri korban.
Lakukan selama setidaknya 5 detik. Bila tidak dirasakan ada nadi, lakukan tahap
berikutnya.
Lakukan pompa jantung
Berlutut di samping korban, letakkan tangan di bagian tengah dada (di antara
kedua puting) dengan posisi kedua tangan bertumpu. Tempatkan bagian pangkal
telapak tangan di dinding dada. Dengan prinsip push hard push fast, atau pompa
dengan keras dan cepat lakukan pompa jantung dengan kecepatan 100-120
x/menit. Pompa jantung hingga 30 kali, kemudian berikan napas buatan sebanyak
2 kali. Napas buatan diberikan dengan memencet hidung korban, lalu
menghembuskan napas di mulut korban. Namun, sejumlah literatur menyebutkan
pemberian napas buatan ini tidak perlu lagi dilakukan oleh orang awam.
Lakukan langkah ke-6 selama 20 menit, kemudian periksa kembali kesadaran
dan nadi korban. Bila belum ditemukan tanda-tanda perbaikan, ulangi kembali
tahap 6 selama 2 menit.
Lakukan tindakan pompa jantung sampai bantuan medis datang. Bila
penolong kelelahan, minta tolong orang lain untuk menggantikan. Tindakan ini
dapat dihentikan bila tenaga medis sudah datang, penolong lelah namun tidak ada
pengganti, atau sudah dilakukan selama 20 menit tetapi korban tidak
menunjukkan perbaikan kondisi.

24
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Henti jantung merupakan suatu keadaan terhentinya fungsi pompa otot jantung
secara tiba-tiba yang berakibat pada terhentinya proses penghantaran oksigen dan
pengeluaran karbondioksida. Keadaan ini bisa terjadi akibat hipoksia lama karena
terjadinya henti nafas yang merupakan akibat terbanyak henti jantung.
Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti jantung berlangsung lama, karena
sirkulasi oksigen yang tidak adekuat akan menyebabkan kematian jaringan otak. Hal
tersebutlah yang menjadi alasan penatalaksanaan berupa CPR atau RJP harus
dilakukan secepat mungkin untuk meminimalisasi kerusakan otak dan menunjang
kelangsungan hidup korban.
Hal yang paling penting dalam melakukan resusitasi pada korban, apapun
teknik yang digunakan adalah memastikan penolong dan korban berada di tempat
yang aman, menilai kesadaran korban dan segera meminta bantuan

5.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, informasi dan pelatihan tatalaksana henti
nafas dan henti jantung sebaiknya dapat diberikan kepada masyarakat umum,
mengingat bahwa resusitasi dapat memberikan pertolongan awal. Dampak yang di
timbulkan semakin berat jika waktu datangnya pertolongan semakin lama.

25
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. Basic Life Support : 2018 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and emergency cardiovascular care.
Circulation 2018

Kasron, 2012. Kelainan dan penyakit jantung : pencegahan serta pengobatannya. Penerbit
Nuha Medika. Yogyakarta.

Lathif, A., Wahid, A., & Hafifah, I. (2018). The Influence Of Cpr Measures Training Toward
Knowledge And Motivation To Help The Victim Of Cardiac Arrest In High School
Student Of Darul Hijrah Putera Islamic Boarding School. Jurnal Ilmu Keperawatan:
Journal Of Nursing Science, 6(2), 202-209.

Sultanian, P., Lundgren, P., Strömsöe, A., Aune, S., Bergström, G., Hagberg, E.,& Rawshani,
A. (2021). Henti Jantung Pada Covid-19: Karakteristik Dan Hasil Henti Jantung Di
Dalam Dan Di Luar Rumah Sakit. Sebuah Laporan Dari Registri Swedia Untuk
Resusitasi Jantung Paru. Jurnal Jantung Eropa , 42 (11), 1094-1106.

Tanda, S. D. (2020). Analisa Efektifitas Penggunaan Alat Resusitasi Jantung Paru Otomatis
Pada Pasien Dengan Henti Jantung: Telaah Literatur. Surya Medika: Jurnal Ilmiah
Ilmu Keperawatan Dan Ilmu Kesehatan Masyarakat, 15(1), 1-7.

Yuliati, N. (2020). Pengaruh Health Promotion Terhadap Sikap Dan Keyakinan Keluarga
Pasien Dalam Pengambilan Keputusan Tindakan Rjp Pada Pasien Cardiac Arrest Di
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Lamongan).

26
LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai