4770 7585 1 PB
4770 7585 1 PB
Ridwan
Abstract
One ofprinciple in democratic legal state is legality, where everyiegai goverment action
shouldbe based on the authority mandatedby regulation. Political and juridical account
ability ofauthority holderis inherent with everyforni ofgoverment authority use, according
with principle that no authority without accountability (geen behoegheid zonder
verantwoordelijkheid)
Pendahuluan
Salah satu aspek panting dalam negara vermogen tot het verrichten van bepaalde
hukum demokratis {democratische rechtsstaaf)^ rechtshandeiinge','^ yaltu kemampuan untuk
adalah asas legalitas {iegaliteitsbeginsel), melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu.
yang mengandung makna bahwa setiap Dalam hukum publik, kewenangan
tindakan hukum pemerintah hams dldasarkan {bevoegdheidj dianggap sebagai konsep IntI
pada peraturan pemndang-undangan yang dalam hukum tata negara dan hukum
beriaku atau dldasarkan pada kewenangan administrasi negara het begrip bevoegdheid
yang diberlkan oleh peraturan yang beriaku. is dan ook een kembegrip in het staats-en
Kewenangan in! mengandung makna het administratiefrecht^ Berdasarkan kewenangan
27
inilah pemerintah memiliki keabsahan baik administrasi, karena kasusJni berkenaan
secara politis maupun yuridis untuk melakukan dengan kewenangan —yang merupakan
berbagai tindakan hukum {rechtshandelingen), konsep inti dalam hukum administrasi.
dan berdasarkankewenangan itu pula muncul Persoalan hukum yang muncul adalah;
prinsip pertanggungjawaban pemerintah; apakah Mensesneg mamiliki kewenangan
niemand ken een bevoegdheid uitoefenen dan telah menyalahgunakannya sehingga
zander verantwording schuldigis zijn ofzander dikenai putusan seperti itu? Bukankah
dat of die uitaefening cantrale bestaarf {tidak Mensesneg saat itu bertindak atas nama
seorangpundapat melaksanakan kewenangan Presiden, selaku pemegang kewenangan
tanpa rnemikul kewajiban tanggungjawab atau yang sesungguhnya? Bagaimanakah
tanpa ada pelaksanaan pengawasan). hubungan hukum {rechtsbetrekking) antara
Dengan kata lain, geen bevoegdheid zander Presiden dengan Menteri? Lebih lanjut,
verantwoordelijkbeid atau there is no authority siapakahyang seharusnya bertanggungjawab
without responsibility. Karena kewenangan atas pelaksanaan kewenangan pemerintahan
pemerintahan itu pada dasamya berasal dari yang kebetulan dijalankan oleh Mensesneg
undang-undang, yang merupakan kristalisasi tersebut?
dari aspirasi rakyat (demokrasi) dan sebagai Telah diketahui sejakawal kemunculannya,
salah satu pilar negara hukum, maka kasusini telahbanyakmenarik perhatian bukan
pertanggungjawaban publik dari pemegang saja para ahli hukum dan para politisi tetapi
kewenangan,akanberbentuk pertanggungjawaban jugamasyarakat luas.Perhatian yangterkesan
yuridis dan politis serta pengawasan yuridis beriebihan terhadap kasus ini agaknya bukan
melalui badan peradilan dan pengawasan hanya karena kasus ini melibatkan tokoh
polltik melalui badan perwakilan rakyat. penting negeri ini, tetapi juga karena
Meskipun demikian, tulisan ini lebih melibatkan banyak aspek didalamnya seperti
menekankan pada pertanggungjawaban dan aspek pidana, tata negara, politik, dan aspek
pengawasan yuridis. administrasi negara. Tanpa berpretensi untuk
Berdasarkan proposisi di atas, tulisan ini terlibat apalagi mempengaruhi proses
akan menggunakan contoh kasus dengan peradilan yang telah dan masih akan
membidik putusan Pengadilan Negeri Jakarta berlangsung, tulisan ini sekadar mengkajl
Pusat No. 449/PID.B/2002/PN.JKT.PSX yang kasus tersebut semata-mata dari aspek
antara lain memutuskan pidana penjara teoretik, khususnya terhadap kewenangan,
selama 3 (tiga) tahun terhadapmantan Menteri penggunaan, dan pertanggungjawabannya
Sekretaris Negara (Mensesneg). Dengan berdasarkan ilmu hukum administrasi negara.
mengacu pada proposisi tadi, putusan Dari perspektif hukum administrasi negara
pengadilan tersebut memuat persoalan kasus ini berkaitan dengan" kewenangan
hukum {kwestierecht), khususnya hukum Presiden selaku organ yang menjalankan
^A.D. Bellnfante, eLal, Beginseien van Nederlandse Staafsrechf(Alphen aanden Rijn, 1983) Him. 21.
®Fculkes, Introduction toAdministrative Law Fourt Edition. (London: Buttenworts, 1976), him. 13.
®lrvlng Stevens, Constitutional &Administrative Law{PWman Publishing, 1996), him. 163.
29
kewenangan pemerintahan yang sangat luas kepada pemerintah diberikan kewenangan
int.muncul segera setelahmntuhnya pengaruh bebas {discresionarypower, freies emressen),
iiberalisme pada akhir abad kesembilan belas. yang jika dituangkan dalam bentuk tertulis
Sebelumnya ketika pengamh Iiberalisme masih akan menjadi peraturan kebijaksanaan
ddminan, dianut prinsip staatsonthouding {beleidsregef).
datam bidang pemerintahan dan kenegaraan Di Indonesia kewenangan untuk
yang berarti thestate should intervene as little menjalankan pemerintahan ini ada pada
as possible inpeople'slives and businessesJ Presiden; 'Presiden Republik Indonesia
PritTsip 'ini temyata membawa dampak yang memegang kekuasaan pemerintahan menutut
sangat'destnjktif dalam bidang soslal dan Undang-Undang Dasar".'^ Telah disebutkan,
ekonomi, sehlngga dipikirkan kembali peran ruang lingkup bidang pemerintahan tidak
pemerintah dalam kehidupan sosial dan dapatditentukan batas-batasnya secarategas
ekonomi, yang secara perlahan kepada karena berkenaan dengan perkembangan
pemerintah diberikan kekuasaan untuk kemasyarakatan yang sangat luas dan
melakukan intervensi terhadap kehidupan beragam yang hanis dilayani dan diatur oleh
warga negara {staatsbemoeienis). Secara Presiden, oleh karena itu ruang lingkup
garis besar intervensi pemerintah terhadap kewenangan atau kekuasaan Presiden Indo
warga negara ini muncul dalam dua bentuk nesia jugademikian luas. Luasnya kekuasaan
yaitii bidang pelayanan (besturing) dan bidang Presiden dalam bidang pemerintahan ini
pengaturan(rege//ng).Tak pelak lagi, pemberian tampak sebagaimana disebutkan Bagir
kewenangan intervensi di bidang pengaturan Manan yang membagi kekuasaan
itu secara otomatis memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat
kepada pemerintah untuk terlibat dalam umum dan yang liersifat khusus. Kekuasaan
pembuatan undang-undang dan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat
untuk membuat peraturan perundang- umum adalah kekuasaan nrenyelenggarakan
undangan mandiri, tanpa keteriibatan badan administrasi negara yang mencakup bidang
pembuat undang-undang (legislatif), seperti keamanan dan ketertiban umum,
pembuatan peraturan pemerintah (a/gemeen penyelenggaraan tata usaha pemerintahan,
mafrege/ van bestuuf), keputusan-keputusan bidang pelayanan umum, dan
{besluiten) pemerintah atau pejabat penyelenggaraan kesejahteraan umum,
administrasi negara yang mengikat umum, sementara kekuasaan penyelenggaraan
dan Iain-Iain. Bahkan dalam situasi tertentu pemerintahan yang bersifat khusus adalah
®Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan (Yogyakarta; Pusat Studi Hukum Ull Yogyakarta, Bekerja Sama
dengan GamaMedia, 1999), him. 122-128.
^°Khusus Pasal 17 ayat(4) ada sedikitcatatan dalam ha! ini. Sepanjang sejarah pemerintahan Indonesia,
persoalankem'ehterian selalu diaturdengan Keppres, karena memang kementerian itu merupakan persoalan
Internal lembaga kepresidenan. Adanya perubahan ini agaknya diilhami oleh tindakan Gus Our, yang telah
membubarkan Departemen Sbsia) dan Departemen Penerahgan dengan menggunakan Keppres. yang
menimbuikan ketidakpuasan sebagiah orang. Mungkin agar peristiwa Ini tidak terulang, maka persoalan yang
menyangkutperhbentukan, pbh^ubahan dan pembubaran kementerian tidak lagi dianggapsebagai bagian dari
"hak prerogatir Presiden, nariiuhmfehiadi "hak rakyar untuk mengatumya-melalul wakllnya di DPR.
"Moh. Kusnardi dan Biiitah R. Saragih, Susuhan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem UUD 1945
(Jakarta: Gramedia, 1989), hlhi. 138.
31
pemerintahan. Dalam rangka menjalankan kepada Presiden daiam menjalankan
urusan tersebut, Presiden diberi kewenangan kekuasaan pemerintahan negara dan kepada
untuk membentuk kementerian dan mengangkat Wakil Presiden". Dalam Pasal 2 ayat (1) dan
pejabat-pejabatnya. Lebih lanjut,.lembaga (2) disebutkan; "Sekretariat Negara dipimpin
kementerian yang dibentuk Presiden ini ada oleh Sekretaris Negara yang berkedudukan
yang berbentuk Departemen dan ada yang iangsung di bawah dan bertanggungjawab
berbentuk Non Departemen. Dari siniPresiden kepada Presiden, apabHa Sekretaris Negara
antara lain membentuk lembaga Sekrelariat diberi kedudukan Menteri negara, maka
Negara. yang bertugas menjalankan sebutannya adalah Menteri Sekretaris
kewgiiangan Presiden dl bidang administrasi Negara".
negarardan membentuk lembaga kementerian Berdasarkan Keppres tersebut tampak
yang bertugas untuk mensejahterakan rakyat bahwa kedudukan hukum Mensesneg adalah
dan mengentaskan kemlsklnan, yakni di bawah dan bertanggungjawab kepada
berbentuk Menteri Koordlnator bidang Presiden. Kedudukan hukum demikian,
Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan berlaku juga untuk menteri-menteri lainnya,
Kemiskinan (Menko Kesra). Lembaga-lembaga sebagai suatu konsekuensi dari sistem
yang dibentuk Presiden ini manjaiankan pemerintahan presidensial. Rumusan
kewenangan untuk 'dan atas nama Presiden. demikian ditlllk dari struktur organisasi
Dengan kata lain, dalam sistem presidensial pemerintahan menunjukan bahwa menteri-
parapejabat dari lembaga-lembaga kementerian menteri dan juga Mensesneg merupakan
yang bersangkutan tidak memliiki kewenangan bagian internal dari lembaga kepresidenan.
mandiri. Oleh karena Itu,dalam sistem initidak Sebagai bagian internal, maka —dari
mengenal pertanggungjawaban menteri balk perspektif hukum administrasi negara— akan
secara yuridis di hadapan pengadiian maupun segera diketahui hubungan hukum
secara poiitis di hadapan dewan perwakiian {rechtsbetrekking) yangterjadi antara menteri-
rakyat. Hal Ini berbeda dengan yang berlaku menteri termasuk Mensesneg dengan
pada sistem pariementer, yang menganut the Presiden yaitu hubungan mandat {mandaafj.
doctrine of ministerial responsibiiity. Doktrin
yang bertumpu padaprinsip bahwa kedudukan
Hubungan Hukum antara Menteri
rajatidak dapat diganggu gugatatau rajatidak
dengan Presiden
dapat dipersalahkan {the King can do no
wrong, onschendbaarheis des Konings). Sebelum diketengahkan tentanghubungan
Khusus berkenaan dengan Menteri hukum mandat, teriebih dahulu dikemukakan
SekretarisNegara, didalamPasai 1 Keputusan tentang cara-cara badan atau pejabat
Presiden No. 104 Tahun 1998 tentang administrasi negara memperoieh kewenangan
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi pemerintahan, yang dari sini akan segera
dan TataKerja Sekretariat Negara disebutkan; diketahui hubungan hukum antara pemberl
"Sekretariat Negara adalah Lembaga wewenang dengan penerima wewenang. Di
Pemerintahyang bertugas membeiidukungan daiam iimu hukum administrasi ada yang
staf dan pelayanan administrasi sehari-hari dikenai dengan Istilah atribusi {attributie) dan
delegasi (de/egaf/e). Menurut H.D. van Wijk/ Willem Konijnenbelt, "mandat tetjadi ketika
Willem Konijnenbelt," "attributie : toekenning organ pemerintahan mengizinkan
van een bestuursbevoegheid door een kewenangannya dijalankan olehorganlain atas
wetgever aan een bestuursorgaan" (atribusi namanya" [mandaat, een bestuursorgaan laat
adalah pemberian wewenang pemerintahan zijn bevoegheid namens hem uitoefenen door
oleh pembuat undang-undang kepada organ een ander^^ Berkenaan dengan mandat ini,
pemerintahan), sementara "delegatie: secara agak rinci, F.A.M. Stroink dan J.G.
overdracht van een bevoegheid van het ene Steenbeek menyebutkan sebagai berikut:
bestuursorgaan aan een ander" (delegasi "6/y mandaat Is noch sprake van een
adalah pelimpahan wewenang pemerintahan bevoegdheidstoekenning, noch van een
dari satu organ pemerintahan kepada organ bevoegdheisoverdracht. In geyal van
pemerintahan lainnya). Berdasarkan definisi mandaat verandert eraan een bestaande
ini, tampak bahwa wewenang yang diperoleh bevoegdheid (althans In formeel jurldisch
secara atribusi bersifat asli yang berasal dari zin) niets. Eris dan uitsluitend sprake van
undang-undang. Dengan kata lain, organ een Inteme verhouding, bijvoorbeeldmin
pemerintahan mertiperoieh kewenangan ister- ambtenaar, waarbljde ministerde
secara langsung dari redaksi pasal tertentu ambtenaar machtlgt en/of opdraagt
dalam suatu undang-undang. Dalam hal nemens hem bepaalde beslissingen te
atribusi, penerima wewenang dapat nemen, terwijijurldisch - naarbuiten toe -
menciptakan wewenang baru atau demlnlsterh^bevoegde en verantwooidelijke
memperluas wewenang yangsudah ada. Pada orgaan bllj^ De ambtenaar beslistfeitelljk,
delegasi tidak ada penciptaan wewenang, de minister\uhd\sch"."
yang ada hanya pelimpahan wewenang dari
pejabat yang satu kepada pejabat lainnya. (Dalam mandat tidak dibicarakan
Sesudah mengetahui cara memperoleh mengenai penyerahan wewenang, tidak
kewenangan secara atribusidan delegasi, lalu pula pelimpahan wewenang. Dalam hal
apa yang disebut mandat? Di dalam mandattidakterjadiperubahanwewenang
Algemene Wet Bestuursrecht (Awb), mandat apapun{setidak-tidaknya dalam arti yuridis
berarti pemberian wewenang oleh organ formal}. Yang ada hanyalah hubungan in
pemerintahan kepada organ lainnya untuk ternal, sebagai contoh Menteri dengan
mengambil keputusan atas namanya pegawai, Menteri mempunyai kewenangan
(pemberi mandat, mandans).^^ Dengan kata dan meiimpahkan kepada pegawai untuk
lain, seperti disebutkan oleh H.D van Wijk/ megambil keputusan tertentu atas nama
D.van VI/i]k/VViliem Konijnenbelt, op.cit., him. 129. Bandingkan dengan B.de Goede. 1986.
Beeldvanhet Nedertands Bestuursrecht [Vuga Uitgeverij, 's-Gravenhage, 1986), him. 56.
"AfdelmglA1.1Awb1992.
"H. D.van Wijk/Willem Konijnenbelt loc.cIt., him. 129.
^®Stroink, RAM., en J.G.Steenbeek, op.cit., him. 46.
33
Menteri, sementara secara yuridis kebebasan melakukan penilaian
wewenang dan tanggungjawab tetap {beoordelingsvhjheid) atau kebebasan
berada pada organ kementerian. Pegawai melakukan interpretasi {interpretatiemarge)
memutuskan secara faktual, sedangkan tetapi menanyakan langsung kepada mandans.
Menteri {memutuskan} secara yuridis). Sebagal konsekuensi dari hubungan mandat,
pelaksanaan tugas Mensesneg yang diberikan
Berdasarkan beberapa pengertlan ini,
oleh Presiden masih berada dalam
R.J.H.M. Huisman menyebutkan beberapa
pengawasan penuh Presiden. Dalam hal inl
karakteristik dari mandat yaitu; Pertama,
Presiden dapat sewaktu-waktu memberikan
perintah untuk melaksanakan {opdracht tot
petunjuk, menegur mandataris, menjalankan
uitvoering)', Kedua, kewenangan dapat
sendiri tugasyang telah diberikan tersebut, atau
sewaktu-waktu dilaksanakan oleh pemberi
mengalihkan tugas tersebut kepada organ lain.
mandat (mandans): Ketiga, tidak terjadi
Dalam konstruksi hubungan mandat inl, bila
peralihan tanggungjawab; Keempaf, tidak
terjadi tuntutan hukum, maka tuntutan itu
harus berdasarkan undang-undang {geen
ditujukan pada pemberi mandat {mandans),
wettelijke basis vereisf}] Kelima, dapat tertulis, selaku pemegang kewenangan, bukan pada
dapat pula secara lisan {kan schriftelij'k, mag
penerima mandat {mandataris).
oak mondeling).^^
Terlepas dari kenyataan bahwa dalam
Dari beberapa teori ini jelas menunjukan
praktek penyelenggaraan pemerintahan,
bahw'a menteri hanyalah pihak yang
menteri-menteri tersebut ada yang berbentuk
menjalankan perintah balk perintah tertulis
menteri negara, menteri departemen, menteri
maupun lisan, bukan pemegang kewenangan
non departemen, dan menteri muda, sistem
yang sesungguhnya. Menteri —termasuk
pemerintahan presidensial —sebagaimana
Mensesneg— hanyaiah pelaksana perintah
diisyaratkan Pasal 17diatas— menempatkan
yang tidak dapat berbuat'lain kecuali sekadar menteri sebagai pihak yang berada di bawah
apa yang diperintahkan oleh Presiden. Karena
dan bertanggungjawab kepada Presiden.
menteri secara yuridis bukanlah pemegang
Dengan kata lain, dalam sistem presidensial
kewenangan, maka konsekuensi yang muncul
lembaga kementerian menjpakan bagian in
dalam hubungan mandat adalah bahwa
ternal dari lembaga kepresidenan, dengan
menteri (mandataris) tidak memiliki
hubungan hukum mandat. Berdasarkan
kewenangan diskresi atau freies Ermessen
konstruksldemikian, maka ketentuan Pasal 25
dalam menjalankan tugas-tugas yang
UU No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
diperintahkan oleh mandans. Kalaupun
UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokol*
bentuk perintah yang diberikan Presiden itu Kepegawaian menjadi tidak logis atau tidal(
masih samar atau ambigu, yang dapat sejalan dengan teori pemberian atau pelimpahar
dilakukan mandataris bukan menggunakan
wewenang pemerintahan."
^®R.J.H.M. Huisman, Algemeen Bestuursrecht, een /n/e/d/lrjg (Amsterdam: Kobra, 1976), him. 8.
"Pasal 25 UU No. 43 Tahun 1999 berbunyi; "Untuk mempertancar pelaksanaan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhenfan Pegawai Negeri Sipil, Presiden dapaimendelegasikansebagian wewenangnys
kepada Menten atau pejabat lain".
35
sistem presidensial yang dianut di negeri ini dalam bentuk undang-undang. Artinya rakyat
masih menyimpan sejumlah persoalan hukum. —melalui wakilnya di Pariemen— mempunyai
hak untuk menilai apakah penggunaan
kewenangan oleh pemerintah itu sesuai atau
Pertanggungjawaban Pelaksanaan
tidak dengan undang-undang yang merupakan
Kewenangan Pemerintahan
kristalisasi kemauan dan kehendak rakyat.
Secara teoretik, tanggung jawab Sudah barang tentu dua dimensi
mengandung dua aspek, yaitu aspek internal pertanggungjawaban Ini akan memunculkan
dan aspek eksternal. Pertanggungjawaban dua konsekuensi bagi pemegang kewenangan,
yang beraspek internal, hanya dlwujudkan konsekuensi hukum dan konsekuensi politik.
dalam bentuk laporan pelaksanaankekuasaan. Telah disebutkan, salah satu prinsip
Pertanggungjawaban denganaspekeksternal, dalam negara hukum demokratis adaiah
adaiah pertanggungjawaban terhadap pihak bahwa setiap tindakan hukum pemerintah
ketlga, apabila dalam melaksanakan atau administrasi negara harus didasarkan
kekuasaan itu menlmbulkan suatu derita atau pada kewenangan yang berikan oleh undang-
kerugian." Dalam negara hukum demokratis, undang. Pemberian kewenangan ini dapat
pertanggungjawaban ini muncul dalam dua terjadi secara atribusi maupun delegasi. Lebih
dimensi; dimensi hukum dan dimensi politik.. lanjut, tindakan-tindakan hukum dari pemerintah
Pertanggungjawaban dalam dimensi hukum ini, yang secara garls besar bertindak dalam
mengandung arti bentuk pertanggungjawaban bidang pengaturandan pelayanan,seianjutnya
dalam penggunaan kewenangan apakah dituangkan daiam bentuk instrumen yuridis
sesuai atautidak dengan hukum yang dibuktikan seperti peraluran-peraturan [regelingen],
melalui proses peradilan di hadapan hakim, keputusan-keputusan {besluiten), ketetapan-
sedangkan pertanggungjawaban dalam ketetapan {beschikkingen), dan peraturan
dimensi politik dilakukan dalam bentuk kebijaksanaan {beleidsregef). Oleh karena
"laporan" penggunaan kewenangan di tindakan pemenntah itu tertuang padainstrumen
hadapan rakyat. Pertanggungjawaban politik yuridis, maka pertanggungjawaban publik
di hadapan rakyat ini diperlukan sehubungan pemerintah akan berkaitan dengan bagaimana
dengan penggunaan kewenangan yang pembuatan dan penggunaan Instrumen-
berasal dari rakyat. yang sudah dituangkan instrumen tersebut, serta apa akibat-akibat
hukum yang muncul darinya.^^
"Sowoto, "Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden", Disertasi, Universitas Airiangga. Surabaya
1990. him. 80
^^Berdasarkan hukum positifyang bedaku diIndonesia, pertanggungiawaban hukum melalui prosesperadilan
tertiadap penggunaan kewenangan yang sudah dituangkan dalam bentuk instrumen yuridis dilakukan melalui
Mahkamah Agung jika itu berbentuk peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan, sesuai dengan ketentuan
Rasa! 26UU No. 14Tahun 1970 yang telah dimbah dengan UU No. 35Tahun 1999 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehaklman dan Pasa! 31 ayat(1) UU No. 14Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, sedangkan
jika berbentuk ketetapan-ketetapan, maka ditempuh melalui adminlstratif beroep danPTUN, sesuai dengan
ketentuan UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN. Adapun untuk peraturan kebijaksanaan, hukum positif di
Indonesia t'dak atau belum memberikan jalan keluar mengenai boieh tidaknya mengajukan gugatan terhadapnya.
Agaknya para pembuat undang-undang di Indonesia masih begitu kukuh berpegang padakonsep 'de rechter
niet op de stoei van de administratie gaan zitten' yang muncul dari prinsip "the separation of power,
machtenscheidin^mhsan abad pertengahan.
"S.J. Fockema Andreae, Rechtsgeleerd Handwoordenboek (J.B. Woiters' Ultgeversmaatschappij n.v.,
Groningen, 1951), him. 308.
^^Rldwan, Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: Ull Press, 2002), him. 77.
37
sementara kewenangan masih tetap berada Foulkes. Introduction to Administrative Law.
pada pemberi mandat, Berdasarkan sistem Fourt Edition. London Butterworts,
presidensial yang dianut di Indonesia, 1976.
kedudukan menteri berada di bawah dan Irving Stevens. Constitutional &Administrative
bertanggungjawab kepada Presiden, karena Law. Third Edition. Pitman Publishing,
itu hubungan hukum yang terjadi adalah 1996.
hubungan mandat. Dalam hubungan in!
menteri bukaniah pemegang kewenangan Le Sueur. AR, danJWHerberg. Constituonal &
Administrative Law. London: Cavendish
{geen de drager van bevoegdheicfj, menteri
hanyalah pihak yang bertindak untuk dan atas Publishing Limited, 1995.
nama Presiden, oleh karena itu menteri Moh. Kusnardidan Bintan R.Saragih. Susunan
— terinasuk Merisesneg— tidak memikul Pembagian Kekuasaan Menurut
pertanggungjawaban (geen de drager van Sistem UUD 1945. Jakarta; Gramedia,
veranbivbordelijkheidj. Wallahu a'lam bi al- 1989.
shawab. a
Nicolai, P., et. al. Besfuurerec/jf. Amsterdam,
1994.
Daftar Pustaka
Ridwan. Hukum Administrasi Negara.
Bagir Manan. Lembaga Kepresidenan. Yogyakarta: Ull Press, 2002.
Yogyakarta: Pusat Studi Hukum Ull Sowoto. "Kekuasaan dan Tanggung Jawab
Ydgyakarta Bekerja Sama dengan Presiden." D/sertas/. Universitas
Gaiiia Media, 1999. Airlangga, Surabaya, 1990.
Belinfante. A.D., et.al. Beginselen van Stroink, F.A.M.. enJ.G. Steenbeek. Inleidingin
Nederiandse Sfaatsrecht. Alphen aan
het Staata-en Administratief Recht.
den Rlin, 1983. Samsom H.D. Tjeenk Willink, Alphen
De Goede. B. Beeld van het Nederlands aan den Rijn, 1985.
Bestuursrechl Vuga Uitgeverij, 's-
Ten Serge, J.B.J.M. Besfuren Door De.
Gravenhage, 1986. Overheid. Deventer: W.E.J. Tj'eenk
Fockema Andreae, S.J. Rechtsgeleerd Willink, 1996.
Handwoordenboek. J.B. Welters'
Van Wijk. H.D./Willem Konijnenbelt.
Uitgeversmaatschappij n.v., Groningen, Hoofdstukken vanAdministratiefRecht.
1951.
Uitgeverij Lemma BV. Utrecht, 1995.