A. Defenisi
otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Pada
relative normal. Indikasi di lakukan operasi adanya daerah hiperdens, diameter >
3 cm, perifer, adanya pergeseran garis tengah (Amin dan Hardhi, 2015).
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara
indikasi dilakukan operasi jika single, diameter lebih dari 3 cm, perifer, adanya
.Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah
kecil, dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul (Suharyanto, 2010).
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri.
Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala
Lucid Interval (adanya fase sadar diantara 2 fase tidak sadar karena
bertambahnya volume darah)
Bingung
Penglihatan kabur
Susah bicara
Nyeri kepala yang hebat
Keluar cairan darah dari hidung atau telinga
Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala
Mual
Pusing
Berkeringat
Pucat
Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar
Pemeriksaan penunjang
Foto polos : sulit untuk menentukan
CT-Scan
MRI
Penatalaksanaan
Penatalaksaan epidural hematoma dapat dilakukan segera dengan cara trepanasi
dengan tujuan melakukan evakuasi hematoma dan menghentikan perdarahan
Prognosis
Prognosis tergantung pada :
Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )
Besarnya
Kesadaran saat masuk kamar operasi.
Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena
kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Prognosis sangat buruk pada
pasien yang mengalami koma sebelum operasi.
Gejala yang timbul segera hingga berjam - jam setelah trauma sampai dengan
hari ke tiga. Biasanya terjadi pada cedera kepala yang cukup berat yang dapat
mengakibatkan perburukan lebih lanjut pada pasien yang biasanya sudah
terganggu kesadaran dan tanda vitalnya.
Perdarahan dapat kurang dari 5 mm tebalnya tetapi melebar luas.
Secara klinis subdural hematom akut ditandai dengan penurunan kesadaran,
disertai adanya lateralisasi yang paling sering berupa hemiparese/plegi. Pada
pemeriksaan radiologis (CT Scan) didapatkan gambaran hiperdens yang berupa
bulan sabit
Perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh
darah yang ada dalam jaringan otak.
B. Etiologi
5. Jatuh
7. Hipertensi
9. Aneurisma
11. Obat
12. Merokok
C. Manifestasi Klinik
orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas.
Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada.
Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana
peluasan perdarahan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa dan mati rasa,
hilang. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah dan
kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai
menit.
Menurut Corwin (2015), manifestasi klinik dari dari Intra Cerebral Hematom
yaitu :
membesarnya hematom.
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan
D. Patofisiologi
serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari
pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau
didekatnya, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan.
Darah yang keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi otak, sehingga
arteri pada tempat yang lemah. Makin lama aneorisme makin besar dan kadang-
Dalam keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir ke
otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah ke otak turun menjadi
18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian aktifitas listrik
pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini masih revesibel.
Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak
sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung
pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan
terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi
mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal. Timbulnya
penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit, jam
1. Pemeriksaan Radiologi
2. Pemeriksaan Laboratorium
sendiri.
F. Penatalaksanaan
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke
orang yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis.Lebih dari setengah
yang bertahan hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan
1. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
3. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan platelet
dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang
dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan
penumpukan darah bisa memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak
cerebellum.
1. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
secara bedah.
3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
4. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
A. Pengkajian
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya,
spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi
dan gaya hidup klien.
1. Identitas klien:
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan utama:
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, kesadaran menurun, dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat psikososial
7. Keadaan umum: lemah, gelisah, cenderung untuk tidur
8. TTV: suhu,nadi,tensi,RR,GCS
9. Body of system
a) Pernafasan (B1 : Breathing)
Hidung : kebersihan
Dada
Inspeksi : bentuk simetris kanan kiri inspirasi dan ekspirasi
pernafasan, frekuensi, irama, gerakan cuping hidung,terdengar
suara nafas tambahan, bentuk dada, batuk.
Palpasi : pergerakan asimetris kanan dan kiri,taktil fremitus,raba
sama antara kanan dan kiri dinding dada.
Percusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup
pada batas paru dan hepar
Auskultasi : terdengar adanya vesikuler di kerdua lapisan paru,
suara ronchi dan wheezing.
b) Kardiovaskuler (B2: Bleeding)
Inspeksi : bentuk dada simetris kanan dan kiri, denyut jantung pada
ictus cordis 1 cm lateral medial, pulsasi jantung tampak
Palpasi : frekuensi nadi / HR, tekanan darah, suhu, perfusi dingin,
berkeringat
Percusi : suara pekak
Auskultasi : irama reguler, systole/murmur, bendungan vena
jugularis,oedema.
c) Persyarafan (B3 : Brain) , kesadaran,GCS
Kepala : bentuk ovale, wajah
Mata : konjungtiva tidak anemis,sklera tidak icteric, pupil isokor,
gerakan bola mata mampu mengikuti perintah.
Mulut : kesulitan menelan, kebersihan, penumpukan ludah dan
lendir, bibir tampak kering,afasia
Leher : tidak ada pembesaran pada leher, tidak tampak pembesaran
pada vena jugularis, tidak terdapat kaku kuduk
d) Perkemihan- Eliminasi urine (B4 : Bledder)
Inspeksi : jumlah urine, warna urine, gangguan perkemihan,
pemeriksaan genitalia eksterna, jamur, ulkus, lesi dan keganasan.
Palpasi : pembesaran kelenjar inginalis,nyeri tekan.
Percusi : nyeri percusi pada daerah ginjal
e) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5 : Bowel)
Inspeksi : mulut dan tenggorokan tampak kering, kelainan pada
abdomen, gangguan pencernaan,kembung,diara
Palpasi : Hepar dan ginjal tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Percusi : suara timpani pada abdomen, kembung
Auskultasi : peristaltik cepat atau lemah.
Abdomen : Tidak terdapat acites, turgor menurun, peristaltik usus
normal
Rektum : Rectal touche
f) Tulang- Otot- Integument (B6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : kesakitan pada kaki saat gerak
pasif, droop foot, kelemahan otot pada ekstremitas atas dan bawah.
Kulit : Warna kulit, tidak terdapat luka dekubitus,turgor baik.
10. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesalahan, letargi, hemisparase, quadriplegia, ataksia
cara berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma)
ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik.
11. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (Hipertensi), perubahan
frekuensi jantung (bradikardia, takikardia, yang diselingi dengan
bradikardia, distritmia).
12. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, Delirium, Agitasi, bingung, depresi
dan impulsif.
13. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi.
14. Makanan/Cairan
Gejala : Mual/muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur
keluar, dispagia), berkeringat, penurunan berat badan, penurunan massa
otot/lemak subkutan.
15. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, Amnesia seputar kejadian,
Vertigo, Sinkope, tinnitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada
ekstrimitas, perubahan pola dalam penglihatan seperti ketajamannya,
diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia, gangguan
pengecapan dan penciuman
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
perubahan pupil (respon terhadap cahaya simetris/deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti). Kehilangan pengindraan seperti pengecapan,
penciuman dan pendengaran, wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak
seimbang, reflex tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia,
quadriplegia, kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan,
kehilangan sensasi sebagian tubuh.
16. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah tidak dapat beristirahat, merintih.
17. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi),
nafas berbunyi stridor, tersedak, ronkhi, mengi positif. (kemungkinan
adanya aspirasi).
18. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
Kulit : laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti “raccoon eye” tanda battle
disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma), adanya aliran
(drainage) dari telinga/hudung (CSS), gangguan kognitif, gangguan rentang
gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami pralisis,
demam dan gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
19. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik atau sensorik, berbicara tanpa arti, bicara berulang-
ulang, disartria.
20. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alkohol atau obat lain.
Rencana pemulangan : membutuhkan bantuan pada perawatan diri,
ambulasi, transportasi, menyiapkan makan, belanja, perawatan,
pengobatan, tugas-tugas rumah tangga, perubahan tata ruang, dan
pemanfaatan fasilitas lainnya di rumah sakit.
B. Diagnosa Keperawatan
2. Nyeri akut
3. Resiko infeksi
6. Resiko jatuh
7. Ansietas
C. Intervensi Keperawatan
Tidak adekuat pertahanan Jumlah leukosit dalam batas 3. Pantau hasil laboratorium (mis.,
5. Defisit Perawatan Diri : Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat kekuatan dan
berpakaian keperawatan selama 3x24 jam toleransia terhadap aktivitas
Faktor yang berhubungan : kilen dapat mengenakan pakaian 2. Pantau peningkatan atau
Ansietas sendiri secara mandiri dengan atau penurunan kemampuan untuk
Gangguan fungsi kognitif tanpa alat bantu, dengan berpakaian dan melakukan
Tinggal sendiri 1. Resiko jatuh akan menurun 3. Atur tata letak barang-barang
Usia >65 tahun 2. Menciptakan lingkungan yang yang mudah di jangkau pasien
aman 4. Ajarkan pasien bagaimana
3. Menghindari cedera fisik posisi terjatuh yang dapat
4. Mengidentifikasi risiko yang meminimalkan cidera
Lingkungan :
meningkatkan keretanan
Lingkungan yang tidak
terhadap jatuh
terorganisasi
Kurang pencahayaan
Kurang material antislip di
kamar mandi
Penggunaan restrein
Penggunaan karpet yang
tidak rata/terlipat
Ruang yang tidak dikenal
Pemajanan pada kondisi
cuaca tidak aman (mis., lantai
basah, es)
Publishing, Jakarta
Corwin, 2015,S C & Bare, B G.. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah vol.3,ed.8.
EGC : Jakarta
Paulo,. DC; alih bahasa: Andrianto.P; Editor Ronardy DH. 2016. Buku Ajar Bedah
Bagian 2. EGC; Jakarta.
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi 3. yogyakarta
Judith M. Wilkinson, 2016. Diagnosa Keperawatan : diagnosa NANDA-I,intervensi
NIC, Hasil NOC Edisi 10, Jakarta EGC