Anda di halaman 1dari 2

Hal Keren yang Bisa Dilakukan Anak Muda buat Pendidikan di Indonesia

Pada abad ke 21 ini, era globalisasi menyadarkan kita terhadap kualitas dunia pendidikan
di Indonesia. Bagaimana tidak? Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi membuat kita
dapat membandingkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan negara-negara lain. Dari sinilah
kita menyadari bahwa adanya ketertinggalan dalam mutu Indonesia. Pada tahun 2006, Program
for International Student Assessment (PISA) menilai seberapa baik kesiapan siswa berumur 15
tahun dalam menghadapi kehidupan, Indonesia hanya mampu menempati peringkat 50 dari 57
negara dalam bidang ilmu pengetahuan, membaca, dan matematika. Indonesia memiliki
pendaftaran sekolah dasar yang hampir universal, tapi di tingkat menengah pertama, peningkatan
berjalan lambat, hanya 55% anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah terdaftar di sekolah
menengah pertama (Worldbank, 2014). Faktor utama dalam masalah pendidikan ini adalah
kemiskinan, sedangkan faktor lain yang amat berpengaruh adalah kualitas pengajar.
Kemiskinan jelas merupakan faktor utama dalam masalah pendidikan di Indonesia.
Dampak dari kemiskinan terhadap dunia pendidikan adalah banyak anak yang putus sekolah
bahkan tidak bersekolah karena tidak adanya biaya.
“Kemiskinan sebagai fenomena yang menghalangi orang-orang miskin mengambil bagian
dalam kesempatan yang sebenarnya ada, termasuk kesempatan memperoleh pendidikan,
disebabkan ketimpangan struktur institusional dalam masyarakat,” kata J Muller dalam buku
Pendidikan sebagai Jalan Pembebasan Manusia dari Cengkeraman Kemelaratan.
Pendidikan yang tidak merata terutama di daerah terpencil, juga berperan cukup besar dalam
menambah angka kemiskinan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalahan menyamaratakan
pendidikan kesemua wilayah di Indonesia termasuk di daerah-daerah terpencil sehingga tidak
terjadi kesenjangan.
Pedagog asal Jerman, FW Foester mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
pembentukan karakter, dimana dari kematangan karakter inilah kualitas pribadi diukur.
Pendidikan karakter di tingkat sekolah telah diimplementasikan melalui beberapa mata pelajaran
yang berbasis karakter, antara lain pelajaran Kewarganegaraan, Pendidikan Agama dan Bahasa
Indonesia. Pendidikan karakter di keluarga dan lingkungan, dimana orang tua berperan sangat
penting untuk membentuk karakter anak-anak. Selanjutnya adalah peran mahasiswa sebagai
generasi muda yang berkarakter.
Mahasiswa (anak muda) sebagai agent of change dapat melakukan banyak hal untuk
turut berpartisipasi dalam dunia pendidikan. Salah satunya yaitu mahasiswa dapat membentuk
suatu gerakan yang mampu membentuk karakter siswa/i di sekolah. Melalui program ini,
mahasiswa dapat menjadi seorang sahabat sekaligus motivator untuk memberikan semangat dan
inspirasi agar siswa/I tetap terus berjuang untuk bersekolah.
Disamping itu mahasiswa juga mampu memberikan pengajaran ‘versi lain’ mengenai
suatu pelajaran di sekolah dalam suatu event tertentu. Misalnya, dengan menerapkan Learn and
Telling Story, dimana setelah menjelaskan suatu materi kita dapat menceritakan latar belakang,
manfaat, dan aplikasi materi tersebut dalam kehidupan. Tentunya dengan gaya anak muda yang
mampu menjadi sahabat, guru, maupun seorang motivator pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai