Anda di halaman 1dari 7

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri

Volume 5 Nomor 1: 39-45 39

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri


5(1): 39-45 (2016)
ISSN 2252-7877 (Print) ISSN 2549-3892 (Online)
Tersedia online di http://www.industria.ub.ac.id

Analisis Postur Kerja pada Stasiun Pemanenan Tebu dengan Metode OWAS dan
REBA, Studi Kasus di PG Kebon Agung, Malang
Working Posture Analysis on Sugar Cane Harvesting Station Using OWAS and
REBA, a Case Study in PG Kebon Agung, Malang
Reza Fatimah Nur, Endah Rahayu Lestari*, Siti Asmaul Mustaniroh
Department of Agro-industrial Technology, Faculty of Agricultural Technology
University of Brawijaya, Malang, Indonesia
*
endahlestari24@yahoo.com
Received: 13th February, 2016; 1st Revision: 24th March, 2016; 2nd Revision: 26th March, 2016; Accepted: 28th March, 2016

Abstrak
Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan secara manual beresiko mengalami gangguan muskuloskeletal, yaitu
cedera pada bagian otot, urat syaraf, urat daging, tulang, persendian tulang, tulang rawan yang disebabkan oleh
aktivitas kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan tingkat risiko musculoskeletal disorders (MSDs)
atau gangguan muskuloskeletal akibat postur kerja pada saat pemanenan tebu berdasarkan metode OWAS dan
REBA. Pengolahan data dilakukan dengan software WinOwas dan ErgoFellow. Hasil pengolahan data menunjukan
bahwa masing-masing elemen aktivitas memanen tebu, hampir seluruh elemen kegiatan memiliki tingkat risiko
yang tinggi dan sangat berbahaya bagi sistem muskuloskeletal. Hasil pada OWAS menunjukkan sebanyak 87,5%
kegiatan termasuk ke dalam kategori sangat berbahaya dan perlu perbaikan saat ini, serta 12,5% termasuk kategori
tidak berbahaya dan tidak perlu perbaikan, sedangkan pada REBA menunjukkan 62,5% kegiatan memiliki tingkat
risiko sangat tinggi dan perlu perbaikan saat ini, 25% kegiatan dengan tingkat risiko tinggi dan perlu perbaikan
segera, serta 12,5% dengan tingkat risiko rendah dan diperlukan perbaikan di masa mendatang.
Kata kunci: OWAS, postur kerja, REBA, stasiun pemanenan tebu

Abstract
Labors that do work manually was risky of suffering a musculoskeletal disorders that is an injury to the muscular
parts, nerves, bone, joints, cartilage. The purpose of this study is to compare the level of risk musculoskeletal
disorders (MSDs) due to posture work at the time of the harvesting cane based on a methods OWAS and REBA. Data
was performe by software WinOwas and ErgoFellow. The result of the processing data showed that all element of the
activity of harvesting cane have a highly risk and dangerous for the musculosketal. Owas method show that 87.5%
of activities was catogarized as highly dangerous and need a repair right now, and 12.5%activities was categorized
as not dangerous and no to require improvement or repair method. Reba method showed that 62.5% activity has
a very high risk and need a repair at the moment, and 25% activity has a high risk and to require improvement or
repair immediately, and 12.5% has a low risk and necessary repair in the future.
Keywords: OWAS, working posture, REBA, harvesting sugarcane station

PENDAHULUAN PG Kebon Agung merupakan perusahaan


yang kegiatan utamanya adalah memproduksi
Kegiatan penanganan bahan secara manual gula dari tebu. Proses produksi di perusahaan ini
berisiko terjadinya gangguan muskuloskeletal seluruhnya menggunakan mesin yang dijalankan
atau musculoskeletal disorders (MSDs), yakni secara otomatis. Namun, pada kegiatan
cedera pada otot, urat syaraf, urat daging, tulang, pemanenan tebu masih dilakukan secara manual.
persendian tulang, tulang rawan yang disebabkan Dalam sehari, kebun tebu yang dipanen luasnya
oleh aktivitas kerja (Apep dan Syafei, 2002). dapat mencapai kurang lebih 10 hektar, sehingga
Selanjutnya Lee dan Han (2013) melaporkan tenaga kerja pada bagian pemanenan tebu ini
bahwa postur kerja yang janggal adalah penyebab harus bekerja 6-7 jam tiap harinya. Pekerja
utama terjadinya gangguan muskuloskeletal. pemanen tebu ini dihadapkan pada faktor fisik
Beberapa contoh postur kerja janggal antara lain di tempat kerja yang meliputi postur janggal saat
meraih ke belakang, memutar, bekerja dengan menebang dan mengangkut tebu, mengangkat
ketinggian melebihi kepala, pergelangan tangan beban berat, mengerahkan tenaga yang besar,
menekuk, berlutut, membungkuk, maju dan dan melakukan kegiatan yang berulang. Risiko
mundur membungkuk, serta jongkok. tersebut apabila tidak diperhatikan dapat
40
Analisis Postur Kerja pada Stasiun …
menyebabkan pekerja mengalami cedera seperti rikut (Karhu, 1981):
nyeri, mati rasa, bengkak, kekakuan, dan lain- a. Merekam dan mengambil gambar sikap
lain yang secara langsung dapat mempengaruhi kerja
produktivitas. Oleh karena itu diperlukan b. Mengklasifikasikan sikap bagian tubuh
perancangan sistem kerja dengan memperha- yang diamati untuk dianalisa yang terdiri
tikan kaidah ergonomi agar tenaga kerja dapat dari:
melaksanakan pekerjaannya dengan aman dan i. Punggung (Tabel 1)
nyaman. ii. Lengan (Tabel 2)
Salah satu cara untuk mengevaluasi faktor iii. Kaki (Tabel 3)
fisik di stasiun pemanenan tebu agar dapat iv. Berat beban (Tabel 4)
dicapai keamanan dan kenyamanan dalam c. Memasukkan data-data tersebut ke dalam
bekerja adalah dengan mengidentifikasi dan Software WinOwas
menganalisis postur kerja secara keseluruhan. d. Menentukan kategori postur kerja (Tabel
Metode yang dapat digunakan untuk menga- 5)
nalisis postur kerja antara lain metode OWAS 2. Metode REBA
dan REBA. OWAS merupakan metode analisis Metode REBA sedikit berbeda dengan
sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan OWAS. Langkah-langkah penelitian sebagai
bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan berikut: (Hignett dan McAtamney, 2000)
beban berat yang diangkat. Masing-masing a. Merekam atau mengambil gambar
anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja
sikap kerja (Astuti dan Suhardi, 2007). REBA b. Menentukan sudut bagian tubuh
adalah metode yang dikembangkan oleh Sue pekerja, sebagai berikut.
Hignett dan Lynn McAtamney yang secara i. Pergerakan leher (Tabel 6)
efektif digunakan untuk menilai postur tubuh ii. Pergerakan batang tubuh
pekerja, tenaga yang digunakan, tipe dari (punggung) (Tabel 7)
pergerakan pekerja (Stanton dan Hedge, 2005). iii. Pergerakan kaki (Tabel 8)
Kedua metode ini mampu mendefinisikan iv. Pergerakan lengan atas (Tabel 9)
pergerakan seluruh bagian tubuh pada pekerja v. Pergerakan lengan bawah (Tabel 10)
stasiun pemanenan tebu dan dapat memberi vi. Pergerakan pergelangan tangan
perbaikan pergerakan tubuh secara keseluruhan (Tabel 11)
sehingga dapat memberi rasa nyaman dan aman c. Menentukan berat beban, coupling dan
pada saat melakukan aktivitas kerja. Adapun aktivitas
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menge- i. Berat beban (Tabel 12)
tahui dan membandingkan tingkat risiko yang ii. Coupling (Tabel 13)
diakibatkan oleh postur kerja saat melakukan iii. Aktivitas (Tabel 14)
aktivitas memanen tebu menggunakan metode d. Memasukkan ke dalam Software Ergo-
OWAS dan REBA. Fellow
e. Menentukan tingkat risiko sikap kerja
METODE PENELITIAN (Tabel 15)

Penelitian dilakukan di kebun tebu PG


Kebon Agung yang berada di Kecamatan Tabel 1. Kode sikap punggung
Bululawang pada bulan Januari 2015 sampai Postur Tubuh Kode
dengan bulan Mei 2015. Responden penelitian - Lurus / tegak 1
adalah pekerja pemanen tebu sebanyak 67 - Membungkuk 2
orang. - Memutar / miring ke samping 3
- Membungkuk dan memutar / 4
Instrumen Penelitian membungkuk ke depan dan menyamping
Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner Nordic Body Map (NBM), kamera, Tabel 2. Kode sikap lengan
Software WinOwas dan ErgoFellow. Postur Tubuh Kode
- Kedua lengan berada di bawah bahu 1
- Satu lengan berada pada atau di atas bahu 2
Tahapan Penelitian
- Kedua lengan pada atau di atas bahu 3
1. Metode OWAS
Tahap-tahap penelitian OWAS sebagai be-

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 5(1): 39-45 (2016)


41
Analisis Postur Kerja pada Stasiun …
Tabel 3. Kode sikap kaki
Postur Tubuh Kode
- Duduk 1 Tabel 9. Skor pergerakan lengan atas
- Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus 2 Pergerakan Skor Perubahan skor
- Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus 3 20⁰ flexion dan
1 +1 jika bahu terangkat
- Berdiri bertumpu pada kedua kaki 4 extension
atau lengan atas
dengan lutut ditekuk > 20⁰ extension 2
terabduksi
- Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan 5 20 - 45⁰ flexion 2
-1 jika lengan disangga
lutut ditekuk. 45 - 90⁰ flexion 3
atau pekerja bersandar
- Berlutut pada satu atau kedua lutut 6 > 90⁰ flexion 4
- Berjalan 7
Tabel 10. Skor pergerakan lengan bawah
Tabel 4. Kode berat beban Pergerakan Skor
Postur Tubuh Kode 60 - 100⁰ flexion 1
- Berat beban kurang dari 10 kg (W ≤ 10 kg) 1 < 60⁰ flexion 2
- Berat beban 10 – 20 kg (10 kg<W≤ 20 kg) 2 > 100⁰ flexion 2
- Berat beban lebih besar dari 20 3
kg (W>20 kg)
Tabel 11. Skor pergerakan pergelangan tangan
Tabel 5. Kategori level sikap kerja OWAS Pergerakan Skor Perubahan skor
Kategori Penjelasan 0 – 15⁰ flexion
1 +1 jika pergelangan
Pada sikap ini tidak masalah pada atau extension
tangan menyimpang
1 sistem muskuloskeletal. Tidak perlu > 15⁰ flexion
2 atau berputar
perbaikan. atau extension
Pada sikap ini sedikit berbahaya pada
2 sistem muskuloskeletal. Perlu perbai-
kan dimasa akan datang. Tabel 12. Skor berat beban
Pada sikap ini berbahaya bagi sistem Berat beban Skor Perubahan skor
3 muskuloskeletal. Perlu perbaikan sege- Beban < 11 lbs 0
ra mungkin. (~5 kg) +1 jika ada
4 Pada sikap ini sangat berbahaya bagi Beban 11 - 22 1 penambahan beban yang
sistem muskuloskeletal. Perlu perbai- lbs (~5-10 kg) secara tiba-tiba atau
kan secara langsung/saat ini. Beban > 22 lbs 2 secara cepat
(~10 kg)
Tabel 6. Skor pergerakan leher
Pergerakan Skor Perubahan skor
0 - 20⁰ Flexion 1 Tabel 13. Skor coupling
+1 jika memutar atau
> 20⁰ Flexion Coupling Skor
2 miring ke samping
atau extension Pegangan pas dan tidak terlalu 0 (Good)
kuat
Tabel 7. Skor pergerakan batang tubuh Cara memegang bisa diterima tapi 1 (Fair)
Pergerakan Skor Perubahan skor tidak ideal atau coupling lebih
Tegak 1 sesuai digunakan bagian tubuh
0 - 20⁰ Flexion 2 lain
0 - 20⁰ 2 Pegangan tangan tidak bisa 2 (Poor)
+1 jika memutar atau diterima walaupun memungkinkan
Extension
miring ke samping Dipaksakan, genggaman yang 3
20 - 60⁰ Flexion 3
> 20⁰ Extension 3 tidak aman, tanpa pegangan, (Unacceptable)
> 60⁰ Flexion 4 coupling tidak sesuai digunakan
oleh tubuh
Tabel 8. Skor pergerakan kaki
Perubahan Tabel 14. Skor aktivitas
Pergerakan Skor Aktivitas Skor
skor
Kaki tertopang, bobot +1 jika lutut Satu atau lebih bagian tubuh diam selama
1
tersebar merata, jalan atau 1 antara 30 – lebih dari 1 menit (statis)
duduk 60⁰ Flexion Aktivitas berulang (lebih dari 4x tiap menit) 1
Kaki tidak tertopang atau 2 +2 jika lutut Aktivitas menyebabkan perubahan cepat
bobot tubuh tidak tesebar > 60⁰ dan berulang terhadap postur atau tidak 1
merata, postur tidak stabil Flexion stabil

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 5(1): 39-45 (2016)


42
Analisis Postur Kerja pada Stasiun …
melaksanakan pekerjaan sudah tergolong baik
Tabel 15. Level risiko REBA dan tidak berisiko bagi pekerja. Berikut
Level Skor Level Tindakan merupakan hasil analisis postur kerja dengan
Aksi REBA Risiko Perbaikan OWAS dan REBA untuk masing-masing
0 1 Bisa kegiatan pemanenan tebu.
Tidak perlu
diabaikan 1. Menebang tebu
1 2–3 Rendah Mungkin perlu
(1) menebang tebu (2) membersihkan tebu
2 4–7 Sedang Perlu
3 8 – 10 Tinggi Perlu segera
4 11 – 15 Sangat Perlu saat ini
Tinggi juga

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pemanenan Tebu


Proses pemanenan tebu terdiri dari
kegiatan menebang tebu, mengumpulkan tebu
dan menaikkan tebu ke truk. Kegiatan
menebang tebu dibagi menjadi 2 elemen
kegiatan yaitu menebang dan membersihkan
tebu. Kegiatan mengumpulkan tebu terdiri dari Gambar 1. Postur kerja elemen kegiatan menebang
tebu
mengumpulkan dan mengikat tebu. Kegiatan
menaikkan tebu ke truk terdiri dari mengangkat Tabel 16. Hasil analisis OWAS dan REBA
tebu, membawa tebu, menaiki tangga dan menebang tebu
melepaskan tebu. OWAS REBA
No Kombi- Kate-
Hasil Kuesioner NBM Risiko Skor Risiko
nasi gori
Kuesioner NBM terdiri dari 2 bagian, Sangat Sangat
1 4141 4 11
yakni bagian identitas pekerja dan bagian inti berbahaya tinggi
kuesioner. Identitas responden adalah rata-rata 1121 1
Tidak
3 Rendah
2
semua pekerja berumur antara 28-50 tahun berbahaya
dengan lama bekerja 3-10 tahun. Perbedaan
karakteristik ini akan mempengaruhi sikap kerja Berdasarkan metode OWAS dan REBA
yang berbeda pada saat bekerja. kegiatan menebang tebu memiliki risiko sangat
Kuesioner Nordic Body Map (NBM) tinggi dan sangat berbahaya bagi sistem
digunakan untuk mengetahui keluhan yang muskuloskeletal, sehingga perbaikan diperlukan
dirasakan oleh pekerja saat melakukan aktivitas saat ini juga. Hal ini dapat disebabkan oleh
kerja. Hasil NBM menunjukkan bahwa posisi tubuh pekerja yang membungkuk serta
sebagian besar pekerja mengalami keluhan atau memutar saat menebang. Menurut Tarwaka
rasa tidak nyaman pada bagian leher, bahu, (2009) posisi seperti ini mengakibatkan tulang
punggung, tangan dan kaki. Hal ini diakibatkan belakang membungkuk ke depan. Kondisi ini
para pekerja sering melakukan sikap kerja bila dilakukan berulang dapat menyebabkan
membungkuk baik pada saat menebang, gangguan pada bagian punggung dan pinggang
mengumpulkan maupun menaikkan tebu ke berupa keluhan nyeri, karena bagian punggung
truk. Selain itu berat tebu yang diangkat oleh terus mengalami pembebanan (Astuti dan
pekerja mencapai di atas 50 kg dan dilakukan Suhardi, 2007). Posisi membungkuk menurut
tanpa menggunakan alat bantu apapun. Beban Kurniawidjaja (2012) merupakan salah satu
yang berat berisiko menimbulkan iritasi, posisi janggal yakni sikap atau posisi bagian
inflamasi, kelelahan otot serta kerusakan otot, tubuh yang menyimpang dari posisi netral,
tendon dan jaringan sekitarnya (Kurniawidjaja, deviasi yang signifikan terhadap posisi normal
2012). ini akan meningkatkan beban kerja otot
sehingga jumlah tenaga yang dibutuhkan lebih
Analisis Postur Kerja dengan metode OWAS besar, diakibatkan transfer tenaga dari otot ke
dan REBA sistem tulang rangka tidak efisien. Kondisi
Penelitian postur kerja bertujuan untuk seperti ini akan menimbulkan gangguan
mengetahui apakah postur kerja ketika

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 5(1): 39-45 (2016)


43
Analisis Postur Kerja pada Stasiun …
muskuloskeletal atau Musculosceletal Dis- sangat tinggi dan diperlukan perbaikan saat ini
orders (MSDs). juga. Hal ini dimungkinkan sikap kerja yang
Kegiatan membersihkan tebu pada metode dominan terjadi pada proses mengumpulkan
OWAS tidak berbahaya bagi sistem muskulos- tebu adalah membungkuk dan memutar dengan
keletal dan tidak perlu perbaikan, akan tetapi kedua lutut ditekuk. Menurut Astuti dan
pada REBA kegiatan ini memiliki risiko yang Suhardi (2007) pada saat membungkuk tulang
rendah sehingga perbaikan mungkin diperlukan punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot
di masa yang akan datang. Hasil analisis kedua bagian perut dan sisi depan pada bagian
metode terhadap postur kerja saat membersih- mengalami penekanan. Pada bagian sisi
kan tebu sedikit berbeda, namun relatif sama. belakang dari justru mengalami peregangan
Posisi pekerja saat membersihkan tebu antara atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan
lain punggung tegap dan posisi kaki yang rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Selain
bertumpu pada kedua kaki yang lurus. Menurut itu posisi kaki yang bertumpu pada kedua kaki
Astuti dan Suhardi (2007) posisi kaki ini yang ditekuk tidak memberikan kestabilan
memberikan kestabilan dalam bekerja, sehingga tubuh dalam bekerja, sehingga tubuh pekerja
tubuh pekerja tidak mudah tergelincir. Beberapa mudah tergelincir. Posisi kaki tersebut dapat
keuntungan dalam sikap kerja berdiri, Bridger menyebabkan para pekerja mengalami kecela-
(2003) menyatakan antara lain berat badan kaan kerja.
dapat digunakan untuk mengerahkan kekuatan,
kaki dapat bekerja lebih efektif dalam meredam 3. Menaikkan tebu ke truk
getaran, berdiri mengurangi aktivitas otot, dan (1) mengangkat tebu (2) membawa tebu
kekuatan otot-otot tulang belakang saat posisi
berdiri dua kali lebih besar daripada posisi semi
berdiri ataupun duduk.

2. Mengumpulkan tebu
(1) mengumpulkan tebu (2) mengikat tebu

(3) menaiki tangga (4) melepaskan tebu

Tabel 17. Hasil analisis OWAS dan REBA


mengumpulkan tebu
OWAS REBA Gambar 4. Postur kerja elemen kegiatan menaikkan
No Kate- tebu ke truk
Kombinasi Risiko Skor Risiko
gori
Sangat Sangat Tabel 18. Hasil analisis metode OWAS dan REBA
1 4241 4 11 menaikkan tebu ke truk
berbahaya tinggi
Sangat Sangat OWAS REBA
2 4143 4 11
berbahaya tinggi No Komb- Kate-
Risiko Skor Risiko
inasi gori
Selanjutnya, kegiatan mengumpulkan dan Sangat Sangat
1 4143 4 12
mengikat tebu berdasarkan metode OWAS berbahaya tinggi
menghasilkan kategori 4 dengan risiko sangat Sangat Sangat
2 2273 4 11
berbahaya tinggi
berbahaya dan diperlukan perbaikan saat ini Sangat
juga. Hasil ini sama dengan metode REBA 3 2273 4 10 Tinggi
berbahaya
yang menghasilkan skor 11 dan tergolong risiko 4 2243 4 Sangat 10 Tinggi

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 5(1): 39-45 (2016)


44
Analisis Postur Kerja pada Stasiun …
berbahaya Hasil analisis yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa kedua metode menghasilkan
hasil relatif sama untuk semua elemen kegiatan
Kegiatan mengangkat tebu berdasarkan memanen tebu. Namun terdapat sedikit perbe-
analisis dengan metode OWAS dan REBA daan pada kegiatan membersihkan tebu.
memiliki risiko sangat tinggi dan sangat Analisis menggunakan OWAS menghasilkan
berbahaya bagi sistem muskuloskeletal sehing- bahwa kegiatan membersihkan tebu termasuk
ga perbaikan diperlukan saat ini juga. Hal ini dalam kategori 1 yang artinya postur tidak
dikarenakan posisi punggung yang membung- bermasalah pada sistem muskuloskeletal
kuk dengan kedua kaki ditekuk saat mengang- sehingga tidak memerlukan perbaikan. Akan
kat disertai mengangkat beban tebu yang tetapi analisis menggunakan REBA memper-
memiliki berat lebih dari 50 kg. Menurut oleh hasil yang sedikit berbeda dengan OWAS,
Helander (2006) pada saat mengangkat beban kegiatan membersihkan tebu memiliki skor 3
dengan membungkuk, gaya dari beban yang yang artinya tingkat risiko pada kegiatan ini
diangkat menjadi sepuluh kali lebih besar tergolong rendah dan perbaikan mungkin
dirasakan pada tulang belakang. Penelitian diperlukan. Menurut Kee and Karwowski
Astuti dan Suhardi (2007) menyatakan bila (2007) dibandingkan dengan REBA, metode
kegiatan membungkuk yang dilakukan dengan OWAS sedikit mengabaikan level risiko yang
pengangkatan beban yang berat dapat menim- terkait dengan postur kerja. Metode REBA
bulkan slipped disc, yaitu rusaknya bagian merupakan pengembangan dari metode
invertebratal disc akibat kelebihan beban sebelumnya, salah satunya adalah metode
pengangkatan. OWAS. Oleh karena itu hal-hal yang belum
Kemudian kegiatan membawa tebu, tercakup atau teridentifikasi pada metode
menaiki tangga, dan melepaskan tebu juga OWAS disempurnakan pada metode REBA.
memiliki risiko tinggi dan berbahaya bagi
sistem muskuloskeletal. Faktor yang paling KESIMPULAN
berpengaruh pada tingginya risiko pada ketiga
kegiatan ini adalah beban yang terlalu berat. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
Pengangkatan beban yang berat tanpa dilakukan bahwa:
dengan alat bantu akan sangat berbahaya bagi 1. Metode OWAS dan REBA menghasilkan
pekerja. Bridger (2003) menemukan bahwa keluaran yang relatif sama untuk masing-
peningkatan risiko keluhan pada punggung masing elemen kegiatan pada pemanenan
akan dialami pada pekerja yang mengangkat tebu di PG Kebon Agung. Hasil yang
beban lebih dari 25 kg sebanyak lebih dari 15 diperoleh dengan kedua metode
kali sehari. Menurut Nurmianto (2004) pekerja menunjukkan bahwa hampir seluruh elemen
yang sudah agak lanjut (40 tahun ke atas) tidak kegiatan pada aktivitas memanen tebu
diperbolehkan membawa atau mengangkat, memiliki tingkat risiko yang tinggi dan
menurunkan atau menaikkan beban yang lebih sangat berbahaya bagi sistem
dari 55 kg tanpa bantuan peralatan apapun. muskuloskeletal.
2. Hasil metode OWAS menunjukkan bahwa
Perbandingan Hasil Berdasarkan Metode 87,5% kegiatan termasuk ke dalam kategori
OWAS dan REBA sangat berbahaya dan perlu perbaikan saat
Metode OWAS dan REBA merupakan ini, serta 12,5% termasuk kategori tidak
metode yang digunakan untuk menganalisis berbahaya dan tidak perlu perbaikan.
postur kerja pada saat melaksanakan pekerjaan. 3. Hasil metode REBA menunjukkan 62,5%
Kedua metode ini mampu mendefinisikan kegiatan memiliki tingkat risiko sangat
pergerakan seluruh bagian tubuh pekerja dan tinggi dan perlu perbaikan saat ini, 25%
dapat memberi perbaikan pergerakan tubuh kegiatan dengan tingkat risiko tinggi dan
secara keseluruhan sehingga dapat memberi perlu perbaikan segera, serta 12,5% dengan
rasa nyaman dan aman pada saat melakukan tingkat risiko rendah dan diperlukan
aktivitas kerja. Selain itu, metode REBA perbaikan di masa mendatang.
merupakan pengembangan dari metode OWAS, Pekerja sebaiknya mengganti posisi
sehingga dapat menutupi kekurangan yang ada membungkuk dengan posisi jongkok saat
dalam metode OWAS. mengumpulkan dan mengangkat tebu, serta
mengurangi berat tebu yang diangkut.

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 5(1): 39-45 (2016)


45
Analisis Postur Kerja pada Stasiun …
Perusahaan sebaiknya memberikan alat tebang Stanton, N. and Hedge, A. (2005). Handbook of
menyerupai alat pemotong rumput serta Human Factors and Ergonomics Methods. New
memberikan pelatihan untuk penerapan metode Jersey: Prentice Hall of International Series.
cara angkut yang benar agar pekerja terhindar Tarwaka. (2010). Ergonomi Industri Dasar-dasar
dari masalah kesehatan dan keamanan saat Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
bekerja. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan Kerja. Surakarta: Harapan Press.
pengukuran mengenai tingkat kelelahan kerja
untuk memastikan adanya keluhan pada
kegiatan tertentu sehingga dapat terhindar dari
subjektivitas dalam pengisian kuesioner NBM.
Selain itu untuk penelitian selanjutnya dapat
menggunakan metode OWAS dan REBA pada
pekerjaan administrasi atau perkantoran,
misalnya pekerjaan operator komputer.

Daftar Pustaka

Astuti, R dan Suhardi, B. (2007). Analisis Postur


Kerja Manual Material Handling Menggunakan
Metode OWAS (Ovako Work Postur Analysis
System). Jurnal Gema Teknik. 10(1): 67-75.

Apep dan Syafei. (2002). Analisis Musculoskeletal


Disosders dalam Perbaikan Tempat Kerja.
Dalam Prosiding Seminar Nasional Teknik
Industri III 2002. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret

Bridger, R. (2003). Introduction to Ergonomics 2nd


Edition. New York: Taylor & Francis, Inc.

Helander, M. (2006). Human Factors and


Ergonomics. United Kingdom: Taylor & Francis.

Hignett, S. dan McAtamney, L. (2000). Rapid


Entire Body Assessment (REBA). Journal of
Applied Ergonomics. 31(2): 201-205.

Karhu, O., Harkonen, R., Sorvali, P. dan


Vepsailanen, P. (1981). Observing Working
Posture in Industry: Example of OWAS
Application. Applied Ergonomi 12(1): 13-17.

Kee, D dan Karwowski, W. (2007). A Comparison


of Three Observational Techniques for Assessing
Postural Loads in Industry. International Journal
of Occupational Safety and Ergonomics (JOSE).
13(01): 3-1.

Kurniawidjaja, L. (2012). Teori dan Aplikasi


Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit UI-Press.

Lee, T dan Han, C. (2013). Analysis of Working


Postures at a Construction Site Using the OWAS
Method. International Journal of Occupational
Safety and Ergonomics (JOSE). 19(2): 245–250.

Nurmianto, Eko. (2004). Ergonomi Konsep Dasar


dan Aplikasi Edisi ke-2. Surabaya: Guna Widya.

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 5(1): 39-45 (2016)

Anda mungkin juga menyukai