Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Tentang

KONSEP DASAR MANAJEMEN PESERTA DIDIK DAN PENCATATAN


PESERTA DIDIK

Disusun Oleh :

Yose Wahyu Andesta

1814040013

Dosen Pengampu :

Dr. Hasnawati, M. Pd

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA 18A

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2020 M / 1442 H
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik


1. Pengertian Manajemen
Secara etimologis kata manajemen merupakan terjemahan dari
management (bahasa inggris). Kata ini berasal dari bahasa latin,
perancis dan italia yaitu manus, mano, manage/ memege, dan
maneggiare. Maneggiare yang artinya melatih kuda agar dapat
melangkah dan menari seperti yang dikehendaki pelatih. Harold
Koontz dan Cyril O’donel mendefinisikan manajemen sebagai usaha
untuk mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan
demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah kegiatan
orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan,
pengarahan, dan pengendalian. Terry (1953) mendefinisikan
manajemen sebagai unsur pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya melalui usaha orang lain (management is the
accomplishing of the predertemined objective through the effort of
other people). Andrew F. Sikula mengemukakan bahwa manajemen
pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan
berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan
sihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien(Hamidi,2010).
2. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di
suatu lembaga pendidikan. Munurut UU Sisdiknas, peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu. Jadi bisa diartikan bahwa peserta didik
adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur, jenjang, dan jenis
lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan
potensi dirinya baik pada aspek akademik maupun nonakademik,

melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan  (Hermino,


2013:165-167).
Peserta didik merupakan unsur inti kegiatan pendidikan. Di era
persaingan antar lembaga pendidikan yang begitu ketat seperti
sekarang ini, sekolah harus berjuang secara sungguh-sungguh untuk
mendapatkan peserta didik. Bahkan ada ketua yayasan pendidikan
yang mengatakan bahwa mencari peserta didik jauh lebih sulit
ketimbang mencari guru baru. Mananjemen kesiswaan bukan hanya
berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek
yange lebih luas secara operasional dapat membantu upaya
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses
pendidikan di sekolah.
Menurut Oemar Hamalik, peserta didik merupakan komponen
masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya akan diproses
dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas
sesuai Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia. Peserta didik
mempunyai sebutan yang berbeda-beda dalam sistem pendidikan. Pada
pendidikan jenjang taman kanak-kanak disebut anak didik. Pada
sekolah jenjang pendidikan dasar/ menengah/ atas atau setara disebut
siswa. Sedangkan pada jenjang pendidikan tinggi disebut mahasiswa.
Sejalan dengan itu Suharsimi Arikunto (1998) menyebutkan, siswa
adalah siapa saja yang terdaftar sebagi objek didik disuatu lembaga
pendidikan. Di lembaga pendidikan tingkat dasar, sekolah lanjutan
tingkat pertama, dan sekolah lanjutan tingkat atas, objek didik ini
disebut siswa. Di lembaga pendidikan tingkat tinggi, yakni universitas,
akademi, institute, objek didik ini disebut mahasiswa. Selain itu masih
ada sebutan lain untuk peserta didik untuk jenis lembaga pendidikan
yang berbeda, misalnya dilingkungan pesantren peserta didik sering
disebut sebagai santri. Sebagai anggota masyarakat, mereka
mempunyai hak dan kewajiban.

Hak peserta didik:

1. Menerima pelajaran
2. Mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah
3. Menggunakan semua fasilitas yang ada
4. Memperoleh bimbingan dan sebagainya

Kewajiban peserta didik:

1. Hadir pada waktunya


2. Mengikuti pelajaran dengan tertib
3. Mengikuti ulangan, atau kegiatan-kegiatan lain yang ditentukan
oleh sekolah
4. Menaati tata-tertib dan peraturan yang berlakunya, dan sebagainya

Dalam pengelolaan peserta didik ini dibahas tentang hak dan


kewajiban peserta didik. Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan
alat berbentuk buku, formulir, daftar dan sebagainya yang harus
dikerjakan secara teratur(Arikunto,1998).

3. Pengertian Manajemen Peserta Didik


Keberadaan manajemen peserta didik sangat dibutuhkan di
lembaga pendidikan karena siswa merupakan subjek sekaligus objek
dalam proses transformasi ilmu dan keterampilan. Keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan akan sangat bergantung pada
pengembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,social emosional
dan kejiwaan peserta didik, manajemen peserta didik merupakan
penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai dengan keluar dari
suatu sekolah. Manajemen peserta didik tidak semata mencatat data
peserta didik, tetapi meliputi aspek yang lebih luas, yaitu membantu
upaya pertumbuhan anak melalui proses pendidikan
sekolah (Hermino,2013: 165-167).
Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta
didik. Imron (2012 : 6) mengemukakan manajemen peserta didik dapat
diartikan sebagai usaha pengaturan perserta didik : mulai dari peserta
didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus. Adapun
fungsi manajemen peserta didik menurut Imron (2012 : 12-13) adalah
sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri
seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi
individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi
peserta didik lainnya. Manajemen peserta didik bukanlah dalam bentuk
pencatatan data peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang
lebih luas yang secara operasional dapat digunakan untuk membantu
kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
melalui proses pendidikan di sekolah. Terdapat beberapa kegiatan
didalam manajemen peserta didik diantaranya penerimaan peserta
didik baru, pembinaan dan pengembangan peserta didik dan kelulusan.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soetjipto dan Kosasi (2009 :
165) bahwa kegiatan dalam administrasi kesiswaan dapat dipilih
menjadi tiga bagian besar, yaitu kegiatan penerimaan siswa,
pembinaan siswa, dan penamatan program siswa di sekolah (Oktaria,
2013).
Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil
personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan
perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan peserta didik di
kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan
individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat,
kebutuhan sampai ia matang di sekolah. Hal ini juga bisa berarti bahwa
manajemen peserta didik adalah penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai
dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Pengertian
masuk di sini adalah sejak peserta didik pertama kali mendaftar di
suatu sekolah sampai ia lulus / keluar dari sekolah tersebut. Menurut
Mujahil Qomar, manajemen peserta didik adalah pengelolaan kegiatan
yang berkaitan dengan peserta didik mulai dari awal masuk (bahkan
sebelum masuk) hingga akhir (tamat) dari lembaga pendidikan. Dalam
konteks pendidikan islam, manajemen kepeserta didikan memiliki
makna yang relatif sama dengan manajemen kemahapeserta didikan
dan kesantrian. Istilah yang terakhir ini khususnya berlaku di kalangan
pesantren dan berbeda dengan pengertian santri secara umum yakni
orang yang menjalankan ibadah wajib terutama sholat. 
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan
terhadap peserta didik. Mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah
sampai dengan mereka lulus. Yang diatur secara langsung adalah segi-
segi yang berkenaan dengan peserta didik secara tidak langsung.
Pengaturan terhadap segi-segi lain selain peserta didik dimaksudkan
untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik
(Imron 2011:6).
Manajemen  peserta didik dapat juga diartikan sebagai usaha
pengaturan terhadap peserta didik juga dapat diartikan sebagai usaha
pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut
masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Dengan
demikian, manajemen peserta didik itu bukanlah dalam bentuk
kegiatan-kegiatan pencatatan peserta didik saja, melainkan meliputi
aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan
untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik melalui proses pendidikan.
Adanya manajemen peserta didik merupakan upaya untuk
memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada peserta ddik
semenjak dari proses penerimaan sampai saat peserta didik
meninggalkan lembaga pendidikan (sekolah) karena sudah tamat/lulus
mengikuti pendidikan pada lembaga pendidikan (sekolah) itu (Tim
Dosen.2014:205).
Manajemen peserta didik itu bukan lah dalam bentuk kegiatan-
kegiatan pencatatan peserta didik saja, malainkan meliputi aspek yang
lebih luas,yang secara operasional dapat dipergunakan untuk
membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik melalui proses pendidikan. Manajemen peserta didik layanan
yang memusatkan perhatian pada pengaturan,pengawasan,dan layanan
siswa dikelas dan diluar kelas seperti pengenalan, pendaftaran, dan
pelayanan individual. Manajemen peserta didik juga dapat diartikan
sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta
didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah.
Manajemen peserta didik merupakankegiatan-kegiatan yang
bersangkutan dengan masalah kesiswaan disekolah (Indrawan.2015:8).
Manajemen peserta didik/kesiswaan sebagai suatu layanan yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan
siswa dikelas dan diluar kelas, seperti pengenalan, pendaftaran,
layanan individual (misalnya pengembangan
kemampuan,minat,kebutuhan) sampai ia matang disekolah.
Disimpulkan bahwa Manajemen Peserta Didik adalah layanan yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan
siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran,
layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan,
minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah. Dari beberapa
pengertian dan pendapat diatas dapat diartikan bahwa manajemen
peserta didik inklusif adalah memusatkan perhatian pada pengaturan,
pengawasan, dan layanan peserta didik inklusif dari peserta didik
tersebut masuk sekolah sampai lulus sekolah (Dian,2017:201-207).
Jadi, Manajemen peserta didik adalah penataan dan pengaturan
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk
sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah.
Pengertian masuk di sini adalah sejak peserta didik pertama kali
mendaftar di suatu sekolah sampai ia lulus / keluar dari sekolah
tersebut. Manajemen peserta didik bisa juga berarti kegiatan
pencatatan peserta didik mulai dari proses penerimaan hingga peserta
didik tersebut lulus dari sekolah disebabkan karena tamat atau sebab
lain. Bentuk manajemen peserta didik tidak hanya sekedar pencatatan
data peserta didik, melainkan mencakup aspek yang lebih luas.
Tujuannya untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kepeserta
didikan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan
lancar, tertib, dan teratur, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
4. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
a. Tujuan Manajemen Peserta Didik
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur
kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut
menunjang proses belajar mengajar. Lebih lanjut proses belajar
mengajar dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat
memberikan konstribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan
secara keseluruhan.

Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor


peserta didik.
b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum
(kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.Menyalurkan
aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
c. Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta
didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-
cita mereka.
b. Fungsi Manajemen Peserta Didik
Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah:
sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri
seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi
individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi
kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai
berikut:
a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas
peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan
potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat.
Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum
(kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan
lainnya.
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial
peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan
sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan
keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan
lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan
hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan
peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan
dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik
demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat
menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara
keseluruhan.
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan
kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera
dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena
dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan
sebayanya.
5. Prinsip-prinsip Manajemen Peserta Didik
Agar tujuan dan fungsi manajemen peserta didik dapat tercapai,
ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaannya.Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu
yang harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. Jika sesuatu
tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tinggal sebagai suatu
prinsip. Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti bahwa
dalam rangka memanaj peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan
di bawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun
prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari
keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus
mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan
manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen
peserta didikB tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen
sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar sistem manajemen
sekolah.
b. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah
mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para
peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat,
disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan
untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
c. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan
untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam
latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan
yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya
konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan
saling memahami dan menghargai.
d. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai
upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh
karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak
yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin
pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala
terdapat keengganan dari peserta didik sendiri.
e. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan
memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian
akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah,
melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung
arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi
sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta
didik.
f. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu
diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah
fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih
di masa depan.
6. Pendekatan Manajemen Peserta Didik
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta
didik (Yeager, 1994). Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative
approach). Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi
administratif dan birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan
demikian, peserta didik diharapkan banyak memenuhi tuntutan-
tuntutan dan harapan-harapan lembaga pendidikan di tempat peserta
didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah, bahwa peserta
didik akan dapat matang dan mencapai keinginannya, manakala dapat
memenuhi aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan yang
diminta oleh lembaga pendidikannya.
Wujud pendekatan ini dalam manajemen peserta didik secara
operasional adalah: mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi
peserta didik di sekolah, memperketat presensi, penuntutan disiplin
yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada upaya agar peserta
didik menjadi mampu.
Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach).Pendekatan
ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan peserta didik.Jika
pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar peserta didik mampu,
maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar peserta didik
senang.Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta didik senang
dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik serta senang
juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga pendidikan
seperti sekolah.Pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan
iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri
secara optimal.
Di antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan
tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan
padu demikian, peserta didik diminta untuk memenuhi tuntutan-
tuntutan birokratik dan administratif sekolah di satu pihak, tetapi di sisi
lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu pihak siswa
diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari
lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan iklim yang kondusif
untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika dikemukakan dengan
kalimat terbalik, penyediaan kesejahteraan, iklim yang kondusif,
pemberian layanan-layanan yang andal adalah dalam rangka
mendisiplinkan peserta didik, penyelesaian tugas-tugas peserta didik.
7. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik itu bukanlah dalam bentuk pencatatan
data peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang
secara operasional dapat digunakan untuk membantu kelancaran upaya
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses
pendidikan di sekolah.

Ruang lingkup Manajemen Peserta Didik itu meliputi:

a. Analisis Kebutuhan Peserta Didik


1. Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima
Besarnya jumlah peserta didik yang akan diterima harus
mempertimbangkan hal-hal berikut:
(i) Daya tamping kelas atau jumlah kelas yang tersedia.
Jumlah peserta didik dalam satu kelas (ukuran kelas)
berdasarkan kebijakan pemerintah berkisar antara 40-45
orang. Sedangkan ukuran kelas yang ideal secara teoritik
berjumlah 25-30 peserta didik per satu kelas.
(ii) Rasio murid dan guru. Secara ideal rasio murid guru adalah
1: 30.
2. Menyusun program kegiatan kesiswaan
Penyusunan program kegiatan bagi siswa selama mengikuti
pendidikan di sekolah harus didasarkan kepada:
a. Visi dan misi lembaga pendidikan (sekolah) yang
bersangkutan
b. Minat dan bakat peserta didik
c. Sarana dan prasarana yang ada
d. Anggaran yang tersedia
e. Tenaga kependidikan yang tersedia
b. Rekruitmen Peserta Didik
Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan
(sekolah) pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian,
menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi
peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan.
Langkah-langkah rekruitmen peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan panitia penerimaan siswa baru, yang terdiri dari
semua unsur guru, tenaga tata usaha dan dewan sekolah/komite
sekolah. Panitia ini bertugas mengadakan pendaftaran calon
siswa, mengadakan seleksi dan menerima pendaftaran kembali
siswa yang diterima.
2. Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta
didik baru yang dilakukan secara terbuka. Pengumuman
tersebut berisi hal-hal sebagai berikut:
(i) Gambaran singkat lembaga pendidikan (sekolah) yang
meliputi: sejarah, visi dan misi sekolah, kelengkapan
fasilitas sekolah, tenaga kependidikan yang dimiliki.
(ii) Persyaratan pendaftaran siswa baru minimal meliputi surat
sehat dari dokter, ada batasan usia yang ditunjukkan dengan
akte kelahiran, SKKB, salinan nilai dari sekolah
sebelumnya, melampirkan pas foto.
(iii) Cara pendaftaran. Ada dua cara yaitu secara
individual oleh masing-masing calon peserta didik yang
datang ke lembaga pendidikan (sekolah) yang dituju atau
secara kolektif oleh pihak sekolah dimana peserta didik
sekolah sebelumnya.
(iv)Waktu pendaftaran, yang memuat kapan waktu pendaftaran
dimulai dan diakhiri.
(v) Tempat pendaftaran.
(vi) Berapa uang pendaftaran dan kepada siapa uang tersebut
diserahkan, serta bagaimana pembayarannya.
(vii) Waktu dan tempat seleksi, meliputi hari, tanggal,
jam fan tempat seleksi.
(viii) Pengumuman hasil seleksi yang meliputi waktu
pengumuman dan dimana calon peserta didik dapat
memperolehnya.
c. Seleksi Peserta Didik
Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan calon
peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon
peserta didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan
(sekolah) tersebut berdasarkanketentuan yang berlaku.

Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah:


1. Melalui tes atau ujian
2. Melalui penelusuran bakat kemampuan
3. Berdasarkan nilai STTB/SKHU atau nilai UAN
d. Orientasi
Orientasi peserta didik adalah kegiatan penerimaan siswa
baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan
(sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Tujuan
diadakannya orientasi bagi peserta didik antara lain:
1. Agar peserta didik dapat mengerti, memahami dan
mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah
2. Agar pesera didik dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah
3. Agar peserta didik siap menghadapi lingkungannya
yang baru baik secara fisik, mental dan emosional
sehingga ia merasa betah dalam mengikuti proses
pembelajaran di sekolah serta dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan sekolah.
e. Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas)
Menurut William A Jeager dalam mengelompokkan peserta
didik dapat didasarkan kepada:
1. Fungsi integrasi, yaitu pengelompokkan yang didasarkan atas
kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik.
Pengelompokkan ini didasarkan menurut jenis kelamin, umur,
dan sebagainya. Pengelompokan ini menghasilkan
pembelajaran yang bersifat klasikal.
2. Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta didik
disarkan pada perbedaan-perbedaan yang ada dalam individu
peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan dan sebagainya.
Pengelompokkan ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat
individual.
Sedangkan menurut Hendyat Soetopo, dasar-dasar
pengelompokkan peserta didik ada 5 macam yaitu:

1. Friendship Grouping; Pengelompokkan peserta didik


didasarkan pada kesukaan di dalam memilih teman antar
peserta didik itu sendiri.
2. Achievement Grouping; Pengelompokkan peserta didik
didasarkan pada prestasi yang dicapai oleh siswa.Dalam
pengelompokkan ini biasanya diadakan percampuran antara
peserta didik yang berprestasi tinggi dengan peserta didik
dengan peserta didik yang berprestasi rendah.
3. Aptitude Grouping; Pengelompokkan peserta didik
didasarkan atas kemampuan dan bakat yang sesuai dengan
apa yang dimiliki peserta didik itu sendiri.
4. Attention or Interest Grouping; Pengelompokkan peserta
didik didasarkan atas perhatian atau minat yang didasari
kesenangan peserta didik itu sendiri.
5. Intelligence Grouping; Pengelompokkan peserta didik
didasarkan atas hasil tes intelegensi yang diberikan kepada
peserta didik itu sendiri.
f. Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik
Pembinaan dan pengembangan peserta didik
dilakukan  sehingga anak mendapatkan bermacam-macam
pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa yang akan
datang. Lembaga pendidikan (sekolah) dalam pembinaan dan
pengembangan peserta didik biasanya melakukan kegiatan yang
disebut dengan kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler.
Kegiatan kurikuler adalah semua kegiatan yang telah
ditentukan dalam kurikulum yang pelaksanaannya dilakukan pada
jam-jam pelajaran. Kegiatan kurikuler dalam bentuk proses belajar
mengajar dengan nama mata pelajaran atau bidang studi yang ada
di sekolah. Setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatan kurikuler
ini.
Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan
peserta didik yang dilaksanakan di luar ketentuan yang telah ada di
dalam kurikulum.Kegiatan ini biasanya terbentuk berdasarkan
bakat dan minat yang telah dimiliki oleh peserta didik.Setiap
peserta didik tidak harus mengikuti semua kegiatan ekstra
kurikuler.Ia bisa memilih kegiatan mana yang dapat
mengembangkan kemampuan dirinya. Contoh kegiatan ekstra
kurikuler: OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), ROHIS (Rohani
Islam), kelompok basket, silat, Pramuka, dan lain-lain.
Keberhasilan pembinaan dan pengembangan peserta didik
diukur melalui proses penilaian yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan (guru). Ukuran yang sering digunakan adalah naik
kelas dan tidak naik kelas bagi peserta didik yang belum mencapai
tingkat akhir sebuah lembaga pendidikan (sekolah).
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan tentang kondisi peserta didik
perlu dilakukan agar pihak lembaga dapat memberikan bimbingan
yang optimal pada peserta didik.
h. Kelulusan dan Alumni
Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari
manajemen peserta didik. Kelulusan adalah pernyataan dari
lembaga pendidikan (sekolah) tentang telah diselesaikannya
program pendidikan yang harus diikuti oleh peserta didik.Ketika
peserta didik sudah lulus, maka secara formal hubungan antara
peserta didik dan lembaga telah selesai.Namun demikian,
diharapkan hubungan antara para alumni dan sekolah telah
terjalin.Hubungan antara sekolah dan para alumni dapat dapat
dipelihara lewat pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh
para alumni yang tergabung dalam IKA (Ikatan Alumni) dan
biasanya melakukan suatu kegiatan yang disebut “reuni”.
B. Pencatatan Data Peserta Didik
1. Penerimaan Peserta Didik Baru
Penerimaan peserta didik baru merupakan peristiwa penting bagi
suatu sekolah, karena peristiwa ini merupakan titik awal yang
menentukan kelancaran tugas suatu sekolah.Kesalahan dalam
penerimaan peserta didik baru dapat menentukan sukses tidaknya
usaha pendidikan di sekolah yang bersangkutan.Oleh karena
penerimaan peserta didik baru bukanlah hal yang ringan. Maka
menjelang tahun ajaran baru proses penerimaan peserta didik baru
harus sudah selesai. Untuk itu penunjukan panitia penerimaan peserta
didik baru baru telah dilakukan oleh kepala sekolah sebelum tahun
ajaran berakhir. Panitia penerimaan peserta didik baru sifatnya tidak
tetap, dia akan dibubarkan jika tugasnya telah selesai. Tugas panitia
penerimaan:
- Menentukan banyak peserta didik yang diterima Biasanya
peserta didik baru diterima hanya untuk kelas 1. Akan tetapi
apabila masih ada tempat untuk kelas-kelas lain atau karena
perluasan, dapat juga diterima untuk peserta didik baur dikelas
2 dan 3. Penentuan banyak peserta didik yang diterima
tergantung dari daya tampung untuk tahun tersebut. Rumus
untuk daya tampung adalah:

Dt : daya tamping

B : banyak bangku yang ada

M : muatan bangku

TK: banyak peserta didik yang tinggal kelas

- Mementukan syarat-syarat penerimaan peserta didik baru.


Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Umur sesuai dengan tingkat sekolah
a. TK tingkat A umur 3 – 4 tahun
b. TK tingkat B umur 4 – 5 tahun
c. TK tingkat C umur 5 – 6 tahun
d. Sekolah Dasar prioritas umur 7 tahun
e. SLTP umur 11 – 17 tahun
f. SMU/SMK umur 14 – 17 tahun
2. Salinan surat tanda tamat belajar
3. Salinan rapor kelas tertinggi
4. Mengisi formulir yang disediakan
5. Salinan surat kelahiran, surat kelakuan baik, surat
kesehatan
6. Membayar uang pendaftaran
- Melaksanakan Penyaringan
Untuk sekolah-sekolah yang merupakan kelanjutan dari
sekolah lain, kegiatan penyaringan bukanlah yang penting
karena:
1. Peminat untuk sesuatu sekolah melebihi tempat yang
disediakan
2. Kadang-kadang perlu dilakukan penelusuran bakat atau
kemampuan tertentu
3. Nilai pelajaran atau ujian akhir di sekolah yang lebih
rendah belum menjamin bahwa lulusannya mampu
mengikuti pelajaran di suatu sekolah lanjutan.
4. Penyaringan peserta didik baru didasarkan pada:
a. Atas pertimbangan target
b. Atas pertimbangan nilai atau tingkat kemampuan
yang telah diterapkan
- Mengadakan pengumuman penerimaan
- Mendaftar kembali calon yang sudah di terima Melaporkan
hasil pekerjaan pada kepala sekolah kepala sekolah mempunyai
tanggung jawab pokok dalam penyesuaian permulaan peserta
didik baru kepada situasi sekolah yang baru bagi mereka.
Orientasi ini diperlukan pada dua saat yaitu sebagai berikut:
1. Bila peserta didik meninggalkan sekolah dasar dan
memasuki sekolah menengah tingkat pertama
2. Bila peserta didik melanjutkan pelajaran dari sekolah
menengah tingkat pertama ke sekolah menengah tingkat
atas.

Pada kedua waktu ini kepala sekolah harus


memperhatikan penyesuaian peserta didik kepada
lingkungan baru (fasilitas, guru, program pendidikan, dan
tata tertib di sekolahnya). Transisi dari sekolah dasar yang
mempunyai jenis program pendidikan yang mandiri kepada
sistem yang menyerupai departementalisasi seperti terdapat
di sekolah menengah adalah terutama sulit. Usaha untuk
memecahkan transisi ini menghasilkan terbentuknya guru
atau wali kelas yang akan turut merasakan dan memahami
kesulitan-kesulitan peserta didik dan yang akan
memberikan perhatian khusus yang diperlukan oleh peserta
didik.

Prosedur lain yang banyak dipakai ialah suatu program


khusus yang disediakan bagi peserta didik baru berisi
orientasi pendek tentang lingkungan baru yang mereka
masuki. Program orientasi ini juga dibutuhkan oleh peserta
didik pindahan dari sekolah lain yang tiba di sekolah pada
setiap waktu selama tahun ajaran.

Satu cara untuk memberikan semua peserta didik


orientasi tentang sejarah dan kebijaksanaan sekolah ialah
buku petunjuk peserta didik. Buku ini dipakai sebagai alat
orientasi dan menyediakan informasi yang berguna yang
diperlukan oleh semua peserta didik selama tahun
pelajaraan.Ini juga dapat dipakai oleh orang tua dan
masyarakat yang ingin mengetahui fakta-fakta fundamental
tertentu tentang sekolah.

Satu fungsi yang sangat penting dari buku petunjuk


peserta didik ialah untuk menjelaskan kebijaksanaan yang
telah ditetapkan untuk mengawasi dengan efektif ke seluruh
program sekolah.Kebijaksanaan ini biasanya dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan dan menjadi
bagian dari tradisi sekolah.Ia hendaknya ditulis dan
dijelaskan kepada peserta didik dan orang tua dua-duanya.
Buku petunjuk peserta didik itu dapat berisi keterangan
tentang beberapa bidang kebijaksanaan sekolah yang
berikut : pakaian yang layak di sekolah, waktu tiba di
sekolah, prosedur untuk memperoleh izin tidak masuk
sekolah, prosedur tak hadir dan kelambatan, tempat sepeda,
pelayanan kesehatan sekolah, pemakaian tilpon, waktu
menerima tamu, pemeliharaan barang-barang milik
sekolah, perilaku peserta didik, hari-hari libur sekolah, dan
lain-lain.

Selain mengenai kebijaksanaan sekolah, keterangan lain


yang bermanfaat bagi peserta didik hendaknya juga
diberikan. Yang sering dijumpai dalam buku petunjuk
peserta didik ialah mengenai hal-hal berikut:

1. Sejarah singkat sekolah


2. Tujuan-tujuan sekolah
3. Syarat-syarat untuk memperoleh ijazah sekolah
4. Biaya sekolah dan biaya lain yang menjadi
tanggungan peserta didik/orang tua
5. Kalender peristiwa-peristiwa sekolah
6. Jadwal pelajaran
7. Deskripsi tentang mata-mata pelajaran
8. Organisasi peserta didik
9. Pelayanan pemeriksan badan dan pengobatan
10. Klub-klub hobi
11. Program kegiatan di waktu libur
12. Nama dan alamat staf pengajar
2. Pencatatan Peserta didik
Sebagai tindak lanjut dari penerimaan peserta didik baru maka
proses selanjutnya adalah menjadi tugas tata usaha sekolah untuk
memproses peserta didik tersebut dalam catatan-catatan sekolah.
Catatan-catatan sekolah anatara lain :
Catatan-catatan untuk seluruh sekolah:
1. Buku induk, yaitu yang digunakan untuk mencatat data semua
anak yan pernah dan sedang mengikuti pelajaran di suatu
sekolah. Catatan dalam buku induk meliputi nomor urut, nomor
induk (sesuai tanggal mendaftar) nama, jenis kelamin, tanggal
lahir, nama orang tua, pekerjaaan orang tua, alamat orang tua/
wali, tanggal keluar atau meninggalkan sekolah dan kolom
keterangan.
2. Buku klapper, yaitu buku pelengkap buku induk yang ditulis
menurut abjad dan berfungsi untuk membantu petugas dalam
mencari data dari buku induk. Hal-hal yang dimuat dalam buku
klapper adalah nomor induk, nama, nama orang tua/ wali,
alamat orang tua/ wali. Penentuan nama dan alamat orang tua/
wali adalah untuk membantu petugas jika ternyata ada nama
anak yang sama.
3. Catatan-catatan sekolah, yaitu catatan atau peraturan yang
bukan hanya diperlukan bagi peserta didik saja tetapi juga
untuk guru dan karyawan lain. Tata tertib peserta didik adalah
suatu peraturan untuk mengatur sikap anak-anak di dalam satu
sekolah (departemen kpendidikan dan kebudayaan). Fungsi tata
tertib bersifat ganda. Pertama untuk anak-anak itu sendiri agar
secara individual sikapnyaa baik. Kedua, mengatur agar
pergaulan di sekolah itu teratur, tidak ada yang berkelakuan
dan bersifat semaunya sendiri sehingga tidak kekacauan di
sekolah.

Catatan-catatan untuk masing-masing sekolah. Catatan-catatan


untuk masing-masing kelas meliputi :

1. Buku kelas (cuplikan buku induk)


2. Buku presensi kelas yang diisi setiap hari dan pada akhir bulan
dihitung presentasi absensinya.
3. Buku-buku lain mengenai catatan prestasi belajar dan
bimbingan penyuluhan. Pencatatan Bimbingan Dan
Penyuluhan Peserta didik
Saat ini hampir semua kelas menengah telah memiliki tenaga
yang bertugas melaksanakan bimbingan dan penyuluhan,
karena telah disadari peranannya dalam menunjang dalam
keberhasilan belajar peserta didik. Bimbingan adalah bantuan
atau tuntunan khusus yang diberikan pada peserta didik dengan
memperhatikan potensi-potensi yang ada pada peserta didik
tersebut agar dapat berkembang semaksimal mungkin.
Penyuluhan adalah interaksi antarpribadi pembimbing dan
terbimbing untuk membicarakan masalah terbimbing untuk
mendapatkan pemecahan. Istilah lain dari penyuluhan adalah
konseling. Ada empat jenis bimbingan di sekolah:
a. Bimbingan belajar; Bertujuan membantu mengenal,
memahami cara belajar yang efisien dan efektif,
tertib dan disiplin belajar baik secara mandiri
maupun kelompok dsb.
b. Bimbingan pribadi; Bertujuan membantu peserta
didik mengenal, menemukan pribadi yang beriman
dan bertakwa pada tuhan yang maha esa, madiri,
bertanggung jawab, memiliki konsep pribadi,
menghargai keunikan kemampuan diri, serta sehat
jasmani dan rohani.
c. Bimbingan karir/ bimbingan menelusuri
kemampuan untuk memperoleh kesempatan kerja
Ditujukan untuk mengenal untuk memahami dan
mengembangkan potensi diri dalam mempersiapkan
masa depan.
d. Bimbingan sosial; Bertujuan membantu peserta
didik memahami diri kaitannya dengan lingkungan
social dan sekitarnya.

Ke empat bimbingan tersebut dilaksanakan melalui


tujuh jenis kegiatan pelayanan yaitu:

Ø  Layanan orientasi

Ø  Layanan informasi

Ø  Layanan penempatan dan penyaluran

Ø  Layanan pembelajaran

Ø  Layanan konseling perorangan

Ø  Layanan bimbingan kelompok

Ø  Layanan konseling kelompok

3. Pencatatan Prestasi Belajar


Pencatatan prestasi belajar ada yang merupakan pencatatan untuk
seluruh sekolah untuk masing-masing kelas dan ada yang untuk
peserta didik sebagai perseorangan. Beberapa catatan prestasi belajar
adalah:
a) Buku daftar nilai, yaitu buku tempat mencatat nilai hasil belajar
secara langsung dari kertas pekerjaan ulangan atau hasil dari ujian
lisan. Buku daftar nilai ditangani oleh guru yang mengasuh mata
pelajaran yang bersangkutan dan memuat nilai semua peserta didik
yang diajar oleh seorang guru jika guru tersebut mengajar satu
macam bidang studi.
b) Buku leggier (buku kumpulan nilai), Jika dalam buku daftar nilai
hanya terdapat satu nilai untuk bidang studi, maka dalam leggier
akan dapat dilihat semua nilai untuk semua bidang studi yang
diajarkan sekolah tersebut untuk satu periode. Di setiap sekolah
yang baik manajemennya terdapat 2 macam legier yaitu :
1) Leggier kelas, yaitu buku kumpulan nilai
yang memuat nilai semua pelajaran
untuk satu periode tertentu dan untuk
satu kelas tertentu.
2) Leggier sekolah, yaitu buku kumpulan
nilai untuk setiap kelas dan sudah di
himpun untuk seluruh sekolah
c) Buku rapport
Buku rapport adalah sebuah buku yang memuat hasil
belajar peserta didik selama peserta didik tersebut mengikuti suatu
pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, paling sedikit banyaknya
lembaran rapport sama dengan banyaknua tingkatan di suatu
sekolah. Fungsi dan kegunaan rapport adalah sebagai hasil kerja
sekolah kepada orang tua atau wali peserta didik karena sekolah
merupakan lembaga yang sudah di pilih oleh orang tua atau wali
untuk mendidik anaknya.Raport tidak hanya berisi laporan tentang
hasil belajar yang berupa kepandaian saja. Akan tetapi juga laporan
tentang kelakuan, kejujuran, kepemimpinan, keberhasilan dan
aspek-aspek pribadi yang lain. Secara umum petunjuk pengisian
rapport sebagai berikut:
1) Sekolah dapat menetapkan sendiri
kelengkapan dari model rapport ini,
misalnya identitas peserta didik dan
sekolahnya
2) Kotak pertama: berisi nomor, nama mata
pelajaran, aspek penilaian, nilai (angka dan
huruf) serta catatan guru.
3) Kotak kedua: perilaku.
4) Kotak ketiga: pengembangan diri.
5) Sensus Sekolah

Di negara-negara yang sudah menetapkan dan menjalankan


wajib belajar, anak-anak berusia sekolah.Orang tua maupun peserta
didik dianggap sebagai bertanggung jawab untuk mentaati undang-
undang pendidikan.Jika anak-anak berusia sekolah harus berada di
sekolah atas dasar wajib sekolah, maka kewajiban pertama sistem
sekolah ialah untuk mengetahui di mana mereka itu berada. Satu
prosedur yang dipakai untuk menentukan apakah semua anak usia
sekolah ialah melakukan sensus sekolah.

Sensus sekolah, yang biasanya dilakukan setiap tahun,


didasarkan atas kunjungan rumah ke rumah yang teliti dengan
kartu sensus yang terpisah bagi setiap keluarga. Nama anak dan
keterangan lain yang diminta dicatat pada kartu itu. Prosedur
administratif untuk melakukan sensus dapat ditetapkan dengan
berbagai cara. Biasanya dilakukan oleh orang-orang bukan guru
yang dipekerjakan untuk melakukan sensus itu.Sekolah biasanya
bertanggung jawab bagi bagian tertentu dari wilayah
sekolah.Kepala sekolah dan stafnya harus menyusun dan
menjumlahkan hasil-hasilnya pada suatu daftar untuk bagian
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.

Sensus sekolah hanya menetapkan tempat tinggal peserta


didik, tidak membawa peserta didik ke sekolah. Pekerjaan untuk
membawa peserta didik ke sekolah bila ia tidak mau bersekolah
adalah terutama fungsi pejabat khusus di tingkat wilayah. Kepala
sekolah harus bekerja sama dengan pejabat itu sehingga keduanya
akan mengetahui bila peserta didik itu tiba di sekolah. Sekali
peserta didik itu telah terdaftar, tanggung jawab pokok untuk
pencatatan kehadirannya berada pada kepala sekolah.

Sensus sekolah juga dipakai untuk tujuan-tujuan lain,


seperti misalnya untuk menentukan sifat dan ruang lingkup
pelayanan peserta didik yang harus disediakan dan untuk
menetapkan jumlah anak yang akan mulai bersekolah dan
sehubungan dengan itu menetapkan perluasan sekolah dan
lokasinya. Dengan data tentang jumlah anak usia sekolah yaang
belum bersekolah itu, administrator sekolah berada dalam posisi
menampung peserta didik dari wilayah sekolah itu. Jika gedung
sekolah yang ada telah penuh dengan peserta didik, maka harus
diusahakan penambahan ruangan kelas atau bahkan mungkin
penambahan jumlah sekolah.
Juga pendaftaran peserta didik tiap tahun, menyediakan salah satu
dasar bagi penentuan kebutuhan akan gedung sekolah baru.
Pendaftaran peserta didik menyediakan data yang bertalian dengan
arah pertumbuhan peserta didik di suatu wilayah sekolah.
Khususnya di kota-kota perwaktu yang sama jumlah peserta didik
dan sekolah-sekolah di pusat kota mungkin berkurang.

C. Mutasi dan Promosi Peserta Didik


1. Mutasi Peserta Didik
Mutasi siswa atau perpindahan siswa pada hakekatnya adalah
berpindahnya kegiatan belajar mengajar dari satu sekolah ke sekolah
yang lain baik itu masih satu kabupaten/kota atau luar kota. Proses
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa yang melakukan mutasi itu
sifatnya melanjutkan bukan mengulang jadi hal-hal yang berkaitan
dengan siswa tersebut baik itu berupa absensi atau penilaian semuanya
harus ada laporan ke sekolah barunya, sehingga proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan lancar tanpa ada halangan dalam
proses belajar baik itu tingkat SD, SMP dan SMA.Siswa yang baru
melakukan perpindahan sekolah biasanya selalu dilakukan pengawasan
yang ketat oleh sekolahnya yang baru, dikhawatirkan siswa yang
besangkutan memiliki suatu permasalahan yang data menggangu siswa
lain dalam melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain
siswa yang lain selalu diberikan masa percobaan apakan siswa tersebut
dapat mengikuti kegiatan belajar yang dilakukan sekolah barunya,
dalam masa percobaan ini sekolah berwenang memberikan suatu
keputusan yang mungkin suatu keputusan tersebut dapat berupa
mengalihkan sekolahnya ke sekolah yang dianggap sebagai sekolah
yang tarafnya di bawah sekolah tersebut. Ini merupakan suatu
komitmen yang biasa dilakukan oleh sekolah yang baru mendapatkan
siswa yang telah melakukan proses mutasi.

Ada beberapa macam mutasi yang diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mutasi Intern
Yang dimaksud dengan mutasi intern adalah mutasi yang
dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolahan itu sendiri.
Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas saja,
dalam suatu kelas yang tingkatannya sejajar. Mutasi intern ini,
dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau yang
berbeda jurusannya.
a. Mutasi Ekstern
Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah perpindahan
peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan
dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah
ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-
sekolah negeri hal demikian menjadi persoalan; meskipun pada
sekolah swasta, terutama yang kekurangan peserta didik, tidak
pernah menjadi persoalan.

Ada banyak penyebab peserta didik mutasi. Adapun faktor


penyebab tersebut, dapat bersumber dari peserta didik sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan teman
sebaya.

Yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah:

1. Yang bersangkutan tidak kuat mengikuti pelajaran di sekolah


tersebut
2. Tidak suka dengan sekolah tersebut, atau merasa tidak cocok
3. Malas
4. Ketinggalan dalam pelajaran
5. Bosan dengan sekolahnya

Yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah:

1. Mengikuti orang tua pindah kerja


2. Dititipkan oleh orang tuanya di tempat nenek atau kakeknya,
karena ditinggal tugas belajar ke luar negeri
3. Mengikuti orang tua yang sedang tugas belajar
4. Disuruh oleh orang tuanya pindah
5. Orang tua merasa keberatan dengan biaya yang harus
dikeluarkan di sekolah tersebut
6. Mengikuti orang tua pindah rumah
7. Mengikuti orang tua transmigrasi

Yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah:


1. Lingkungan sekolah yang tidak menarik
2. Fasilitas sekolah yang tidak lengkap
3. Guru di sekolah tersebut sering kosong
4. Adanya kebijakan-kebijakan sekolah yang dirasakan berat oleh
peserta didik
5. Sulitnya sekolah tersebut dijangkau, termasuk oleh transportasi
yang ada
6. Sekolah tersebut dibubarkan, karena alasan-alasan, seperti
kekurangan peserta didik
7. Sekolah tersebut dirasakan peserta didik tidak bonafid, seperti
rendahnya angka kelulusan setiap tahun.

Yang bersumber dari lingkungan teman sebaya, yaitu:

1. Bertengkar dengan teman


2. Merasa diancam oleh teman
3. Tidak cocok dengan teman
4. Merasa terlalu tua sendiri dibandingkan dengan teman-teman
sebayanya
5. Semua teman yang ada di sekolah tersebut, berlainan jenis
dengan dirinya, sehingga merasa sendirian
6. Semua teman yang ada di sekolah tersebut berlainan strata
dengan dirinya.

Yang bersumber dari lain-lain adalah:

1. Seringnya sekolah tersebut dilanda banjir


2. Adanya peperangan yang mendadak sehingga di sekolah
tersebut tidak memungkinkan untuk belajar
3. Adanya bencana alam di wilayah atau daerah tempat sekolah
tersebut berada
4. Sekolah tersebut tiba-tiba ambruk, karena sudah terlalu tua

Syarat dan Ketentuan Mutasi Siswa


a. Dasar dan Landasan Mutasi Siswa
Sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 09
Tahun 2012 Tanggal 31 Januari 2012.
b. Persyaratan Mutasi  Keluar
1. Surat Permohonan pindah keluar dari orang tua/wali
bermaterai Rp. 6.000,- (enam ribu ripiah)
2. F.Copy Raport lengkap dan asli yang dilegalisir oleh kepala
sekolah
3. Surat keterangan pindah keluar (ditanda tangani oleh
kepsek, Ka. Seksi Dinas Pendidikan tingkat kecamatan, ka.
Suku Dinas Pendidikan tingkat kotamadya) dan Tanda
tangan Dinas Pendidikan Setempat jika berasal dari luar
Provinsi DKI Jakarta
4. F. Copy Daftar Siswa (dokumen 8355)
5. F. Copy Sertifikat Akreditasi
6. F. Copy Ijin Operasional *) khusus sekolah swasta
7. Surat keterangan tidak sedang menjalani sanksi
c. Persyaratan Mutasi Masuk
1. Surat Keterangan Pindah keluar dari sekolah asal
2. Raport Asli dan F. Copy yang dilegalisir kepala sekolah
asal
3. Surat keterangan tidak sedang menjalani sanksi dari
sekolah asal
4. F. Copy Sertifikat Akreditasi dari sekolah asal
5. F. Copy Ijin Operasional dari sekolah asal *) khusus
sekolah swasta
6. Surat Permohonan pindah masuk dari orang tua/wali
bermaterai Rp. 6.000,- (enam ribu ripiah)
7. Surat Keterangan pindah masuk (ditanda tangani oleh
kepsek, Ka. Seksi Dinas Pendidikan tingkat kecamatan, ka.
Suku Dinas Pendidikan tingkat kotamadya) dan Tanda
tangan Dinas Pendidikan Setempat/DKI Jakarta jika berasal
dari luar Provinsi DKI Jakarta
d. Peraturan Pelaksanaan Perpindahan
1. Pelaksanaan perpindahan peserta didik hanya bisa
dilaksanakan pada Semester II (genap) setelah menerima
raport semester I (ganjil)
2. Peserta didik SD Kelas VI dilarang berpindah pada
semester II (genap)
3. Laporan secara berjenjang ke Dinas Pendidikan terkait
peserta didik yang keluar dan/atau masuk disampaikan
kepala sekolah paling lambat 2 (dua) minggu setelah
peserta didik pindah
4. Biaya yang diperlukan untuk perpindahan peserta didik
dibebankan pada APBN dan APBD

Dalam banyak hal, mutasi memang perlu dicegah, agar


terdapat kesinambungan pengetahuan peserta didik yang
diterima sebelumnya dengan kelanjutannya. Oleh karena itu,
ijin mutasi hendaknya diberikan jika disertai dengan alasan
yang dapat diterima dan sangat baik bagi perkembangan
peserta didik itu sendiri. Seminimal mungkin, mutasi peserta
didik yang bersifat ekstern haruslah dikurangi. Pencegahan dan
pengurangan tersebut, tentu bergantung kepada macam sumber
faktor penyebabnya. Adapun, jika peserta didik, karena alasan
tertentu yang dapat diterima akan mutasi, maka hendaknya
mereka diberi keterangan sesuai dengan apa adanya. Tidak
boleh dibaik-baikkan atau dijelek-jelekkan. Sebab,
bagaimanapun juga, mutasi ke sekolah lain adalah hak peserta
didik sendiri. Berilah ia keterangan bahwa yang bersangkutan
memang pernah bersekolah di sekolah tersebut, dan kemukakan
alasan-alasan mengapa yang bersangkutan mutasi. Bagi
sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi,
hendaknya juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum
menyatakan menerima. Jangan sampai, sekolah yang
sebelumnya sudah tertib dan baik, bisa berubah kacau hanya
karena ada seorang peserta didik yang baru mutasi dari sekolah
lain. Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai: identitas,
kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau
program asalnya, dan alasan-alasan yang bersangkutan mutasi.

2. Promosi Peserta Didik


Promosi atau publikasi merupakan termasuk dalam tahap
penerimaan peserta didik baru. Promosi atau publikasi dilakukan
sepanjang tahun terutama pada momen-momen penting.promosi
biasanya dilakukan dengan brosur, koran, media elektronik dan lain-
lain yang dapat menunjang promosi dalam suatu sekolah.
Untuk menambah daya tarik, biasanya sekolah mengajak serta
peserta didik yang berprestasi, baik akademik maupun nonakademik.
Peserta didik itu disuruh untuk presentasi tentang keberhasilannya
bersekolah di sekolah tersebut dengan segala daya dukung yang
disediakan sebagai fasilitas pengembangan prestasi di hadapan calon
peserta didik baru. Apalagi kalau peserta didik yang berprestasi itu
dulunya berasal dari sekolah sasaran, tentu akan sangat
menguntungkan sebab mereka telah memiliki ikatan batin yang kuat
dengan adik-adik kelas, yang secara psikologis sungguh berpengaruh.
Sekolah-sekolah yang memiliki sarana multimedia lengkap yang
didukung oleh guru yang terampil dalam aplikasi teknologi informasi-
komunikasi, multimedia akan menjadi media promosi yang cukup
menarik. Para calon peserta didik baru dapat disuguhi -secara audio-
visual- berbagai kegiatan sekolah yang menarik, baik kegiatan
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
D. Layanan Khusus Peserta Didik
1. Pengertian Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian
penting dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang efektif dan
efisien. Sekolah merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas dari penduduk bangsa Indonesia. Sekolah
tidak hanya memiliki tanggung jawab dan tugas untuk melaksanakan
proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu penegetahuan dan
teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan kesehatan
baik jasmani maupun rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan
UUSPN bab 11 Pasal 4 yang memuat tentang adanya tujuan
pendidikan nasional.
Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka sekolah
memerlukan suatu manajemen layanan khusus yang dapat mengatur
segala kebutuhan peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan tersebut
dapat tercapai. Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya
ditetapkan dan diorganisasikan untuk mempermudah atau
memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus
peserta didik di sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah
dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam
rangka pencapain tujuan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah
antara lain juga berusaha agar peserta didik senanatiasa berada dalam
keadaan baik. Baik disini menyangkut aspek jasmani maupun
rohaninya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen layanan
khusus adalah suatu proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan
kepada peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar
tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien.
2. Jenis-jenis Layanan Khusus
Pelayanan khusus yang diberikan sekolah kepada peserta didik,
antar sekolah satu dengan sekolah lainnya pada umumnya sama, tetapi
proses pengelolan dan pemanfaatannya yang berbeda. Beberapa bentuk
manajemen layanan khusus yang ada di sekolah antara lain:
a. Layanan Perpustakaan Peserta Didik
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan
layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan
menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-
informasi yang dibutuhkan serta memberi layanan rekreatif melalui
koleksi bahan pustaka. Menurut Supriyadi (1983) dalam buku
Manajemen Peserta Didik oleh Ali Imron mendefinisikan
perpustakaan sekolah sebagai perpustakaan yang diselenggarakan
di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga
pendidikan formal seperti sekolah, baik sekolah tingkat dasar
maupun menengah, baik sekolah umum maupun kejuruan.
Selain itu, perpustakaan sekolah adalah salah satu unit
sekolah yang memberikan layanan kepada peserta didik di sekolah
sebagai sentra utama, dengan maksud membantu dan menunjang
proses belajar mengajar di sekolah, melayani informasi-informasi
yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui
koleksi bahan pustaka (Imron, 1995:187). Dari definisi-definisi
tersebut tampaklah jelas bahwa perpustakaan sekolah merupakan
suatu unit pelayanan sekolah guna menunjang proses belajar
mengajar di sekolah.

Tujuan perpustakaan sekolah:

1. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca


khususnya serta mendayagunakan budaya tulisan;
2. Mendidik peserta didik agar mampu memelihara dan
memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan efisien;
3. Meletakkan dasar kea rah belajar mandiri;
4. Memupuk bakat dan minat;
5. Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari atas usaha dan
tanggung jawab sendiri.
Fungsi perpustakaan sekolah sebagai pelengkap pendidikan yaitu:

1. Menyerap dan menghimpun informasi guna kegiatan belajar


mengajar,
2. Menyediakan sumber-sumber rujukan yang tepat untuk
kegiatan konsultasi bagi peserta dan pendidik,
3. Menyediakan bahan-bahan yang bermanfaat bagi kegiatan
rekreatif yang berkaitan dengan bidang budaya dan dapat
meningkatkan selera mengembangkan daya kreatif,
4. Melaksanakan pelayanan perpustakaan yang sederhana, mudah
dan menarik sehingga pendidikan peserta didik tertarik dan
terbiasa dalam menggunakan fasilitas perpustakaan.

Ada tiga jenis layanan perpustakaan sesuai dengan sasaran yang


dituju yaitu:

1. Layanan kepada guru, meliputi kegiatan berikut:


a. Meningkatkan pengetahuan guru mengenai subyek
yang menjadi bidang;
b. Membantu guru dalam mengajar di kelas dengan
menyediakan alat audio visual;
c. Menyediakan bahan pustaka pesanan yang diperlukan
mata pelajaran tertentu;
d. Menyediakan bahan informasi bagi kepentingan
penelitian yang diperlukan oleh guru dalam rangka
meningkatkan profesinya.
2. Layanan kepada peserta didik, meliputi :
a. Menyediakan bahan pustaka yang memperkaya dan
memperluas cakrawala kurikulum;
b. Menyediakan bahan pustaka yang dapat membantu peserta
didik memperdalam pengetahuannya;
c. Menyediakan bahan untuk meningkatkan ketrampilan;
d. Menyediakan kemudahan untuk membantu peserta didik
mengadakan penelitian.
3. Layanan terhadap manajemen sekolah

Organisasi dan tata laksana perpustakaan sekolah adalah:

a. Sebagai perangkat pendidikan di sekolah;


b. Unit pelaksana teknis
c. Mata rantai dalam sistem nasional layanan perpustakaan

Perbandingan koleksi antara buku non fiksi dan fiksi


disarankan sebagai berikut: untuk SD 60:40; untuk SMP 70:30;
untuk SLTA 75:25. Sebelum siap dipinjamkan bahan pustaka perlu
diorganisasikan/diolah berdasarkan peraturan dan ketentuan yang
telah dibakukan. Klasifikasi digunakan sistem DDC (Dewey
Decimal Classification), untuk katalogisasi mempergunakan
peraturan katalogisasi Indonesia. Untuk teknis pelaksanaan
digunakan pedoman penyelenggaraan perpustakaan sekolah.

Tenaga perpustakaan terdiri dari :

1. Pustakawan, adalah seorang guru pustakawan, yaitu guru yang


disamping tugas mengajar juga mengolah perpustakaan. Untuk
itu diperlukan pendidikan ilmu dan teknologi perpustakaan
kurang lebih 6 bulan. Guru perpustakaan mempunyai
kedudukan yang sama dengan guru.
2. Tenaga pembantu, adalah tenaga pustakawan pembantu dan
tenaga administrasi, dapat seorang guru atau tenaga
administrasi deangan pengetahuan perpustakaan sedikitnya 120
jam
3. Gedung atau ruang perpustakaan berfungsi sebagai:
a. Tempat penyimpanan bahan pustaka
b. Tempak aktivitas layanan perpustakaan
c. Tempat bekerja petugas perpustakaan
4. Jenis ruangan : ruangan perpustakaan dibagi berdasarkan
aktivitas perpustakaan, yaitu:
a. Ruangan penyimpan koleksi bahan pustaka
b. Ruangan penerbitan berkala
c. Ruangan alat aoudio-visual
d. Ruangan baca
e. Ruangan pengolahan
f. Ruangan layanan pembaca
g. Ruangan pustakawan
h. Ruangan serba guna
i. Ruangan antan ruangan
b. Layanan Kesehatan Peserta Didik
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah
bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan
sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan
sekolah. Menurut Jesse Ferring William pada buku Pengelolaan
Layanan Khusus Di sekolah oleh Kusmintardjo (1992)
mendefinisikan layanan kesehatan adalah sebuah klinik yang
didirikan sebagai bagian dari Universitas atau sekolah yang berdiri
sendiri yang menentukan diagnosa dan pengobatan fisik dan
penyakit jiwa dan dibiayai dari biaya khusus dari semua peserta
didik. Selain itu layanan kesehatan juga dapat diartikan sebagai
usaha sekolah dalam rangka membantu (mungkin bersifat
sementara) peserta didiknya yang mengalami persoalan yang
berkaitan dengan kesehatan. Dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa layanan kesehatan peserta didik adalah suatu layanan
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah dan menjadikan
peserta didik sebagai sasaran utama, dan personalia sekolah yang
lainnya sebagai sasaran tambahan (Imron, 1995:154).
c. Layanan Asrama Peserta Didik
Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh
dari orang tuanya diperlukan diperlukan asrama. Selain manfaat
untuk peserta didik, asrama mempunyai manfaat bagi para
pendidik dan petugas asrama tersebut.
d. Layanan Bimbingan Dan Konseling
Menurut PP. No. 29 tahun 1990 Bab X pasal 27, pengertian
bimbingan yaitu bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan. Menurut Hendyat Soetopo bimbingan
layanan bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dengan memperhatikan
kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang
dihadapi dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga
mereka memahami dan mengarahkan diri serta bertindak dan
bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan bimbingan dan konseling adalah salah satu
kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu
pada umumnya dan peserta didik pada khususnya di sekolah dalam
rangka meningkatkan mutunya.

Fungsi bimbingan di sekolah ada tiga, yaitu :

1. Fungsi Penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam


memilih jenis sekolah lanjutannya, memilih program, memilih
lapangan pekerjaan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan
dan cita-citanya
2. Fungsi pengadaptasian, yaitu membantu guru dan tenaga
edukatif lainnya untuk menyesuaikan program pengajaran yang
disesuaikan dengan minat, kemampuan dan cita-cita peserta
didik.
3. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik dalam
menyesuaikan diri dengan bakat, minat, kemampuannya untuk
mencapai perkembangan yang optimal.

Tujuan dilaksanakannya bimbingan di sekolah antara lain:

1. Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri,


2. Mengembangkan pengetahuan tentang jenjang pendidikan dan
jenis pekerjaan serta persyaratannya,
3. Mengembangkan pengetahuan tentang berbagai nilai dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat,
4. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,
5. Mengembangkan kemampuan merencanakan masa depan
dengan bertolak pada bakat, minat dan kemampuannya,
6. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya, lingkungannya
dan berbagai nilai,
7. Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan, miat dan bakatnya
dalam perencanaan masa depan baik yang menyangkut
pendidikan maupun pekerjaan yang tepat,
8. Mengatasi kesulitan dalam belajar dan hubungan sosial,

Ruang lingkup bimbingan di sekolah yaitu :

1. Layanan kepada peserta didik


Dilihat dari jenis permasalahan yang dihadapi peserta didik,
mencakup : bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
pendidikan, bimbingan pekerjaan (bimbingan karir).
Dilihat dari ukuran kegiatan, mencakup: layanan orientasi,
layanan pengumpulan data pribadi, layanan pemberian
informasi, layanan penempatan, layanan penyuluhan, layanan
pengiriman, layanan tindak lanjut.
2. Layanan kepada guru
3. Layanan kepada kepala sekolah
4. Layanan kepada calon peserta didik (feeder school)
5. Layanan kepada orang tua
6. Layanan kepada dunia kerja, teruatama dilaksanakan di sekolah
kejuruan
7. Layanan kepada lembaga-lembaga dan masyarakat lain.
e. Layanan Kafetaria Peserta Didik
Kantin / warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah
supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya
dan cukup mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-kali
mengontrol kantin sekolah dan berkonsultasi dengan pengelola
kantin mengenai makanan yang bersih dan bergizi. Peran lain
kantin sekolah yaitu supaya para peserta didik tidak berkeliaran
mencari makanan keluar lingkungan sekolah. Layanan kafetaria
adalah layanan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
peserta didik disela-sela mengikuti kegiatan belajar mengajar di
sekolah sesuai dengan daya jangkau peserta didik. Makanan dan
minuman yang tersedia di kafentaria tersebut, terjangkau dilihat
dari jumlah uang saku peserta didik, tetapi juga memenuhi syarat
kebersihan dan cukup kandungan gizinya.
f. Layanan Laboratorium Peserta Didik
Laboratorium diperlukan peserta didik apabila mereka akan
mengadakan penelitiam yang berkaitan dengan percibaan-
percobaan tentang suatu obyek tertentu. Laboratorium adalah suatu
tempat baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan untuk
melakukan penyelidikan, pecobaan, pemraktekan, pengujian, dan
pengembangan. Laboratorium sekolah adalah sarana penunjang
proses belajar mengajar baik tertutup maupun terbuka yang
dipergunakan untuk melaksanakan praktikum, penyelidikan,
percobaan, pengembangan dan bahkan pembakuan.
g. Layanan Koperasi Peserta Didik
Layanan koperasi mendidik para peserta didik untuk dapat
berwirausaha. Hal ini sangat membantu peserta didik di kehidupan
yang akan datang. Koperasi sekolah adalah koperasi yang
dikembangkan di sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah,
maupun sekolah dan dalam pengelolannya melibatkan guru dan
personalia sekolah. Sedangkan koperasi peserta didik atau biasa
disebut disebut koperasi peserta didik (Kopsis) adalah koperasi
yang ada di sekolah tetapi pengelolaanya adalah oleh pesera didik,
kedudukan guru di dalam Kopsis adalah sebagai pembimbing saja.
h. Layanan Transportasi Sekolah
Sarana angkutan bagi peserta didik marupakan salah satu
penunjang untuk kelancaran proses belajar mengajar. Para peserta
didik akan merasa aman dan nyaman ketik mereka bisa dating tepat
waktu dan tidak sampai telambat mengikuti proses belajar
mengajar.
i. Studi Kasus
Setiap tahun ajaran baru, sekolah disibukkan oleh kegiatan
penerimaan siswa baru. Sebelum kegiatan ini dimulai, kepala
sekolah terlebih dahulu membentuk panitia berdasarkan pedoman
dari dinas pendidikan setempat. Panitia yang sudah dibentuk
diformalkan dengan menggunakan surat keputusan (SK) kepala
sekolah.

Susunan panitianya sebagai berikut :

Ketua                          :  Kepala Sekolah

Skretaris I                    : Urusan Kepala Sekolah Kesiswaan

Skretaris II                  : Kepala TU


Bendahaara                 : Bendahara Sekolah

Anggota                      : TU dan Guru (jumlah sesuai Kebutuhan)

Setelah terbentuk panitia, langkah selanjutnya pembuatan


pengumuman Kepada masyarakat, agar para calon pendaftar
mengetahui syarat-syarat memasuki sekolah tersebut.

j. Layanan Keamanan
Layanan keamanan yaitu layanan yang dapat memberikan
rasa aman pada peserta didik selama peserta didik belajar di
sekolah misalnya adanya penjagaan oleh satpam sekolah.
Keterkaitan antara Manajemen Layanan Khusus dengan
Manajemen Sarana dan Prasarana.
Menurut Bafadal (2003:2), sarana pendidikan adalah semua
perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan
prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar
yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses
pendidikan di sekolah. Dalam hubungannya dengan sarana
pendidikan, ada sejumlah pakar pendidikan yang
mengklasifikasikan menjadi beberapa macam sarana pendidikan
yang ditinjau dari berbagai macam sudut pandang. Pertama,
ditinjau dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana
pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis pakai dan sarana
pendidikan yang tahan lama. Kedua, ditinjau dari bergerak
tidaknya, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana
pendidikan yang bergerak dan sarana pendidikan yang tidak bisa
bergerak. Ketiga, ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar
mengajar ada dua jenis sarana pendidikan di sekolah, yaitu sarana
pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar
mengajar, dan sarana pendidikan yang secara tidak langsung
berhubungan dengan proses belajar mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa
diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana
pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar
mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik
keterampilan, dan ruang laboratorium. Kedua, prasarana sekolah
yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar
mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya
proses belajar mangajar. Beberapa contoh tentang prasarana
sekolah jenis terakhir tersebut di antaranya adalah ruang kantor,
kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang
usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan
tempat parkir kendaraan.
Berdasarkan uraian tentang sarana dan prasarana di atas,
serta penjelasan mengenai layanan khusus di sekolah pada
pembahasan sebelumnya, dapat diketahui kaitan antara pentingnya
sarana dan prasarana dengan layanan khusus di sekolah. Suatu
layanan khusus tanpa didukung oleh sarana dan prasarana maka
pelayanan yang diberikan tidak akan maksimal karena tidak ada
fasilitas yang mendukung. Sebagian besar layanan khusus
memerlukan tempat dan peralatan dalam memberikan
pelayanannya kepada peserta didik. Sebagai contoh pelayanan
perpustakaan. Pelayanan perpustakaan ini memerlukan tempat
yang berupa ruang perpustakaan serta memerlukan perabot dan
peralatan seperti rak, buku, alamari dan lain-lain untuk melakukan
kegiatan pelayanan kepada peserta didik. Begitu juga dengan
layanan-layanan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi.1998.Pengelolaan Kelas dan Siswa.Jakarta: CV Rajawali.


Bafadal, Ibrahim. (2003). Seri manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolah. Manajemen perlengkapan sekolah teori dan aplikasi.Jakarta:Bumi
Aksara.

Hadiyanto. 2000.Manajemen Peserta Didik. Padang : UNP Press.

Hamidi, achsan.2010. Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik. Diakses


dari http://sekolahkami.synthasite.com/kumpulan-artikel/konsep-dasar-
manajemen-peserta-didik pada 13 Maret 2015

Indra.Prasetya. 2011.Manajemen Peserta Didik. Diakses


dari http://indraprasetya17.com/manajemen-peserta-didik 

Imron, Ali. 2012.Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi


Aksara.

Kosasi, Raflis dan Soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta

Oktaria,Dini.2013. Persepsi Siswa Tentang Manajemen Peserta Didik Di Smk


Tridharma Kosgoro 2 Padang.Jurnal Administrasi Pendidikan vol 1 nomor 1.

Terry, George R. 1953.Principles of Management. Homewood, Illinois: Richard


D. Irwin.

Tim Dosen AP. 2010. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta.UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai