Anda di halaman 1dari 27

Tugas halaman 26-41

1. anatomi system pencernaan

Fungsi utama system pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien,
air, dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh.
Dimana dalam proses memindahkan zat tersebut sistem pencernaan melaksanakan 4
proses dasar, yaitu motilitas, digesti, absorpsi dan sekresi.
o Kel. Sublingual, kel.submandibular, kel.parotid = menghasilkan air ludah (saliva).
Saliva keluar dipengaruhi oleh kondisi psikis yang membayangkan makanan atau
reflek krn adanya makanan di dlm mulut.
o Hati = menawarkan racun
o Kantung empedu = terdapat empedu yang berfungsi untuk mengemulsikan lemak
o Rektum = tempat penampungan feses sebelum dibuang.
o Otak = mengatur dan mengkoordinir sebagian besar gerakan dan fungsi tubuh
homeostasis (detak jantung, tekanan darah,keseimbangan cairan,dll)
o Epiglotis =katup yg mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea
o Eksofagus = sal. Yg menghubungkan rongga mulut dg lambung.
o Lambung = mencerna makanan

1
o Pankreas = menghasilkan getah pankreas (mengubah protein mjd asam amino,pati
mjd gulkosa, lemak mjd asam lemak & gliserol)
o Usus halus =menyerap sari makanan
o Usus besar = membentuk massa feses
o Anus = jalan keluarnya feses

2. proses terjadinya defekasi


Setelah proses pengosongan lambung, kimus memasuki ke dalam usus halus
kemudian mengalami perlakuan ,
a. Kontraksi pencampuran : kontraksi ini menimbulkan segmentasi pd usus halus,
artinya kontraksi membagi usus mjd segmen - segmen ruang yg mempunyai
bentuk rantai sosis. Kontraksi ini memotong kimus sekitar 2 – 3 kali/menit shg
membantu pencampuran makanan dg sekresi usus halus.
b. Kontraksi propulsif : gerakan dg bantuan gelombang peristaltik untuk mendorong
kimus utk menuju usus besar melalui katup ileosekal. Gerakan ini bersifat lemah,
apabila terjadi iritasi maka mjd cepat (desakan peristaltik).
Gerakan kolon :
Gerakan kolon secara normal sangat lambat. Serupa dg karakteristik gerakan usus
halus. Gerakan ini dibagi mjd 2:
a. Gerakan mencampur (Haustrasi) : kontraksi gabungan dari pita otot sirkular &
longitudinal menyebabkan bag usus besar yg tdk terangsang menonjol keluar
memberikan bentuk serupa kantung (Haustrasi).
b. Gerakan mendorong (pergerakan massa) : dari sekum sampai sigmoid, pergerakan
massa dapat mengambil alih peran pendorongan utk beberapa menit dlm 1 waktu.
Gerakan ini biasanya hanya tjd 1 – 3 kali sehari terutama utk kira – kira 15 mnit
selama jam pertama sesudah jam makan pagi. Bila pergerakan sudah mendorong
massa feses ke dalam rektum, akan terasa keinginan utk defekasi
Defekasi adalah Pendorongan massa feses yg terus menerus yg melalui anus
dicegah oleh konstriksi tonik dari :
1. Sfingter ani internus
2. Sfingter ani ekternus

2
Reflek Defekasi
Defekasi ditimbulkan oleh reflek defekasi, yg merupakan reflek intrinsik yg
diperantarai oleh sistem saraf enterik di dalam dinding rektum.
Feses masuk rectum distensi dinding rektum muncul sinyal - sinyal aferen
melalui pleksus mienterikus yg menimbulkan gel. Peristaltik dalam kolon descenden,
sigmoid & rectum feses terdorong ke arah anus sfingter ani internus direlaksasi
oleh sinyal – sinyal penghambat dari pleksus mienterikus Sfingter ani internus dlm
keadaan sadar & berelaksasi scr volunteer defekasi.
Pembentukan feses
Kira – kira 1500 mL kimus scr normal melewati katup ileosekal setiap harinya.
Sebagian besar air & elektrolit dlm kimus ini diabsorsi di kolon hingga meninggalkan
kurang dari 100 mL cairan utk dieksresikan dlm feses & 1 – 5 mEq ion Natrium &
Klorida utk hilang dlm feses.
Kerja bakteri dalam kolon (khususnya basil kolon).
Bakteri ini mampu mencerna sejumlah kecil selulosa shg menyediakan beberapa
kalori nutrisi tambahan utk tubuh. Zat – zat lain yg terbentuk dari aktivitas bakteri ini
adalah : Vit. K, Vit. B 12, Tiamin, Riboflavin & berbagai gas (CO2, Hidogen & Metana)
yg menyebabkan flatus.
Komposisi feses
Normalnya feses terdiri atas ¾ air, ¼ bahan – bahan padat [30% bakteri mati, 10 –
20 % lemak, 10 – 20% bahan in organik, 2- 3% protein, 30% serat – serat makanan yg
tdk dicerna & unsur kering dari getah pencernaan(pigmen empedu & sel – sel epitel yg
terlepas). Warna coklat dari feses disebabkan oleh sterkobilin & urobilin yg berasal
bilirubin.
Masalah defekasi yang umum.
a. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan
frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feces yang lama ataukeras dan kering.
Adanya upaya mengedan saat defekasi merupakan suatu tanda yang terkait dengan
konstipasi. motilitas usus halus melambat masa feces lebih lama terpapar pada
dinding usus sebagian besar kandungan air dalam feces diabsorbsi.

3
Penyebab umum konstipasi:
• Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk defekasi
• Diet rendah serat dalam bentuk lemak hewani (daging, susu, telur) dan
karbohidrat murni (makanan penutup yang berat) serta asupan cairan yang rendah.
• Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga teratur.
• Pemakaian laksatif yang berat menyebabkan hilangnya refleks defekasi normal
b. Impaksi
Impaksi feces merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi adalah
kumpulan feces yang mengeras, mengendap da dalam rektum yang tidak dapat
dikeluarkan. Tanda impaksi yang jelas adalah ketidakmampuan untuk mengeluarkan
feces selama beberapa hari, walaupun terdapat keinginan untuk melakukan defekasi.
c. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feces dan peningkatan pengeluaran feces yang
cair dan tidak terbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses
pencernaan, absorpsi dan sekresi di dalam saluran gastrointestinal. Isi usus terlalu cepat
keluar melalui usus halus dan kolon sehingga absorpsi cairan yang biasa tidak dapat
berlangsung. Iritasi di dalam kolon dapat menyebabkan peningkatan sekresi lendir
feces menjadi lebih encer sehingga klien menjadi tidak mampu mengontrol keinginan
untuk defekasi.
d. Inkontinensia
Adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feces dan gas dari anus. Kondisi
fisik yang merusakkan fungsi/kontrol sfingter anus dapat menyebabkan inkontinensia.
Inkontinensia dapat membahayakan citra tubuh klien malu maka dalam pemenuhan
kebutuhan dasar bergantung pada perawat.
e. Flatulen
Saat gas terakumulasi di dalam rumen usus, dinding usus meregang dan
berdistensi (flatulen). Flatulen merupakan penyebab umum abdomen menjadi penuh,
terasa nyeri dan kram kembung. Flatulen pengeluaran flatus (kentut terus).
f. Hemoroid
Adalah vena-vena yang berdilatasi membengkak di lapisan rektum.Ada 2 jenis:

4
o Hemoroid internal : memiliki membran mukosa di lapisan luarnya, biasanya
terjadi karena peningkatan tekanan vena, mengejan saat defekasi, selama
kehamilan, gagal jantung kongestif dan penyakit hati kronik.
o Hemoroid eksternal : terlihat jelas sebagai penonjolan kulit apabila lapisan vena
mengeras, terjadi perubahan warna menjadi keunguan.

3. system syaraf yang mempersyarafi usus besar


Disebut juga brain of the gut. Tersusun dari 100 juta neuron yang memanjang dari
esofagus sampai anus. Neuron-neuron sistem saraf enterik terdiri dari 2 pleksus :
1. pleksus myenterikus (usus aurbach)
Mengatur pergerakan GI.
Pleksus myenterikus (myo- = otot), atau pleksus Auerbach berlokasi di antara lapisan-
lapisan muskularis otot polos longitudinal dan sirkuler. Neuron-neuron motorik
pleksus myenterikus mensuplai lapisan muskularis otot polos longitudinal dan
sirkuler, maka pleksus ini mayoritasnya mengendalikan motilitas (pergerakan) traktus
gastrointestinalis, khususnya frekuensi dan kekuatan kontraksi muskularis tersebut.
2. pleksus submukosa (meissner )
Mengatur sekresi GI dan aliran darah lokal. pleksus Meissner ditemukan di dalam
submukosa. Neuron-neuron motorik pleksus submukosa mensuplai sel-sel sekretoris
epitel mukosa, mengendalikan sekresi organ-organ traktus gastrointestinalis.
Pleksus-pleksus sistem saraf enterik ini tersusun dari neuron motorik, interneuron,
dan neuron sensorik. Neuron sensorik sistem saraf enterik mensuplai epitel mukosa.
Beberapa dari neuron sensorik ini berfungsi sebagai kemoreseptor, yaitu reseptor yang
teraktivasi oleh adanya bahan-bahan kimiawi tertentu dalam makanan yang terletak pada
lumen suatu organ gastrointestinalis. Neuron sensorik lainnya berfungsi sebagai strech
receptors (reseptor regangan), yaitu reseptor yang teraktivasi ketika makanan membuat
distensi (meregangkan) dinding dari suatu organ gastrointestinalis.
Saraf otonom Meregulasi neuron – neuron sistem saraf enterik Nervus
parasimpatis yang mensuplai traktus GI membentuk koneksi saraf dengan sistem saraf
enterik.

5
Terjadinya defekasi. Bila pleksus dirangsang efeknya yang utama adalah
peningkatankontraksi tonik dinding usus, peningkatan intensitas kontraksi ritmis,
peningkatan kecepatan irama kontraksi, peningkatan kecepatan konduksi gelombang
eksitatoris di sepanjang dinding usus, menyebabkan pergerakan gelombang peristaltic
yang lebih cepat. Terdapat 2 jenis peristaltic :
1. peristaltic propulsive yaitu kontraksi yang lamban dan tidak teratur yang berasal
dari segmen proksimal dan bergerak ke depan menyumbat beberapa haustra.
2. Peristaltic massa merupakan kontrajsi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan
peristaltic ini menggerakan massa feses ke depan dan akhirnya merangsang
defekasi.

4. pembuluh darah yang membawa darah dari dan menuju usus besar
a. Arteri Mesenterika Superior
b. Arteri Kolika Media
c. Arteri Kolika Dekstra
d. Arteri Ileokolika
e. Arteri Jejunalis
f. Arteri Ilealis
Arteri Mesenterika Superior dan Arteri Mesenterika Inferior menyuplai dinding
usus halus dan usus besar melalui sistem arkus arteri

6
5. perbedaan susunan feses yang normal dan abnormal.
KARAKTERISTIK NORMAL ABNORMAL PEYEBAB
ABNORMAL
Warna Bayi: kuning Putih atau warnaTidak ada kandung
Dewasa: cokelat tanah liat empedu
Hitam atau warna terPengonsumsian zat besi
(milena) atau perdarahan saluran
GI bagian atas
Merah Perdarahan saluran GI
bagian bawah, hemoroid
Pucat mengandungMal absorbsi lemak.
lemak

Bau Bau menyengatPerubahan yangDarah di dalam feses


dipengaruhi olehberbahaya atau infeksi
tipe makanan

Konsistensi Lunak, berbentuk Cair Diare, penurunan


absorbs
Padat. Konstipasi

Frekuensi Bervariasi, bayi 4-6Bayi lebih dari 6 kaliHipomotilitas atau


kali sehari (jikasehari atau kuranghipermotilitas
mengonsumsi ASI)dari 3 kali sehari atau
atau 1-3 kali seharikurang dari 1 kali
(jika mengonsumsiseminggu
susu botol); orang
dewasa setiap hari
atau 2-3 kali
seminggu

7
Jumlah 150 gram per hari
(orang dewasa)

Bentuk Menyerupai Sempit, berbentukObstruksi, peristaltic


diameter rektum pensil yang cepat

Unsur-unsur Makanan tidakDarah, pus, materiPerdarahan internal,


dicerna, bakteriasing, lender, cacing infeksi, materi-materi
mati, lemak, yang tertelan, iritasi dan
pigmen empedu, inflamasi
sel-sel yang
melapisi mukosa
usus, air

6. factor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal.


A. Usia
• Bayi : lambung kecil dan sekresi enzim pencernaan sedikit à toleransi buruk
mencerna zat pati, tidak dapat mengkontrol defekasi (neuromuskular belum
berkembang).
• Remaja : Pertumbuhan usus besar sangat cepat, sekresi HCL meningkat
khususnya pada laki2. mengkonsumsi makanan dlm jumlah besar
• Lansia : GI berubah sehingga proses pencernaan dan eliminasi rusak. Gigi tdk
lengkap lagi sehingga sulit dlm mengunyah mengakibatkan sulit dicerna pd
sistem GI krn jumlah enzim pencernaan didalam saliva dan volume asam
lambung menurun. Sulit mencerna lemak karena kehilangan enzim lipase. Gerak
peristaltik menurun. Pengosongan esofagus melambatà rasa tdk nyaman d bagian
epigaster abdomen. Materi pengabsorbsi pada mukosa usus berubah à protein, vit,
mineral berkurang. Kehilangan tonus otot dasr perinium dan sfingter anus.
Kesulitan dlm mengontrol defekasi à cenderung mengalami konstipasi krn impuls
saraf melambat.

8
B. Diet
Makanan yang teratur membantu gerak peristaltik. Serat tdk di cerna sehingga
meningkatkan masa feses, dinding usus teregang mnimbulkan gerak peristaltik shg
timbul efek defikasi. Pada bayi tdk dapat mentoleransi makanan yang berserat.
Gas(yg dihasilkan bawang, kmbang kol, buncis) menstimulasi peristaltik, membuat
dinding usus berdistensi sehingga motilitas kolon meningkat. Makanan pedas
meningkatkan peristaltik tdk terjadi pencernaan shg feses cair. Susu mengandung
enzim laktase dikit menyebabkan mencret, distensi gas, kram.
C. Asupan cairan
Cairan mengencerkan isi usus sehingga melancarkan makanan melalui kolon.
Asupan cairan sedikit menyebabkan menurunkan pergerakan makanan melalui usus
Orang dewasa minum 6-8 gelas/hari. Minuman ringan yg hangat, jus buah
memperlunak feses dan meningkatkan peristaltik. Konsumsi susu didalam jumlah
besar dapat memperlambat peristaltik sehingga memyebabkan konstipasi(pada
beberapa individu)
D. Aktivitas fisik
Meningkatkan peristaltik, sedangkan imobilisasi menekan motilitas kolon
E. Faktor psikologis
Cemas, ktakutan, marah menyebabkan meningkatnya peristaltik usus sehingga
terjadi diare dan distensi gas. Depresi menyebabkan sistem saraf otonom
memperlambat impuls saraf dan peristaltik menurun
F. Kebiasaan pribadi
Kerja sibuk menggangu kebiasaan dan mengakibatkan perubahan seperti
konstipasi. Reflek gastrokolik adalah reflek yang paling mudah distimulasi untuk
menimbulkan defekasi setelah sarapan.
G. Posisi selama defekasi
Normal : jongkok.Toilet modern : duduk tegak ke arah depan mengeluarkan
tekanan abdomen dan mengkontraksi otot pahanya. Klien imobilisasi dalam posisi
terlentang tidak bisa mengkontraksi otot2 selama defeksi shg dianjurkan duduk
normal memakai pispot.
H. Nyeri

9
Defekasi normal tdk menyebabkan nyeri. Pada kondisi hemoroid, bedah rektum,
fistula rektum, bedah abdomen, persalinan -> nyeri shg mayoritas mensupresi
keinginan untuk defekasi sehingga terjadi konstipasi.
I. Kehamilan
Usia kehamilan tua dan ukuran fetus yg semakin besar menekan rektum sehingga
terjadi obstruksi sementara mengakibatkan konstipasi shg harus mengedan saat
defekasi.
J. Pembedahan dan anastesi
Agen anstesi menghambat impuls saraf parasimpatis ke otot usus shg
memperlambat/ menghentikan gerakan peristaltik. Pembedahan yang melibatkan
manipulsi usus secara langsung, sementara akan menghentikan gerakan peristaltik
biasanya disebut ileus paralitik biasanya berlangsung 24-48 jam.
K. Obat-obatan
o Laksatif dan katartik melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik
o Disiklomin HCl (bentyl) menekan gerakan peristaltik dan mengobati diare
o Opiat ( analgesik narkotik ) umumnya menyebabkan konstipasi
o Obat2 antikolinergik spt atrofin, glikopirolat/ robinul à menghambat sekresi
asam lambung dan menekan motilitas saluran GI
L. Pemeriksaan diagnostik
Mis : prosedur pemeriksaan menggunakan barium menimbulkan masalah
tambahan, Barium mengeras jika dibiarkan dlm saluran GI à konstipasi atau
impaksi usus. Tata laksana dari masalah di atas adalah diberi kartatik atau enema

7. gangguan pada sistem pencernaan


o Hirschprung’s disease/penyakit hirschprung

10
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu penyumbatan pada
usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari
usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya.
Penyebab Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di
sepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus
(kontraksi ritmis ini disebut gerakan peristaltik).
Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion,
yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschsprung, ganglion ini tidak ada,
biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter.
Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-
bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan.
Gejala-gejala yang mungkin terjadi:
o segera setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada
bayi baru lahir)
o tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
o perut menggembung
o muntah
o diare encer (pada bayi baru lahir)
o berat badan tidak bertambah
o malabsorbsi.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
o Rontgen perut (menunjukkan pelebaran usus besar yang terisi oleh gas dan
tinja)

11
o Barium enema Manometri anus (pengukuran tekanan sfingter anus dengan
cara mengembangkan balon di dalam rektum).
o Biopsi rektum (menunjukkan tidak adanya ganglion sel-sel saraf).
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera
dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut
yang disambungkan dengan ujung usus besar.
Pengangkatan bagian usus yang terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya
dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau lebih.
Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.
o Hernia

Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat
turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia,
memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan
merasakan nyeri, jika terjadi infeksi di dalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya
terlalu aktif. pada anak-anak, disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang
dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia
yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Penyakit hernia banyak diderita oleh
orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang penuh dengan aktivitas
maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan stamina yang tinggi. Jika
stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera
menghinggapinya.

12
o Omfalokel

Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar
yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran.
Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus
pandang).
Penyebabnya belum diketahui. Pada 25-40 % bayi yang menderita omfalokel,
kelainan ini disertai bewaan lainya seperti kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan
jantung.
Gejala
Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel bervariasi,
tergantung kepada besarnya lubang di pusar.
Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol; tetapi jika lubangnya besar,
hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, dimana isi perut
terlihat dari luar melalui selaput peritoneum.pengobatan dilakukan agar tidak terjadi
cedera pada usus dan infeksi perut, sehingga dilakukan pembedahan untuk menutup
omfalokel.
o Giant divertikulum
Divertikulosis adalah penyakit yang
ditandai dengan adanya divertikula,
biasanya pada usus besar.

13
Bisa muncul di setiap bagian dari usus besar, paling sering terdapat dikolon sigmoid,
yaitu bagian terakhir dari usus besar tepat sebelum rektum. divertikulum merupakan
penonjolan pada titik-titik yang lemah, biasanya pada titik dimana pembuluh nadi (arteri)
masuk ke dalam lapisan otot dari usus besar. Ukuran divertikula bermacam-macam,
mulai dari 0,25-2,5 cm. Divertikula raksasa memiliki ukuran sekitar 2,5-15 cm, jarang
membentuk kantong yang menonjol keluar. Seseorang bisa hanya memiliki satu
divertikula raksasa.
o Hemoroid

Wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus mengalami
bengkak yang kadang disertai pendarahan. Penyakit ambeien ini tidak hanya memberikan
rasa sakit kepada pada penderitanya, tetapi juga memberikan rasa minder dan malu
karena mengidap penyakit ambeien. Dibagi menjadi dua jenis yaitu Wasir atau ambeien
ada dua macam, yaitu wasir dalam dan wasir luar. Pada wasir dalam terdapat pembuluh
darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa
terlihat muncul menonjol ke luar seperti wasir luar. Gejala wasir dalam adalah suka ada
darah yang keluar dari anus saat bab / buang air besar. Jika sudah parah bisa menonjol
keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi
untuk membuang wasir. Wasir luar merupakan varises di bawah otot yang umumnya
berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada
pinggir anus yang terasa sakit dan gatal.
Penyebabnya meliputi:
a. Terlalu banyak duduk
b. Diare menahun
c. Kehamilan ibu hamil yang diakibatkan perubahan hormon

14
d. Keturunan penderita wasir
e. Hubungan seks yang tidak lazim
f. Penyakit yang membuat mengejan penderita
g. Sembelit / konstipasi / obsitpasi menahun
h. Penekanan kembali aliran darah vena, dll.
Cara menagtasi
1. Jalankan pola hidup sehat
2. Olah raga secara teratur
3. Makan makanan berserat
4. Hindari terlalu banyak duduk atau nongkrong di wc / toilet
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll
6. Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar
7. Minum air yang cukup
8. Jangan menahan kencing dan berak
9. Jangan suka menggosok dan menggaruk dubur berlebihan
10. Jangan mengejan / mengeden / ngeden berlebihan.
11. Jika tidak ingin pup / bab jangan dipaksa
12. Duduk berendam pada air yang hangat

8. sebutkan dan jelaskan masalah-masalah umum eliminasi fekal.

9. factor-faktor yang meningkatkan terjadinya resiko colorrectal


10. tanda dan gejala kangker colorrectal
Kanker yg terjadi pd usus besar (termasuk rektum) yg merupakan tempat
keganasan saluran cerna yg paling sering. Sekitar 60 % kanker usus terjadi pd bag.
Sigmoid, sehingga dapat teraba saat pemeriksaan rektum / terlihat saat pemeriksaan
sigmoidoskopi. Sekum & kolon asendens merupakan tempat berikutnya yg sering
terserang. Kolon trenversa & fleksura adlh bag. Yg mungkin paling jarang terserang.
Tumor dapat menyebar:
a. Melalui infiltrasi langsung ke struktur yg berdekatan seperti ke dlm kandung
kemih.

15
b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon & mesokolon.
c. Melalui aliran darah biasanya ke hati krn kolon mengalirkan darah ke sistem
portal.
Kanker usus besar termasuk rektum biasanya merupakan penyakit yang terjadi
pada orang tua dengan insiden puncak pada usia 60 -70 tahun. Kanker kolon termasuk
rektum jarang ditemukan dibawah usia 40 tahun, kecuali pada orang yang mempunyai
riwayat kolitif ulseratif atau poliposis familial. Walaupun penyebab kanker kolorektum
(seperti kanker lainnya) belum diketahui, namun telah dikenali beberapa faktor
predisposisi. Faktor predisposisi penting adlh kebiasaan makan. Hal ini karena kanker
kolon (seperti juga divertikulosis) terjadi pada penduduk wilayah barat yg mengkonsumsi
lebih banyak makanan yg mangandung karbohidrat murni & rendah serat dibandingkan
dgn penduduk primitif di Afrika yg mengkonsumsi mknan tinggi serat.
Bukkitt(1971) mengemukakan bahwa diet rendah serat &tinggi karbohidrat murni
menyebabkan perubahan flora feses & perubahan degradasi garam empedu / hasil
pemechan protein & lemak, sebagian zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah lemak
juga dpt pemekatan zat berpotensi karsinogenik ini menjadi fase bervolume lebih kecil.
Selain itu massa transit feses meningkat. Akibatnya kontak zat karsiogenik dgn mukosa
usus bertambah lama.
Penelitian awal menunjukkan bahwa diet makanan tinggi bahan fitokimia
mengandung zat gizi seperti serat vit. C, E, & karoten dpt meningktkn fungsi kolon &
bersifat portektif dri mutagen yg menyebabkn kanker.
Tanda dan gejala Kanker kolorektal tumbuh perlahan dan memakan waktu yang
lama sebelum menyebabkan gejala. Gejalanya tergantung kepada jenis, lokasi dan
penyebaran kangker. Usus besar sebelah kanan(kolon asendens) memiliki diameter dan
dinding yang tipis. Karena isinya berupa cairan, kolon asendens tidak akan tersumbat
sampai terjadinya stadium akhir kanker. Tumor pada kolon asendens bisa begitu
membesar sehingga dapat dirasakan melalui dinding perut.
Lemah karena anemia yang berat mungkin merupakan satu-satunya gejala.
Usus besar sebelah kiri (kolon desendens) memiliki diameter yang lebih kecil dan
dinding yang lebih tebal dan tinjanya agak padat.
Kanker cenderung mengelilingi bagian kolon ini, menyebabkan sembelit dan buang air

16
besar yang sering, secara bergantian.
Karena kolon desendens lebih sempit dan dindingnya lebih tebal, penyumbatan terjadi
lebih awal. Penderita mengalami nyeri kram perut atau nyeri perut yang hebat dan
sembelit. Tinja bisa berdarah, tetapi lebih sering darahnya tersembunyi, dan hanya bisa
diketahui melalui pemeriksaan laboratorium.
Kebanyakan kanker menyebabkan perdarahan, tapi biasanya perlahan.
Pada kanker rektum, gejala pertama yang paling sering adalah :
a. perdarahan selama buang air besar. Jika rektum berdarah, bahkan bila penderita
diketahui juga menderita wasir atau penyakit divertikel, juga harus difikirkan
kemungkinan terjadinya kanker.
b. Pada kanker rektum, penderita bisa merasakan nyeri saat buang air besar dan
perasaan bahwa rektumnya belum sepenuhnya kosong. Duduk bisa terasa sakit.
Tetapi biasanya penderita tidak merasakan nyeri karena kankernya, kecuali
kanker sudah menyebar ke jaringan diluar rektum

11. pemeriksaan untuk kangker colorrectal


1. pemeriksaan tes darah samar pada feses ( fecal occult blood test/fobt).
Pemeriksaan sederhana ini merupakan tes penapisan awal kanker kolorektal,
dilakukan dengan mengambil contoh feses yang diletakkan pada kartu khusus
yang akan berubah warnanya jika feses tersebut mengandung darah.
2. Sigmoidoskopi flexible. Pipa atau selang kecil dan tipis berkamera dimasukkan ke
rektum sehingga dokter bisa melihat melalui layar monitor ke dalam rektum dan
ke bagian pertama dari usus besar di mana separuh dari polip biasa ditemukan.
Pemeriksaan ini dilakukan setiap lima tahun.
3. Kolonoskopi. Merupakan tes yang paling akurat. Pipa atau selang elastis yang
panjang dan kecil dimasukkan kedalam rektum sehingga dokter bisa melihat
keseluruhan usus besar, mengambil polip dan mengambil contoh jaringan untuk
dilakukan biopsi. Pengambilan polip akan mencegah kanker berkembang.
Biasanya dokter akan memberikan anestesi ringan sebelumnya. Pemeriksaan ini
dilakukan secara berkala yaitu setiap 10 tahun

17
12. klasifikasi kangker colorrectal menurut metode TNM dan Dukes
klasifikasi carcinoma menurut dukes yaitu :
A 1 tidak lebih dalam dari
A 2 tidak lebih dalam dari pada submukosa
B 1 Pertumbuhan kedalam dinding otot tetapi tidak menembus
A1: sampai muskularis mukosa
A2 : sampai sub mukosa
B1 : pertumbuhan kedalam sampai dinding otot
B2 : pertumbuhan menembus semua lapisan dinding otot sampai jaringan sekitar
C1 : ada metastasis kelenjar limfe disekitar karsinoma. Tumor primer tidak menembus
dinding usus
C2 : metastase kelenjar limfe . Tumor primer menembus dinding usus.
D : metastase jarak jauh dan atau tumor primer yang in operabel
Klasifikasi Kanker kolorektal menurut TNM
Penjelasan TNM :
T : Tumor primer
Tis : Karsinoma insitu : intra epitel atau invasi dari lamina propial (intramukosal)
T1 : Tumor yang menyerang submukosa
T2 : Tumor yang menyerang lapisan otot

18
T3 : Tumor yang menyerang mulai lapisan otot sampai subserosa atau sampai kolon
nonperitonium
T4 : Tumor secara langsung menyerang organ-organ lain atau jaringan lain dan perforasi
sampai peritonium visceral
N : Regional limfonodi
N 0: Tidak ada metastase kelenjar limfonodi regional
N1 : Metastasis 1 – 3 kelenjar limfonodi regioanal
N2 : Metastase 4 atau lebih kelenjar limfonodi regioanal
M : metastase jauh
M0 : tidak ada metastase jauh
M1 : metastase jauh
Klasifikasi kanker kolorektal menurut TNM
Stage 0 : Tis, N0, M0
Stage 1 : T1, N0, MO atau T2, N0, M0
Stage 2 : T3, N0, M0 atau T4, N0, M0
Stage 3 : Any T, N1, M0 atau any T, N2, M0
Stage 4 : Any T, Any N, M0

halaman 35-41
1. riwayat kesehatan klien yang perlu dikaji mendalam
memfasilitasi peninjauan ulang pola dan kebiasaan defekasi klien. Dengan
mengidentifikasi pola normal dan abnormal, kebiasaan dan persepsi klien tentang
eliminasi fekal memungkinkan perawat menentukan masalah klien . banyak riwayat
kesehatan dapat dikelompikan berdasarkan factor-faktor yang mempengaruhi eliminasi :
a. penentual pola eliminasi klien yang biasa. Termasuk pola eliminasi dan waktu
defekasi dalam seharí. Mengisi lembar pencatatan eliminasi fekal/defekasi dimana
perawat harus memastikan bahwa individu yang melelngkapi lembaran pencatatan
memahami informasi yang harus ia tulis.
b. Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk meningkatkan eliminasi normal.
Contoh mengkonsumsi makanan tertentu

19
c. Gambaran setiap perubahan terbaru dalam pola eliminasi. Pola eliminasi
bervariasi dan klien dapat dengan mudah mendeteksi adanya perubahan.
d. Deskripsi klien tentang karakterisitik feses perawat menentukan karakteristik
warna khas feses, konsistensi fesesyang biasanya encer, padat, lunak atau keras.
e. Riwatay diet. Perawat menetapkan jenis makanan yang klien inginkan dalam
sehari. Perawat menghitung penyajian buah-buahan, sayur-sayuran, sereal dan
roti.
f. Gambaran asupan cairan setiap hari. Meliputi tipe dan jumlah cairan , klien harus
memperkirakan jumlah cairan dengan menggunakan cara pengukuran yang
biasanya digunakan dirumah.
g. Riwayat olahraga. Perawat meminta klien menjelaskan tipe dan jumlah olahraga
yang dilakukan setiap hari secara spesifik.
h. Pengkajian penggunaan alat bantuan buatan dirumah. Perawat mengkaji apakah
klien menggunakan enema, laksatif atau makanan khusus sebelum defekasi.
i. Riwayat pembedahan/penyakit yang mempengaruhi GI.
j. Keberadaan dan status diversi usus. Apabila klien memiliki ostomi, perawat
mengkaji frekuensi drainase feses, carácter feses, penampilan dan kondisi stoma
(warna, pembengkakan dan iritasi), tipe peralatan yang digunakan dan metode
yang digunakan untuk mempertahankan fungsi ostomi.
k. Riwayat pengobatan. Perawat menayankan apakah klien mengkonsumsi obat-
obatan (seperti laksatif, antasid, seplemen zat besi dan analgesik) yang mungkin
mengubah defekasi atau karakteristik feses.
l. Status emocional. Emosi klien dapat mngubah frekuensi defekasi secara
bermakna. Selama pengkajian observasi emosi klien, nada suara dan sikap yang
dapat menunjukan perilaku penting yang mengidinkasikan adanya stres.
m. Riwayat social. Klien mungkin punya banyak aturan dalam kehidupannya.
Tempat klien tinggal dapat mempengaruhi kebiasaan klien berkemih dan defekasi
n. Mobilitas dan ketangkasan. Mobilitas dan ketangkasan klien perlu dievaluasi
untuk menentukan perlu tidaknya peralatan atau personel tambahan untuk
membantu klien.
2. pemeriksaan fisik

20
Metode Penjelasan
Inspeksi Mulut : meliputi inspeksi gigi, lidahdan gusi klien. Gigi dan
struktur gigi yang buruk mempengaruhi kemampuan gigi
mengunyah.
Abdomen : perawta menginspeksi keempat kuadarn abdomen
untuk melihat warna, bentuk, kesimetrisan dan warna kulit.
Memeriksa adanya massa, gelombang peristaltik, jaringan parut,
pola pembuluh darah vena, stoma dan lesi.
Rektum: perawat menginspeksi daerah disekitar anus. Untuk
melihat adanya lesi, perubahan warna, inflamasi dan hemoroid.
Palpasi Perawat mempalpasi abdomen untuk melihat adanya massa,
nyeri tekan. Penting bagi klien untuk rileks. Ketegangan otot
dan abdomen mengganggu hasil palpasi organ/ massa yang
berada dibawah abdomen tsbt.
Perawat mempalpasi semua sisi dinding rektum klien dengan
metode tertentu untuk mngetahui adanya nodul atau tekstur
yang tidak teratur. Mukosa rektum normalnya lunak dan halus.
Perkusi Mendeteksi adanya lesi, cairan atau gas didalam abdomen.
Pemahaman tentang lima bunyi perkusi memungkinkan
identifikasi struktur abdomen yang berada dibawah abdomen.
Gas atau flatulen menghasilkan bunyi timpani. Massa, tumor
dan cairan menghasilkan bunyi tumpul dalam perkusi.
Auskultasi Mengkaji bising usus disetiap kuadran. Bising usus normal
terjadi setiap 5-15 detik dan berlangsung selama ½ sampai
beberapa detik. Sambil mengauskultasi, perawat memperhatikan
karakter dan frekuensi bising usus. Peningkatan nada hentakan
pada bising usus atau bunyi ”tinkling” (bunyi gemerincing)
dapat terdengar, jika terjadi distensi. Tidak adanya bising usus
atau bising usus yang hipoaktif (bising usus kurang dari
5x/menit) terjadi jika klien menderita ileus paralitik, seperti
yang terjadi pada klien yang menjalani pembedahan abdomen.
Bising usus yang bernada tinggi dan hiperaktif (bising usus 35x

21
atau lebih permenit) terjadi pada obstruksi usus dan dangguan
inflamasi.

3. tes laboratorium yang diperlukan untuk mengkaji fungsi sistem pencernaan


a. spesimen feses
perawat bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan bahwa spesimen
diambil dengan akurat, diberi label dengan benar pada wadah yang tepat, dan
dikirim ke laboratorium tepat waktu. Teknik aseptik medis digunakan selam
pengambilan spesimen feses karena 25 % bagian feses yang padat mengandung
bakteri dari kolon. Perawat mengumpulkan sekitar satu inci feses padat atau 15-30
ml feses diare yang encer. Pemeriksaan untuk mengukur haluaran lemak feses
membutuhkan 3-5 hari pengumpulan feses. Beberapa tes seperti pengukuran telur
dan parasit, membutuhkan spesimen feses yang dihangatkan.
b. tes guaiak (pemeriksaan darah samar difeses)
merupakan tes yang menghitung jumlah darah mikroskopik didalam feses. Dalam
keadaan normal, sedikit darah dikeluarkan dalam feses setiap hari akibat abrasi
minor permukaan nasofaring dan permukaan mulut. Jumlah kehilangan darah
lebih besar dari 50 ml yang berasal dari saluran GI bagian atas dapat disebut
melena (darah didalam feses). Tes guaiak membantu memperlihatkan darah yang
tidak terdeteksi secara visual. Tes ini merupakan tes skrining diagnostik yang
bermanfaat untuk kangker kolon. Klien yang mendapatkan antikoagulan atau
mengalami gangguan pendarahan atau gangguan pada saluran GI yang diketahui
menyebabkan pendarahan (misal tumor usus, inflamasi usus atau ulserasi) harus
dites mengguanakan tes ini. Tes guaiak yang apaling umum adalah pemeriksaan
sediaan darah samar (hemoccult slide test).

4. cara pengambilan spesimen feses


Pemeriksaan feses dilakukan untuk:
1. melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh perawat
atau klien sendiri. Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac.

22
2. analisa produk diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung banyak
lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak
di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi
obstruksi pada hati dan kandung empedu.
3. mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga hari
berturut-turut.
4. mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses
sedikit untuk dikultur. Pengambilan perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi.
Pada lembar pengantar perlu dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi
Letakan wadah pada kertas handuk yang bersih didalam kamar mandi klien.
Kenakan sarung tangan, ambil feses dari pispot sejumlah yang dibutuhkan. Gunakan
spatel lidah, pindahkan feses ke wadah tenpa menyentuh permukaan luar wadah. Cuci
tangan dan letakan penutup pada bagian atasnya. Pindahkan wadah spesimen kedalam
kantong bersih untuk di kirim ke laboratorium.
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah feses
tergantung pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau 15-30mL untuk cair.
Untuk kultur, gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung steril. Segera
kirim spesimen ke lab untuk segera diperiksa.

5. pemeriksaan diagnostic untuk mengkaji system pencernaan


6. diagnose keperawatan yang berhubungan dengan eliminasi fekal
7. intervensi keperawatan untuk masing-masing diagnose keperawatan gangguan
eliminasi
8. tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan eliminasi yang normal
9. pengertian enema, tipe-tipe dan cara melakukanya
Enema adalah mamasukan suatu larutan kedalam rektum dan kolon sigmoid.
Alasan dilakukan ialah untuk menigkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltik.
Tipe-tipe enema :
a. enema pembersih meningkatkan evakuasi feses secara lengkap dari kolon. Enema
ini bekerja dengan cara menstimulasi peristaltik melalui pemasukan sejumlah
besar larutan atau melalui local mukosa kolon. Volumen maksimal yang

23
dianjurkan bayi (150-250 ml), toodler (250-350 ml), anak usia sekolah (300-500
ml), remaja (500-750 ml), dewasa (750-1000 ml). Enema pembersih meliputi air
kran, salin normal, larutan sabun, dan hipertonik volumen reñdah. Dibagi menjadi
enema tinggi ( diberikan untuk membersihkan seluruh kolon dimana cairan yang
diberikan pada tekanan yang tinggi dengan menaikan wadah enema ke tempat
yang tinggi yaitu 30-45 cm) dan enema reñdah ( membersihkan rektum dan
sigmoid, perawat memegang kantung 7,5 cm atau lebih rendah diatas pinggul
klien).
b. Enema retensi- minyak, melumasi rektum dan kolon. Feses mengabsorvsi minyak
sehingga feses menjadi lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Untuk
mempertahankan kerja minyak klien mempertahankan enema beberapa jam, jika
memungkinkan.
c. Enema carminative menghilangkan distensi gas. Enema ini meningkatkan
kemampuan untuk meningkatkan kemampuan untuk mengeluarkan flatus. Contoh
enema carminative ialah larutan MGW, yang mengandung 30 ml magnesium, 60
ml gliserin dan 90 ml air.
d. Enema aliran balik atau bilasan haris merupakan suatu irigasi kolon yang ringan,
yang membantu mengeluarkan flatus. Perawat mula-mula memasukan sejumlah
kecil (100-200 ml) larutan enema ringan kedalam rektum dan kolon klien.
Kemudian perawat merendahkan wadah enama untuk memungkinkan larutan
mengalir kembali melalui selang rektum dan menuju kedalam wadah. Upaya
mengulangi proses ini beberapa kali membantu mengurangi flatus dan
meningkatkan gerakan peristaltik.
e. Enama medikasi (enema untuk tujuan medis) mengandung obat-obatan. Contoh
enema medikasi ialah natrium polistiren sulfonat (Kayexalate) digunakan untuk
mengobati klien yang memiliki kadar kalium serum yang tinggi. Obat ini
mengandung resin yang menukar ion-ion kalium didalam usus besar. Enema
medikasi yang lain ialah larutan neomisisn, suatu antibiotik yang digunakan untuk
mengurangi bakteri dikolon sebelum klien mengalami bedah usus.
Cara pemberian enema pembersih

24
1. persiapan alat : Enema set, pelumas, pispot,perlak, selimut mandi, kertas
toilet, sarung tangan, bengkok
2. jelaskan tujuan dan prosedur
3. jaga privacy
4. cuci tangan
5. pakai sarung tangan
6. atur posisi sims kiri dengan lutut kanan fleksi
7. letakan perlak dibawah panggul
8. selimuti tubuh dan ekstremitas bawah klien
9. siapkan enema set hubungkan wadah cairan dengan selang, klem, rektal tube.
10. Tutup pengatur klem
11. Masukan zat enema kedalam wadah cairan dan tambahkan cairan hangat
12. Buka klem dan keluarkan udara didalam selang. Tutup klem kembali. Letakan
peralatan dekat tempat tidur klien.
13. Oleskan pelumas pada ujung kanul 5-7 cm (dewasa) dan 2,5 cm (anak-anak).
14. Regangkan bokong dan cari letak anus
15. Suruh klien rileks dengan menghembuskan nafas perlahan melalui mulut.
16. Masukan rektal tube dengan ujung tube mengarah ke umbilikus.
17. Alirkan cairan dari wadah dengan membuka klem yang ada diselang
18. Letakan wadah cairan setinggi panggul klien 30-40 cm dari atas anus
(dewasa) dan 7,5 cm (bayi).
19. Setelah larutan masuk semu, klem selang, letakan tissue toilet pada tube
disekitar anus, lepas tube.
20. Lap anus dengan tisue toilet kemudian anjurkan klien untuk menahan
keinginan BAB.
21. Bereskan peralatan
22. Bentu klien membersihkan daerah anal dengan air hangat dan sabun
23. Lepaskan sarung tangan.
24. Cuci tangan.
25. Dokumentasi hasil kegiatan.

25
10. pengertian bowel training
Bowel training atau pelatihan defekasi yaitu program yang dapat membantu
beberapa klien mendapatkan defekasi yang normal, terutama klien yang masih memiliki
kontrol neuromuskular (Doughty, 1992). Membantu pasien untuk melatih bowel terhadap
evakuasi interval yang spesifik. Klien yang mengalami inkontinensia usus yang tidak
mampu mempertahankan kontrol defekasi. Program ini melibatkan pengaturan kegiatan
rutin sehari-hari. Klien memperoleh kontrol defekais dengan berusaha melakukan
defekais pada waktu yang sama setiap hari dan menggunakna tindakan yang dapat
meningkatkan defekasi.

11. jelaskan yang dimaksud ostomi dan jenis-jenisnya


Ostomy mengacu pada operasi pembukaan diciptakan dalam tubuh untuk
pembuangan limbah tubuh.
Jenis Keterangan
Ostomi inkontinen Stoma ditutup dengan sebuah kantong (dilekatkan)
untuk mengumpulkan materi feses. Klien tidak akan
memiliki kontrol terterhadap materi feses yang keluar
dari stoma. Feses yang keluar lebih sering dan cair juga
terjadi pada kolostomi di kolon asenden. Ada tiga
bentuk kolostomi yaitu loop colostomy, end colostomy
dan double barel colostomy.
Ostomi kontinen Disebut juga diversi kontinen atau reservoir kontinen.
Pada sebuah prosedur yang disebut ileonal pull trough,
kolon diangkat dan ileum dianostomisis atau disambung
ke sfingter anus yang utuh. Reservoar ileonal disebut
proktokolektomi restorasi, anastomosis kantong ileum
anus atau kantong pelvis. Pada prosedur ini klien tidak
punya stoma eksternal yang permanent. Shngga tidak
perlu kantong stoma.

26
12. karakteristik stoma
Dalam anatomi, stoma alami adalah setiap lubang di tubuh, seperti mulut. Setiap
organ berongga dapat dimanipulasi ke stoma buatan diperlukan. Ini termasuk
kerongkongan, lambung, duodenum, ileum, usus besar, rongga pleura, ureter, kandung
kemih, dan ginjal pelves.
Karakteristik Penyebab/ keterangan
Warna
Edema
Perdarahan

13. cara perawatan stoma

27

Anda mungkin juga menyukai