Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AULIA IKA SUKMAWATI

NIM : 2019.132.053

PRODI : DIII FARMASI KARYAWAN

OBAT TRADISIONAL (METODE EKSTRAKSI)

Sebutkan mekanisme kerja dan prinsip dasar dari metode ekstraksi :

1. Maserasi
 Mekanisme kerja :
- Menimbang serbuk simplisia kering sebanyak 50 g dan mengambil pelarut
etanol 96 % sebanyak ± 250 ml (1:5).
- Merendam serbuk simplisia kering dalam cairan etanol selama 24 jam sampai
pelarut jenuh
 Prinsip dasar maserasi :
Ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang
sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, pelarut
akan masuk kedalam sel tanaman melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan didalam seldengan diluar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi
rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan
antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel, 1989).

2. Perkolasi
 Mekanisme kerja :
- Serbuk simplisia dari proses maserasi ditempatkan dalam suatu bejana silinder
yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
- Mengalirkan cairan penyari etanol 96 % dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit
sampai pelarut yang mengalir melalui simplisia tidak berwarna.
 Prinsip dasar perlokasi :
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagianb awahnya diberi
sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan
jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan
diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan
yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
3. Sokhletasi
 Mekanisme kerja :
- Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5-10 gram dan kemudian dibungkus
atau ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat sampel) , di atas sample
ditutup dengan kapas.
- Pelarut yang digunakan adalah Petroleum Spiritus dengan titik didih 60 – 80°C.
Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk
meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan
Petroleum Spirit 60 – 80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus
karena kelarutan lemak pada pelarut organik.
- Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan kedalam soxhlet .Soxhlet
disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta
kondensor .Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin
dijalankan dan alatekstraksi lemak mulaidipanaskan .
- Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soklet menujuk epipa
pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser
mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke
thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul
dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat
sifon menuju  labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai
refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam.
- Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses
penyulingan dan dikeringkan.
 Prinsip dasar sokhletasi
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi
ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.
4. Destilasi Uap
 Mekanisme kerja :
- Dimasukan kedalam labu leher dua Ditambahkan 100 ml air
- Dimasukan beberapa batu didih Labu dihubungkan dengan pendingin dan
generator uap air. Dipanaskan labu detilasi
- Diamati suhu saat terjadi penguapan dan ditentukan larutan tersebut.
 Prinsip dasar destilasi uap :
Destilasi uap adalah untuk memurnikan zat atau senyawa cairan yang tidak larut di
dalam air,dan titik didihnya tinggi. Sedangkan,sebelum zat cair itu mencapai titik
didihnya zatcair sudah terurai teriksidasi atau mengalami reaksi pengubahan. Maka, zat
cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat,
harus dengan destilasi uap.
5. Infudasi
 Mekanisme kerja :
- Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahan, untuk
bunga empat kali bobot bahan dan untuk karagum 10 kali bobot bahan.
- Bahan baku ditambahkan dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu
900 – 980 C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian.
 Prinsip dasar Infudasi :
Infus / rebusan obat ialah, sedian cair yang dibuat dengan mengextraksi simplisia nabati
dengan air suhu 90° C selama 15 menit, yang mana extraksinya dilakukan secara
infundasi. Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula di dalam sel
ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum
penyarian akan bertambah baik apabila permukaan simplisia yang bersentuhan semakin
luas (Ansel, 1989).
6. Dekokta
 Mekanisme kerja :
- Dekokta dibuat dari bahan-bahan alam yang direbus pada suhu 90o–98oC.
perbedaannnya dengan infusa adalah dekokta penyariannya selama 30 menit
sedangkan infusa hanya sekitar 15 menit dengan suhu yang sama. Decocta untuk
simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap
pemanasan.
- Untuk melakukan proses infusa dan dekokta, maka kita harus mempersiapkan 1
unit panci yang terdiri dari 2 buah panci yang saling bisa ditumpuk Panci yang di
atas digunakan untuk menaruh bahan yang akan di ekstraksi (tentu bersama
pelarutnya, yaitu air, masing-masing dengan takaran tertentu), sementara panci
sebelah bawah diisi air, maksudnya digunakan sebagai pemanas panci atas,
sehingga panas yang diterima panci atas tidak langsung berhubungan dengan api.
Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada suhu 100oC), maka panas
yang diterima oleh panci atas suhunya hanya mencapai sekitar 90oC saja.
Kondisi demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam bahan tidak rusak oleh
pemanasan berlebihan. (biasanya zat aktif akan rusak bila dipanaskan sampai
100oC atau lebih).
 Prinsip dasar dekokta :
Dekok adalah proses infus yang hanya dilakukan dalam periode waktu yang lebih lama.
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya
pada dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai
90°C. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan
terhadap pemanasan.
7. Refluks
 Mekanisme kerja :
Mekanisme kerja pada rangkaian refluks ini terjadi empat proses, yaitu :
1. Heating, terjadi pada saat feed dipanaskan di labu didih, evaporating
(penguapan) terjadi ketika feed mencapai titik didih dan berubah fase menjadi
uap yang kemudian uap tersebut masuk ke kondensor dalam
2. Evaporating (Penguapan),
3. Kondensasi (Pengembunan), proses ini terjadi di kondensor, jadi terjadi
perbedaan suhu antara kondensor dalam yang berisi uap panas dengan kondensor
luar yang berisikan air dingin, hal ini menyebabkan penurunan suhu dan
perubahan fase dari steam tersebut untuk menjadi liquid kembali dan
4. Cooling, terjadi di dalam ember, di dalam ember kita masukkan batu es dan air,
sehingga ketika kita menghidupkan pompa, air dingin akan mengalir dari bawah
menuju kondensor luar, air harus dialirkan dari bawah kondensor bukan dari atas
agar tidak ada turbulensi udara yang menghalangi dan agar air terisi penuh.
 Prinsip dasar Refluks :
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada
suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah
reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas
N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa
organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif (Sudjadi, 1986). 

Anda mungkin juga menyukai