Anda di halaman 1dari 41

SKRIPSI

Respon Petani Terhadap Media Penyuluhan Pertanian


(Studi Kasus Petani Padi Desa Botto Kecamatan Pituriase
Kabupaten Sidrap)
HALAMAN SAMPUL

Di Susun Oleh :
SURAHMI A.
16 012 014 057

Pada
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2021
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyuluhan pertanian merupakan suatu keniscayaan sekaligus
merupakan kewajiban Pemerintah untuk menyelenggarakannya.
Pemberdayaan melalui penyelenggaraan penyuluhan pertanian diperlukan
untuk mengubah pola pikir, Respon dan perilaku guna membangun
kehidupan dan penghidupan petani yang lebih baik secara
berkelanjutan.Tidak bisa dipungkiri hingga saat ini penyuluh pertanian
masih menjadi tumpuan dan andalan petani sebagai sumber informasi
pertanian.
Pembangunan pertanian ke depan diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar dalam rangka mengurangi kesenjangan dan
memperluas kesempatan kerja, serta mampu memanfaatkan peluang
ekonomi yang terjadi sebagai dampak dari globalisasi. Untuk itu
diperlukan sumberdaya manusia pertanian yang berkualitas dan handal,
dengan memiliki ciri adanya kemandirian, professionalitas, berjiwa
wirausaha, dan disiplin sehingga petani dan pelaku usaha pertanian
lainnya akan mampu membangun usaha tani yang berdaya guna dan
berdaya saing. Salah satu upaya untuk meningkatkan SDM pertanian,
salah satunya adalah melalui kegiatan penyuluhan pertanian.
Kemajuan teknologi khususnya dibidang pertanian saat ini telah
banyak menyumbangkan peranannya bagi kemajuan dalam dunia
pertanian. Namun kemajuan teknologi tersebut masih belum dinikmati
oleh petani secara menyeluruh. Hal ini terjadi karena adanya beberapa
kendala, antara lain tingkat pengetahuan petani yang masih relatif rendah
serta terbatasnya sumber daya yang dimiliki seperti tanah, modal dan
sebagainya sehingga masih terdapat kesenjangan antara sumber
informasi dan teknologi (misalnya: Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian)
dengan sasaran teknologi (petani). Dalam mengatasi kesenjangan
tersebut diperlukan upaya untuk menjambatani antara keduanya agar
transfer teknologi berjalan dengan lancar, misalnya adanya Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL).
Penyuluhan yang baik sangat dipengaruhi oleh metode
pembelajaran penyuluhan yang disampaikan kepada petani. Penyuluh
yang mampu menerapkan metode dan teknik pembelajaran penyuluhan
dengan baik akan memiliki kemampuan dalam meningkatan pengetahuan
dan keterampilan petani dalam mengadopsi proses pembelajaran
penyuluhan tersebut, sehingga petani dapat menerapkannya dalam
system usaha tani yang dikembangkannya.
Sejak awal penyuluhan pertanian telah memberikan sumbangan
pada pencapaian berbagai program pembangunan, meskipun ada kesan
dilaksanakan dengan pendekatan dari atas ke bawah (top down) dengan
dipaksa, terpaksa, dan terbiasa. Keberadaan petani pada saat itu
hanyalah sebagai objek pembangunan. Walaupun demikian, dalam
pelaksanaannya petani tetap melaksanakan apa yang diperintahkan,
tekun mengerjakan dan mengharapkan panen sesuai yang diharapkan.
Kondisi semacam ini menyebabkan ketergantungan petani kepada
kebijakan pemerintah dan penyuluh sangat tinggi.
Tidak berbeda dengan pendidikan formal, penyuluhan pertanian
sebagai pendidikan non formal pun harus sejalan dengan kemajuan
caramanusia berkomunikasi. Karena itu, penyuluh berkewajiban untuk
mengerahkan segala cara dan daya untuk menggunakan semua alat yang
ada untuk membuat penyuluhan menjadi efektif.
Alat-alat audio-visual yang digunakan dalam penyuluhan pertanian
berguna untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Di antara
alatalat audio-visual itu termasuk gambar, foto, slide, model, pita kaset,
tape recorder, film bersuara, televisi, dan komputer.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian media yang dijelaskan


sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengertian media penyuluhan
adalah alat bantu penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan yang dapat

2
merangsang sasaran suluh untuk dapat menerima pesan-pesan
penyuluhan, dapat berupa media tercetak, terproyeksi, visual ataupun
audio-visual dan komputer.
Tanpa alat-alat audio-visual/media maka penyuluhan tidak akan
mempunyai efektivitas yang dituntut oleh jaman elektronik sekarang ini,
serta penggunaannya memerlukan kemahiran dan keterampilan. Surat
kabar, majalah, radio, dan televisi merupakan media yang paling murah
untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.Walaupun demikian,
perlu diamati pengaruhnya sebelum diputuskan penggunaannya dalam
penyuluhan. Penggunaan media dalam penyuluhan juga dilakukan oleh
penyuluh pertanian untuk komoditi padi di Provinsi Sulawesi Selatan.
Di Provinsi Sulawesi Selatan, kondisi penyuluhan pertanian yang
terus mengalami perubahan baik. Penyuluh menjadi garda terdepan
dalam pencapaian target produksi dan penuntasan masalah - masalah
yang dihadapi oleh petani. Penyuluh juga menjadi wadah aspirasi bagi
petani sehingga kehadiran penyuluh sangat penting bagi petani di
Sulawesi Selatan. Penyuluh diharapkan dapat terus mendorong
peningkatan produksi padi di Provinsi Sulawesi Selatan dengan
penguatan kapasitas penyuluh baik dari pengetahuan maupun
kemampuan.
Di Desa Botto, penyuluh tergolong aktif dalam meninjau wilayah
tersebut. Pelaksanaan penyuluhan biasanya dilakukan dalam 1 kali dalam
2 bulan namun dapat berubah sewaktu - waktu jika didapati masalah yang
dihadapi oleh petani yang dapat menyebabkan kerugian. Penyuluhan
yang dilakukan di awali dengan tudang sipulung petani bersama penyuluh
agar dapat mendapat permasalahan - permasalahan yang dihadapi oleh
petani padi. Setelah itu, penyuluh akan menyusun program atau materi
yang akan diberikan kepada petani sebagai sarana dalam pemecahan
masalah. Pemberian materi juga dibarengi dengan menggunakan media
gambar dan video yang diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi
petani dalam menerima informasi dari penyuluh.

3
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti berinisiatif untuk
mengambil judul “Respon Petani Terhadap Materi dan Media
Penyuluhan Pertanian (Studi Kasus Petani Padi Desa Botto,
Kecamatan Pituriase, Kabupaten Sidrap)”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh
penyuluh di Desa Botto, Kecamata Pitu Riase, Kabupaten Sidrap ?
2. Bagaimana penggunaan media dalam kegiatan penyuluhan
pertanian yang dilakukan oleh penyuluh di Desa Botto, Kecamatan
Pitu Riase, Kabupaten Sidrap ?
3. Bagaimana respon petani terhadap media penyuluhan pertanian di
Desa Botto, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidrap ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan
oleh penyuluh di Desa Botto, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten
Sidrap.
2. Untuk mengetahui penggunaan media dalam kegiatan penyuluhan
pertanian yang dilakukan oleh penyuluh di Desa Botto, Kecamatan
Pitu Riase, Kabupaten Sidrap
3. Untuk menganalisis respon petani terhadap media penyuluhan
pertanian di Desa Botto, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidrap.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah dapat menjadi rujukan dalam pembuatan peraturan
terkait dengan penyuluhan.
2. Bagi penyuluh dapat menjadi refrensi untuk semakin memperbaiki
kualitas saat melakukan penyuluhan.
3. Bagi peneliti dapat menjadi tambahan pengetahuan dalam hal
penyuluhan pertanian.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyuluhan
Pengertian Penyuluh Menurut Hawkins (2016), yaitu sebagai berikut:
penyuluhan dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja di
dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya
pada masyarakat luas. Penyuluhan merupakan salah satu pendidikan non
formal yang diberikan kepada petani.Penyuluhan yang diberikan kepada
petani biasanya disebut dengan penyuluhan pertanian.
Fungsi Penyuluh pertanian ada empat fungsi penyuluhan pertanian
yaitu:
1. Pembuka jalan bagi petani untuk mendapatkan kebutuhanya
dibidang pertanian khususnya ilmu pengetahuan.
2. Penyuluhan pertanian merupakan jembatan antara praktik atau
kegiatan yang dijalankan petani dengan pengetahuan dan teknologi
yang selalu berkembang dan senantiasa dibutuhkan oleh petani.
3. Penyampai, pengusahaan dan penyesuaian program nasional dan
regional agar dapat dilaksanakan oleh petani dalam rangka
mensukseskan program pembangunan nasional.
4. Kegiatan pendidikan non formal yang dilakukan secara terusmenerus
untuk mengikuti perkembangan teknologi yang dinamis dan
masalah-masalah pertanian yang berkembang.
Tujuan Penyuluhan Pertanian mencakup tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang.Tujuan penyuluhan jangka pendek yaitu
menumbuhkan perubahan-perubahan dalam diri petani yang mencakup
tingkat pengetahuan, kecakapan, kemampuan, Respon, dan motivasi
petani terhadap kegiatan usaha tani yang dilakukan.Tujuan penyuluhan
jangka panjang yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat tani sehingga
kesejahteraan hidup petani terjamin. Tujuan pemerintah terhadap
penyuluhan pertanian adalah: meningkatkan produksi pangan,
merangsang pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan
keluarga petani dan rakyat desa, mengusahakan pertanian yang
berkelanjutan.
Penyuluhan pertanian yang diberikan kepada para petani memiliki
dasar-dasar penyuluhan yang sebenarnya dialami oleh para petani,
seperti hambatan petani. Konsep-konsep tersebut antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Pengetahuan, sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta
wawasan yang memadai. Tugas agen penyuluhan adalah
meniadakan hambatan tersebut dnegan cara menyediakan informasi
dan memberikan pandangan mengenai masalah yang dihadapi.
2. Motivasi, sebagian petani kurang memiliki motivasi mengubah
perilaku karena perubahan yang diharapkan berbenturan dengan
motivasi yang lain. agen penyuluhan memberikan motivasi pada para
petani yang sedang melakukan kegiatan usaha tani.
3. Sumber daya, beberapa organisasi penyuluhan bertanggung jawab
untuk meniadakan hambatan yang disebabkan oleh kekurangan
sumber daya.
4. Wawasan, sebagian petani kurang memilki wawasan untuk
memeperoleh sumber daya yang diperlukan, sehingga tugas para
penyuluh adalah memberikan suatu informasi terkait dengan
permasalahan yang dihadapi oleh petani.
5. Kekuasaan, penyedia informasi yang tidak mungkin membawa
perubahan dalam hal kekuasaan petani.

B. Pertanian
Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan
manusia yang termasuk didalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan,
perikanan dan juga kehutanan. Sebagian besar kurang lebih dari 50
persen mata pencaharian masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani,
sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di negara
kita.

7
Pengertian pertanian dalam arti sempit hanya mencakup pertanian
sebagai budidaya penghasil tanaman pangan padahal kalau kita tinjau
lebih jauh kegiatan pertanian dapat menghasilkan tanaman maupun
hewan ternak demi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

C. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian


1) Memfasilitasi proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku
usaha.
2) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha
ke sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya
3) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan
kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha.
4) Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh-
kembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang
berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha
yang baik dan berkelanjutan.
5) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon
peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku
usaha dalam mengelola usaha.
6) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap
kelestarian fungsi lingkungan.
7) Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian yang maju
dan modern bagi pelaku utama dan pelaku usaha secara
berkelanjutan.
Penyuluhan dapat berlangsung efektif, oleh karena itu hal yang
harus selalu diutamakan adalah “kejelasan komunikasi”, yang sangat
tergantung ketiga unsur komunikasi yaitu:
1. Unsur pesan berisi hal-hal yang dengan mudah dipahami oleh
sasaran, baik mengenai isi materi, bahasa yang digunakan dan
disampaikan pada waktu dan tempat yang sesuai.

8
2. Unsur media/saluran komunikasi yang digunakan harus terbebas
dari gangguan, baik gangguan teknis (jika menggunakan media
massa) ataupun gagasan sosial budaya (jika menggunakan media
antar pribadi).
3. Unsur penyuluh dan sasarannya.

D. Media Penyuluhan
Kata media berasal dari bahasa Latin “medius” yang secara harafiah
berarti “tengah, perantara atau pengantar”.Dalam bahasa Arab media
artinya “perantara” atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Pengertian khusus media dalam proses pendidikan (proses
belajarmengajar) diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal. Batasan lain yang dikemukakan oleh para
ahli adalah sebagai berikut:
1. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi.
2. Media adalah moderator yang berfungsi sebagai alat yang turut
campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikan, artinya media
menunjukkan fungsi atau perannya dalam mengatur hubungan yang
efektif antar dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi
pelajaran.
3. Media komunikasi adalah perantara yang mengantarkan informasi
antara sumber dan penerima. Hal ini termasuk televisi, film, foto,
radio, cetakan, dan sejenisnya. Apabila media itu membawa pesan-
pesan yang bertujuan instruksional, maka media tersebut disebut
media pengajaran.
4. Media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia
untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan atau
pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan
itu sampai kepada penerima yang dituju.

9
5. Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape
recorder, kaset, video camera, film, slide, foto, gambar, grafik,
televisi, dan komputer.
6. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio
visual dan peralatannya, sehingga media dapat dimanipulasi, dilihat,
didengar atau dibaca.
7. Media adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pengajaran.

E. Respon Petani
Pengetahuan dan respon tidak dapat dipisahkan satu sama lain
karena suatu respon akan dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki.
Tiga komponen yang membentuk struktur Respon, yaitu :
a) Komponen kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek
respon.
b) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap
objek respon.
c) Komponen konatif, komponen perilaku atau action component yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek respon.
Respon dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara, yakni ;
a) Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
berulang dan terusterusan, lama-kelamaan secara bertahap ke
dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya respon.
b) Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya
pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal

10
yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas
dari jenisnya. Hal mengenai objek tersebut dapat terbentuk respon
tersendiri pula.
c) Intelegensi, tadinya secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.
d) Trauma, pengalaman yang tiba - tiba, mengejutkan yang
meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan
terbentuknya respon.

F. Kerangka Pikir Penelitian


Dalam pelaksanaan penyuluhan, beragam Respon yang ditunjukkan
petani juga tergantung dari apa yang diterimanya saat penerimaan materi.
Untuk lebih jelasnya mengenai skema kerangka pikir penelitian dapat
dilihat pada gambar 1.

11
Petani Padi

Penyuluh Pertanian Media Penyuluhan

1. Metode Penyuluhan 1. Media Cetak


2. Kegiatan Penyuluhan 2. Media Elektronik
3. Media Penyuluhan 3. Pertemuan Rutin

Respon Petani
Terhadap Media Penyuluhan

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

12
III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Botto, Kecamatan Pitu Riase,
Kabupaten Sidrap. Pemilihan lokasi di dasari oleh tingkat keaktifan
penyuluh dalam melakukan penyuluh yaitu 1 kali dalam 2 bulan. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2020.

B. Populasi dan Sampel


Jumlah Populasi semua petani padi yang berada di Desa Botto,
Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidrap yang terhimpun dalam 14
kelompok tani.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
Purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik sampling yang
cukup sering digunakan. Metode ini menggunakan kriteria yang telah
dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel.Kriteria pemilihan sampel yaitu
dengan memilih 3 orang dari masing - masing kelompok tani. Jadi jumlah
sampel dalam penelitian ini yaitu 42 orang.

C. Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data primer dan
sumber data sekunder.
a) Data primer adalah data yang diperoleh dengan langsung ke
lapangan di lokasi secara langsung melalui observasi,wawancara
dengan responden dan dokumentasi.
b) Data sekunder adalah data yang di peroleh dari lembaga ataupun
instansi terkaitdalam penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data


a) Observasi merupakan suatu proses penelitian melakukan
pengamatan langsung terhadap objek penelitian di lapangan dengan
melihat,mendengarkan,mencatat kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan penelitian

50
b) Wawancara secara langsung untuk mengumpulkan informasi yang
akurat dan kompleks yang di kemukakan oleh narasumber.
c) Dokumentasi adalah metode Pengumpulan data berupa bentuk foto,
gambar kegiatan selama observasi, wawancara di lapangan dan
dokumen resmi yang mendukung penelitian.

E. Analisis Data
1) Analisis Deskriptif
Metode Analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif merupakan
metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan faktual
tentang fakta - fakta serta hubungan antar variabel yang diselidiki dengan
cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi
data dalam pengujian hipotesis statistik.
2) Skala Likert
Secara umum teknik dalam pemberian skor yang digunakan dalam
kuesioner penelitian ini adalah teknik skala Likert. Penggunaan skala
Likert menurut Sugiyono (2017) adalah skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial.

F. Konsep Operasional
1. Penyuluhan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan
pengetahuan kepada petani.
2. Kegiatan penyuluhan adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses
penyuluhan seperti penerimaan materi dan praktek.
3. Media penyuluhan adalah sarana yang digunakan dalam proses
penyampaian pengetahuan kepada petani.
4. Respon petani adalah sikap yang ditunjukkan oleh petani terhadap
apa yang telah dia terima dalam pelaksanaan penyuluhan.
5. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku

51
industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan
hidupnya.
6. Penyuluh adalah orang yang bertugas melaksanakan kegiatan
penyuluhan kepada masyarakat. Tugas yang dilakukan tergantung
bidang seperti penyuluhan pertanian maka penyuluh akan
penyuluhan tentang pertanian.
7. Petani sasaran adalah sasaran dalam aktivitas penyuluhan yaitu
petani padi.
8. Metode penyuluhan adalah metode yang digunakan dalam
penyampaian materi dalam kegiatan penyuluhan seperti penggunaan
media penyuluhan.
9. Kegiatan penyuluhan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menyampaikan materi melalui cara - cara tertentu seperti dinamika
kelompok, observasi, dan lain - lain.
10. Media penyuluhan adalah media yang digunakan untuk melakukan
penyuluhan seperti secara langsung, media cetak, dan media
elektronik.
11. Media cetak adalah media yang digunakan dalam penyuluhan
dengan menggunakan brosur, pamflet, dan lain - lain.
12. Media elektronik adalah media yang digunakan dalam penyuluhan
dengan menggunakan handphone, laptop, dan alat eletronik lainnya.
13. Pertemuan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin untuk
bertemu dan mengangkat suatu masalah yang dihadapi dalam
usahatani.

52
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

A. Kondisi Geografis
Kondisi geografis Desa Botto yang berada pada Kecamatan
Pituriase kabupaten Sidenreng Rappang dan sebagian wilayah berada di
selat Makassar dengan memiliki luas wilayah 19,04 km 2. Jarak dari
ibukota kecamatan sejauh 9 km dan dari ibukota kabupaten sejauh 39 km.
Desa Botto memiliki 2 (dua) iklim tropis dengan suhu rata-rata
mencapai 28oC serta memiliki 2 (dua) tipe musim kemarau dan musim
hujan terjadi pada bulan Desember - April sementara musim kemarau
terjadi pada musim Mei - November yang berputar setiap tahunnya.

B. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Botto, Kecamatan Pituriase, Kabupaten
Sidrap yaitu sebesar 3.005 Jiwa. Berdasarkan Jenis kelamin jumlah laki –
laki sebanyak 1.470 Jiwa dan Perempuan sebanyak 1.535 Jiwa.
Sedangkan, Berdasarkan Umur penduduk dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur


Umur (Tahun) Jumlah (Orang)
<1 58
2-5 246
5 - 15 911
16 - 59 1.561
60 > 192
Total 3.005
Sumber : Profil Desa Botto Tahun 2020

Mata Pencaharian Masyarakat, mata pencaharian terbanyak yaitu


sebagai petani dengan sebesar 1.237 orang. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 2.

53
Tabel 2. Mata Pencaharian Masyarakat Di Desa Botto
Mata Pencaharian Jumlah (orang)
Petani 1.237
Pegawai 351
Lain - lain 403
Total 2.092
Sumber : Profil Desa Botto Tahun 2020

Petani merupakan orang yang mengusahakan lahan yang dimilikinya


baik bersifat pribadi atau penggarap lalu memiliki hak untuk mendapatkan
keuntungan dari kegiatan pertanian yang dilakukannya sedangkan buruh
tani adalah orang yang disewa oleh petani untuk membantunya
melakukan kegiatan pertanian. Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Desa Botto


Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
Tidak Sekolah 285
SD 552
SLTP 284
SLTA 390
Sarjana 196
Jumlah 1.707
Sumber : Profil Desa Botto Tahun 2020

C. Keadaan Pertanian
Untuk lebih jelasnya mengenai produksi hasil petanian di Kecamatan
Pitu Riase dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi Hasil Pertanian


Komoditi Luas Lahan Produksi Produktivitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
Padi Sawah 5.995 38.968 6,50
Padi Ladang 500 2.000 4,00
Jagung 2.996 13.482 4,50
Kacang Hijau 10 10 0,95
Kacang Tanah 30 20 0,65
Sumber : Kecamatan Pitu Riase Dalam Angka Tahun 2021

54
Tabel 4 menunjukkan komoditi utama yang diproduksi di Kecamatan
Pitu Riase adalah padi sawah dengan luas lahan 5.995 Ha dan produksi
38.968 ton. Selain padi, jagung juga menjadi komoditi yang banyak
diproduksi dengan luas lahan 2.000 Ha dengan produksi 13.482 ton.
Untuk kelompok tani di Kecamatan Pitu Riase dapat dilihat pada
Tabel 5.

Tabel 5. Nama Kelompok Tani


Nama Kelompok Nama Ketua
Takdir III Nasri
Mattiro Deceng Syamsuddin L.
Siporennu Otting
Wiring Langi Syafruddin
Mattiro Deceng II Farman
Mappatuo Rahman
Buah Padi Mangka
Sibalireso Abd. Rauf S.Pd.
Sipatuo Deceng H. Zainuddin
Ponranga Surianto
Hibur Ihsan
Mattarima Agusnan
Massappa Bengngan
Lamanyameng Latantu
Malilu Sipakainge Latipu
Masaganae Muh. Yusuf
Mappabeenga Haruna
Massumpuloloe Andi Fahruddin
Mattiro Walie Pallalu
Simaturue Amiruddin
Samaio Abd. Wahab
Mattumaceng Abd. Azis
Wasunge Lamidi
Mattirobulu Darwin
Sinar Lamerrang Pakkanda
Mattiro Deceng III Baharuddin
Lappaki Muh. Yusuf D
Mekar M. Syarif K
Sumber : Kecamatan Pitu Riase Dalam Angka Tahun 2021

Tabel 5 menunjukkan nama - nama kelompok tani yang berada di


Kecamatan Pitu Riase. Kelompok tani di Kecamatan Pitu Riase
sebenarnya masih banyak namun, belum semua terdaftar.

55
D. Keadaan Sarana dan Prasarana
Kondisi jalan di Desa Botto sebagian besar telah beraspal, sebagian
kecil jalan masih tanah yang di perkeras dan sebagian besar permukan
jalannya berupa aspal/beton. Kegiatan perdagangan di Desa Botto
didukung oleh keberadaan pasar tradisional sebanyak 1 unit yang
memudahkan para masyarakat dalam beraktivitas.
Sarana pendidikan mempunyai peranan penting dalam menunjang
pembangunan daerah di segala bidang. Pendidikan juga termasuk salah
satu faktor dalam menunjang pengetahuan masyarakat desa. Peningkatan
kualitas pendidikan di suatu wilayah selain bergantung kepada kualitas
guru juga harus ditunjang dengan sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai. Adapun jumlah sarana pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Sarana Pendidikan


No Tingkat Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. SMA 0 0%
2. SMP 0 0%
3. SD 1 100%
Total 1 100%
Sumber: Kantor Desa Botto, 2019.

Tabel 6 menunjukkan bahwa sarana pendidikan di Desa Botto cukup


memadai. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sarana pendidikan SD
(Sekolah Dasar) sebanyak 1 unit (100%).

56
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Botto, Kecamatan Pituriase,
Kabupaten Sidrap. Dalam penelitian ini, responden berasal dari kelompok
tani yang berada di Desa Botto. Jumlah responden dalam penelitian ini
sebanyak 42 orang. Identitas responden yang disajikan akan dibagi
beberapa kategori yaitu berdasarkan umur, luas lahan, dan jabatan dalam
kelompok tani.
1) Umur
Untuk lebih jelasnya mengenai umur responden dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Identitas Responden Berdasarkan Umur


Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
< 35 2 4,76
36 - 50 20 47,62
51 - 65 18 42,86
66 > 2 4,76
Total 42 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020

Tabel 5 menunjukkan mayoritas petani responden berusia 36 - 50


tahun dengan jumlah 20 orang atau sebesar 47,62%. Berdasarkan umur
responden, petani yang menjadi responden berada pada usia masih
produktif.
2) Tingkat Pendidikan
Untuk lebih jelasnya jumlah responden berdasarkan pendidikan
terakhir dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Pendidikan Jumlah Persentase
Terakhir (Orang) (%)
SD 16 38,10
SMP 13 30,95
SMA 13 30,95
TOTAL 42 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020

57
Tabel 8 menunjukkan pendidikan terakhir responden dalam
penelitian ini yaitu lulusan SD dengan jumlah 16 orang atau sebesar
38,10%. Berdasarkan pendidikan terakhir, semua responden sudah
pernah merasakan pendidikan formal.
3) Luas Lahan
Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan yang dimiliki responden
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Lahan


Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
<1 10 23,81
2-3 20 47,62
4> 12 28,57
Total 42 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020
Tabel 6 menunjukkan mayoritas petani memiliki luas lahan seluas 2 -
3 Ha dengan jumlah 20 orang atau sebesar 47,62%. Luas lahan garapan
menyebabkan petani lebih memungkinkan untuk memaksimalkan tingkat
produksi sekaligus dapat meningkatkan kualitas produksinya.
4) Jumlah Tanggungan Keluarga
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tanggungan keluarga
responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan


Jumlah Tanggungan Jumlah Persentase
Keluarga (Orang) (Orang) (%)
1-3 7 16,67
4-6 17 40,48
7 - 10 18 42,86
TOTAL 42 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020
Tabel 10 menunjukkan rata - rata jumlah tanggungan keluarga
responden sebanyak 7 - 10 orang dengan jumlah 18 orang atau sebesar
42,86%. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga jika tidak diimbangi
dengan pendapatan yang baik akan membuat petani akan mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Tanggungan keluarga

58
petani padi yang banyak disebabkan karena dalam 1 rumah terdapat 2
rumah tangga atau bahkan lebih.
5) Pengalaman Berusahatani
Untuk lebih jelasnya mengenai pengalaman berusahatani dapat
dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani


Jumlah Persentase
Pengalaman Usahatani
(Orang) (%)
10 - 15 12 28,57
16 - 20 21 50,00
21 - 25 9 21,43
Jumlah 42 100,00%
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2021

Tabel 11 menunjukkan mayoritas pengalaman usahatani responden


berkisar antara lebih dari 16 - 20 tahun dengan jumlah 21 orang atau
sebesar 50,00%.
6) Jabatan Dalam Kelompok Tani
Untuk lebih jelasnya mengenai jabatan dalam kelompok tani yang
dimiliki responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Identitas Responden Berdasarkan Jabatan


Jabatan Dalam Kelompok Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ketua 14 33,33
Sekretaris 14 33,33
Anggota 14 33,33
Total 42 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020

Tabel 12 menunjukkan jabatan responden dalam kelompok tani.


Dalam penelitian ini diambil masing - masing 1 orang dari ketua,
sekretaris, dan anggota dari masing - masing kelompok tani.

B. Kegiatan Penyuluhan Pertanian


Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses yang membantu
petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan

59
perkiraan ke depan; membantu petani menyadarkan terhadap
kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut; meningkatkan
pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah,
serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki petani; membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus
berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat
yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif
tindakan; membantu petani memutuskan pilihan tepat yang menurut
pendapat mereka sudah optimal; meningkatkan motivasi petani untuk
dapat menerapkan pilihannya; dan membantu petani untuk mengevaluasi
dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan
mengambil keputusan.
Penyuluhan pertanian merupakan salah satu kegiatan yang strategis
dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan pertanian. Melalui
kegiatan penyuluhan, petani ditingkatkan kemampuannya agar dapat
mengelola usaha taninya dengan produktif, efisien dan menguntungkan,
sehingga petani dan keluarganya dapat meningkatkan kesejahteraanya.
Meningkatnya kesejahteraan petani dan keluarganya adalah tujuan utama
dari pembangunan pertanian.
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dilaksankan di Desa Botto
sama seperti kegiatan pertemuan rutin yang dilaksanakan di Kantor Desa
Botto ataupun di rumah - rumah anggota kelompok tani yang bersedia
setiap sebluan sekali setelah kegiatan pertemuan rutin yang dilakukan
setiap bulan pada tanggal 20. Kegiatan ini juga difasilitasi oleh penyuluh
pertanian setempat dan diikuti oleh anggota kelompok tani yang ada di
Desa Botto.
1. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan yang penyuluhan dilaksanakan setiap bulannya pada hari
selasa, rabu dan kamis. Untuk lebih jelasnya mengenai materi yang
dibawakan dalam penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 13.

60
Tabel 13. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Jumlah Penilaian (Orang) Persentase (%)
Evaluasi 19 45,24
Diskusi 36 85,71
Silaturahmi 42 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2021

Tabel 13 menunjukkan bahwa mayoritas responden menilai dalam


pertemuan rutin kegiatan yang dilaksanakan yaitu sebagai wadah
silaturahmi sebanyak 42 orang atau persentase sebesar 100,00%.
Menurut petani, pertemuan rutin sering dilaksanakan terutama saat
penyuluh atau kepala Dinas Pertanian datang untuk bertemu dengan
petani. Hal ini dilakukan untuk membangun hubungan baik antara petani
dengan penyuluh dan pemerintah setempat. Selain itu, sebanyak 36 orang
atau sebesar 85,71% petani menilai pertemuan rutin menjadi sarana untuk
diskusi mengenai permasalahan yang dihadapi dalam budidaya. Menurut
petani, selain melakukan silaturahmi dengan penyuluh, petani juga sering
melakukan diskusi bersama mengenai permasalahan yang dihadapi baik
di lahan sampai kepada pemasaran hasil panen. Terakhir, sebanyak 19
orang atau sebesar 45,24% responden menilai pertemuan rutin menjadi
sarana evaluasi yang dilakukan oleh penyuluh terhadap program yang
dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengukur perkembangan dari
program yang dilaksanakan.
2. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan merupakan bahan penyuluhan yang akan
disampaikan para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha
dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi dan teknologi. Pemilihan
materi yang disampaikan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
pertanian di Desa Botto didasarkan pada kondisi di lapangan dan
kebutuhan petani. Seperti contoh, tingginya tingkat kegagalan panen yang
diakibatkan terjadinya ledakan populasi hama dan rendahnya
pengetahuan petani dalam pengendalian hama penyakit sehingga
penyuluh memberikan materi penyuluhan pencegahan dan pengendalian

61
hama kupu-kupu putih, walang sangit, dan tikus pada tanaman padi.
Dengan begitu, petani akan tertarik dengan apa yang disampaikan
penyuluh pertanian sebagai fasilitator kepada petani. Materi yang
dibawakan oleh fasilitator yaitu materi yaitu inovasi cara tanam pada
tanaman padi, pemupukan berimbang pada tanaman padi, pengenalan
dan penanganan hama, penanganan panen, dan pemanfaatan lahan
pekarangan. Untuk lebih jelasnya mengenai materi yang diberikan dalam
penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Materi Penyuluhan


Jumlah Penilaian Persentase
Materi
(Orang) (%)
Penanganan PHT 42 100,00
Teknis Budidaya 42 100,00
Penanganan Pascapanen 17 40,48
Pemanfaatan Lahan 21 50,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2021
Tabel 14 menunjukkan materi - materi yang diberikan dalam
penyuluhan. Materi pengangan PHT dan teknis budidaya mendapatkan
penilaian masing - masing sebanyak 42 orang sebesar 100,00%. Materi
ini menjadi yang paling sering diterima dan diikuti oleh petani responden.
Hal ini terjadi karena permasalahan utama yang paling sering dihadapi
oleh petani yaitu masalah hama dan penyakit yang dapat merugikan
petani. Materi penanganan pascapanen mendapatkan penilaian sebesar
17 orang atau sebanyak 17 orang atau sebesar 40,48%. Menurut
responden, materi penanganan pascapanen pernah diterima oleh
responden namun kurang mendapatkan respon dari petani. Materi
pemanfaatan lahan mendapatkan penialain sebanyak 21 orang atau
sebesar 50,00%. Menurut petani, pemanfaatan lahan sering diangkat
dalam kegiatan penyuluhan agar petani dapat memanfaatkan sekitar agar
lebih produktif dan mampu memberikan tambahan pendapatan bagi
petani.
3. Metode penyuluhan

62
Metro penyuluhan adalah cara penyampaian materi penyuluhan oleh
penyuluh kepada petani baik secara langsung maupun tidak langsung
agar mereka mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Tujuan
pemilihan metode penyuluhan yang digunakan yaitu agar penyuluh
sebagai fasilitator dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi
beberapa metode yang tepat dan berhasil guna, agar kegiatan
penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan
perilaku yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani dan kelompok
tani. Adapun metode penyuluhan yang digunakan oleh penyuluh di desa
Botto yaitu metode penyuluhan dengan pendekatan kelompok melalui
ceramah, diskusi, dan demplot. Untuk lebih jelasnya mengenai metode
yang digunakan dalam penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Metode Penyuluhan


Jumlah Penilaian Persentase
Metode
(Orang) (%)
Ceramah 17 40,48
Diskusi 42 100,00
Demplot 21 50,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2021

Tabel 15 menunjukkan metode - metode yang digunakan dalam


penyuluhan. Metode ceramah mendapatkan penilaian sebanyak 17 orang
atau sebesar 40,48%. Menurut responden, ceramah sering digunakan
namun masih kurang efektif karena hanya didengarkan saja sehingga
tidak ada timbal balik dari petani. Diskusi mendapatkan penilaian
sebanyak 42 orang atau sebesar 100,00%. Menurut petani, diskusi seperti
bercerita dengan penyuluh sehingga petani jauh lebih santai dalam
menyampaikan pendapat. Diskusi juga suasannya lebih santai dan tidak
terlalu kaku sehingga menjadi metode yang paling sering digunakan dan
paling baik. Demplot mendapatkan penilaian sebanyak 21 orang atau
sebesar 50,00%. Metode demplot hanya digunakan sesekali oleh
penyuluh karena membutuhkan biaya yang besar.
4. Metode Pendekatan Kelompok

63
Metode pendepatan kelompok dipilih oleh penyuluh karena dianggap
efektif dalam membimbing dan mengarahkan petani untuk melakukan
suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam
pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat di ambil, disamping
dari transfer teknologi informasi juga terjadi tukar pendapat dan
pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang
bersangkutan. Metode penyuluhan yang digunakan dalam menyampaikan
materi penyuluhan oleh fasilitator kepada petani yaitu dengan ceramah
menggunakan alat bantu berupa gambar yang menjelaskan teknologi jajar
legowo 2:1, alat peraga berupa sampel pupuk yang dibawah oleh
penyuluh sebagai fasilitator untuk dijelaskan kepada sasaran serta diskusi
sebagai umpan balik kepada petani untuk mengetahui apakah
penyampaian materi penyuluhan telah sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dan memberikan kesempatan kepada petani sebagai peserta
untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

C. Penggunaan Media Dalam Penyuluhan Pertanian


Penggunaan media dalam penyuluhan pertanian bertujuan untuk
memberikan kemudahan bagi penyuluh dalam memberikan informasi
kepada petani agar dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Semakin berkembanganya zaman, semakin berkembang pula media -
media yang digunakan dalam penyuluhan pertanian. Menurut responden,
beberapa tahun yang lalu penyuluhan yang dilakukan hanya dilakukan
dengan berbicara saja tanpa ada praktek. Hal tersebut bagi petani kurang
efektif karena apa yang ingin disampaikan oleh penyuluh tidak sampai
kepada petani. Hal ini terjadi karena petani juga kurang bisa memahami
jika informasi yang disampaikan oleh penyuluh hanya disampaikan melalui
lisan tanpa memberikan ilustrasi.
Pada era informasi dimana semua informasi apapun dapat kita
peroleh dengan mudah melalui media-media pendukung informasi seperti
internet, televisi, media cetak, dan lain-lain. Dalam hal ini dunia pertanian
pun menggunakan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan

64
pembangunan pertanian berkelanjutan. Teknologi informasi dan
komunikasi memiliki peranan penting dalam mewujudkan pertanian yang
modern secara tepat waktu. Pada saat ini penguasaan terhadap teknologi
informasi semakin menguat. Kini teknologi informasi merupakan hal
mutlak yang tidak bisa ditawar lagi. teknologi informasi diyakini sebagai
alat pengubah untuk memperoleh kemudahan dalam aktivitas kehidupan
sehari - hari dan selanjutnya memperoleh manfaat yang sangat banyak
dari teknologi informasi. Teknologi informasi mempunyai peranan yang
vital dalam segala bidang, salah satunya pada bidang pertanian. Maka
dengan memanfaatkan teknologi informasi dengan baik maka pertanian di
Indonesia akan lebih maju
Sebelumnya, dalam penyuluhan pertanian media yang digunakan
hanyalah poster atau hanya menggunakan metode diskusi. Hal ini
menurut responden memiliki banyak kekurangan seperti informasi yang
disampaikan tidak dapat dijangkau oleh semua petani yang hadir, sulit
dipahami, hasil akhir tidak menentu, dan tidak adanya praktek membuat
petani ragu dalam melakukannya karena takut melakukan kesalahan dan
mengakibatkan kerugian bagi petani. Namun, beberapa tahun terakhir
media yang digunakan dalam penyuluhan sudah semakin beragam. Akses
komunikasi yang lebih mudah ditunjang sarana dan prasarana yang lebih
baik membuat petani dan penyuluh dapat saling terhubung dengan lebih
mudah. Media yang digunakan antara lain media cetak dan media
elektronik yang diharapkan mampu mempermudah kerja dari penyuluh
dalam penyampaian informasi kepada petani. Untuk lebih jelasnya
mengenai penggunaan media dalam penyuluhan pertanian dapat dilihat
pada Tabel 16.

Tabel 16. Media yang Digunakan Dalam Penyuluhan


Media Yang Digunakan Jumlah Persentase
Pertemuan Rutin 42 100,00%
Media Cetak 9 21,43%
Media Elektronik 18 42,86%

65
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020

66
1) Pertemuan Rutin
Pertemuan rutin merupakan alat/media komunikasi antar anggota
organisasi/perusahaan yang bersifat tatap muka dan sangat penting, yang
bertujuan untuk merundingkan/memecahkan masalah yang menyangkut
kepentingan organisasi/perusahaan. Pertemuan rutin dilakukan setiap
tanggal 20 setiap bulannya. Dalam pertemuan rutin, pembahasan yang
diangkat terkait masalah - masalah yang dihadapi dalam budidaya.
Pertemuan rutin melibatkan semua anggota kelompok tani dan
mengundang penyuluh agar dapat diterima langsung dan dicari solusi dari
masalah tersebut. Dalam suatu penyuluhan, pertemuan merupakan suatu
hal yang penting karena dapat membantu menyelesaikan masalah,
menggali potensi, dan sekaligus sebagai media pengambilan berbagai
keputusan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kegiatan pertemuan rutin yang dilakukan oleh penyuluh dan petani
merupakan langkah awal dalam mengubah perilaku petani. Pertemuan
rutin menjadi ukuran sederhana bagi kemajuan petani. Sejauh mana
kemajuan tersebut, tergantung dari kualitas pertemuan rutin itu sendiri.
Selain itu, kegiatan pertemuan rutin dilaksanakan sebagai wadah
bersilaturahmi dan berkumpulnya petani - petani dalam suatu wilayah agar
dapat saling berbagi informasi, baik kendala yang dihadapi maupun hal -
hal yang berkaitan dalam berusahatani. Menurut PPL, pertemuan rutin
kegiatan digunakan sebagai wadah bagi petani untuk berkumpul,
merencanakan, mengevaluasi kegiatan dan sharing pengalaman dan
berbagi informasi antar sesama petani jika ada permasalahan yang
ditemui selama kegiatan usahataninya.
Pertemuan rutin itu adalah kegiatan bulanan yang dilaksanakan
untuk mengevaluasi kegiatan, merencanakan kegiatan serta memecahkan
masalah yang terjadi pada saat kegiatan usahatani dilaksanakan petani.
Menurut petani, kegiatan pertemuan rutin itu diadakan setiap satu kali
sebulan dengan mengundang anggota kelompok tani yang ada di desa
Botto. Dalam kegiatan tersebut kami saling bertukar informasi dan

67
pengalaman melalui diskusi dan membahas mengenai kegiatan usahatani
yang kami lakukan dan masalah-masalah yang kami temui dilapangan.
Kegiatan dalam pertemuan rutin itu seperti pertemuan biasa yang dihadiri
penyuluh dan petani kemudian kita diskusi bersama dan saling bertukar
pikiran. Kegiatan pertemuan diadakan juga setiap sebulan sekali di kantor
desa dengan mengumpulkan petani untuk mengevaluasi kegiatan yang
telah dilakukan dan kalau ada masalah diselesaikan di dalam pertemuan.
2) Media Cetak (Pamflet)
Penggunaan media penyuluhan awalnya dilakukan dengan
memberikan pamflet saat pertemuan. Pamflet tersebut berisi tentang
informasi - informasi seputar permasalahan apa yang dihadapi oleh
petani. Penggunaan pamflet sebagai media penyuluhan dianggap kurang
efektif bagi petani karena hanya bisa membaca namun petani tidak
mengetahui cara melakukannya. Selain itu, masih ada petani yang
mengalami kesulitan untuk membaca. Pamflet digunakan hanya pada saat
ada yang memberikan dari pihak - pihak tertentu seperti dari perusahaan -
perusahaan yang menjual produk - produk pertanian seperti alsintan dan
saprodi.
Pada media cetak seperti pamflet dan brosur mempunyai kelebihan
seperti biaya yang dikeluarkan untuk pengadaannya relatif rendah,
fleksibel atau lebih luwes dalam menentukan jadwal untuk
mempublikasikan, dapat dinikmati lebih lama, mampu menjangkau daerah
- daerah sesuai cakupan wilayahnya, sering digunakan sebagai bahan
acuan atau referensi konsumen dalam membeli barang atau jasa,
aktualitas informasi yang sampaikan digunakan juga sebagai acuan
pembaca, dapat dibaca berkali - kali dengan cara menyimpannya, lebih
mampu menjelaskan hal - hal yang bersifat kompleks, analisa lebih tajam,
dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa
yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih spesifik
tentang isi tulisan.

68
Sementara kelemahan yang dimiliki yaitu dari segi waktu, media
cetak lambat dalam memberikan informasi karena media cetak tidak dapat
menyebarkan langsung berita yang terjadi pada masyarakat dan harus
menunggu turun cetak, hanya dapat berupa tulisan dan media cetak
hanya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili
keseluruhan isi berita, Biaya produksi yang cukup mahal karena media
cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati
masyarakat, jika sudah lewat hari mudah diabaikan dan cepat basi meski
jangkauannya luas serta dapat didokumentasikan, pembaca surat kabar
hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit hingga 30 menit untuk
membacanya serta umumnya hanya sekali saja membacanya. Selain itu
usia informasinya hanya 24 jam setelah itu sudah dianggap basi, isi dan
tata letaknya kacau akan mempengaruhi pemaknaan dan pemahaman isi
pesan oleh pembacanya, jenis bahan yang digunakan biasanya mudah
sobek, artinya gangguan mekanis tinggi, sehingga informasi yang diterima
tidak lengkap, dan hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh
media lainnya.
Penggunaan pamflet menurut petani responden sudah jarang
digunakan karena pembuatan pamflet atau brosur yang memang
membutuhkan kemampuan khusus dan biaya pencetakannya yang tinggi.
Pamflet yang digunakan biasanya berasal dari pembagian. Tujuan
penggunaan pamflet untuk memberikan informasi kepada petani agar
lebih mudah dilihat dan dibaca dengan maksud mempermudah penyuluh
dalam menyampaikan informasi.
3) Media Elektronik (Handphone)
Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat media
penyuluhan juga semakin berkembang. Pemanfaatan media komunikasi
Handphone semakin memberikan kemudahan bagi petani dalam
mengakses informasi - informasi mengenai budidaya sampai ke proses
pemasaran, harga komoditi pertanian dan kebijakan - kebijakan

69
pemerintah yang menyangkut pertanian sudah dapat diakses oleh petani
melalui internet.
Selain itu, penggunaan handphone juga memberikan kemudahan
dalam hal komunikasi dengan pemanfaatan aplikasi - aplikasi yang dapat
membantu dalam proses komunikasi seperti whatsapp, facebook, dan
youtube. Penggunaan media - media sosial tersebut menjadi sarana
pembagian informasi antara petani dengan petani lain maupun antara
petani dengan penyuluh.
Kelebihan pada media elektronik yang digunakan petani yaitu
handphone mempunyai kelebihan dari segi waktu, cepat dalam
menyebarkan berita kemasyarakat, mempunyai audio visual yang
memudahkan para audiensnya untuk memahami berita, dapat
menjangkau masyarakat secara luas, dapat menyampaikan berita secara
langsung dari tempat kejadian dan dapat menampilkan proses terjadinya
suatu peristiwa, memiliki daya penyampaian dan pengaruh yang kuat
karena dapat memberikan kombinasi antara suara dengan gambar
(video), tidak memerlukan keahlian dan kemampuan membaca seperti
pada media cetak. Dengan gambar - gambar, semua orang sudah
cukup mengerti maknanya, dan dapat dinikmati oleh semau orang, baik itu
yang mengalami keterbelakangan mental. Dari segi penggunaan yang
mudah dipahami, cakupan informasinya luas, penyebaran informasi cepat,
dapat dibaca berulang, menyediakan informasi baik melalui suara dan
gambar, berita selalu baru, dan memudahkan proses komunikasi
Kekurangan media elektorik antara lain tidak ada pengulangan,
media elektronik tidak dapat mengulang apa yang sudah ditayangkan,
waktunya terbatas, Hanya dapat dinikmati sebentar (pesan berlalu sangat
cepat), khalayak yang selektif, tidak semua tempat dapat dicapai
gelombang penyiaran televisi atau jaringan telepon, memerlukan jaringan
yang baik untuk mempermudah akses, membutuhkan akses internet, dan
informasi yang disebarkan tidak memiliki filter, dan banyaknya berita
palsu, dan kendala teknis seperti kerusakan perangkat.

70
Penggunaan handphone sebagai media untuk memperoleh informasi
menurut petani responden sangat sering karena lebih mudah. Komunikasi
melalui telepon ataupun SMS bisa dilakukan jika memiliki jaringan. Selain
itu aplikasi yang dimiliki juga dapat memberikan kemudahan seperti untuk
mengakses internet.

D. Respon Petani Terhadap Penggunaan Media


Penggunaan media dalam penyuluhan mendapatkan respon yang
beragam dari petani padi di lokasi penelitian. Hal ini disebabkan karena
masih terbatasnya pengetahuan petani dalam menggunakan media
tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai respon petani terhadap
pertemuan rutin dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Respon Petani Terhadap Pertemuan Rutin
Respon Terhadap Permintaan Rutin Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 14 33,33%
Setuju 17 40,48%
Netral 11 26,19%
Tidak Setuju 0 0,00%
Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020

Tabel 17 menunjukkan respon petani terhadap media yang


digunakan dalam penyuluhan sangat beragam. Untuk pertemuan rutin,
sebanyak 17 orang atau sebesar 40,48% petani setuju. Hal ini disebabkan
karena petani dapat memperoleh informasi lebih baik tanpa melalui
perantara media yang sering mengalami kendala. Sedangkan, Sebanyak
14 orang atau sebesar 33,33% petani sangat setuju terhadap pertemuan
rutin. Hal ini disebabkan karena petani menilai pertemuan rutin dapat
menyelesaikan masalah - masalah yang dihadapi dalam usahatani yang
mereka lakukan dan harus dilakukan secara intensif. Selain itu, sebanyak
11 orang atau sebesar 26,19% petani memberikan respon netral. Hal ini
disebabkan karena petani menilai pertemuan rutin perlu dilakukan namun
tidak dengan intensitas yang terlalu sering karena mengganggu petani
yang akan melakukan aktivitasnya.

71
Untuk lebih jelasnya mengenai respon petani terhadap pertemuan
rutin dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Respon Petani Terhadap Penggunaan Media Cetak


Respon Terhadap Permintaan Rutin Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 0 0,00%
Setuju 6 28,57%
Netral 9 21,43%
Tidak Setuju 16 38,10%
Sangat Tidak Setuju 11 26,19%
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020

Tabel 18 menunjukkan respon petani terhadap penggunaan media


cetak. Mayoritas petani menunjukkan respon tidak setuju terhadap
penggunaan media cetak dengan jumlah 16 orang atau sebesar 38,10%.
Hal ini disebabkan karena petani menilai penjelasan melalui pamflet sulit
untuk dipahami. Selain itu, sebanyak 11 orang atau sebesar 26,19%
sangat tidak setuju terhadap penggunaan media cetak karena masih
terdapat beberapa petani yang kesulitan dalam memahami isi pamflet.
Adapun penilaian lain, sebanyak 9 orang atau sebesar 21,43% petani
memberikan respon netral. Hal ini disebabkan karena masih ada petani
yang tidak memiliki handphone untuk memperoleh informasi mengenai
pertanian. Selain itu, sebanyak 6 orang atau sebesar 14,29% petani setuju
terhadap penggunaan media cetak. Hal ini disebabkan karena media
cetak memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi tanpa
mengeluarkan biaya karena pamflet yang didapatkan secara gratis.
Untuk lebih jelasnya mengenai respon petani terhadap penggunaan
media elektronik dapat dilihat pada Tabel 19.

72
Tabel 19. Respon Petani Terhadap Penggunaan Media
Respon Terhadap Permintaan Rutin Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 9 21,43%
Setuju 8 19,05%
Netral 15 35,71%
Tidak Setuju 10 23,81%
Sangat Tidak Setuju 0 0,00%
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020

Tabel 19 menunjukkan respon petani terhadap penggunaan media


elektronik menunjukkan mayoritas petani sangat setuju terhadap
penggunaan media elektronik dengan jumlah 22 orang atau sebesar
52,38%. Hal ini disebabkan karena hampir semua petani sudah
menggunakan handphone dan dapat dengan mudah memperoleh
informasi melalui aplikasi yang berada di handphone seperti internet.
Selain itu, sebanyak 15 orang atau sebesar 35,71% petani memberikan
respon setuju terhadap penggunaan media elektronik dalam penyuluhan.
Hal ini disebabkan petani dapat memperoleh informasi terbaru mengenai
pertanian lebih cepat. Penilaian lain menjukkan sebanyak 2 orang atau
sebesar 4,76% menunjukkan respon netral. Hal ini disebabkan karena
petani menilai informasi yang diperoleh melalui media elektronik dapat
diakses dengan cepat namun masih sering mengalami kendala pada
jaringan dan masih terdapat banyak informasi yang tidak diketahui
kebenarannya. Namun, sebanyak 3 orang atau sebesar 7,14% petani
memberikan respon tidak setuju terhadap penggunaan media elektronik.
Hal ini disebabkan karena petani menilai harga handphone yang mahal
dan sulit untuk digunakan. Menurut petani padi, beliau belum memiliki
handphone yang canggih karena tidak mengetahui cara penggunaannya
jadi hanya menggunakan handphone yang biasa - biasa saja. Selain itu,
terbatasnya jaringan juga membuat petani merasa kesulitan dalam
mengakses informasi dari internet seperti yang sering disampaikan oleh
penyuluh. Menurut penyuluh, penggunaan media dalam penyuluhan dapat
memudahkan tugasnya sebagai penyuluh karena dapat membantunya

73
agar dapat terhubung dengan petani dan dapat menyebarkan informasi
lebih cepat. Dengan penggunaan media ini juga mendukung
pembangunan pertanian berkelanjutan.
Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Indraningsih (2018)
menjelaskan bahwa melalui kegiatan aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi maka ada diperoleh manfaat dalam mendukung
pembangunan pertanian berkelanjutan diantaranya adalah :
1. Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal
dan nasional.
2. Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk : 1)
Meningkatkan peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara
pencapaiannya; 2) Meningkatkan kemampuan petani dalam
meningkatkan posisi tawarnya, serta 3) Meningkatkan kemampuan
petani dalam melakukan diversifikasi usahatani dan merelasikan
komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia, jumlah
produksi yang diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.
3. Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan
dan pemanfaatan informasi pertanian secara langsung maupun tidak
langsung untuk mendukung pengembangan pertanian lahan
marjinal.
4. Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal
(indigeneous knowledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk
mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.
5. Petani perlu memanfaatkan dengan optimal teknologi - teknologi
alternatif tersebut sehingga mereka tidak ketinggalan informasi dan
dapat mengembangkan pertaniannya. Informasi yang didapatkan
dapat menjadi acuan pengembangan dalam budidaya maupun
pengolahan pasca panen. Tentu saja hal yang kita harapkan adalah
peningkatan produktivitas dan nilai tambah yang merupakan ciri
pertanian modern dapat tercapai. Keterlibatan dari penyedia
informasi tentu sangat penting. Universitas - universitas, lembaga

74
penelitian di bidang pertanian, LSM, dan pemerintah harus secara
proaktif menyediakan layanan - layanan informasi melalui internet
yang saat ini cukup murah dan terjangkau dari sisi penyedia
informasi. Permasalahannya adalah kita harus bersama-sama saling
melengkapi untuk memberikan yang terbaik bagi para petani kita,
agar kesejahteraan mereka meningkat.
Respon yang ditunjukkan oleh petani padi dengan penggunaan
media dalam penyuluhan dibagi menjadi respon kognitif, respon afektif
yang meliputi respon emosional atau senang ataupun tidak senang dalam
penggunaan media dalam penyuluhan, dan respon konatif yang meliputi
perilaku atau aksi dalam melakukan isu tersebut.
1) Respon Kognitif
Untuk lebih jelasnya mengenai respon kognitif yang ditunjukkan oleh
penyuluh dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Respon Kognitif Petani Padi


Penilaian Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0,00
Tidak Setuju 4 9,52
Netral 18 42,86
Setuju 13 30,95
Sangat Setuju 7 16,67
Jumlah 42 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020

Tabel 20 menunjukkan respon kognitif petani terhadap penggunaan


media dalam penyuluhan pertanian menunjukkan mayoritas petani berada
pada kategori Netral. Hal ini berarti petani baru sampai dalam tahap
mampu menyebutkan komponen utama, tujuan, keunggulan dan manfaat
penggunaan media dalam penyuluhan pertanian. Hal tersebut karena
kurangnya pemahaman petani untuk menguraikan secara lebih rinci
manfaat penggunaan media dalam penyuluhan. Menurut responden,
petani merasa bahwa penyuluhan menjadi hal yang penting bagi
keberlangsungan usahataninya. Pengetahuan menjadi hal yang harus
selalu ditingkatkan karena jika menerapkan metode yang sama sejak lama

75
hanya memberikan hasil yang sama saja bahkan cenderung kurang baik
terutama dalam produksi padi. Pengetahuan dahulu hanya diperoleh
secara turun temurun dari orang tua meskipun keberhasilan dari metode
tersebut tidak menentu.
2) Respon Afektif
Untuk lebih jelasnya mengenai responden afektif yang ditunjukkan
oleh penyuluh dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Respon Afektif Petani Padi
Penilaian Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0,00
Tidak Setuju 4 9,52
Netral 11 26,19
Setuju 26 61,90
Sangat Setuju 1 2,38
Jumlah 42 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020

Tabel 21 menunjukkan respon afektif petani terhadap penggunaan


media dalam penyuluhan pertanian menunjukkan mayoritas petani berada
pada kategori setuju atau senang. Hal ini berarti petani dapat lebih mudah
memahami apa yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan. Selain itu,
dengan beragamnya media yang digunakan juga dapat memberikan
kemudahan bagi petani dalam mencari informasi mengenai kegiatan
budidaya padi. Menurut responden, petani merasa senang karena dapat
memperoleh akses informasi dengan baik dan mendapatkan solusi terkait
permasalahan - permasalahan yang dihadapi. Petani menjadi lebih peduli
terhadap perkembangan informasi terkait budidaya padi baik
perkembangan inovasi, perkembangan harga jual, dan kebijakan
pemerintah.
3) Respon Konatif
Untuk lebih jelasnya mengenai responden konatif yang ditunjukkan
oleh penyuluh dapat dilihat pada Tabel 22.

76
Tabel 22. Respon Konatif Petani Padi
Penilaian Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0,00
Tidak Setuju 0 0,00
Netral 15 35,71
Setuju 23 54,76
Sangat Setuju 4 9,52
Jumlah 42 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2020

Tabel 22 menunjukkan respon konatif petani terhadap penggunaan


media dalam penyuluhan pertanian menunjukkan mayoritas petani berada
pada kategori setuju. Hal ini berarti petani mengikuti anjuran dari penyuluh
dalam menggunakan media sebagai sarana penyuluhan. Menurut petani,
beliau sering melakukan konsultasi dengan penyuluh melalui whatsapp
apabila mengalami kendala dalam budidaya padi dan penyuluh tidak bisa
datang. Menurut responden, petani lebih aktif dalam mengikuti
penyuluhan karena dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini
menjadi kemajuan bagi penyuluh karena awalnya petani sangat acuh
terhadap pelaksanaan penyuluhan dan tidak peduli dengan apa yang
disampaikan dalam penyuluhan.

77
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kegiatan penyuluhan di Desa Botto, Kecamatan Pitturiase,
Kabupaten Sidenreng Rappang meliputi kegiatan materi dan diskusi.
2. Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan di Desa Botto,
Kecamatan Pitturiase, Kabupaten Sidenreng Rappang yaitu
perteman rutin, media cetak, dan media elektronik.
3. Respon petani terhadap penggunaan media dalam penyuluhan yaitu
secara kognitif menunjukkan mayoritas petani berada pada kategori
Netral, secara afektif mayoritas petani berada pada kategori setuju
atau senang, dan secara konatif menunjukkan mayoritas petani
berada pada kategori setuju.

B. Saran
1. Petani harus lebih memperhatikan dengan baik materi atau informasi
yang disampaikan oleh fasilitator atau penyuluh ketika kegiatan
penyuluhan.
2. Penggunaan media sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan
petani karena masih terdapat petani yang kurang paham.
3. Penyuluh sebaiknya meningkatkan penggunaan media agar petani
dapat lebih mudah mengerti dan informasi yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan baik oleh petani.

78

Anda mungkin juga menyukai