Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : DIARE


(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak)

Dosen Pembimbing :
Windasari Aliarosa, S.kep, Ners.,
Disusun Oleh:
Dalim Daryanto (E.0105.18.009)

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2018/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAK
A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat
disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer
lebih dari 3 x sehari.

Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI
Ditjen PPM dan PLP, 2002). Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare
akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).

Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare adalah buang air
besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja,
frekuensi lebih tiga kali sehari.

Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :

 Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang,
diare dengan dehidrasi ringan
 Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten
dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
 Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

B. ETIOLOGI

Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak :

1. Diare Akut

a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme : Escherichia coli dan Salmonella
serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat diberikan antibiotoik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (mis. infeksi traktus urinarius dan
pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotic, toksin yang teringesti,
iriitable bowel syndrome, enterocolitis dan intoleransi terhadap laktosa.

2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini

a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respon inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis

3. Faktor prediposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit kronis,
penggunaan antibiotic, air yang terkontaminasi, sanitasi atau hygiene buruk, pengelolaan dan
penyimpangan makanan yang tidak tepat.

C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:

a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah


b. Suhu tubuh meninggi/demam
c. Feces encer, berlendir atau berdarah
d. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
e. Anus lecet
f. Muntah sebelum dan sesudah diare
g. Anoreksia
h. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
i. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
j. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
k. Keram abdominal
l. Mual dan muntah
m. Lemah
n. Pucat
o. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
p. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

D. KLASIFIKASI

1. Diare Akut : yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari
7 hari)
2. Disentri : yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya
3. Diare Persisten : yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus
4. Diare dengan masalah lain : anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.

Diare akut dapat mengakibatkan :

1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi,
asidosis metabolic dan hypokalemia
2. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare
dengan atau tanpa disertai muntah
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah
E. PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan osmotic

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit
ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap


makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)


Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan
asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg%
pada bayi dan 50% pada anak-anak.

d. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
 Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
 Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
 Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya


perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.
PATHWAYS

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tidak dapat ANSIETAS

diserap

Hipersekresi air dan


Hiperperistaltik
elektrolit

Isi Usus Penyerapan makanan


di usus

DIARE

Frekuensi BAB Distensi Abdomen

Hilang cairan dan Mual Muntah


elektrolit berlebihan

Kerusakan Nafsu Makan


Gangguan integritas kulit
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Ketidakseimban
gan nutrisi

Dehidrasi kurang dari


kebutuhan

Kekurangan
Resiko syok
volume cairan
(Hipovolemik)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan pH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup, bila memungkinkan
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinine untuk mengetahui fungsi ginjal
b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum, untuk mengetahui jasad renik atau parasite
secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan menyembuhkan
penyakit yang mendasari
a. Untuk diare ringan, tingkatan masukan cairan per orla : mungking diresepkan glukosa
oral dan larutan elektrolit .
b. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan loperamide
(Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-infeksius.
c. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk
d. Terapi IV untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau lansia
Penalaksanaan diare akut pada anak :
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi :
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu :
 Jenis cairan yang hendak digunakan
Pada saat ini cairan Ringer Laknat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan
dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberikan NaCL isotonic
(0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5 % 50 ml pada
setiap 1L NaCL isotonic. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat
diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
 Jumlah cairan yang hendak diberikan
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari
badan dapat dihitung dengan cara/rumus.

1. Cairan per oral


Pada klien dengan dehidrasi ringan atau sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCl dan NaHCO dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/1. Pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap
disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidka
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2. Cairan parental
Diberikan pada klien yang mengalami dehidarasi berat, dengan rincian sebagai
berikut :
- Untuk anak umur 1 bln – 2 tahun BB : 3-10 Kg :
1 jam pertama : 40 ml/KgBB/ menit : 3 tetes /KgBB/menit (infuset berukuran 1ml
= 15 tetes atau 13 tts/KgBB/ menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit = 3 tetes/KgBB/ menit (infuset berukuran 1
ml = 15 tetes atau 4 tetes /kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes )
16 jam berikutnya : 125 ml/KgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan BB 10-15 Kg :
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1ml = 15 tetes atau 10
tetes/akagabba/menit (1 ml = 20 tetes)
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan BB 15 – 25 Kg:
2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes atau 7
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam berikut : 10 ml/KgBB/ jam atau 2,5 tetes/kgBB/menit (1 ml=15 tetes atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
16 berikutnya : 105 ml/kgBB oralit per oral
- Untuk bayi baru lahir dengan BB 2-3 kg :
Kebutuhan cairan : 125 + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kgBB/24 jam, jenis cairan 4:1
(4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 ½ %
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
- Untuk bayi BB lahir rendah
Kebutuhan cairan : 250 ml/kgBB/24 jam, jenis cairan 4 :1 (4 bagian glukosa 10%
+ 1 bagian NaHCO3 1 1/2 %)
b. Diuretik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 Kg, jenis
makanan :
 Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh)
 Makanan setengah padat ( bubur atau makanan padat (nasi tim)
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
Standar Nutrisi parental untuk anak diare adalah didasarkan atau kebutuhan kalori,
kebutuhan asam amino dan kebutuhan mikronutrien
Kebutuhan kalori :
a. BBLR : 150 Kkal/KgBB
b. BBLC : 120 Kkal/KgBB/bulan
c. BB 0 -10 Kg : 100 Kkal/KgBB
d. BB 11 – 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
e. BB > 20 Kg : 15000 Kkal + 20 Kkal x (BB – 20)
Kebutuhan asam amino
a. BBLR 2,5 – 3/ KgBB
b. Usia 0-1 tahun : 2,5g/KgBB
c. Usia 2-13 tahun 1,5 – 2g/KgBB
Kebutuhan Mikronutrien
a. Kalium 1,5 – 2,5 meq/KgBB
b. Natrium 2,5 – 3,5 meq/KgBB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe yang bertujuan
untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran dan kegunaannya
adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare dan diberikan kepada anak
usia 6-12 bulan dan anak usia 1-5 tahun.
c. Obat – obatan
OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN
PERTIMBANGAN
Opiat
Tingfur opium TR : D PQ : 0,6 mL atau 10 Untuk diare akut dan
tetes dicampur dengan air nonspesifik, obat golongan II
Camphorated : 5-10 mL, 1-
4x/hari
Paregorik D : PO : 5 – 10 mL, 1- Untuk diare, obat golongan
4x/hari III
A : PO : 0,25-0,5 mL, 1-
4x/hari
Kodein D : PO : 15-30 mg Untuk diare
Agen-agen opiate related
Difenoksilat dengan D : PO : 2,5-5 mg Untuk diare akut nonspesifik
atropine (Lomotil) Anak ≥ 2 tahun : 0,3 -0,4 Obat golongan V
mg/kg setiap hari dalam Dosis untuk anak bervariasi
dosis terbagi 4 atau 2 mg, sesuai dengan umur
3-5x setiap hari
Loperamid (Imodium) D : PO : M : 4 mg, Untuk diare. Obat bebas
kemudian 2 mg setalah terbaru. Kategori kehamilan
buang air cair. Tidak B tidak mempengaruhi SSP.
melebihi 16mg/hari Kurang dari 1 % yang
A (5-8tahun) PO : 2 mmg, mencapai sirkulasi sistemik
dosis dapat diulangi, tidak
melebihi 4 mg/hari
Adsorben
Kaolin-Pektin Sesuai dengan label Untuk diare. Diberikan
( Kaopectate) setelah setiap kali buang air
cair . Obat bebas
Garam-garam bismuth Sesuai dengan label Untuk diare, gangguan
(Pepto-Bismol) lambung. Dalam bentuk cair
atau tablet
Kombinasi
Difenoksilat dengan Lihat agen-agen opiate Lihat agen-agen opital
atropine related s related
(Lomotil)
Parepektolin Sesuai dengan tabel Mengandung paregoric dan
kaopecatate
Donnagel D : PO: M : 30 mg, Mengandung paregoric dan
kemudian 15-30 mg setelah kaopecatate
setiap kali buang air cair
A : PO : 5-10 mg setelah
setiap kali buang air cair
Donnagel P-G D : PO : 15 mg, setiap 3 Mengandung opium,
jam atropine dan kaopectate

ASUHAN KEPERAWATAN

H. PENGKAJIAN

1. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman
enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari
b. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7
hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan.
d. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan, .
e.Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.

3. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


a. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),
PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
 Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
 Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru
dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:
 Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri
(tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB
sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi
maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak
mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
 Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri :
Umur 2-3 tahun :
a. Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun
b. Hitungan (GK)
c. Meniru membuat garis lurus (GH)
d. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
e. Melepas pakaian sendiri (BM)

4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
 Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
 Mata : cekung, kering, sangat cekung
 Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum
 Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
 Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang.
 Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang
> 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
 Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
 Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat, PCO2 meningkat, HCO3
menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
 Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

6. Analisa Data
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : - Diare Kekurangan volume
DO : cairan b.d kehilangan
1. Frekuensi nadi Frekuensi BAB cairan aktif
meningkat
2. Nadi teraba lemah Hilang cairan dan elektrolit
3. TD menyempit berlebihan
4. Tekanan nadi
menyempit Gangguan keseimbangan
5. Turgor kulit menurun cairan dan elektrolit
6. Membran mukosa
kering Dehidrasi
7. Volume urin menurun
8. Hematokrit meningkat Kekurangan volume
DS : cairan
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
DO :
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin
meningkat
5. BB turun tiba-tiba
2. DS : - Diare Ketidakseimbangan
DO : nutrisi kurang dari
1. BB menurun min 10% Distensi abdomen kebutuhan b.d intake
di bawah rentang ideal makanan yang tidak
DS : Mual muntah adekuat
1. Cepat kenyang setelah
makan Nafsu makan menurun
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun Ketidakseimbangan
DO : nutrisi kurang dari
1. Bising usu hiperaktif kebutuhan tubuh
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontoh
berlebihan
8. Diare
3. DS : - Diare Kerusakan integritas
DO : kulit b.d kekurangan
1. Kerusakan jaringan dan/ Frekuensi BAB volume cairan
atau lapisan kulit
DS : - Kerusakan integritas kulit
DO :
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake makanan yang tidak adekuat
3. Kerusakan integritas kulit b.d kekurangan volume cairan

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1.Kekurangan volume Setelah dilakukan Observasi Observasi
cairan b.d kehilangan tindakan keperawatan 1. Periksa tanda dan 1. Mengetahui tanda
cairan aktif selama 3x24 jam gejala hypovolemia dan gejala
DS : - diharpakan status hypovolemia
DO : cairan pasien 2. Monitor intake dan 2. Mengontrol intake
1. Frekuensi nadi membaik dengan output cairan dan output cairan
meningkat kriteria hasil : Terapeutik Terapeutik
2. Nadi teraba lemah 1. Kekuatan nadi 1. Hitung kebutuhan 1. Menyesuaikan
3. TD menyempit meningkat cairan dengan kebutuhan
4. Tekanan nadi 2. Turgor kulit pasien
menyempit membaik 2. Berikan posisi 2. Mengetahui
5. Turgor kulit 3. Output urine modifired efektivitas posisi ini
menurun meningkat Trendelenburg terhadap peningkatan
6. Membran mukosa 4. Pengisian vena TD pada pasien syok
kering meningkat hipovolemi
7. Volume urin 5. BB meningkat 3. Berikan asupan 3. Menganti cairan
menurun 6. Perasaan lemah cairan oral yang kelaur secara
8. Hematokrit membaik berlebih
meningkat 7. Frekuensi nadi Edukasi Edukasi
DS : membaik 1. Anjurkan 1. Agar tidak terjadi
1. Merasa lemah 8. TD membaik memperbanyak dehidrasi
2. Mengeluh haus 9. Tekanan nadi asupan cairan oral
DO : membaik 2. Aanjurkan 2. Perubahan posisi
1. Pengisian vena 10 . Intake cairan menghindari yang mendadak akan
menurun membaik perubahan posisi mengakibatkan syok
2. Status mental mendadak
berubah Kolaborasi Kolaborasi
3. Suhu tubuh 1. Kolaborasi 1. Pemberian cairan
meningkat pemberian cairan IV untuk menambahkan
4. Konsentrasi urin isotonis Cairan dan
meningkat mempertahakan
5. BB turun tiba-tiba keseimbangan
elektrolit
2. Kolaborasi 2. Untuk menganti
pemberian cairan cairan yang keluar
hipotonis tanpa menambah
karbohidrat
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Observasi Observasi
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan 1. Identifikasi status 1. Mengetahui status
kebutuhan b.d intake selama 3x24 jam nutrisi nutrisi pasien
makanan yang tidak diharapkan status 2. Identifikasi alergi 2. Mengetahui alergi
adekuat nutrisi pasien dan intoleransi dan toleransi makanan
DS : - membaik dengan makanan
DO : kriteria hasil : 3. Identifikasi 3. Mengetahui
1. BB menurun min 1. Porsi makanan makanan yang disukai makanan yang disukai
10% di bawah rentang yang dihabiskan pasien
ideal meningkat 4. Identifikasi 4. Mengetahui
DS : 2. Kekuatan otot kebutuhan kalori dan kebutuhan kalori
1. Cepat kenyang pengunyah meningkat jenis nutrient pasien
setelah makan 3. Pengetahuan 5. Identifikasi 5. Mengetahui pasien
2. Kram/nyeri tentang pemilihan perlunya penggunaan membutuhkan atau
abdomen makanan/minuman selang nasogatrik tidak alat bantu untuk
3. Nafsu makan yang sehat meningkat makan
menurun 4. Penyiapan dan 6. Monitor asupan 6. Mengetahui asupan
DO : penyimpanan makanan makan
1. Bising usu makanan yang aman 7. Monitor BB 7. Mengontrol BB
hiperaktif meningkat 8. Monitor hasil 8. Mengetahui hasil
2. Otot pengunyah 5. Perasaan cepat pemeriksaan lab pemeriksaan lab
lemah kenyang menurun Terapeutik Terapeutik
3. Otot menelan 6. Nyeri abdomen 1. Lakukan oral 1. Oral hygine
lemah menurun/ hilang hygine sebelum sebelum makan dapat
4. Membran mukosa 7. Diare membaik makan, jika perlu mencegah resiko
pucat /hilang masuknya bakteri
5. Sariawan kedalam tubuh
6. Serum albumin 2. Berikan makanan 2. Makanan tinggi
turun tinggi kalori dan kalori dan protein
7. Rambut rontoh tinggi protein membantu
berlebihan meningkatkan status
8. Diare nutrisi pasien
3. Hentikan 3. Untuk
pemberian makan membiasakan pasien
melalui selang makan dengan normal
nasogatrik jika asupan kembali
oral dapat ditoleransi
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan posisi 1. Posisi duduk dapat
duduk, jika mampu membuat nyaman saat
sedang makan
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan 1. Untuk mengetahui
ahli gizi untuk kalori dan jenis
menentukan jumlah nutrient yang
kalori dan jenis dibutuhkan pasien
nutrient yang
dibutuhkan
3.Kerusakan integritas Setelah dilakukan Observasi Observasi
kulit b.d kekurangan tindakan keperawatan 1. Identifikasi alergi, 1. Mengetahui apakah
volume cairan selama 3x24 jam interaksi dan pasien memiliki alergi
DS : - diharapkan integritas kontraksi obat terhadap obat
DO : kulit pasien membaik 2. Monitor TTV dan 2. Mengontrol TTV
1. Kerusakan jaringan dengan kriteria hasil : hasil lab sebeulm normal
dan/ atau lapisan kulit 1. Elastisitas membaik pemberian obat
DS : - 2. Hidrasi meningkat 3. Monitor efek 3. Mengetahui apakah
DO : 3. Perfusi jaringan terapeutik obat ada efek dari
1. Nyeri meningkat pemberian obat
2. Perdarahan Terapeutik Terapeutik
1. Lakukan prinsip 6 1. Melakukan prinsip
benar 6 benar agar tidak
terjadi resiko yang
tidak diinginkan
2. Fasilitasi minum 2. Temani pasien
obat dalam meminum obat
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan factor 1. Agar pasien paham
yang dapat factor yang dapat
meningkatkan dan meningkatkan dan
menurunkan menurunkan
efektifitas obat efektifiats obat
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,ME, et all. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta:EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

SDKI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai