Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KOLELITIASIS ( BATU EMPEDU )


RUMAH SAKIT S. K LERIK

OLEH

MARKUS SIOH
( 171111029 )

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2020
PENYAKIT KOLELITIASIS ( BATU EMPEDU )

1.     DEFINISI
Cholelitiasis adalah terdapatnya batu di dalam kandung empedu yang penyebab secara
pasti belum diketahui sampai saat ini, akan tetapi beberapa faktor predisposisi yang paling
penting tampaknya adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan
empedu dan infeksi yang terjadi pada kandung empedu serta kolesterol yang berlebihan yang
mengendap di dalam kandung empedu tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti,
faktor hormonal selama proses kehamilan, dapat dikaitkan dengan lambatnya pengosongan
kandung empedu dan merupakan salah satu penyebab insiden kolelitiasis yang tinggi, serta
terjadinya infeksi atau radang empedu memberikan peran dalam pembentukan batu empedu.
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan
dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi kandung
empedu. (Rendi, 2012)
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Batu empedu
memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C. 2001)
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner &
Suddarth, 2001).
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,
bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson,
2005).
2. Anatomi Empedu
Kandung empedu adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada permukaan
visceral hepar. Kantung empedu dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus
berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus
berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus
bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya ke atas, belakang dan kiri. Collum
dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu
dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum
mengelilingi kandung empedu dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan
permukaan visceral hati.
1. Fisiologi Empedu
Kandung empedu berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml.
Kandung empedu mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu proses
ini, mukosanya mempunyai lipatan – lipatan permanen yang satu sama lain saling
berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel - sel thorak yang
membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian
disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran
ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya
membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat
cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.

3.     ETIOLOGI
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran,
disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada duktus
koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada
submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia
di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E)

4.    MANIFESTASI KLINIS


1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan
mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan
mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier
disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang menjalar ke
punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan
bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien
rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier
semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan
empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi,
bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah
kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang
mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan
menghambat pengembangan rongga dada.
2. Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu: gatah empedu yang tidak lagi dibawa
kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat
kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan
gejal gatal-gatal pada kulit.

3. Perubahan warna urine dan feses.


Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat
gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu aka tampak kelabu,
dan biasanya pekat yang disebut “Clay-colored ”
4. Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin A,D,E,K
yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi
vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama. Defisiensi vitamin K
dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.(Smeltzer, 2002)
5. Regurgitasi gas: flatus dan sendawa
5. PATOFISIOLOGI
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu yang
supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena
bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam
pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen.Supersaturasi empedu dengan kolesterol
terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol
turun di bawah harga tertentu.Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang
mengandung air.Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang
mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu
dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau
terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.

Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan
membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih
rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain
diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan. Batu pigmen terdiri dari garam
kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak.
Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin
terkonjugasi karena adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi
diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan
mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena
bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga lama
kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu
empedu tapi ini jarang terjadi.

6.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Radiologi
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur
diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan
akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping
itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini
akan membrikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam
harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadan distensi. Penggunaan
ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali.
Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus
koleduktus yang mengalami dilatasi.
2. Radiografi: Kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG
meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu
dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian,
memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi
tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan
media kontras ke kandung empedu yang mengalami obstruksi.(Smeltzer, 2002)
3. Sonogram
Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding
kandung empedu telah menebal.(Williams, 2003)
4. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi)
Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang
hanya dapat dilihat pada sat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop
serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars
desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus
pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk
menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta
evaluasi percabangan bilier.(Smeltzer, 2002)
5. Pemeriksaan Darah
a. Kenaikan serum kolesterol
b. Kenaikan fosfolipid
c. Penurunan ester kolesterol
d. Kenaikan protrombin serum time
e. Kenaikan bilirubin total, transaminase
f. Penurunan urobilirubin
g. Peningkatan sel darah putih
h. Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada
batu di duktus utama
7.     PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus,
pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah tinggi protein
dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk). Fungsinya
untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya dan tidak desaturasi getah
empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau metil tertier
butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk
memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut berulang yang diarahkan
kepada batu empedu yang gelombangnya dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu diangkat setelah
arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui dinding abdomen
pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu empedu.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis :

1. Asimtomatik
2. Obstruksi duktus sistikus
3. Kolik bilier
4. Kolesistitis akut
5. Perikolesistitis
6. Peradangan pankreas (pankreatitis)
7. Perforasi
8. Kolesistitis kronis
9. Hidrop kandung empedu
10. Empiema kandung empedu
11. Fistel kolesistoenterik
12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu empedu
muncul lagi)
13. Ileus batu empedu (gallstone ileus)
9. DISCHARGE PLANING
Sebelum pasien meninggalkan rumah sakit, maka penulis memberikan pendidikan
kesehatan berupa, makan secara teratus, menguranggi makanan yang berlemak, mengonsumsi
protein, vitamin,mineral yang adekuat, membatasi asupan cairan saat makan, dan
menganjurkan memakan makanan sebelu dingin. Klien juga dianjurkan olahraga secara
teratur, dan mengonsumsi obat secara patuh sesuai petunjuk dokter, kontrol sesuai jadwal,
jika timbul masalah kesehatan menganjurkan klien atau keluarga untuk segera ke fasilitas
kesehatan terdekat.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT KOLELITIASIS ( BATU EMPEDU )

I. PENGKAJIAN

1. Pengkajian
         Aktifitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : Gelisah
         Sirkulasi
Tanda : Takikardia, berkeringat
         Eliminasi
Gejala : Perubahan warna urine dan feses
Tanda : Distensi abdomen.
              Teraba masa pada kuadran kanan atas.
              Urine gelap, pekat.
              Feses waran tanah liat,steatorea.
         Makanan / Cairan
 Gejala : Anoreksia,mual.
 Tanda : adanya penurunan berat badan.
         Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen atas, dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan.Kolik
epigastrium tengah sehubungan dengan makan. Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya
memuncak dalam 30 menit.
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku biala kuadran kanan atas
         Keamanan
Tanda : Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gtal (Pruiritus).
Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K).
         Penyuluhan/Pembelejaran
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu.
Adanya kehamilan / melahirkan; riwayat DM, penyakit inflamasi
usus, diskrasias darah.
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat: 3,4 hari.
Rencana pemulangan:
Memerlukan dukungan dalam perubahan diet/penurunan berat badan.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan


nutrisi, faktor biologis
3.       Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, terpasangnya alat invasif.
4.       Kurang perawatan diri b/d kelemahan
5.       Kurang Pengetahuan tentang penyakit, diet dan perawatannya b/d mis interpretasi informasi

III.            INTERVENSI

N Diagnosa Tujuan Intervensi


o Keperawatan
1 Ketidakseimbang Setelah dilakukan asuhan keperawatan …  jam Manajemen
an nutrisi kurang klien menunjukan status nutrisi adekuat Nutrisi
dari kebutuhan dengan KH:       Kaji adanya
tubuh       BB stabil, alergi makanan.
      nilai laboratorium terkait normal,       Kaji makanan
      tingkat energi adekuat, yang disukai oleh
      masukan nutrisi adekuat klien.
      Kolaborasi team
gizi untuk
penyediaan
nutrisi terpilih
sesuai dengan
kebutuhan klien.
      Anjurkan klien
untuk
meningkatkan
asupan
nutrisinya.
      Yakinkan diet
yang dikonsumsi
mengandung
cukup serat untuk
mencegah
konstipasi.
      Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori.
      Berikan
informasi tentang
kebutuhan
nutrisi.

Monitor Nutrisi
      Monitor BB jika
memungkinkan
      Monitor respon
klien terhadap
situasi yang
mengharuskan
klien makan.
      Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
bersamaan
dengan waktu
klien makan.
      Monitor adanya
mual muntah.
      Monitor adanya
gangguan dalam
input makanan
misalnya
perdarahan,
bengkak dsb.
      Monitor intake
nutrisi dan kalori.
      Monitor kadar
energi,
kelemahan dan
kelelahan.
2 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan … jam Konrol infeksi :
imunitas tubuh tidak terdapat faktor risiko infeksi dan dg KH:        Bersihkan
menurun,prosedu       Tdk ada tanda-tanda infeksi lingkungan
r invasive.       AL normal setelah dipakai
      V/S dbn pasien lain.
       Batasi
pengunjung bila
perlu.
       Intruksikan
kepada
pengunjung
untuk mencuci
tangan saat
berkunjung dan
sesudahnya.
       Gunakan sabun
anti miroba untuk
mencuci tangan.
       Lakukan cuci
tangan sebelum
dan sesudah
tindakan
keperawatan.
       Gunakan baju
dan sarung
tangan sebagai
alat pelindung.
       Pertahankan
lingkungan yang
aseptik selama
pemasangan alat.
       Lakukan dresing
infus dan dan
kateter setiap
hari  Sesuai
indikasi
        Tingkatkan
intake nutrisi dan
cairan
       berikan
antibiotik sesuai
program.

Proteksi
terhadap infeksi
       Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan
lokal.
       Monitor hitung
granulosit dan
WBC.
       Monitor
kerentanan
terhadap infeksi..
       Pertahankan
teknik aseptik
untuk setiap
tindakan.
       Inspeksi kulit
dan mebran
mukosa terhadap
kemerahan,
panas.
       Ambil kultur,
dan laporkan bila
hasil positip jika
perlu
       Dorong istirahat
yang cukup.
       Dorong
peningkatan
mobilitas dan
latihan.
       Instruksikan
klien untuk
minum antibiotik
sesuai program.
       Ajarkan
keluarga/klien
tentang tanda dan
gejala infeksi.
       Laporkan
kecurigaan
infeksi.
3 Sindrom defisit Setelah dilakukan askep ......  jam ADLs Self Care
self care b.d terpenuhi dg KH: Assistence
kelemahan       Klien bersih, tidak bau       Bantu ADL
      Kebutuhan sehari-hari terpenuhi klien selagi klien
belum mampu
mandiri
      Pahami semua
kebutuhan ADL
klien
      Pahami bahasa-
bahasa atau
pengungkapan
non verbal klien
akan kebutuhan
ADL
      Libatkan klien
dalam
pemenuhan
ADLnya
      Libatkan orang
yang berarti dan
layanan
pendukung bila
dibutuhkan
      Gunakan
sumber-sumber
atau fasilitas
yang ada untuk
mendukung self
care
      Ajari klien untuk
melakukan self
care secara
bertahap
     Ajarkan
penggunaan
modalitas terapi
dan bantuan
mobilisasi secara
aman (lakukan
supervisi agar
keamnanannya
terjamin)
     Evaluasi
kemampuan klien
untuk melakukan
self care di RS
     Beri
reinforcement
atas upaya dan
keberhasilan
dalam melakukan
self care
5 Kurang Setelah dilakukan askep … jam pengetahuan Mengajarkan
proses penyakit
pengetahuan keluarga klien meningkat dg KH:
     Kaji pengetahuan
keluarga      Keluarga keluarga tentang
proses penyakit
berhubungan menjelaskantentang  penyakit,  perlunya  peng
      Jelaskan tentang
dengan kurang obatan  dan memahami perawatan patofisiologi
paparan dan      Keluarga kooperativedan mau kerjasama saat penyakit dan
tanda gejala
keterbatasan dilakukan tindakan penyakit
kognitif keluarga       Beri gambaran
tentaang tanda
gejala penyakit
kalau
memungkinkan
     Identifikasi
penyebab
penyakit
     Berikan
informasi pada
keluarga tentang
keadaan pasien,
komplikasi
penyakit.
     Diskusikan
tentang pilihan
therapy pada
keluarga dan
rasional therapy
yang diberikan.
     Berikan
dukungan pada
keluarga untuk
memilih atau
mendapatkan
pengobatan lain
yang lebih baik.
      Jelaskan pada
keluarga tentang
persiapan /
tindakan yang
akan dilakukan

Penumpukan komponen empedu dan masuknya esehericia coli dari saluran usus
kedalam saluran dan kantong empedu

Perubahan cairan empedu dan keseimbangan produksi empedu

Terbentuk inti yang lambat lalu menebal dan


menkristal menjadi batu

Anda mungkin juga menyukai