Pengertian
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana
pembayarannya dilaksanakan secara bertahap. Pada saat barang-barang diserahkan
kepada pembeli, penjual menerima pembayaran uang muka (Down Payment) dari harga
penjualan. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.
Perjanjian dalam Penjualan Angsuran
Untuk menghindari resiko karena pembeli tidak membayar dan supaya penjual tidak
mengalami kerugian, maka biasanya saat membeli ada beberapa perjanjian, antara lain:
Pada saat membeli disertai dengan meninggalkan jaminan kepada penjual.
Hak kepemilikan barang berpindah ke pembeli, jika pembayarannya sudah lunas.
Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi dalam pemilikan kembali,
faktor-faktor yang harus diperhatikan penjual:
- Besarnya pembayaran pertama (down payment).
- Jangka waktu pembayaran (jangka waktu pendek).
- Besarnya pembayaran angsuran (jumlah besar).
Ada 3 metode untuk memperlakukan penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran, yaitu:
1) Harga pokok (Cost) kemudian laba kotor (cost recovery method)
Dalam metode ini penerimaan kas pertama dianggap sebagai pembayaran Harga Pokok
Penjualan (Cost) dahulu, setelah harga pokok penjualan lunas, penerimaan kas berikutnya
diakui sebagai pembayaran laba kotor.
2) Laba kotor kemudian harga pokok
Dalam metode ini penerimaan kas pertama dianggap sebagai pembayaran laba kotor
dahulu, setelah laba kotor tercapai, sisa penerimaan kas berikutnya diakui sebagai
pembayaran Harga Pokok Penjualan.
3) Harga Pokok Penjualan dan Laba Kotor diakui secara Proporsional (Metode Penjualan
Angsuran/ Installment Methode)
Dalam Installment method ini, setiap periode penerimaan kas diakui adanya pembayaran
Harga Pokok (Cost) dan pengakuan Laba Kotor.
Dari ketiga metode di atas, yang paling banyak dipakai adalah metode yang ketiga yaitu
Metode Penjualan Angsuran/Installment Methode, dimana Harga Pokok Penjualan dan
Laba Kotor diakui secara Proporsional setiap menerima kas yang berasal dari Piutang
Angsuran (tidak termasuk pendapatan bunga).
3) Bunga selama masa pembayaran angsuran dihitung dari Harga Kontrak Awal
setelah diperhitungkan dengan uang muka. Pada cara ini bunga untuk setiap
periode dihitung dari Saldo Awal Pokok Pinjaman setelah dikurangi dengan uang
muka.
4) Bunga dihitung secara Anuitet. Setiap periode Sama Besarnya dan di dalam setiap
pembayaran angsuran mengandung unsur Pelunasan Angsuran Dan Bunga.
Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran aset
tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:
Penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah dan tanah (barang tidak
bergerak) pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini
telah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan seperti : Mobil,
Motor; Mesin; Barang2 Elektronik, Peralatan Rumah Tangga dan lainnya, baik secara Langsung
di Kantor2 Pemasaran, di Toko2 sampai dengan penjualan angsuran barang2 yang dijual secara
On Line seperti Bukalapak, Tokopedia, Lazada, Shopee dll . Pada beberapa jenis industri metode
penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala besar.
Metode pencatatan ini dibantu dengan buku pembantu persediaan barangan dagangan
dengan membuat kartu persediaan barang (Stock Card), sehingga nilai persedian
barang dagangan dapat diketahui setiap saat. Pada akhir periode akun persediaan
barang dagangan tidak perlu jurnal penyesuaian. Pada akhir periode akun persediaan
barang dagangan tidak perlu jurnal penyesuaian.
HUBUNGAN KANTOR PUSAT-KANTOR CABANG
Pengertian
Dalam rangka meningkatkan penjualan, organisasi bisnis secara konstan berusaha
memperluas area pemasaran.
Perluasan area pemasaran ini tidak cukup dicapai dengan :
- Perjalanan keliling karyawan bagian penjualan dari kantor pusat;
- Penggunaan katalog dengan pesanan melalui surat;
- Penjualan konsinyasi mungkin meningkatkan penjualan tetapi mungkin tidak
mencapai seperti yang diinginkan.
KANTOR CABANG
Kantor cabang merupakan unit yang aktivitas:
a. Menjual barang yang dikuasainya kepada pembeli
b. Memiliki wewenang untuk mengelola transaksi sebagai unit bisnis yg mandiri.
Akuntansi Agen
- Agen tidak membuat pembukuan lengkap, hanya berupa buku kas untuk mencatat
uang (modal kerja) yang diterima dari kantor pusat dan ringkasan dana yg dipakai.
- Pembukuan yang dilakukan kantor pusat dapat dilakukan dengan dua cara:
1) Laba dari transaksi penjualan agen dipisahkan dari penjualan regular.
2) Laba dari transaksi penjualan agen tidak dipisahkan dari penjualan regular.
Contoh: PT ABC (Kantor Pusat) di Malang, membuka beberapa Agen di Blimbing,
Dinoyo, Tlogomas dan Sukun. Hubungan antara Kantor Pusat dan Agen tersebut, dapat
digambar Sbb:
Kantor Cabang (Branch Office)
a. Kantor cabang dikelola oleh seorang pimpinan cabang atau direktur cabang yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur utama (top management) dikantor
pusat.
b. Untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan cabang, pimpinan cabang harus
melaporkan setiap aktivitas cabang setiap waktu tertentu agar kantor pusat bisa
mengambil keputusan tertentu.
c. Laporan-laporan keuangan cabang bisa digunakan oleh kantor pusat untuk
menilai kinerja cabang atau alat control terhadap cabang, meskipun disadari
sebagai unit bisnis bahwa kantor cabang berdiri sendiri.
d. Karakteristik kantor cabang sebagai unit bisnis yang berdiri sendiri adalah:
1) Kantor cabang berdiri karena didirikan oleh kantor pusat sehingga akan
dibiayai oleh kantor pusat misalnya diberikan modal kerja berupa uang
tunai, diberikan aset tetap (gedung,tanah, kendaraan) maupun aset lainnya
hingga siap beroperasi.
2) Kantor cabang memiliki kewenangan untuk bertransaksi dengan pihak
ketiga. Transaksi itu baik yang menyangkut penghimpunan dana maupun
penempatan dana (misalnya penempatan kredit perbankan).
3) Dalam hal membelanjai aktivitas cabang, kantor cabang dapat mendanai
dari sumber dana yang dimiliki kantor cabang,namun demikian bila tidak
mencukupi akan meminta bantuan kantor pusat.
4) Kantor cabang mempunyai kewenangan untuk menganalisis permintaan
kredit, memutuskan pemberian kredit (sampai dengan volume tertentu
menyelanggarakan administrasi kredit sampai kembalinya kredit
(dilunasi), namun keputusan kredit harus tunduk pada standar perkreditan
yang telah ditentukan oleh pusat.
5) Kantor cabang dapat mengelola uang tunai dari hasil penghimpunan dana
maupun dari pelunasan kredit serta melakukan transaksi-transaksi
pembayaran atas nama inisiatif kantor cabang.
Akuntansi kantor cabang membagi sistem akuntansi perusahaan secara terpisah antara
kantor pusat dan kantor cabang. Jadi Kantor Pusat bertindak sebagai Investor (pihak
penyandang dana) dan Kantor Cabang sebagai Investee (pihak penerima dana). Untuk itu,
diperlukan akun yang bersifat Resiprokal (timbal balik) antara Kantor Pusat dan
Kantor Cabang untuk menampung transaksi yang bersifat resiprokal ini. Kantor Pusat
menggunakan nama “Akun Kantor Cabang”, sebaliknya Kantor Cabang menggunakan
“Akun Kantor Pusat”. “Akun Kantor Cabang” merupakan Hak Kantor Pusat sedangkan
“Akun Kantor Pusat” merupakan Kewajiban Kantor Cabang. Dalam membuat Laporan
Konsolidasi Akun Resiprokal harus Dieleminasi.
Sistem akuntansi terhadap transaksi yang terjadi di kantor cabang dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu:
1) Sistem Sentralisasi.
Pengelolaan transaksi yang terjadi di Kantor Cabang diselenggarakan oleh Kantor
Pusat, sedang Kantor Cabang hanya menyiapkan dokumen dasar (berupa bukti
bukti transaksi dll)
2) Sistem Desentralisasi
Pengelolaan transaksi yg terjadi dikantor cabang diselenggarakan sendiri oleh
Kantor Cabang yang bersangkutan secara lengkap. Apabila sistem desentralisasi
yang dipakai perlu dibentuk Akun khusus untuk menampung transaksi yang
sifatnya timbal balik (Receiprocal Accounts).
2) Di Kantor Cabang, ada Akun “R/K-Kantor Pusat” yang merupakan “Modal” yang
diterima Kantor Cabang Dari Kantor Pusat.
Akun “R/K-Kantor Pusat” dicatat disebelah “Debit” untuk mencatat:
a. Harta yang dikirim ke kantor pusat (barang, kas, transfer kepusat)
b. Rugi yang diderita cabang
Akun “R/K-Kantor Pusat” dicatat di sebelah “Kredit” untuk mencatat :
a. Harta yang diterima dari kantor pusat (kas, barang, transfer dari pusat).
b. Laba yang diperoleh dari cabang
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Pengertian
Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil
operasi untuk induk perusahaan (Parent Company/Entitas pengendali) dan satu atau lebih
anak perusahaan (Subsidiry Company/Entitas yang dikendalikan) seakan-akan entitas-
entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan.
Laporan Keuangan Konsolidasi diperlukan apabila salah satu perusahaan yang bergabung
memiliki control terhadap perusahaan lain, laporan keuangan konsolidasi tidak
diperlukan apabila satu perusahaan tidak memiliki control terhadap perusahaan lain.
Pemegang Saham
a. Pemegang saham mayoritas (controlling interest)=(Perusahaan Induk)
b. Pemegang saham minoritas (minority interest)=(Perusahaan anak). Hak minoritas
(minority interest) harus disajikan tersendiri:
Dalam Neraca Konsolidasi Hak minoritas dilaporkan antara Kewajiban dan
Ekuitas
Hak minoritas dalam Laba disajikan dalam Laporan Laba Rugi Konsolidasi.
Pemilikan saham perusahaan anak, jika harga perolehan (Cost) Diatas atau
Dibawah Nilai Buku Sahamnya.
Faktor-faktor yg menyebabkan pemilikan saham perusahaan lain dengan harga diatas
atau dibawah nilai buku
1) Kesalahan dlm melaporkan kekayaan bersih perusahaan anak pada saat pemilikan
saham terjadi.
- Kekayaan bersih dilaporkan terlalu besar dari jumlah yang semestinya.
- Kekayaan bersih dilaporkan terlalu kecil dari jumlah yang semestinya
2) Adanya motivasi tertentu dalam rangka penggabungan perusahaan.
3) Kombinasi dari kedua faktor tsb diatas.
Jika terjadi Selisih Harga Perolehan Saham (Cost) Diatas Atau Dibawah Nilai Buku (NB) Saham
Perusahaan Anak akan dicatat Sbb:
- Jika Cost > Nilai Buku, kelebihan cost dicatat pada akun “Selisih Lebih Cost Diatas
Nilai Buku”
- Jika Cost < Nilai Buku, kekurangan cost dicatat pada akun “Selisih Lebih Nilai Buku
Diatas Cost”
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI METODE EQUITY (METODE EKUITAS)
Pengertian
Metode perolehan (cost method) adalah metode pencatatan investasi yang pada awal
perolehan investasi, investor mencatat investasi sebesar biayanya (historical cost
accounting), dividen maupun distribusi laba dicatat sebagai penghasilan, namun apabila
dividen yang diterima melebihi bagian investor atas laba investee (perusahaan anak)
dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurang investasi. Secara
akuntansi, metode perolehan (cost) dengan kepemilikan kurang dari 20%. Berdasarkan
metode perolehan (cost), investasi saham biasa dicatat pada biayanya, dan dividen dari
laba berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan dividen.