Anda di halaman 1dari 19

MODUL PTC AKUNTANSI KEUANGAN III

PENJUALAN ANGSURAN BARANG TAK BERGERAK

 Pengertian
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana
pembayarannya dilaksanakan secara bertahap. Pada saat barang-barang diserahkan
kepada pembeli, penjual menerima pembayaran uang muka (Down Payment) dari harga
penjualan. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.
 Perjanjian dalam Penjualan Angsuran
Untuk menghindari resiko karena pembeli tidak membayar dan supaya penjual tidak
mengalami kerugian, maka biasanya saat membeli ada beberapa perjanjian, antara lain:
 Pada saat membeli disertai dengan meninggalkan jaminan kepada penjual.
 Hak kepemilikan barang berpindah ke pembeli, jika pembayarannya sudah lunas.
 Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi dalam pemilikan kembali,
faktor-faktor yang harus diperhatikan penjual:
- Besarnya pembayaran pertama (down payment).
- Jangka waktu pembayaran (jangka waktu pendek).
- Besarnya pembayaran angsuran (jumlah besar).

 Pengakuan Laba Kotor


Dasar pengakuan laba yg dapat dipakai dalam penjualan angsuran adalah:
a. Dasar Penjualan (Accrual Basis)
Pada cara ini, laba kotor diakui pada saat penjualan angsuran terjadi tanpa
memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima atau belum. Cara ini sama
dengan pencatatan penjualan kredit biasa. Metode ini digunakan bila memenuhi 3
kondisi:
 Jangka waktu pembayaran relatif pendek.
 Kemungkinan terjadinya pembatalan sangat kecil.
 Biaya-biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran bisa ditaksir
dengan teliti.
b. Dasar tunai (Cash Basis)
Dalam metode ini, laba kotor diakui saat pengumpulan kas (Penerimaan Kas). Setiap
pengumpulan kas terdiri dari:
 Pembayaran atas Harga Pokok Penjualan (Cost) dan.
 Pembayaran atas Laba Kotor (Gross Profit)

Ada 3 metode untuk memperlakukan penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran, yaitu:
1) Harga pokok (Cost) kemudian laba kotor (cost recovery method)
Dalam metode ini penerimaan kas pertama dianggap sebagai pembayaran Harga Pokok
Penjualan (Cost) dahulu, setelah harga pokok penjualan lunas, penerimaan kas berikutnya
diakui sebagai pembayaran laba kotor.
2) Laba kotor kemudian harga pokok
Dalam metode ini penerimaan kas pertama dianggap sebagai pembayaran laba kotor
dahulu, setelah laba kotor tercapai, sisa penerimaan kas berikutnya diakui sebagai
pembayaran Harga Pokok Penjualan.
3) Harga Pokok Penjualan dan Laba Kotor diakui secara Proporsional (Metode Penjualan
Angsuran/ Installment Methode)
Dalam Installment method ini, setiap periode penerimaan kas diakui adanya pembayaran
Harga Pokok (Cost) dan pengakuan Laba Kotor.
Dari ketiga metode di atas, yang paling banyak dipakai adalah metode yang ketiga yaitu
Metode Penjualan Angsuran/Installment Methode, dimana Harga Pokok Penjualan dan
Laba Kotor diakui secara Proporsional setiap menerima kas yang berasal dari Piutang
Angsuran (tidak termasuk pendapatan bunga).

**RUMUS MENCARI HARGA JUAL**

Harga Jual = Harga Pokok Penjualan + Laba Kotor

 Bunga Pada Penjualan Angsuran


Dalam penjualan angsuran pihak penjual biasanya memperhitungkan bunga atas saldo
angsuran yang belum dibayar disamping memperhitungkan laba. Pendapatan bunga
dalam penjualan angsuran harus dipisahkan dari pengakuan laba kotor dari hasil usaha
bagi pihak penjual. Bunga selama masa pembayaran angsuran diitung dari harga kontrak
awal setelah diperhitungkan dengan uang muka.
Dalam menghitung bunga, dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1) Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama jangka
waktu angsuran (bunga dihitung dari saldo menurun), disebut Long End Interest.
Pada cara ini bunga yang dibebankan pada setiap ali angsuran dihitung dari saldo
pokok pinjaman awal periode tersebut. Bunga yang dibayar setiap periode akan
makin lama makin kecil, sesuai dengan makin kecilnya saldo pinjaman penjualan
angsuran tersebut.
2) Bunga dihitung dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo
(tidak termasuk uang muka) yang dihitung sejak pembayaran angsuran pertama
sampai dengan paling akhir, disebut Short End Interest.
Pada cara ini bunga yang dibebankan makin lama makin besar, seiiring dengan
makin membesarnya akumulasi pembayaran angsuran tiap periode.

3) Bunga selama masa pembayaran angsuran dihitung dari Harga Kontrak Awal
setelah diperhitungkan dengan uang muka. Pada cara ini bunga untuk setiap
periode dihitung dari Saldo Awal Pokok Pinjaman setelah dikurangi dengan uang
muka.
4) Bunga dihitung secara Anuitet. Setiap periode Sama Besarnya dan di dalam setiap
pembayaran angsuran mengandung unsur Pelunasan Angsuran Dan Bunga.

 Penjualan Angsuran Untuk Aset Tidak Bergerak


Penjualan angsuran aset tidak bergerak adalah penjualan aset seperti Tanah (kaveling),
Bangunan (Perumahan) dan sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara angsuran
dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini
mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai berikut :
a) Adanya down payment atau uang muka.
b) Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran.

Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran aset
tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:

a) Laba Kotor Diakui Pada Periode Penjualan (Accrual Basis).


b) Laba Kotor Diakui Secara Proporsional Sejalan Dengan Penerimaan.
 Nama-Nama Akun Dalam Penjualan Angsuran
Untuk mencatat transaksi penjualan angsuran aset tidak bergerak terdapat beberapa akun
yang digunakan:
1) Akun “Piutang Angsuran” dicatat di Debit pada saat timbul penjualan angsuran
dan dicatat di Kredit pada saat angsuran dan pembatalan penjualan angsuran.
2) Akun Kas, dicatat di Debit, pada saat diterima uang muka penjualan angsuran,
penerimaan pokok angsuran dan pendapatan bunga.
3) Akun Aset Tetap yang dijual missal Tanah, Bangunan dicatat di Kredit.
4) Akun Laba Kotor Belum Diakui (LKBD) dicatat di Kredit pada saat terjadinya
penjualan angsuran dan dicatat di Debit pada saat pengakuan laba pada akhir
periode dan saat pembatalan penjualan angsuran.
5) Akun Laba Kotor Diakui (LKD) dicatat di Kredit saat pengakuan laba dan di
Debit saat ditutup pada jurnal penutup.
6) Akun Pendapatan Bunga dicatat di Kredit saat penerimaan bunga dan di Debit
saat ditutup pada jurnal penutup akhir periode.

 Pembatalan Penjualan Angsuran


Dalam penjualan angsuran kadang kala pembeli tidak dapat melunasi angsurannya
sehingga terjadi pembatalan penjualan angsuran. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh
penjual adalah :
1) Sisa Piutang Angsuran yg dibatalkan, dihapus dari catatan pembukuan.
2) LKBD yang belum diakui, dibatalkan (dihapus).
3) Menentukan Harga Pasar Barang yang ditarik kembali.
4) Menghitung Laba-Rugi Pemilikan Kembali Barang ( bandingkan harga pasar
barang yg ditarik dengan Harga pokok angsuran saat pembatalan).
PENJUALAN ANGSURAN BARANG DAGANGAN

 Pengertian Penjualan Barang Dagangan

Penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah dan tanah (barang tidak
bergerak) pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini
telah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan seperti : Mobil,
Motor; Mesin; Barang2 Elektronik, Peralatan Rumah Tangga dan lainnya, baik secara Langsung
di Kantor2 Pemasaran, di Toko2 sampai dengan penjualan angsuran barang2 yang dijual secara
On Line seperti Bukalapak, Tokopedia, Lazada, Shopee dll . Pada beberapa jenis industri metode
penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala besar.

 Pencatatan Persediaan Barang


Pencatatan dagangan pada Penjualan Angsuran ini, dapat menggunakan metode
pencatatan persediaan barangnya dengan dua metode yaitu :
1. Metode Periodik / Pisik
2. Metode Perpetual.

1. Metode Periodik / Pisik (Physical/Periodic Inventory Methode)


Metode ini digunakan untuk mencatat transaksi pembelian dan penjualan barang
dagangan yang nilainnya secara ekonomis relative kecil.
a. Pisik artinya nilai persediaan yang masih ada dihitung pisiknya, misal ditimbang,
diukur.
b. Periodik artinya nilai persediaan ditentukan setiap periode, misal setiap akhir bulan,
setiap akhir triwulan (30 meret, 30 juni, 30 September, 31 desember), setiap akhir
semester (30 Juni dan 31 Desember), setiap akhir tahun ( 31 Desember). Pencatatan
transaksi persediaan barang dagangan dengan metode ini tidak langsung berkaitan
dengan barang dagang yang bersangkutan.
Misalnya bila ada pembelian barang dagangan dicatat pada Akun Pembelian dan
penjualan barang dagangan dicatat pada akun Penjualan. Pada metode ini keluar
masuknya barang dagangan tidak bisa diditeksi secara langsung.
c. Barang dagangan yang tercatat dalam pembukuan perusahaan pada Akhir Periode
adalah barang dagang pada Awal Periode sehingga pada akhir periode nilai pisiknya
harus dihitung kembali dan disesuaikan kembali dengan persediaan akhir periode.
d. Agar nilai persediaan barang dagangan yang akan dilaporkan dalam Laporan
Keuangan tercatat sama dengan nilai persediaan barang dagangan akhir periode, maka
harus dibuat jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi.
e. Jurnal penyesuaian terhadap barang dagangan dapat dibuat dengan dua cara yaitu
dengan metode ihktisar rugi laba dan dengan metode harga pokok penjualan
f. Akun-akun pada Metode Priodik
Nama akun yg digunakan dalam metode periodik sbb:
a. Akun “Pembelian” untuk mencatat pembelian barang dagang dicatat sebelah
Debit,“Kas atau Utang Dagang” di Kredit
b. Akun” Ongkos angkut pembelian” untuk mencatat ongkos angkut barang dagangan
yang dibeli, dicatat disebelah “Debit” dan “Kas” di Kredit
c. Akun “ Retur pembelian “ untuk mencatat barang yang dikembalikan penjual kepada
pembeli, dicatat disebelah “Kredit” dan “Kas atau Utang dagang” di “Debit”
d. Akun “Potongan pembelian “ untuk mencatat potongan pembelian barang dagangan
yang diberikan kepada penjual, dicacat disebelah “Kredit” dan “Utang dagang”di
“Debit”
e. Akun “Pengiriman Barang Penjualan Angsuran” untuk mencatat besarnya Harga
Pokok Penjualan pada akhir periode, dicatat disebelah “Kredit”, dan “Harga pokok
Penjualan”, di “Debit”
f. Akun “Penjualan Angsuran” untuk mencatat transaksi Penjualan barang dagangan
yang dilakukan dengan cara angsuran, dicatat disebelah Kredit dan Piutang Angsuran
di Debit
g. Akun “Laba Kotor Belum Diakui (LKBD)” untuk mencatat laba penjualan angsuran
yang ditangguhkan (belum diakui), dicatat disebelah “Kredit”
h. Akun “Laba Kotor Diakui (LKD)” untuk mengakui dan mencatat Laba Kotor Belum
Diakui (LKBD), dicatat disebelah “Kredit” dan LKBD di “Debit”
2. Metode Perpetual / Permanen / Terus-menerus (Perpectual Inventory Method)
Metode ini digunakan untuk mencatat transaksi Pembelian Barang Dagangan dan
Penjualan Angsuran yang nilainya secara ekonomis relative besar.
Contoh : Perusahaan yang menjual kendaraan (motor, mobil), TV, AC dll).
Pada metode ini pencatatan transaksi yang berkaitan dengan Persediaan Barang
Dagangan adalah:
a. Transaksi – transaksi (Pembelian Barang Dagangan, Ongkos Angkut Pembelian, Retur
dan Potongan Pembelian ) dicatat langsung pada :
o Akun Persediaan Barang Dagang disisi “Debit”, dan
o Akun Kas atau Utang dagang disisi “Kredit”
b. Pencatatan Transaksi Penjualan Angsuran dicatat
Mencatat Penjualan Angsuran barang dagangan :
o Akun “Kas” atau “Piutang Dagang” disisi “Debit”
o Akun “Penjualan Angsuran” disisi “Kredit”

Mencatat Harga Pokok Penjualan Angsuran yang laku dijual :

o Akun “Harga Pokok Penjualan “ disisi “Debit”


o Akun “Persediaan Barang Dagangan” disisi “Kredit”

Metode pencatatan ini dibantu dengan buku pembantu persediaan barangan dagangan
dengan membuat kartu persediaan barang (Stock Card), sehingga nilai persedian
barang dagangan dapat diketahui setiap saat. Pada akhir periode akun persediaan
barang dagangan tidak perlu jurnal penyesuaian. Pada akhir periode akun persediaan
barang dagangan tidak perlu jurnal penyesuaian.
HUBUNGAN KANTOR PUSAT-KANTOR CABANG

 Pengertian
Dalam rangka meningkatkan penjualan, organisasi bisnis secara konstan berusaha
memperluas area pemasaran.
Perluasan area pemasaran ini tidak cukup dicapai dengan :
- Perjalanan keliling karyawan bagian penjualan dari kantor pusat;
- Penggunaan katalog dengan pesanan melalui surat;
- Penjualan konsinyasi mungkin meningkatkan penjualan tetapi mungkin tidak
mencapai seperti yang diinginkan.

Penetapan pusat-pusat penjualan di beberapa wilayah mungkin dapat digunakan sebagai


alat untuk mencapai tujuan pemasaran. Aktivitas pemasaran dapat dilakukan melalui
Agen dan Kantor Cabang di beberapa lokasi, dengan arahan dari Kantor Pusat.
Kesepakatan dengan pelanggan tidak harus dilakukan dengan kantor pusat, tetapi dapat
dilakukan dengan Agen atau kantor cabang.

 Perbedaan Agen dan Kantor Cabang


AGEN
Agen merupakan unit yang aktivitasnya:
a. Agen hanya menerima pesanan dari pembeli,
b. Agen tidak mempunyai persediaan barang akan dijual, tetapi hanya berupa contoh
barang yang akan dijual.
c. Agen di bawah pengawasan langsung kantor pusat,
d. Agen mendapatkan modal kerja dari kantor pusat untuk operasi.

KANTOR CABANG
Kantor cabang merupakan unit yang aktivitas:
a. Menjual barang yang dikuasainya kepada pembeli
b. Memiliki wewenang untuk mengelola transaksi sebagai unit bisnis yg mandiri.

 Akuntansi Agen
- Agen tidak membuat pembukuan lengkap, hanya berupa buku kas untuk mencatat
uang (modal kerja) yang diterima dari kantor pusat dan ringkasan dana yg dipakai.
- Pembukuan yang dilakukan kantor pusat dapat dilakukan dengan dua cara:
1) Laba dari transaksi penjualan agen dipisahkan dari penjualan regular.
2) Laba dari transaksi penjualan agen tidak dipisahkan dari penjualan regular.
Contoh: PT ABC (Kantor Pusat) di Malang, membuka beberapa Agen di Blimbing,
Dinoyo, Tlogomas dan Sukun. Hubungan antara Kantor Pusat dan Agen tersebut, dapat
digambar Sbb:
 Kantor Cabang (Branch Office)
a. Kantor cabang dikelola oleh seorang pimpinan cabang atau direktur cabang yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur utama (top management) dikantor
pusat.
b. Untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan cabang, pimpinan cabang harus
melaporkan setiap aktivitas cabang setiap waktu tertentu agar kantor pusat bisa
mengambil keputusan tertentu.
c. Laporan-laporan keuangan cabang bisa digunakan oleh kantor pusat untuk
menilai kinerja cabang atau alat control terhadap cabang, meskipun disadari
sebagai unit bisnis bahwa kantor cabang berdiri sendiri.
d. Karakteristik kantor cabang sebagai unit bisnis yang berdiri sendiri adalah:
1) Kantor cabang berdiri karena didirikan oleh kantor pusat sehingga akan
dibiayai oleh kantor pusat misalnya diberikan modal kerja berupa uang
tunai, diberikan aset tetap (gedung,tanah, kendaraan) maupun aset lainnya
hingga siap beroperasi.
2) Kantor cabang memiliki kewenangan untuk bertransaksi dengan pihak
ketiga. Transaksi itu baik yang menyangkut penghimpunan dana maupun
penempatan dana (misalnya penempatan kredit perbankan).
3) Dalam hal membelanjai aktivitas cabang, kantor cabang dapat mendanai
dari sumber dana yang dimiliki kantor cabang,namun demikian bila tidak
mencukupi akan meminta bantuan kantor pusat.
4) Kantor cabang mempunyai kewenangan untuk menganalisis permintaan
kredit, memutuskan pemberian kredit (sampai dengan volume tertentu
menyelanggarakan administrasi kredit sampai kembalinya kredit
(dilunasi), namun keputusan kredit harus tunduk pada standar perkreditan
yang telah ditentukan oleh pusat.
5) Kantor cabang dapat mengelola uang tunai dari hasil penghimpunan dana
maupun dari pelunasan kredit serta melakukan transaksi-transaksi
pembayaran atas nama inisiatif kantor cabang.

 Akuntansi Kantor Cabang (Branch Office)

Akuntansi kantor cabang membagi sistem akuntansi perusahaan secara terpisah antara
kantor pusat dan kantor cabang. Jadi Kantor Pusat bertindak sebagai Investor (pihak
penyandang dana) dan Kantor Cabang sebagai Investee (pihak penerima dana). Untuk itu,
diperlukan akun yang bersifat Resiprokal (timbal balik) antara Kantor Pusat dan
Kantor Cabang untuk menampung transaksi yang bersifat resiprokal ini. Kantor Pusat
menggunakan nama “Akun Kantor Cabang”, sebaliknya Kantor Cabang menggunakan
“Akun Kantor Pusat”. “Akun Kantor Cabang” merupakan Hak Kantor Pusat sedangkan
“Akun Kantor Pusat” merupakan Kewajiban Kantor Cabang. Dalam membuat Laporan
Konsolidasi Akun Resiprokal harus Dieleminasi.
Sistem akuntansi terhadap transaksi yang terjadi di kantor cabang dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu:

1) Sistem Sentralisasi.
Pengelolaan transaksi yang terjadi di Kantor Cabang diselenggarakan oleh Kantor
Pusat, sedang Kantor Cabang hanya menyiapkan dokumen dasar (berupa bukti
bukti transaksi dll)
2) Sistem Desentralisasi
Pengelolaan transaksi yg terjadi dikantor cabang diselenggarakan sendiri oleh
Kantor Cabang yang bersangkutan secara lengkap. Apabila sistem desentralisasi
yang dipakai perlu dibentuk Akun khusus untuk menampung transaksi yang
sifatnya timbal balik (Receiprocal Accounts).

Contoh: PT ABC (Kantor Pusat) di Surabaya, membuka beberapa Kantor Cabang di


Pasuruan, Kediri, Blitar dan Malang. Hubungan antara Kantor Pusat dan Kantor Cabang
tersebut, dapat digambar Sbb:

 Akun timbal balik antara Kantor Pusat dan Kantor Cabang


1) Di Kantor Pusat, ada rekening “R/K-Kantor Cabang” yang merupakan“Investasi”
Kantor Pusat pada Kantor Cabang.
Akun “R/K-Kator Cabang” dicatat disebelah “Debit” untuk mencatat :
a. Pengiriman harta dari Kantor Pusat ke Kantor Cabang (barang, kas, transfer ke
Kantor cabang)
b. Laba yang diperolah Kantor Cabang
Akun “R/K-Kator Cabang” dicatat disebelah “Kredit” untuk mencatat:
a. Pengiriman harta dari Kantor Cabang ke Kantor Pusat (barang, kas, transfer ke
Kantor Pusat)
b. Rugi yang diderita Kantor Cabang

2) Di Kantor Cabang, ada Akun “R/K-Kantor Pusat” yang merupakan “Modal” yang
diterima Kantor Cabang Dari Kantor Pusat.
Akun “R/K-Kantor Pusat” dicatat disebelah “Debit” untuk mencatat:
a. Harta yang dikirim ke kantor pusat (barang, kas, transfer kepusat)
b. Rugi yang diderita cabang
Akun “R/K-Kantor Pusat” dicatat di sebelah “Kredit” untuk mencatat :
a. Harta yang diterima dari kantor pusat (kas, barang, transfer dari pusat).
b. Laba yang diperoleh dari cabang
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

 Pengertian
Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil
operasi untuk induk perusahaan (Parent Company/Entitas pengendali) dan satu atau lebih
anak perusahaan (Subsidiry Company/Entitas yang dikendalikan) seakan-akan entitas-
entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan.
Laporan Keuangan Konsolidasi diperlukan apabila salah satu perusahaan yang bergabung
memiliki control terhadap perusahaan lain, laporan keuangan konsolidasi tidak
diperlukan apabila satu perusahaan tidak memiliki control terhadap perusahaan lain.

 Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi


- Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang total sumber daya perusahaan hasil
gabungan di bawah kendali induk perusahaan, kepada para pemegang saham, kreditor
dan peyedia dana lainnya.
- Dapat memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan, baik
mengenai operasi gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai perusahaan
individual yang membentuk entitas konsolidasi.

 Jenis-Jenis Laporan Konsolidasi


Kewajiban penyusunan laporan keuangan konsolidasi muncul sejak terjadinya hubungan
induk-anak. Laporan keuangan konsolidasi terdiri dari:
a. Neraca Konsolidasi,
Neraca Konsolidasi (consolidated balance sheet) yaitu Neraca yang
menggambarkan Aset, Kewajiban dan Ekuitas secara keseluruhan yang
menyajikan posisi keuangan gabungan antara induk perusahaan dan anak
perusahaan pada suatu periode.
b. Laporan Laba Rugi Konsolidasi,
Memiliki tujuan:
-Untuk menyajikan hasil usaha perusahaan-perusahaan afiliasi sebagai satu
kesatuan usaha.
-Untuk menunjukkan hasil usaha perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
-Semua Pendapatan dan Beban yang timbul sebagai akibat transaksi antara nggota
afiliasi harus dieliminasi.
c. Laporan Laba Ditahan Konsolidasi
Untuk menunjukkan berbagai pengaruh perubahan hak-hak pemegang saham
serta pengaruhnya kepada masing-masing kelompok pemegang saham.
d. Arus Kas Konsolidasi

 Pemegang Saham
a. Pemegang saham mayoritas (controlling interest)=(Perusahaan Induk)
b. Pemegang saham minoritas (minority interest)=(Perusahaan anak). Hak minoritas
(minority interest) harus disajikan tersendiri:
Dalam Neraca Konsolidasi Hak minoritas dilaporkan antara Kewajiban dan
Ekuitas
Hak minoritas dalam Laba disajikan dalam Laporan Laba Rugi Konsolidasi.

 Pemilikan Saham Perusahaan Anak


Pemilikan saham perusahaan anak oleh perusahaan induk dapat dilakukan dengan cara
sbb:
a. Saham dibeli langsung dari perusahaan anak; Misal: perusahaan (PT) baru berdiri,
sahamnya sebagian besar atau selurunya dibeli oleh perusahaan lain (Induk).
b. Saham dibeli melalui pemegang saham perusahaan anak. Misal di Bursa Efek
(BEI).

 Pecatatan Pemilikan Saham Perusahaan Anak


- Bagi Perusahaan induk, pemilikan saham tersebut akan dibukukan dalam akun
“Investasi Saham-PT.ABC“ sebesar Harga Perolehannya (Cost) disisi Debit dan akun
Kas atau lainnya di Kredit.
- Bagi Perusahaan anak,akan dibukukan dalam akun “Modal Saham“ dan Premium
(Agio) atau Discount (Disagio).
- Akun Investasi Saham di buku Perusahaan Induk dan akun “Modal saham & Laba
Ditahan” di buku Perusahaan Anak disebut akun timbal balik (Receiprocal Account)
yang dalam laporan konsolidasi (gabungan) akan dieliminasi.
 Teknik dan Prosedur Laporan Keuangan Konsolidasi
- Membuat Jurnal Eliminasi akun timbal balik antara akun “Investasi Saham
Perusahaan Induk” dengan akun “Modal Saham dan Laba Ditahan Perusahaan Anak”
- Mempersiapkan Kertas Kerja Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi.
- Memasukkan laporan keuangan meliputi laporan laba rugi, laporan laba ditahan dan
neraca masing-masing perusahaan induk dan anak pada kolomnya masing-masing.
- Jika ada kesalahan-kesalahan pada laporan keuangan induk atau anak (seperti koreksi
terhadap pencatatan investasi dengan metode biaya dikonversi ke metode ekuitas)
perlu dibuatkan jurnal penyesuaian (diposting ke buku besar perusahaan induk atau
anak).
- Memasukkan jurnal eliminasi dalam kertas kerja.

 Pemilikan saham perusahaan anak, jika harga perolehan (Cost) Diatas atau
Dibawah Nilai Buku Sahamnya.
Faktor-faktor yg menyebabkan pemilikan saham perusahaan lain dengan harga diatas
atau dibawah nilai buku
1) Kesalahan dlm melaporkan kekayaan bersih perusahaan anak pada saat pemilikan
saham terjadi.
- Kekayaan bersih dilaporkan terlalu besar dari jumlah yang semestinya.
- Kekayaan bersih dilaporkan terlalu kecil dari jumlah yang semestinya
2) Adanya motivasi tertentu dalam rangka penggabungan perusahaan.
3) Kombinasi dari kedua faktor tsb diatas.

Jika terjadi Selisih Harga Perolehan Saham (Cost) Diatas Atau Dibawah Nilai Buku (NB) Saham
Perusahaan Anak akan dicatat Sbb:

- Jika Cost > Nilai Buku, kelebihan cost dicatat pada akun “Selisih Lebih Cost Diatas
Nilai Buku”
- Jika Cost < Nilai Buku, kekurangan cost dicatat pada akun “Selisih Lebih Nilai Buku
Diatas Cost”
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI METODE EQUITY (METODE EKUITAS)

 Akuntansi Jangka Panjang Dalam Saham (BEI)


Investasi jangka panjang dalam saham dicatat sebesar Harga Perolehannya (Cost), namun
akuntansi untuk investasi jangka panjang dalam saham setelah dibeli, akan sangat
tergantung pada sampai seberapa jauh perusahaan investor akan dapat mempengaruhi
kebijakan operasi dan keuangan perusahaan penerbit saham. Salah satu faktor yang
menentukan apakah investor mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi adalah
persentase pemilikan saham dalam perusahaan.
Metode akuntansi yang dipergunakan untuk investasi jangka panjang dijelaskan dalam
tabel di bawah ini:

 Metode Ekuitas (Equity Method)


Metode Ekuitas merupakan metode yang menganggap kekayaaan perusahaan anak
mempunyai hubungan langsung dengan kekayaan Perusahaan Induk.
Laba atau Rugi dan Pembagian Deviden Perusahaan Anak akan berengaruh terhadap
kekayan Perusahaan Induk, Sehingga akun “Investasi Saham–Perusahaan Anak“ Selalu
berubah-ubah jumlahnya.
 Jika Perusahaan Anak mendapatkan “Laba” akan menambah akun “Investasi
Saham-Perusahaan Anak“ pada Perusahaan Induk.
 Jika Perusahaan Anak membagi “Deviden“ akan mengurangi akun “Investasi
Saham-Perusahaan Anak“ pada Perusahaan Induk.
 Jika perusahaan anak menderita “rugi” akan mengurangi akun “Investasi Saham-
Perusahaan Anak“ pada perusahaan induk.
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI METODE COST (HARGA PEROLEHAN)

 Pengertian
Metode perolehan (cost method) adalah metode pencatatan investasi yang pada awal
perolehan investasi, investor mencatat investasi sebesar biayanya (historical cost
accounting), dividen maupun distribusi laba dicatat sebagai penghasilan, namun apabila
dividen yang diterima melebihi bagian investor atas laba investee (perusahaan anak)
dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurang investasi. Secara
akuntansi, metode perolehan (cost) dengan kepemilikan kurang dari 20%. Berdasarkan
metode perolehan (cost), investasi saham biasa dicatat pada biayanya, dan dividen dari
laba berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan dividen.

 Ciri-ciri metode harga perolehan:


1) Laba atau Rugi yang diperoleh perusahaan anak tidak dilakukan pencatatan
dalam jurnal.
2) Eliminasi Saldo Modal, Agio, Laba yang ditahan perusahaan anak ditentukan
dengan bertitik tolak pada posisi Neraca.
3) Hak minoritas ditentukan dengan bertitik tolak pada posisi akhir setelah transaksi
dikonsolidasi.

 Kondisi pencatatan dalam metode harga perolehan:


1) Perusahaan induk mengakui adanya pendapatan hanya terhadap deviden atas
saham yang dibagikan perusahaan anak.
2) Laba atau Rugi timbul, jika sebagian/seluruh saham yang dimiliki dijual.
3) Akun investasi saham jumlahnya tetap.
4) Ada kenaikan/penurunan Laba yang ditahan pada perusahaan induk.

 Perbedaan Metode Equity dengan Metode Cost


 Equity Method (Metode Ekuitas)
Metode yang menganggap bahwa kekayaaan perusahaan anak mempunyai
hubungan langsung dengan kekayaan perusahaan Induk. Laba atau rugi dan
pembagian deviden perusahaan anak akan berengaruh terhadap kekayan
perusahaan induk, sehingga akun “Investasi Saham-Perusahaan Anak“ selalu
berubah-ubah jumlahnya.
 Cost Method (Metode Harga Perolehan)
Metode yang menganggap bahwa kekayaaan perusahaan anak tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kekayaan perusahaan Induk. Laba atau rugi
perusahaan anak tidak mempengaruhi kekayaan perusahaan induk, sehingga akun
“investasi saham-Perusahaan Anak” selalu tetap jumlahnya.
 Kreteria Penggunaan Metode Equity dan Metode Cost
Penggunaan dua metode tersebut di atas didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1) Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode cost;
2) Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi
memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode equity;
3) Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode equity;
Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya prosentase kepemilikan saham bukan
merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode penilaian investasi, tetapi
yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh (the degree of influence) atau
pengendalian terhadap perusahaan Investee (Perusahaan Anak).

Ciri-ciri adanya pengaruh atau pengendalian pada Perusahaan Investee (Perusahaan


Anak), antara lain:
1) Kemampuan mempengaruhi komposisi Dewan Komisaris;
2) Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan Direksi;
3) Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti Dewan Direksi Perusahaan
Investee (Perusahaan Anak)
4) Kemampuan untuk Mengendalikan Mayoritas Suara dalam rapat/pertemuan
dewan direksi.

Anda mungkin juga menyukai