Anda di halaman 1dari 4

PENCEGAHAN PRIMER,SEKUNDER,TERSIER KLIEN DENGN HIV/AIDS

Mata Kuliah : keperawatan HIV/AIDS

Dosen Pengampuh : Ns. Engryne Nindi, S.Kep,. M.Kes

OLEH
KELOMPOK VI :

NATHASYA G. LANAWAANG (1814201270)


VANDA V. WULUR (1814201087)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
2020
HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh kita sehingga kita tidak bisa
bertahan terhadap penyakit-penyakit yang menyerang tubuh kita. Bila sistem kekebalan tubuh kita sudah
rusak atau lemah, maka kita akan terserang oleh berbagai penyakit yang ada di sekitar kita seperti TBC,
diare, sakit kulit, dll. Kumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS.

Penderita HIV dan AIDS di Indonesia telah sampai tahap yang menghkhawatirkan karena telah
merambah semua provinsi yang ada di Indonesia. Dari 33 Provinsi yang tersebar diseluruh wilayah
Indonesia 33 terdapat penderita HIV positif dan hanya 1 Provinsi saja yang tidak terdapat penderita
AIDS.

Percepatan penderita HIV maupun AIDS telah menyerang ibu rumah tangga beserta bayi yang
dilahirkannya lantaran ibunya tertular dari suaminya dan bayi yang dilahirkannya ikut terjangkit Virus
yang mematikan itu.

Berdasarkan badan PBB untuk masalah AIDS (UNAIDS) menyatakan, Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki peningkatan tercepat dalam kasus HIV/AIDS di Asia. Disamping itu, pemahaman
masyarakat akan penyakit HIV/AIDS masih sangat rendah.

Penderita HIV bukan berarti pengidap penyakit AIDS atau seseorang yang akan segera mati.Bahkan
tanpa pengobatan banyak penderita HIV masih dapat bertahan hidup cukup lama. Pada saat ini
pengobatan yang telah dikembangkan hanya dapat memperlambat kerusakan pada sistim kekebalan
tubuh.Dengan pengobatan tersebut banyak penderita HIV dapat hidup sehat dan bahagia.

 Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya agar orang sehat tetap sehat atau mencegah orang sehat
menjadi sakit. Pencegahan primer merupakan hal yang paling penting, terutama dalam merubah perilaku.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah upaya pencegahan AIDS adalah dengan KIE
(komunikasi, informasi dan edukasi), yaitu memberikan informasi kepada kelompok risiko tinggi
bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah
pencegahannya. Ada 3 pola penyebaran virus HIV, yakni :

1. Melalui hubungan seksual.

HIV dapat menyebar melalui hubungan seks pria ke wanita, wanita ke pria maupun pria ke pria.
Hubungan melalui seks ini dapat tertular melalui cairan tubuh penderita HIV yakni cairan mani, cairan
vagina dan darah.
2. Melalui darah.

Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan cara transfusi yang mengandung HIV, penggunaan jarum
suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas digunakan orang yang mengidap HIV tanpa
disterilkan dengan baik. Juga penggunaan pisau cukur, gunting kuku, atau sikat gigi bekas pakai orang
yang mengidap virus HIV.

3. Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya.

Penularan dapat terjadi pada waktu bayi masih berada dalam kandungan, pada waktu persalinan dan
sesudah bayi dilahirkan serta pada saat menyusui. ASI juga dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita
sudah terinfeksi pada saat mengandung maka ada kemungkinan bayi yang dilahirkan sudah terinfeksi
HIV. Maka dianjurkan agar seorang ibu tetap menyusui anaknya sekalipun HIV.

 Pencegahan Sekunder

Infeksi HIV/AIDS menyebabkan menurunnya sistem imun secara progresif sehingga muncul berbagai
infeksi oportunistik yang akhirnya dapat berakhir pada kematian. Sementara itu, hingga saat ini belum
ditemukan obat maupun vaksin yang efektif. sehingga pengobatan HIV/AIDS dapat dibagi dalam tiga
kelompok sebagai berikut :

1. Pengobatan suportif yaitu pengobatan untuk meningkatkan keadaan umum penderita. Pengobatan ini
terdiri dari pemberian gizi yang baik, obat simptomatik dan pemberian vitamin.

2. Pengobatan infeksi opurtunistik merupakan pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan
kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS. 28 Jenis-jenis mikroba yang menimbulkan infeksi sekunder
adalah protozoa (Pneumocystis carinii, Toxoplasma, dan Cryptotosporidium), jamur (Kandidiasis), virus
(Herpes, cytomegalovirus/CMV, Papovirus) dan bakteri (Mycobacterium TBC, Mycobacterium ovium
intra cellular, Streptococcus, dll). Penanganan terhadap infeksi opurtunistik ini disesuaikan dengan jenis
mikroorganisme penyebabnya dan diberikan terus-menerus.

3. Pengobatan antiretroviral (ARV), ARV bekerja langsung menghambat enzim reverse transcriptase atau
menghambat kinerja enzim protease. Pengobatan ARV terbukti bermanfaat memperbaiki kualitas hidup,
menjadikan infeksi opurtunistik Universitas Sumatera Utara menjadi jarang dan lebih mudah diatasi
sehingga menekan morbiditas dan mortalitas dini, tetapi ARV belum dapat menyembuhkan pasien
HIV/AIDS ataupun membunuh HIV.

 Pencegahan Tersier

ODHA perlu diberikan dukungan berupa dukungan psikososial agar penderita dapat melakukan aktivitas
seperti semula/seoptimal mungkin. Misalnya :

1. Memperbolehkannya untuk membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaannya.

2. Membangkitkan harga dirinya dengan melihat keberhasilan hidupnya atau mengenang masa lalu yang
indah.
3. Menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainnya.

4. Mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat mengendalikan diri dan tidak
menyalahkan diri atau orang lain.

5. Selain itu perlu diberikan perawatan paliatif (bagi pasien yang tidak dapat disembuhkan atau sedang
dalam tahap terminal) yang mencakup, pemberian kenyamanan (seperti relaksasi dan distraksi, menjaga
pasien tetap bersih dan kering, memberi toleransi maksimal terhadap permintaan pasien atau keluarga),
pengelolaan nyeri (bisa dilakukan dengan teknik relaksasi, pemijatan, distraksi, meditasi, maupun
pengobatan antinyeri), persiapan menjelang kematian meliputi penjelasan yang memadai tentang keadaan
penderita, dan bantuan mempersiapkan pemakaman.

Itu adalah penjelasan dari HIV/AIDS semoga bermanfaat,terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai