Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gizi merupakan komponen yang sangat dibutuhkan seorang anak untuk peningkatan
pertumbuhan dan perkembangannya, terutama pada masa usia sekolah. Upaya Peningkatan
kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini. Tumbuh dan berkembangnya anak
usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang
baik serta benar. Anak sekolah pada umumnya berada dalam masa pertumbuhan yang sangat
cepat dan aktif, pengaturan makanan yang bergizi baik, seimbang dan beraneka ragam jenis
akan memastikan kecukupan gizinya.
Diusia sekolah dasar, anak-anak sudah mulai mendapatkan uang aku yang dapat
digunakan untuk membeli makanan jajanannya sendiri. Anak-anak sudah dapat melakukan
pemilihan terhadap makanan yang mereka konsumsi. Apabila anak tidak dibekali dengan
pemahaman yang baik mengenai pangan jajanan sehat dapat menyebabkan anak mengalami
“foodborne disease” karena banyaknya makanan jajanan sekolah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu
mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak
merupakan salah satu upaya yang penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Kualitas
hidup anak dapat dilihat kesehatannya melalui keadaan status gizi yang baik dan merupakan
salah satu indikator pembangunan. Status gizi anak merupakan satu dari delapan tujuan yang
akan dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yang di adopsi dari PBB
Tahun 2000 (Todaro,2005).
Indikator pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan menurut umur (BB/U), berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U) sebagai alat untuk
penilaian status gizi anak serta indeks massa tubuh (IMT/U). Indikator status gizi dapat
menyebabkan keadaan kekurangan gizi pada anak yaitu berat badan kurang (underweight),
pendek (stunting), dan kurus (wasting). (WHO, 2005).
Berdasarkan penelitian, di provinsi Jawa Tengah prevalensi status gizi umur 6-12 tahun
(TB/U) adalah 14,9% termasuk kategori sangat pendek, 19,2% termasuk kategori pendek dan
65,95 termasuk kategori normal. Menurut jenis kelamin, prevalensi kependekan pada anak
laki-laki lebih tinggi yaitu 36,5% dari pada anak perempuan yaitu 34,5%. Sedangkan menurut
tempat tinggal, prevalensi anak kependekan di daerah perkotaan sebesar 29,3% lebih rendah
pada anak pedesaan yaitu 41,5%. (Riskesdas 2010). Kelompok anak sekolah merupakan salah
satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi
sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran strategi dalam perbaikan gizi masyarakat dan
merupakan generasi penerus tumpuan bangsa sehingga perlu disiapkan dengan baik
kualitasnya. (Depkes RI, 2001).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1.1. Mengetahui status gizi anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
2. Tujuan Khusus
2.1. Mengetahui berat badan anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
2.2. Mengetahui tinggi badan anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
2.3. Mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) anak usia sekolah dasar di MI
Muhammadiyah Gonilan.
C. MANFAAT
Laporan ini kami harapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Mahasiswa
Bagi mahasiswa, laporan ini bisa menjadi bahan masukan bahwa materi gizi
untuk anak usia sekolah sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang ahli gizi yang memiliki
wawasan luas.
2. Masyarakat
Bagi masyarakat, khususnya untuk para ibu atau orangtua, lebih memperhatikan
gizi anaknya, terutama yang masih berusia sekolah yang sangat membutuhkan asupan gizi
yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
C. STATUS GIZI
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwatat diit (Beck, 2000).
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel
pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan,
dan panjang tungkai (Gibson,1990).
Didalam tubuh, zat gizi memiliki fungsi sebagai:
a. Memberi energi
Zat- zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan
protein. Oksidasi zat- zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam
bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan
zat pembakar.
b. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu,
diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak.
Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.
c. Mengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein
mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya
memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang
bersifat infektif. (Almatsier, 2009).
Sebaliknya, konsumsi yang kurang baik dalam kualitas maupun kuantitas akan memberi
dampak kesehatan pangan dan gizi yang baik ditentukan oleh terciptanya keseimbangan
antara banyaknya jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya zat yang
dibutuhkan tubuh.
b. Infeksi
Infeksi biasa berhubungan deangan gangguan gizi. Infeksi sendiri mengakibatkan
si penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu
juga penghancuran jaringan tubuh akan mengikat karena dipakai untuk pembentukan
protein atau enzim- enzim yang diperlukan dalam usaha pertahanan tubuh. Gangguan
gizi dan infeksi sering bekerja secara sinergis, infeksi akan memperburuk kemampuan
seseorang untuk mengatasi penyakit infeksi. Zat gizi dibutuhkan oleh tubuh untuk
tumbuh kembang guna mencapai hasil yang optimal sesuai dengan kebutuhan.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat.survei ini dirancang
untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih
zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa, 2001).
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot (Supariasa, 2001). Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, 2001).
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan stuktur dari jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik.
Penilaian Status Gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga, yaitu (Supariasa, 2001):
1) Survei Konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data
konsumsi makanan dapat membetrikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur. Angka kesakitan
dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3) Faktor Ekologi.
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai
hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-
lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
BAB III
METODE PENILAIAN STATUS GIZI
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan
umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu
ke waktu (Djumadias, Abunain, 1990). Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air,
dan massa mineral tulang dalam tubuh. Pada pengukuran antropometri di sekolah dasar, berat
badan ditimbang menggunakan timbangan injak (bathroom scale).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
B. PEMBAHASAN
Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan,
dan penggunaan makanan. Status gizi seseorang dapat diukur menggunakan metode
antropometri, dimana metode ini dapat mengetahui adanya gangguan pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seseorang. Pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah
pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Pada tanggal 22 November 2013, kami melakukan pengukuran antropometri di MI
Muhammadiyah Gonilan dengan sampel siswa kelas 3A dan 3B sebanyak 39 siswa.
Pengukuran antropometri yang kami lakukan meliputi penimbangan berat badan
menggunakan timbangan injak (bathroom scale) dan pengukuran tinggi badan menggunakan
microtoice. Dari data hasil pengukuran tersebut, kami mendapatkan hasil bahwa
a. 69,23% anak memiliki IMT antara 14,2 -17,7 yang termasuk dalam kategori status gizi
normal.
b. 15,38 % anak memiliki IMT antara 19,9 - 24,5 yang termasuk dalam kategori status gizi
gemuk.
c. 15,38% anak memiliki IMT antara 12,0 - 13,7 yang termasuk dalam status gizi kurus.
Gizi kurus pada anak sekolah dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur
ataupun konsumsi makanan yang tidak baik. Jika konsumsi makanan yang diberikan pada
anak sedikit atau kurang baik dalam kualitas ataupun kuantitas akan memberikan dampak
yang tidak baik pula pada kesehatan anak. Faktor lain yang menyebabkan anak kekurangan
gizi adalah adanya infeksi dan penyakit yang ditularkan. Anak-anak biasanya mudah tertular
penyakit serta sering mengalami infeksi yang umumnya dikarenakan kegiatan yang sangat
aktif dan di tempat yang sembarangan.
Gizi lebih yang dimiliki siswa-siswi MI Muhammadiyah, dapat disebabkan karena
konsumsi makanan yang berlebihan dan zat gizi yang lebih sehingga berdampak pada postur
tubuh yang lebih atau gemuk.
Untuk mengatasi anak yang mengalami gizi lebih ini bisa dilakukan dengan mengurangi
konsumsi makanan pada anak, agar memiliki berat badan yang ideal. Peran orangtua juga
sangat diperlukan dalam mengatur pola makan pada anak agar mendapat gizi seimbang, tidak
memberikan uang jajan berlebih, karena makanan/jajanan yang di konsumsi anak-anak
sekolah belum tentu sehat dan bergizi untuk tubuh anak itu sendiri. Selain itu orangtua
sebaiknya memberikan penjelasan kepada anak mengenai makanan apa saja yang boleh untuk
mereka konsumsi selama anak berada di sekolah.
Kesulitan yang kami alami pada pengukuran antropometri di MI Muhammadiyah
Gonilan ini adalah adanya beberapa siswa yang sulit untuk diatur saat akan pengukuran dan
penimbangan, seperti susah diminta untuk berdiri tegap. Hal seperti ini yang kemungkinan
akan menimbulkan data yang kurang valid.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengukuran antropometri pada 39 siswa/siswi di MI Muhammadiyah Gonilan,
kami mendapatkan hasil bahwa persentase siswa/siswi yang tergolong dalam gizi normal
sebanyak 69,23%, 15,38% tergolong dalam gizi kurus, dan 15,38% tergolong dalam gizi
lebih.
2. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan rata-rata berat badan
sebesar 24,54 kg.
3. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan rata-rata tinggi badan
sebesar 123,36 cm.
4. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan rata-rata IMT sebesar 16,00.
B. SARAN
1. Kepada pihak sekolah, hendaknya memperhatikan jenis makanan yang dijual di lingkungan
sekolah. Selain itu, sebaiknya memberikan penjelasan kepada para penjual yang terindikasi
menjual makanan yang berbahaya bagi kesehatan anak, seperti makanan yang mengandung
pewarna dan pemanis buatan agar tidak menjual lagi makanan tersebut.
2. Kepada pihak orangtua siswa, hendaknya memberikan makanan yang bergizi kepada anak,
memberikan penjelasan kepada anak mengenai makanan yang menyehatkan, dan lebih baik
orangtua membawakan bekal makanan dari rumah, sehingga anak tidak jajan
sembarangan di sekolah.
https://www.academia.edu/9426152/Laporan_Penilaian_Status_Gizi