Bab 13
Bab 13
Bab 13
OLEH:
KELOMPOK 4
2. NIRWANA (46119139)
3. PRATIWI (46119140)
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Study tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi cuma sedikit. Beberapa studi
justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan dan Politik merupakan
sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap organisasi tetapi agak sulit untuk
mengukurnya akan tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku keorganisasian, karena
keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi.
Pada saat individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama
lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan. Kekuasaan
merupakan kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu.
Politik bukan hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga terjadi pada
organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan pada unitkeluarga.
Politik merupakan suatu jaringan interaksi antarmanusia dengan kekuasaan diperoleh,
ditransfer, dan digunakan.
B. Tujuan Makalah
PEMBAHASAN
A. Definisi Kekuasaan
a. Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal biasanya didasarkan pada posisi seorang individu dalam sebuah
organisasi. Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan diri sendiri untuk memaksa atau
memberi imabalan, atau dari wewenang formal.
Kekuasaan koersif dan kekuasaan imbalan saling berlawanan. Jika kita dapat
membuang sesuatu yang bernilai positif dari orang lain atau menimbulkan sesuatu yang
bernilai negatif, Anda memiliki kekuasaan koersif atas orang itu. Jika kita dapat memberi
seseorang sesuatu yang bernilai positif atau membuang sesuatu yang bernilai negatif. Anda
memiliki kekuasaan imbalan atas orang itu.
b. Kekuasaan Pribadi
Merupakan kekuasaan yang berasal dari karakteristik individual mereka yang unik dan
berasal dari dalam diri. Terdapat dua basis kekuatan pribadi yaitu kekuasaan karena keahlian
dan juga kekuasaan rujukan.
Hal yang paling menarik adalah bahwa penelitian secara cukup jelas menunjukkan
bahwa sumber-sumber kekuasaan yang bersifat pribadilah yang paling efektif. Kekuasaan
karena keahlian terhadap penyeliaan yaitu komitmen keorganisasian mereka, dan kinerja
mereka, sedangkan kekuasaan imbalan dan legitimasi tampaknya tidak terkait secara
langsung dengan hasil semacam ini.
Aspek terpenting dari kekuasaan yaitu bahwa hal ini merupakan suatu fungsi
ketergantungan. Dalam hal ini, akan ditunjukkan betapa pentingnya pemahaman mengenai
ketergantungan dalam upaya untuk lebih lanjut memahami kekuasaan itu sendiri.
2. Penyebab Ketergantungan
a) Nilai Penting
Jika tak ada seorang pun menginginkan yang Anda miliki, ketergantungan pada Anda
tidak akan tercipta. Oleh Karena itu, untuk menciptakan ketergantungan, hal-hal yang Anda
kontrol haruslah hal-hal yang dipandang penting. Banyak organisasi, misalnya, secara aktif
berusaha menghindari ketidakpastian. Karenanya kita akan menemukan individu atau
kelompok yang dapat menghilangkan ketidakpastian suatu organisasi akan dipandang sebagai
penguasa sumber daya yang penting.
b) Kelangkaan
Semakin sedikitnya pengganti yang tersedia bagi suatu sumber daya, semakin besar
kekuasaan yang diberikan oleh kontrol atas sumber daya tersebut. Pendidikan yang lebih
tinggi sekali lagi menyediakan contoh yang sempurna. Di universitas-universitas di mana ada
banyak tekanan yang kuat bagi tenaga pengajar untuk menerbitkan karya mereka, kita dapat
mengatakan bahwa kekuasaan seorang kepala jurusan atas seorang tenaga pengajar
berkorelasi terbalik dengan banyaknya publikasi tenaga pengajar yang bersangkutan.
Semakin banyak pengakuan yang diterima oleh seorang tenaga pengajar tersebut melalui
publikasi karyanya, semakin leluasalah ia. Artinya, karena universitas-universitas yang lain
menginginkan tenaga pengajar yang banyak mempublikasikan karyanya dan terpandang,
pemintaan akan jasa tenaga pengajar tersebut pun meningkat. Meskipun masa kerja tenaga
kerja juga turut mengubah hubungan ini dengan cara membatasi alternatif yang dimiliki
kepala jurusan, tenaga-tenaga pengajar yang baru sedikit mempublikasikan karyanya atau
tidak memiliki publikasi sama sekali memiliki mobilitas paling kecil dan mendapat pengaruh
terbesar dari atasan mereka.
C. Taktik Kekuasaan
a) Legitimasi
Mengandalkan posisi kewenangan atau kekuasaan seseorang atau menekankan bahwa sebuah
permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.
b) Persuasi rasional
Menyajikan argumen-argumen yang logis (masuk akal) dan berbagai bukti faktual untuk
memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
c) Seruan inspirasional
d) Konsultasi
Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran dengan cara
melibatkannya dalam mengabil keputusan atau memutuskan bagaimana rencana atau
perubahan akan dijalankan.
e) Tukar pendapat
Memberikan imbalan atau hadiah kepada terget atau sasaran berupa uang atau penghargaan
lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.
f) Seruan pribadi
Menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku bersahabat akrab sebelum membuat permintaan.
h) Tekanan
i) Koalisi
Meminta bantuan orang lain untuk membujuk sasaran (target) atau menggunakan dukungan
orang lain sebagai alasan agar si sasaran tersebut setuju.
Beberapa taktik tersebut umumnya lebih efektif dari pada yang lain. Secara khusus
kebanyakan bukti menunjukan bahwa persuasi nasional, seruan inspirasional dan konsultasi
cenderung menjadi cara yang paling efektif. Sebaliknya tekanan yang lebih sering menjadi
bomerang dan paling tidak efektif diantara kesembilan taktik itu. Kita juga dapat
meningkatkan kemungkinan keberhasilan anda dengan cara menerapkan lebih dari satu jenis
taktik pada saat yang bersamaan atau secara berurutan, sepanjang pilihan-pilihan taktik anda
itu selaras. Sebagai contoh menggunakan taktik yang menyenangkan orang lain ataupun
legitimasi dapat meminimalisir reaksi negatif yang mungkin akan timbul akibat “didikte”
oleh atasan.
Koalisi adalah suatu kelompok informasi yang diikat bersama dengan sebuah isu
perjuangan yang sama. Cara alamiah untuk mendapatkan pengaruh adalah dengan menjadi
pemegang kekuasaan. Oleh Karena itu, orang-orang nyang menginginkan kekuasaan akan
berupaya membangun landasan kekuasaan pribadi. Tetapi, dalam kebanyakan contoh, hal ini
mungkin sulit, beresiko, mahal, atau bahkan mustahil. Bila demikian, upaya akan dilakukan
untuk membentuk koalisi dari dua atau lebih. Orang di luar kekuasaan yang dengan bersatu,
bisa menggabungkan sumber-sumber daya mereka guna meningkatkan kekuasaan. Koalisi
yang berhasil terdiri dari anggota-anggota yang sifatnya cair dab bisa terbentuk secara cepat,
menjangkau isu yang menjadi sasaran mereka, dan cepat pula bubarnya”.
Prediksi lain mengenai koalisi berkaitan dengan kadar saling ketergantungan di dalam
organisasi. Lebih banyak koalisi yang bisa tercipta apabila terdapat banyak ketergantungan
tugas dan sumber daya. Sebaliknya akan terdapat lebih sedikit yang saling ketergantungan di
antara berbagai sub unit dan lebih sedikit aktvitas pembentukkan koalisi bilamana berbagai
sub unit itu mandiri dengan sumber daya yang melimpah.
Terakhir pembentukan suatu koalisi akan dipengaruhi oleh tugas-tugas aktual yang
dijalankan oleh para pekerja. Semakin rutin atau banyak tugas semua kelompok, semakin
besar kemungkinan akan terbentuk koalisi. Semakin besar pekerjaan yang orang lain lakukan,
semakin besar ketergantungan mereka. Untuk mengimbangi ketergantungan ini, mereka perlu
membangun koalisi. Ini dapat membantu menjelaskan sejarah terbentuknya serikat-serikat
pekerja, khususnya diantara para pekerja yang berketerampilan rendah. Karyawan-karyawan
di sini dalam kapasitas mereka sebagai anggota koalisi yang satu akan lebih mampu
menegosiasikan kenaikan upah, tunjangan, dan kondisi kerja dari pada jika mereka bertindah
sendiri-sendiri.
Pelecehan seksual yaitu segala aktivitas atau kegiatan yang bersifat seksual yang tidak
diinginkan dan memengaruhi pekerjaan seorang individu, serta menciptakan suasana kerja
yang tak nyaman. Pelecehan seksual biasa didefinisikan sebagai segala aktivitas bersifat
seksual yang tidak diinginkan dan memengaruhi pekerjaan seorang individu, serta
menciptakan suasana keerja yang tak nyaman. Mahkamah Agung AS membantu memperjelas
definisi tersebut dengan menambahkan bahwa tes kunci untuk menentukan apakah telah
terjadi pelecehan seks adalah apakah komentar atau perilaku di suatu lingkungan kerja
umumnya akan dianggap, dan memang dipandang tak menyenangkan ataupun merendahkan.
Pada umumnya organisasi telah membuat kemajuan besar kearah pembatasan bentuk-bentuk
pelecehan seks terbuka selama dasawarsa silam. Hal Ini mencangkup sentuhan fisik yang
tidak diinginkan, permintaan kencan yang berulang sementara orang yang diajak jelas-jelas
tidak berminat, dan ancaman disertai kekerasan bahwa seseorang akan kehilangan pekerjaan
bila ia menolak ajakan berhubungan seks
1. Pastikan adanya sebuah kebijakan yang sangat tepat mendefinisikan hal-hal yang
merupakan pelecehan seksual, yang memberi tahu karyawan bahwa mereka dapat dipecat
karena melakukan pelecehan seksual semacam itu kepada karyawan lain, dan yang
menetapkan prosedur untuk menyampaikan keluhan.
2. Yakinkanlah karyawan bahwa mereka tidak akan menghadapi balasan jika mereka
menyampaikan keluhan mereka.
3. Selidikilah setiap keluhan dan ikut sertakan divisi legal dan sumber daya manusia
perusahaan.
5. Adakan seminar internal untuk bisa membangkitkan kesadaran karyawan akan isi-isu seputar
pelecehan seksual dan pelecehan.
Kemunculan suatu politik dalam organisasi juga dikaitkan dengan adanya perilaku
politik di kalangan anggota organisasi. Perilaku tersebut yang membuka ruang yang besar
bagi individu dalam organisasi untuk melibatkan diri dalam politik. Eran Vigoda-Gadot telah
merinci 6 dimensi perilaku politik di diri individu yang mendorong munculnya kegiatan
politik, yaitu:
3. Kepuasan Kerja. Semakin puas seorang karyawan, maka semakin ia percaya pada
organisasi berikut seluruh proses di dalamnya sehingga keterasingannya dari pekerjaan
jauh berkurang. Kepuasan yang ia dapatkan di pekerjaan membentuk kepentingannya
sendiri yaitu memelihara status quo. Jika kepuasannya kurang maka itu akan membawa
individu bertindak dalam rangka mempengaruhi pihak lain untuk mengubah keputusan-
keputusan di dalam organisasi.
4. Status dan Prestise Pekerjaan. Status dan prestise pekerjaan berhubungan dengan
opini politik. Semakin besar keinginan untuk mengekspresikan opini, protes, dan secara
aktif mengutarakan ide-ide yang ia sukai. Tatkala pekerja punya status dan prestise
profesional yang tinggi, maka ia juga akan menuntut aset-aset yang butuh dukungan dan
perlindungan. Ia tidak hanya mengupayakan perubahan besar atas lingkungannya dan
menggunakan keahlian politiknya yang tinggi guna memelihara aset-aset pribadinya.
5. Hubungan Kerja. Hubungan yang dekat di antara satu individu dengan individu
lainnya di lokasi kerja akan membawa pada merembeskan pandangan satu sama lain di
dalam organisasi, di mana terjadi adaptasi persepsi, sikap dan perilaku politik mereka.
6. Unionisasi. Serikat pekerja akan memutar gagasan dan ide, perilaku dan kebiasaan
politik dari tingkat lingkungan kerja hingga sistem politik nasional dan vice versa
(demikian sebaliknya). Orang yang cenderung terlibat dan aktif dalam komite pekerja
pada umumnya mahir pula dalam berpolitik.
Setiap aktor termasuk manajer akan menggunakan taktik dan strategi untuk mempengaruhi
aktor lain dengan menggunakan sumber kekuasaan yang dimiliki. Secara deskriptif, beberapa
taktik yang dipakai oleh para aktor adalah sebagai berikut:
a) Membentuk koalisi dengan pihak yang lain untuk meningkatkan dukungan dan
sumber daya.
b) Menciptakan suasana (seremoni dan simbol) untuk membentuk suatu persepsi dan
perilaku orang-orang sesuai dengan peran dan fungsinya
c) Mentransformasikan kepentingan kita menjadi kepentingan pihak lain dengan
mengubah persepsi dan tindakan pihak lain
d) Memperluas jumlah pemain yang terlibat dalam suatu isu yang menjadi kepentingan
kita untuk mendapatkan perhatian yang lebih luas
e) Melakukan negosiasi dan tawar-menawar dengan pihak lain yang bersinggungan
dengan kepentingan kita untuk mendapatkan kompromi
Pembahasan suatu politik organisasi tidaklah lengkap tanpa berbicara tentang etika
berpolitik dalam organisasi. Pertimbangan etis haruslah merupakan suatu kriteria pengontrol
dalam perilaku politik untuk mempengaruhi pihak tertentu. Etik merupakan standar moral
apakah suatu perilaku baik atau buruk menurut norma masyarakat. Perilaku politik yang etis
adalah suatu perilaku yang bermanfaat untuk individu dan organisasi, sedangkan perilaku
politik yang tidak etis adalah perilaku yang bermanfaat untuk individu tetapi melukai
organisasi.
Setidaknya ada terdapat tiga kriteria untuk menilai apakah cara kita bertindak etis atau
tidak etis yaitu prinsip utilitarianisme, hak dan keadilan. Prinsip utilitarianisme mengajarkan
bahwa keputusan yang telah kita ambil haruslah ’memberikan manfaat terbesar untuk jumlah
orang terbesar’. Pandangan demikian menekankan pada kinerja kelompok (kinerjaorganisasi).
Dengan kata lain, suatu pengambilan keputusan adalah dalam rangka efisiensi dan
produktivitas organisasi, bukan untuk mengambil keuntungan sepihak. Prinsip ’hak’
menekankan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapat
dan berbicara,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekuasaan formal biasanya didasarkan pada posisis seorang individu dalam sebuah
organisasi. Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan diri sendiri untuk memaksa atau
memberi imabalan, atau dari wewenang formal. Sedangkan kekuasaan pribadi merupakan
kekuasaan yang berasal dari karakteristik individual mereka yang unik terdapat dua basis
kekuatan Pribadi, yaitu kekuasaan karena keahlian dan juga kekuasaan rujukan.
Perilaku Politik merupakan kegiatan yang tidak hanya dipandang sebagai bagian dari
peran formal seseorang didalam organisasi, tetapi yang memengaruhi, atau berusaha
memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. Serta terdapat faktor-
faktor yang berpengaruh atau berkontribusi terhadap perilaku politik yaitu faktor individu dan
faktor organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2013/03/definisi-politik-organisasi.html
http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kekuasaan-dan-politik-dalam-organisasi.html