Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rizki Kurnia

Npm : 1910015410011

Kelas : TEK 4B

Proses konstruksi adalah subjek yang di pengaruhi oleh variabel yang banyak dan faktor-faktor tak
terduga.Umumnya pihak-pihak yang terlibat dalam konstruksi adalah
kontraktor,pemilik,arsitek,konsultan,buruh,asuransi,agen peminjam, suplier material dan lainnya, berubah
dari satu pekerjaan kepekerjaan lain.Industri konstruksi unik bila dibandingkan dengan industri lain.
Komunikasi dalam proyek merupakan salah satu faktor yang perlu dapat perhatian

Dalam suatu proyek konstruksi faktor yang terpenting demi lancarnya suatu pekerjaan selain sumber daya
manusia yaitu komunikasi antar pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi antara lain konsultan
dengan kontraktor (Hapsari et al, 2018)

Kegagalan Dalam Komunikasi Menurut Annual State of Employee Communication and Engagement
Study (2019) masalah yang terjadi pada karyawan konstruksi di U.S. antara lain: 80 persen merasa stres
karena komunikasi yang tidak efisien dalam perusahaan mereka. 36 persen tidak tahu di mana
menemukan informasi yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. 63 persen siap
untuk berhenti karena mereka frustrasi dengan cara perusahaan mereka berkomunikasi.

Triple C dapat mengurangi kesenjangan antara ide dan praktik karena secara eksplisit mengumpulkan
informasi tentang aspek-aspek penting dari suatu proyek dalam hal pertanyaan berikut (5W1H).

Permasalahan yang Membutuhkan Triple C Sebagai Solusi seperti

• Apa tujuan dari proyek ini?

• Siapa yang bertanggung jawab atas proyek ini?

• Mengapa proyek ini dibutuhkan?

• Di mana lokasi proyek?

• Kapan proyek akan dilaksanakan?

• Bagaimana proyek berkontribusi pada peningkatan peluang bagi organ Permasalahan yang Sering
Terjadi

• Konflik dalam permintaan dan penawaran; kebutuhan dan pasokan (Hoezen et al, 2006).
• Disini banyak profesi yang berbeda; keterampilan multidisiplin mereka membatasi ruang lingkup
kerjasama di antara mereka (Cheng et al,2001).

Mekanisme Komunikasi Dalam Konstruksi

• Semua pihak yang terlibat menandatangani dan mencantumkan beberapa tujuan yang ingin
dicapai sebelum penugasan.

• Faktor langsung adalah yang berhubungan dengan kinerja proyek (seperti biaya, kualitas, waktu),
faktor tidak langsung adalah yang tidak berwujud (seperti rasa saling percaya, visi bersama,
peningkatan berkelanjutan)

Dalam proses kontruksi jenis komunikasi yang dipakai dalam jurnal ini berbentuk tertulis, dalam laporan
kemudian komunikasi secara sensual dilapangan karna menggunakan ke 5 indra, penglihatan, penciuman,
sentuhan, rasa, pendengaran, kemudian jenis kerja sama yang dipakai dalam proses kontruksi salah satu
nya profesional karna semua pihak mempunyai tanggung jawab dan pekerjaan masing-masing kemudian
dari segi kerja sama sosial dalam artian nya sebagai makhluk sosial tidak mampu hidup sendiri. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan kontruksi membutuhkan semua pihak yang terkait

Koordinasi yang dipakai ialah teaming serta pengawasan dan kemitraan yang dijelaskan sebagaimana
bahwa teaming bekerja dalam bentuk team. Kemudian pengawasan dilaksanakan oleh pengawas demi
kelancaran proses kontruksi. Kemitraan berfungsi sebagaimana pihak owner menjalin mitra dengan
pihak-pihak terkait.

Dari hasil riset terbaru salah satu kunci sukses untuk kesuksesan proyek adalah komunikasi yang efektif.
Kurangnya komunikasi dengan baik secara signifikan memberikan pengaruh yang negatif pada kualitas
koordinasi kerja.Komunikasi yang jelek merupakan sumber konflik yang sering terjadi antar pribadi.
Untuk menyimpulkan bahwa salah satu kekuatan yang paling menghambat suksesnya kinerja kelompok
adalah kurangnya komunikasi yang efektif.

Gap yang Sering Terjadi Dalam Kegiatan Konstruksi

• Gap antara pemilik dengan konsultan, yaitu perbedaan apa yang diinginkan oleh pemilik dengan
apa yang digambar oleh konsultan.

• Gap antara konsultan dengan kontraktor, yaitu perbedaan antara apa yang digambar konsultan
(arsitek) dengan apa yang dipikirkan oleh kontraktor.

• Gap antara kontraktor dengan sub kontraktor, yaitu perbedaan antara apayang di pikirkan
kontraktor berbeda dengan yang dipikirkan sub kontraktor.

• Gap antara subkontraktor dengan pekerja lapangan (mandor dan tukang),yaitu perbedaan apa

yang dipikirkan sub kontraktor dengan yang dilaksanakan di lapangan.


Jenis-jenis Teori Komunikasi

• Kelompok Teori Umum

1. Teori Fungsional dan Struktural

2. Teori Behavioral dan Kognitif

3. Teori Konvensional dan Interaksional

4. Teori Kritis dan Interpretif

Teori Fungsional dan Struktural

• Adanya kepercayaan atau pandangan tentang berfungsinya secara nyata struktur yang berada diluar diri
pengamat.

• Seorang pengamat adalah bagian dari struktur, oleh karena itu cara pandangnya juga akan dipengaruhi
oleh struktur yang berada diluar dirinya.

Teori Behavioral dan Kognitif

• Memusatkan pengkajian pada diri manusia secara individual.

• Mengutamakan analisis variabel.

• Komunikasi dianggap sebagai manifestasi dari tingkah laku dan proses berfikir.

Teori Konvensional dan Interaksional

• Kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah
kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbul- simbol.

• Komunikasi dianggap sebagai alat perekat masyarakat dan melihat struktur sosial sebagai produk dan
dari interaksi.

Teori Kritis dan Interpretatif

• Pendekatan dalam peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individual.

• Makna (meaning) merupakan konsep kunci pada teori ini.


• Pendekatan teori interpretatif cenderung menghindari sifat-sifat preskriptif dan keputusan- keputusan
absolut tentang fenomena yang diamati, sementara teori-teori kritis cenderung menggunakan keputusan-
keputusan yang absolut, preskriptif, dan juga politis sifatnya.

Media Komunikasi

Media adalah suatu kaedah atau perantara berkomunikasi yang berhubungan antara satu sama lain
seperti menggunakan kabar, berita dan gambar untuk menyebarkan maklumat dan pandangan. Dalam
proses pengajaran dan pembelajaran, ia merupakan perantaraan yang menghubungkan maklumat dan
tujuan pengajaran guru dengan penerima yaitu pelajar yang akan memproses perantaraan itu, dan jika
sesuai dapat diterima oleh pelajar dengan berkesan (Badusah dkk, 2000).

Fungsi Media Komunikasi

• Marshall Mc Luhan: Efektivitas, efisiensi, konkrit, motivatif.

• Burgon dan Huffner: Efisiensi penyebaran informasi, memperkuat eksistensi informasi, menghibur, dan
control social.

Bentuk Media Komunikasi

• Media Cetak: Buku, majalah, surat kabar, brosur.

• Media Visual: Gambar dan foto.

• Media Audio: Radio dan tape recorder.

• Media Audio Visual : televisi.

Prinsip Media Komunikasi

1. Mengetahui dengan jelas untuk apa memilih media tersebut.

2. Tidak didasarkan atas kesenangan pribadi.

3. Menyadari bahwa tiap media memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dapat dikatakan tidak
semua media dapat dipakai untuk semua tujuan.

4. Media yang dipilih disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.

5. Pemakai harus memahami ciri-ciri media sehingga antara media dengan metode yang digunakan
sesuai.

6. Pemilihan media disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

7. Pemilihan media juga didasarkan atas tingkat kemampuan sasaran.


Tujuan Media Komunikasi

1. Menciptakan iklim bagi penerimaan dan perubahan nilai, sikap dan perilaku kesehatan.

2. Mengajarkan keterampilan mendengarkan, membaca, menulis hal-hal yang berkaitan dengan


kesehatan, dan lain-lain.

3. Pengganda sumber daya pengetahuan, kenikmatan dan anjuran tindakan kesehatan.

4. Membantu pengalaman baru terhadap perilaku hidup sehat dari statis ke dinamis.

5. Meningkatkan aspirasi di bidang kesehatan.

6. Menciptakan rasa kebanggaan/kesetiaan terhadap produk dan lain-lain.

Contoh Jurnal tentang kesalahan komunikasi dalam kontruksi

Gagalnya Proyek Pembangunan Karena Proses Komunikasi Yang Salah

Melihat Provinsi Sumatera Barat, khususnya Kota Padang, yang saat ini bergiat untuk tidak berhenti
membangun menimbulkan pertanyaan besar karena hasilnya belum memuaskan. Hasil berbagai proyek
jalan hingga terminal dalam rangka perbaikan pembangunan di Negari Minangkabau ini seakan berhenti
pada hitungan angka tetapi tidak terlihat jelas pada perubahan nasib masyarakat. Ditambah lagi dengan
banyaknya konflik yang muncul dari berbagai pembangunan itu, mulai dari antar golongan, hingga status
ekonomi.

Hal ini menjadi salah satu indikator gagalnya pembangunan di Sumatera Barat, khususnya Kota Padang.
Padahal berbagai proyek pembangunan yang ber-miliaran rupiah itu harusnya dilakukan dengan rencana
yang juga perlu ada upaya perubahan, bukan hanya bersifat sistemik tetapi juga dibarengi dengan
perubahan paradigmatik untuk memberikan arah yang lebih tepat pada pembangunan.

Dalam tataran teoritis, perubahan paradigma pembangunan tentunya berdampak membawa ‘pencerahan’
bagi perspektif pembangunan di Kota Padang sendiri sebagai Ibukota dan pusat dari berbagai segala
pelayanan, dimana kebutuhan masing-masing kelompok memerlukan sentuhan berbeda.

Berbagai permasalahan, baik dalam tataran struktural maupun individu, muncul dan mempengaruhi
proses pembangunan proyek yang bernilai bagi masyarakat Padang tersebut.

Hal ini disebabkan kurang siapnya infrastruktur birokrasi dan minimnya sumber daya memadai sebagai
pelaku aktif dalam proses pembangunan. Lihat saja beberapa proyek pembanguan yang bertahun-tahun
kebelakang hingga saat ini belum tuntas pengerjaannya, namun justru menimbulkan konflik dalam
masyarakat.

Proyek Pembangunan Jalan By-pass dua jalur yang dalam Rencana Induk Kota Padang ini, merupakan
proyek-proyek yang paling diprioritaskan oleh Pemerintahan pusat, yang berada di Kota Padang yang
menghubungkan dua gerbang utama Provinsi Sumatera Barat ini yaitu Bandar Udara Internasional
Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur, hingga hari ini masih belum bisa dikerjakan diakibatkan masih
adanya beberapa titik wilayah yang belum selesai pembebasan lahannya.

Pembangunan lainnya yang bisa dikatakan jauh dari fungsi meskipun sudah dibangun dengan baik adalah
terminal Bingkuang di kawasan Aia Pacah. Namun entah karena apa terminal tersebut akhirnya tidak
berfungsi seperti harapan yang diinginkan Pemerintah Kota.

Pembangunan-pembangunan yang belum selesai dan gagal fungsi yang penulis contohkan diatas hanyalah
sebagian dari proyek pembangunan yang gagal di Kota ini, namun coba llihatlah ke berbagai pelosok
kabupaten kota lainnya di negeri ini, banyak proyek pembangunan yang terbengkalai bahkan juga
dikatakan gagal dalam pembangunan dan manfaatnya bagi kemaslahatan hidup.

Apa yang menjadi kegagalan dari semua itu? apakah karena pemimpinnya? ataukah karena kegagalan
masyarakatnya? bukannya untuk mewujudkan sebuah pembangunan yang baik dalam sebuah komunikasi
dikatakan semua orang harus saling bersinergi. Pemerintah, Masyarakat, Media dan berbagai stakeholder
juga harus menyatu mendukung sebuah pembangunan di negeri ini.

Dari berbagai kasus Pembangunan yang gagal yang penulis amati tidak hanya di Kota Padang saja
rupanya terjadi, seperti di beberapa tempat lainnya misalnya di Jakarta, Proyek percepatan kereta ringan
Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi yang mangkrak, di Jawa Timur beberapa proyek "Multiyears" juga gagal di
laksanakan.

Kegagalan tersebut mungkin saja tidak sesuai dengan kondisi masyarakat, dimana sumber daya manusia
menjadi salah satu elemen penting dalam kesuksesan sebuah program pembangunan di negeri ini. Begitu
juga dengan desain prosedur program yang justru membebani masyarakat. Hal lainnya juga mungkin
kesalahan ada pada tataran implementasi program yang disebabkan oleh kurang optimalnya proses
komunikasi yang terjadi.

Gagalnya berbagai Pembangunan yang bersifat sentralistis bukan saja memiliki implikasi yang sangat
kompleks, namun juga sulit dilaksanakan secara tepat dan terbukti tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat bawah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Sistem pembangunan yang sentralistis menurut Suparjan dan Suyatno (2003) menyebabkan setidaknya 3
hal terjadi. Pertama, terjadinya Uniformitas dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini mengakibatkan
termarginalisasikan kearifan dan pengetahuan lokal dalam wacana dan praksis pembangunan.

Kedua, campur tangan pemerintah yang terlalu besar mengakibatkan ketergantungan masyarakat kepada
pemerintah. Ketiga, ketimpangan dalam masyarakat akibat ketidakmerataan pembangunan yang memang
jangkauannya terbatas.

Pembangunan nasional yang terjadi di Indonesia telah menghasilkan terbongkarnya basis budaya
kesukuan dan menguatnya stratifikasi sosial akibat masuknya konsepsi pluralisme masyarakat.
Masyarakat majemuk yang terjadi di Indonesia, tidak menghasilkan tatanan kehidupan egaliter dan
demokratis, melainkan sebuah masyarakat yang berpotensi otoriter dan despotis karena corak suku bangsa
yang beraneka ragam, yaitu dari feodalistis, paternalistis, sampai etnosentris (Salim, 2002).
Melihat karakter masyarakat Indonesia, khususnya Padang Provinsi Sumatera Barat, pembangunan yang
bersifat sentralistis justru menjadi salah satu bentuk pembangunan yang gagal di Negeri ini. Untuk
mengatasi keadaan ini kita tidak dapat berhenti pada konsep pemberdayaan pembangunan yang
ditawarkan dalam teori Modernisasi, Namun sebaiknya kita harus terus menggali lebih jauh mengenai
pemberdayaan sebuah pembangunan untuk apa dilakukan dan bagaimana evaluasi kebergunaannya.
Pendekatan multikultural menjadi penting untuk sebuah pembangunan yang lebih efektif dan efisien
melalui pemberdayaan‘sungguh-sungguh’.

Taketani (2008) dalam sebuah riset mengenai Komunikasi Antar Budaya menyebutkan Pembangunan
menggambarkan pentingnya pendekatan interdisipliner untuk membuat model pembangunan yang tepat.
Dan dalam hal ini saya merangkum apa yang disebutkan Takeni tersebut, untuk membuat sebuah
pembangunan menjadi bermanfaat maka setiap orang yang terlibat didalam pembangunan tersebut,
Pertama, harus mengetahui apa sesungguhnya yang disebut dengan Communication for Development
(Komunikasi untuk Pembangunan).

Dalam hal ini komunikasi pembangunan merupakan sebuah proses dialogis, yang dilakukan terutama
melalui komunikasi interpersonal, untuk membentuk sebuah pemahaman yang sama mengenai
pembangunan itu sendiri. Tujuannya adalah semua orang harus merasakan bagaimana membentuk rasa,
‘rasa memiliki’ atas pembangunan yang dijalankan. Kedua, Culture and Development (Kebudayaan dan
Pembangunan), yang lebih menekankan pentingnya pemahaman budaya dalam pembangunan.

Dalam konteks ini, setiap orang dalam hal ini yang terlibat dalam proses komunikasi pembangunan
tersebut harus memahami bagaimana sebuah budaya terjadi dan bukan hanya mengapa sebuah budaya
terjadi.

Selama ini sering orang salah memaknai arti dari sebuah budaya dan pembangunan tersebut sehingga
pada akhirnya mengapa budaya terjadi menjadi batu kesalahan bagi gagalnya sebuah pembangunan dalam
sebuah budaya. hal ketiga adalah Intercultural Communication (Komunikasi antar budaya) dimana di
dalamnya ada beberapa aspek yang harus dipahami.

Pertama, yaitu bagaimana bahasa, baik verbal maupun non verbal sangat bergantung dari konteks dimana
bahasa itu berkembang. Kedua, Perilaku, yang dibedakan menjadi Perilaku tingkat rendah high context
dan low context. Penyesuaian terhadap elemen ini penting untuk merumuskan strategi komunikasi yang
tepat. Ketiga, Communication Style (gaya komunikasi) suatu komunitas juga menjadi hal yang perlu
diperhatikan. Keempat, Monochromic and polychromic time, yaitu asumsi suatu kelompok masyarakat
terhadap waktu. Kelima, simpati dan empati yang juga menjadi dasar dari bagaimana kelompok
memandang orang lain.

Akhirnya salah satu cara yang Penulis prediksi dalam melihat gagalnya sebuah proyek pembangunan di
sebuah daerah adalah karena gagalnya proses komunikasi yang dibangun. Setiap orang yang terlibat
dalam sebuah pembangunan dari kacamata komunikasi perlu mengambil kepekaan dari perspektif
komunikasi antar budaya yangvterdapat pada sebuah daerah. Dengan melihat berbagai pengembangan
riset-riset komunikasi antar budaya, serta mampu memetakan dengan lebih jelas mengenai keadaan
masyarakat di Kota Padang untuk merencanakan sebuah pembangunan, maka setiap orang baik
pemerintah, masyarakat, media dan stakeholder harus saling bersinergi dalam proses komunikasi
pembangunan yang berimplikasi pada perumusan kebijakan yang tepat untuk mendukung pemberdayaan
pembangunan di kota Padang. *Dr. Elva Ronaning Roem, M.Si (Dosen di Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP
Universitas Andalas)

Teamwork Tim adalah sekelompok individu dengan skill yang saling melengkapi dan bekerjasama secara
aktif untuk mencapai tujuan tertentu, dimana mereka memiliki memiliki rasa tanggung tanggung jawab
bersama (Katzenbach & Smith)

Hambatan Komunikasi Efektif

• Penyaringan

• Persepsi Selektif

• Informasi Berlebih

• Emosi

• Bahasa

• Kegelisahan Komunikasi

Masalah Dalam Tim

• Kesombongan dari satu atau beberapa anggota

• Ada anggota yang mendominasi

• Anggota yang enggan berpendapat

• Pencapaian yang terburu-buru

• Saling menjatuhkan anggota

• Anggota yang bermusuhan


Contoh kasus kegagalan komunikasi dalam kontruksi

Kendala Dalam Komunikasi

Kendala yang terjadi yaitu apabila melakukan komunikasi secara tidak langsung menggunakan aplikasi
WhatsApp, kadang informasi itu tidak terbaca atau termonitor oleh pihak yang bersangkutan. Hal ini
menjadimasalah ketika informasi yang dibutuhkan tersebut memiliki tingkat urgensi yang tinggi. Solusi
dari permasalahan ini baiknya dilakukan komunikasi secara langsung untuk memastikan informasi
tersebut dapat diterima dengan baik. Follow-Up dan respon dari pemberi dan penerima informasi
merupakan bagian dari komunikasi yang efektif. Penggunaan metode elektronik dan face to face dalam
pertukaran dokumen memiliki tingkat penggunaan yang sama penting dan sering (Mandicak & Mesaros,
2016).

Anda mungkin juga menyukai