Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LITERASI NUMERASI, KECEMASAN FINANSIAL

(FINANCIAL ANXIETY), INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) DAN UANG SAKU


BULANAN DENGAN LITERASI KEUANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS
BRAWIJAYA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh:

Ardelia Pratista Ariandani


155020107111002

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Analisis Hubungan antara Literasi Numerasi, Kecemasan Finansial, Indeks Prestasi Kumulatif dan
Uang Saku Bulanan dengan Literasi Keuangan Mahasiswa Universitas Brawijaya
Ardelia Pratista Ariandani
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
ardeliap@outlook.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara literasi numerasi,
kecemasan finansial, IPK maupun uang saku bulanan mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang dengan
tingkat literasi keuangan yang ia miliki. Literasi numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan individu
untuk mengolah maupun mencerna informasi numerik. Kecemasan finansial merupakan sindrom
psikososial yang dikaitkan dengan buruknya emotional attitude seorang individu saat dihadapkan dengan
hal-hal yang menyangkut keuangan. Indeks prestasi kumulatif atau IPK merupakan satuan yang digunakan
untuk menggambarkan performa mahasiswa dalam kegiatan akademis. Uang saku bulanan merupakan
jumlah uang yang diterima dan dialokasikan oleh mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan sehar-hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hanya literasi numerasi yang memiliki hubungan signifikan dengan literasi
keuangan responden. Hal ini berakar pada eratnya hubungan antara kemampuan numerik seorang
individu dengan bagaimana ia mengaplikasikan ilmu tersebut untuk membuat keputusan keuangan yang
paling baik, yaitu merupakan tujuan dari literasi keuangan itu sendiri. Penelitian ini menggunakan uji chi-
square untuk meneliti hubungan dari masing-masing variabel baris dan variabel kolom.

Kata kunci: literasi keuangan, literasi numerasi, kecemasan finansial, IPK, uang saku bulanan, chi-square

A. PENDAHULUAN
Secara garis besar, setiap negara memiliki ide dan mimpi yang sama, yaitu untuk memberikan
kesejahteraan bagi warga negaranya. Konsep dari kesejahteraan itu sendiri bukanlah hal yang yang
awam maupun sulit untuk dipahami. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesejahteraan
berasal dari kata sejahtera, yang berarti aman sentosa dan makmur, serta terlepas dari segala macam
gangguan. Dalam konteks perekonomian suatu negara, kesejahteraan memainkan peran yang penting
dalam menentukan kualitas hidup warga negara dari negara terkait.
Dalam Legatum Prosperity Index, terdapat sembilan buah pilar yang menjunjung kesejahteraan
sebuah negara. Sembilan pilar tersebut adalah lingkungan bisnis (business environment), pemerintahan
(the governance), kebebasan individu (personal freedom), modal sosial (social capital), keselamatan
dan keamanan (safety and security), pendidikan (education), kesehatan (health), lingkungan alam
(natural environment) serta kualitas ekonomi (economic quality). Masing-masing dari ke-sembilan pilar
tersebut memiliki indikator tersendiri.
Indikator yang memiliki hubungan erat dengan penelitian ini merupakan indikator economic
quality, atau kualitas ekonomi. Dalam pilar kualitas ekonomi, negara-negara di seluruh dunia diurutkan
dalam sebuah ranking menurut standar dari biaya hidup yang dibutuhkan di negara tersebut, kebijakan
anti monopoli, tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat kompetisi dalam perdagangan, keterbukaan
dalam perdagangan serta inklusi ekonomi (Legatum Institute, 2018).
Mengacu kepada Legatum Prosperity Index, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
memajukan kesejahteraan ekonomi suatu negara adalah dengan meningkatkan inklusi keuangannya.
Menurut World Bank, inklusi keuangan dapat diartikan sebagai akses yang diberikan kepada individu
dan bisnis-bisnis terhadap produk dan jasa keuangan yang mereka butuhkan, mulai dari transaksi,
pembayaran, tabungan, kredit sampai dengan asuransi, yang disediakan secara bertanggungjawab dan
berkelanjutan. Akses tersebut disediakan untuk masyarakat tersebut diharapkan dapat membantu

1
masyarakat dan bisnis-bisnis dalam memperoleh banyak hal, mulai dari bantuan sehari-hari sampai
dengan kebutuhan dalam keadaan darurat.
Namun, terlepas dari banyaknya manfaat yang dibawa oleh inklusi keuangan, perlu dipahami
bahwa inklusi keuangan tidak akan berjalan dengan sempurna tanpa didukung oleh literasi keuangan.
Mengacu pada sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2018, ditemukan hubungan yang positif
dan signifikan antara tingkat literasi keuangan dengan tingkat inklusi keuangan (Grohmann et al., 2018).
Pertumbuhan inklusi keuangan yang terlalu cepat dan pesat juga dapat menimbulkan
permasalahan tersendiri. Penemuan terbaru menunjukkan bahwa dalam arena mikro, banyak individu
yang berasal dari golongan ekonomi di bawah yang melakukan pinjaman uang yang pada akhirnya tidak
dapat mereka lunasi (Ramachandran, 2011). Hal ini mendukung pentingnya bagi inklusi keuangan untuk
tumbuh dan berkembang disertai dengan pemahaman masyarakat, sebagai penerima dari manfaat inklusi
keuangan itu sendiri, terhadap produk dan jasa keuangan. Pemahaman terhadap produk dan jasa
keuangan tersebut juga lebih umum dikenal sebagai literasi keuangan.
Usaha untuk mendefinisikan literasi keuangan merupakan hal yang rumit, bahkan banyak ahli
keuangan yang sejak lama mengalami perseteruan dalam mendefinisikan konsep ini (Kimiyaghalam dan
Safari, 2015). Jika dilihat dari arti kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi memiliki arti
yaitu kemampuan untuk menulis dan membaca. Mengacu pada sumber yang sama, keuangan dapat
diartikan sebagai seluk beluk uang maupun keadaan uang. Hasil dari usaha ahli-ahli ekonomi dalam
mengartikan konsep literasi keuangan itu sendiri-pun tidak jauh-jauh dari arti per kata tersebut. Selain
itu, literasi keuangan atau financial literacy dapat diartikan sebagai pengetahuan atau kemampuan dalam
mengelola keuangan pribadi yang disertai dengan pemahaman keuangan mengenai tabungan, asuransi
serta investasi (Chen dan Volpe, 1998).
Kemampuan literasi keuangan seseorang pun dipengaruhi oleh banyak faktor, yang mana
merupakan topik yang tidak kalah menarik untuk diteliti. Sampai saat ini, banyak peneliti yang mencoba
untuk mengaitkan kemampuan literasi keuangan seseorang dengan variabel yang bervariasi. Di
Indonesia, penelitian yang berhubungan dengan tingkat literasi keuangan baik dalam skala kecil maupun
besar masih bersifat sangat langka. Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang
dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2016, indeks literasi keuangan Indonesia pada
tahun 2016 mencapai angka 29,66%, yang mana 7,82% lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013,
yaitu 21,84%. Angka tersebut merupakan rata-rata dari 34 provinsi di seluruh Indonesia (OJK, 2016).
Dalam penelitian ini, akan diteliti hubungan antara empat buah variabel dan satu buah variabel,
yang salah satunya adalah literasi keuangan. Variabel-variabel lain dalam penelitian ini adalah literasi
numerasi, kecemasan finansial, indeks prestasi kumulatif (IPK) dan juga uang saku bulanan. Tiga dari
keempat variabel independen tersebut (literasi numerasi, kecemasan finansial dan IPK) sudah terlebih
dahulu diteliti hubungannya dengan literasi keuangan, dengan hasil seperti yang akan dijelaskan dalam
sub bab penelitian terdahulu. Masing-masing dari variabel di atas memiliki keterkaitan logis tersendiri
dengan literasi keuangan.
Penelitian ini akan berfokus pada bagaimana hubungan yang dimiliki oleh literasi numerasi,
kecemasan finansial, fakultas, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) maupun uang saku bulanan mahasiswa
dengan literasi keuangan mahasiswa di Universitas Brawijaya, Malang, dengan harapan hasil yang
dibawa oleh penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat, baik internal Universitas
Brawijaya, Malang maupun eksternal, mengenai literasi keuangan serta hal-hal yang dapat
memengaruhinya.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Literasi Keuangan
Organisation for Economic Co-operation and Development, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan OECD dalam terbitannya yang berjudul Measuring Financial Literacy: Questionnaire and
Guidance Notes for Conducting an Internationally Comparable Survey of Financial Literacy

2
mengartikan literasi keuangan sebagai kombinasi dari kesadaran, pengetahuan, skill, sikap dan perilaku
yang dibutuhkan dalam membuat keputusan finansial yang baik, yang pada akhirnya bertujuan untuk
membentuk individu yang sehat secara finansial.
Menurut sebuah penelitian yang diakukan oleh Dolores, Manuel, dan José (2018), literasi
keuangan dapat diartikan sebagai pemahaman mendasar mengenai konsep finansial. Dalam penelitian
tersebut, dijelaskan bagaimana kini, literasi keuangan umum dipandang sebagai skill kehidupan yang
penting untuk dimiliki, untuk mempermudah konsumen dalam menemukan perbedaan dari berbagai
produk, jasa dan penyedia dari layanan keuangan itu sendiri agar dapat mengatur keuangannya dengan
baik.
Definisi konseptual literasi keuangan dapat disimpulkan sebagai gabungan dari empat buah
kategori, yaitu: (1) pengetahuan mengenai konsep finansial, (2) kemampuan dalam mengatur keuangan
personal, (3) skill dalam membuat keputusan finansial dan (4) kepercayaan diri dalam membuat rencana
keuangan di masa mendatang (Remund, 2010).
Terlepas dari perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing definisi, dapat
disimpulkan bahwa literasi keuangan merupakan suatu skill yang penting untuk dimiliki oleh setiap
individu pada masa kini. Terdapat banyak penelitian yang mengaitkan tingkat literasi keuangan individu
dengan berbagai hal, mulai dari inklusi keuangan, sampai dengan kemampuan seorang individu dalam
mengelola keuangannya masing-masing.

Consumer Buyer Behavior


Consumer buyer behavior, atau perilaku konsumen, dapat didefinisikan sebagai perilaku
membeli dari seorang konsumen, baik individu maupun rumah tangga yang membeli barang maupun
jasa untuk konsumsi personal. Di dunia ini, terdapat berbagai macam jenis konsumen yang terdiri dari
berbagai karakteristik, mulai dari usia, pendapatan, tingkat pendidikan dan selera. Masing-masing
konsumen tersebut juga melakukan pembelian yang bermacam-macam jenisnya. Namun, terdapat
banyak hal yang dapat memengaruhi keputusan konsumen tersebut. Berikut adalah karakteristik dari
faktor-faktor yang dapat memengaruhi keputusan konsumen terkait, yaitu faktor budaya, faktor sosial,
faktor personal dan faktor psikologis (Kotler dan Armstrong, 2006).
Dalam faktor psikologis, Terdapat empat buah faktor psikologis utama yang dapat memengaruhi
kebiasaan konsumsi seorang individu. Keempat faktor tersebut adalah motivasi, persepsi, pembelajaran,
kepercayaan dan sikap. Masing-masing dari faktor tersebut memiliki peranan yang penting dalam
menentukan perilaku konsumsi seorang konsumen.
Setiap individu memiliki banyak kebutuhan dalam setiap waktu. Namun, kebutuhan tersebut
dapat dijadikan sebuah motif atau motivasi saat kebutuhan tersebut memiliki intensitas yang semakin
meningkat. Disaat kebutuhan tersebut menjadi semakin mendesak, seorang individu akan terdorong
untuk melakukan apapun yang dapat menghasilkan rasa puas, contohnya konsumsi atau pembelian.
Motivasi akan memberikan dorongan bagi seorang individu untuk bertindak. Namun,
bagaimana individu tersebut menjalankan tindakannya didasari oleh persepsinya akan situasi tersebut.
Persepsi merupakan sebuah proses yang dilalui oleh seorang individu yang meliputi pemilihan,
pengorganisiran dan penginterpretasian sebuah informasi untuk membentuk suatu gambaran yang
memiliki arti tersendiri.
Setelah seorang individu bertindak, mereka akan belajar dari hasil tindakan tersebut.
Pembelajaran menggambarkan perubahan dari sikap seorang individu saat individu tersebut sudah
melalui pengalaman tertentu. Sebagai contoh, saat seorang individu menggunakan sebuah barang atau
jasa dari merk tertentu dan memiliki pengalaman yang baik akan penggunaan tersebut, individu tersebut
nantinya akan terdorong untuk terus menggunakan barang atau jasa dari merk tersebut.
Setelah bertindak dan belajar dari tindakan tersebut, seorang individu akan melahirkan
kepercayaan dan sikap. Kepercayaan dan sikap seorang individu tersebut akan memengaruhi bagaimana
seorang individu dapat berperilaku. Kepercayaan dapat didefinisikan sebagai pikiran deskriptif yang
dimiliki oleh seorang individu mengenai suatu hal. Kepercayaan tersebut dapat didasari oleh
pengetahuan, opini maupun keimanan seorang individu. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan dan

3
kecenderungan seorang individu yang bersifat konsisten terhadap sebuah obyek maupun ide. Baik
kepercayaan maupun sikap juga memiliki peranan penting dalam menyusun perilaku konsumsi seorang
individu.

Teori Pilihan Rasional


Teori pilihan rasional merupakan teori mikroekonomi yang mempelajari tentang pengambilan
keputusan seorang individu yang didasari oleh perhitungan yang rasional maupun informasi yang
tersedia. Dalam teori ini, terdapat beberapa hal yang dapat mengaruhi pilihan tersebut, mulai dari
pendapatan seorang individu sampai dengan harga dari produk yang diinginkan oleh seorang individu.
Salah satu hal yang dapat mempengaruhi pilihan konsumsi seorang konsumen adalah adanya
perubahan pada pendapatan yang ia terima. Perubahan dari jumlah pendapatan yang diterima oleh
seorang individu dapat merubah bagaimana ia mengalokasikan pendapatan tersebut, di mana semakin
tinggi jumlah uang yang ia terima, maka semakin tinggi pula jumlah uang yang dapat ia keluarkan untuk
memenuhi kebutuhannya. Sebaliknya, semakin rendah jumlah uang yang ia terima, maka semakin
rendah pula jumlah uang yang dapat ia gunakan untuk memenuhi kebutuhannya (Frank, 2010).
Namun, salah satu kelemahan dari teori ini adalah fakta bahwa manusia, sebagai makhluk
ekonomi, tidak selalu berperilaku rasional. Salah satu bukti dari ketidakrasionalan seorang individu
datang dari gagasan Richard Thaler, yaitu mental accounting. Dalam gagasan tersebut, dikatakan bahwa
seorang individu dapat memberikan nilai yang lebih pada sejumlah uang tertentu dibandingkan dengan
sejumlah uang lainnya, walaupun mereka memiliki nilai riil yang sama. Sebagai contoh, seorang
individu bersedia untuk berjalan ke toko lain yang menawarkan potongan harga sebesar Rp10.000 untuk
barang seharga Rp20.000, namun mereka tidak bersedia untuk berjalan ke took lain untuk mendapatkan
potongan harga sebesar Rp10.000 untuk barang seharga Rp1.000.000. Hal ini menggambarkan bahwa
walaupun jumlah potongan harga yang ditawarkan sama, belum tentu seorang individu menilainya sama.

Literasi Numerasi
Menurut Oxford English Dictionary, salah satu penggunaan awal dari kata numeracy juga dapat
ditemukan dalam sebuah artikel terbitan Economist pada tahun 1966. Dalam artikel tersebut, dijelaskan
bahwa kebutuhan akan numerasi pada masa kini sangatlah besar. Kebutuhan akan numerasi juga
semakin ditekankan saat memasuki tahun 1970-an. Pada tahun 1978, seorang guru matematika bernama
Sir Wilfred Cockcroft yang berasal dari University of Hull diberikan tugas oleh pemerintah Inggris
untuk membuat riset mengenai pengajaran matematika di sekolah-sekolah di Inggris dan Wales. Hasil
dari penelitiannya menunjukkan bahwa banyak orang dewasa di Inggris yang memiliki kesulitan dalam
situasi sehari-hari yang melibatkan matematika, seperti menghitung kembalian di toko sampai
menentukan biaya bahan bakar untuk mobilnya masing-masing ((Cockroft (1982) dalam Kus, 2018).
Seiring dengan perkembangan pendidikan dan teknologi dari tahun ke tahun yang ikut
menunjang pendidikan, konsep numerasi tidak lagi berpaku sekedar pada kemampuan berhitung
individu. Sama halnya seperti literasi keuangan, baik pemerintah maupun masyarakat semakin
menyadari akan pentingnya peran literasi numerasi di kehidupan sehari-hari.
Sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran dan tingkat literasi numerasi itu sendiri,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menerbitkan materi pendukung literasi
numerasi yang berjudul gerakan Literasi Nasional.
Dalam terbitan tersebut, literasi numerasi didefinisikan sebagai pengetahuan dan kecakapan
dalam dua hal, yaitu 1) menggunakan berbagai macam angka serta simbol yang berhubungan dengan
matematika dasar yang nantinya dapat diimplementasikan dalam pemecahan masalah praktis dalam
berbagai konteks kehidupan sehari-hari, serta 2) menganalisis informasi yang disediakan dalam berbagai
bentuk, mulai dari grafik sampai dengan bagan, dan lalu menjadikan hasil analisis tersebut sebagai alat
untuk mengambil keputusan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2017).

4
Kecemasan Finansial
Sampai tahun 2013, terdapat beberapa kelainan (disorder) finansial yang telah diidentifikasi
oleh peneliti-peneliti dunia. Kelainan-kelainan tersebut adalah financial enabling, kelainan belanja
kompulsif (compulsive buying disorder), penimbunan kompulsif (compulsive hoarding), judi patologis
(pathological gambling), gila kerja (workaholism), ketergantungan finansial (financial dependence),
pengalokasian uang yang ditutup-tutupi dalam hubungan (financial infidelity), serta kegiatan melibatkan
anak di bawah umur dalam urusan keuangan orang tua (financial enmeshment) (Klontz et al., 2012).
Selain kelainan-kelainan yang tercantum di paragraf atas, stress maupun kecemasan finansial
juga dapat dikatakan sebagai aspek dari kesehatan mental finansial seorang individu (Archuleta, Dale,
dan Spann, 2013). Jika dilihat dari artinya, kecemasan finansial dapat didefinisikan sebagai sindrom
psikososial yang dapat digambarkan oleh ketidaknyamanan maupun tidak sehatnya sikap seorang
individu terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan uang maupun atur mengatur keuangan
pribadi secara efektif (Burchell, 2003).
Memiliki kecemasan finansial dapat menghambat kegiatan sehari-hari seorang individu, lebih
lagi saat individu tersebut harus melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keuangan. Selain
berpengaruh pada kegiatan sehari-hari individu terkait, kecemasan finansial juga dapat berpengaruh
pada kondisi mental individu tersebut.

C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang mengandalkan penggunaan
kuisioner sebagai metode untuk mengumpulkan data yang kemudian dianalisis dengan prosedur
statistika. Obyek dari penelitian ini merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, dengan
lokasi penelitian di Unviersitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Universitas Brawijaya, Malang pada tahun ajaran 2018 sampai
dengan 2019. Mahasiswa aktif tersebut akan dibagi ke dalam 15 fakultas yang ada di Universitas
Brawijaya, Malang, yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi,
Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan, Fakultas Teknik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Teknologi Pertanian,
Fakultas Ilmo Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas
Ilmu Komputer dan Fakultas Kedokteran Gigi.
Kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas
Brawijaya, Malang yang sedang menempuh strata-1 dan masih berstatus aktif (yaitu belum melewati
yudisium atau masih menjalani proses perkuliahan). Diketahui bahwa terdapat 46838 mahasiswa aktid
yang berada di Universitas Brawijaya, Malang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan
melalui rumus Slovin dengan taraf signifikansi 10%, yang hasilnya menunjukkan bahwa harus ada
minimal 100 orang responden yang terlibat dalam penelitian ini. Hasil akhir dari penelitian ini
melibatkan 115 responden yang tersebar di 15 fakultas di Universitas Brawijaya, Malang.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


• Literasi Keuangan. Mengacu pada tinjauan pustaka dari jurnal dan sumber-sumber lainnya,
literasi keuangan dapat disimpulkan sebagai kemampuan seorang individu dalam (1) memahami
konsep keuangan, (2) kemampuan dalam mengatur keuangan pribadi, (3) Kemampuan dalam
membuat keputusan keuangan dan (4) Kepercayaan diri dalam merencanakan keuangan di masa
mendatang (Remund, 2010). Dalam penelitian ini, literasi keuangan akan diukur
menggunakan kuisioner yang berisikan lima buah pertanyaan mengenai literasi keuangan.
Tiga dari lima pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang disebut sebagai “The Big
Three” of Financial Literacy Questions yang diciptakan oleh Annamaria Lusardi dan
Olivia S. Mitchell. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah digunakan untuk menguji literasi
keuangan di 20 negara (Global Financial Literacy Excellence Center, 2015). Selain ketiga

5
pertanyaan tersebut, akan ditambahkan dua pertanyaan dari Survey Nasional Literasi
Keuangan Indonesia.
• Literasi Numerasi. Literasi numerasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan seorang individu
mengolah konsep dasar numerik, estimasi yang bersifat kuantitatif, probabilitas serta rasio (Peters
et al., 2006). Dalam penelitian ini, literasi numerasi akan diukur menggunakan self
assessment questionnaire yang berisikan empat buah pertanyaan yang berhubungan dengan
kemampuan numerasi responden yang merupakan pengembangan dari Subjective
Numeracy Scale yang diciptakan oleh Fargerlin pada tahun 2007. (McNaughton, Rothman,
Wallston, Cavanaugh, dan Kripalani, 2015). Pertanyaan-pertanyaan tersebut membahas
mengenai kemampuan kognitif maupun prefrensi responden dalam penggunaan informasi
bersifat numerik.
• Kecemasan Finansial. Kecemasan finansial dapat didefinisikan sebagai sindrom psikososial yang
digambarkan oleh ketidaknyamanan maupun tidak sehatnya sikap seorang individu terhadap
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan uang maupun atur mengatur keuangan pribadi secara
efektif (Burchell, 2003). Dalam penelitian ini, kecemasan finansial akan diukur
menggunakan sebuah kuisioner bersifat self-assessment yang berasal dari Financial
Anxiety Scale (Fünfgeld dan Wang, 2009). Kuisioner tersebut berisikan sejumlah
pertanyaan yang membahas tentang pandangan responden mengenai kegiatan yang
berhubungan dengan keuangan.
• Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dapat diartikan sebagai suatu
angka yang melambangkan ukuran prestasi maupun hasil studi mahasiswa yang diperoleh dari
jumlah angka mutu yang lalu dibagi dengan jumlah Satuan Kredit Semester. Umumnya, angka
indeks ini ditunjukkan oleh angka 0 sampai dengan 4 (Meuthia dan Andriani, 2003). Dalam
penelitian ini, IPK akan dibagi ke dalam dua buah skala interval, yaitu 1) ≧3,00 dan 2)
<3,00. Nantinya, skala tersebut akan diterjemahkan ke dalam variabel dummy skala
interval yang berisikan 1 jika IPK ≧3,00 dan 0 jika <3,00 (Krishna, Sari, dan Rofaida,
2010).
• Uang Saku Bulanan Mahasiswa. Mengacu pada tinjauan pustaka yang berasal dari jurnal serta
sumber-sumber lainnya, uang saku dapat diartikan sebagai uang yang diberikan untuk membeli
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan pelajar, seperti makanan, minuman sampai kebutuhan harian
dalam kegiatan perkuliahan (Lermitte dan Merritt, 2004). Dalam penelitian ini, jumlah uang
saku bulanan ditulis langsung oleh responden dalam pertanyaan terbuka yang tertera dalam
kuisioner penelitian.

D. DESKRIPSI RESPONDEN
Penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan antara Literasi Numerasi, Kecemasan
Finansial, IPK dan Uang Saku Bulanan dengan Literasi Keuangan Mahasiswa Universitas
Brawijaya” ini dilakukan di Universitas Brawijaya, salah satu universitas negeri di Indonesia yang
terletak di Kota Malang, Jawa Timur. Universitas Brawijaya memiliki empat buah jenjang
pendidikan, mulai dari diploma, strata-1 (S1), strata-2 (S2) dan strata-3 (S3). Terdapat pula 18
fakultas dan 221 departemen di dalamnya. Untuk jenjang strata-1, Universitas Brawijaya memiliki
15 buah fakultas yang terdiri dari: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu
Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Gigi, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Teknik, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas
Peternakan, Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Masing-masing
fakultas memiliki departemen dan program studinya masing-masing.

6
Mahasiswa aktif jenjang strata-1 di Universitas Brawijaya dibagi ke dalam 3 buah kategori,
yaitu mahasiswa aktif, mahasiswa terdaftar, dan mahasiswa terminal kuliah. Menurut data yang
diperoleh langsung dari Rektorat Universitas Brawijaya, terdapat sejumlah 46.838 mahasiswa aktif,
354 mahasiswa terdaftar, dan 638 mahasiswa terminal strata-1 Universitas Brawijaya, Malang.
Populasi dari penelitian ini merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya, dengan sampel
mahasiswa strata-1 Universitas Brawijaya yang masih berstatus aktif, yaitu mahasiswa yang belum
melalui yudisium atau masih menjalani kegiatan perkuliahan secara umum. Menurut hasil
perhitungan menggunakan rumus Slovin, maka dibutuhkan 100 mahasiswa strata-1 Universitas
Brawijaya sebagai sampel penelitian. Seratus mahasiswa tersebut lalu berasal dari 15 fakultas
strata-1 yang ada di Universitas Brawijaya.

Literasi Keuangan Responden


Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan untuk menguji tingkatan literasi keuangan
mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang adalah melalui lima buah item pertanyaan yang didasari
oleh penelitian terdahulu. Tiga dari lima pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan literasi
keuangan yang diciptakan oleh Lusardi dan Mitchell, yang sudah terlebih dahulu diterjemahkan ke
Bahasa Indonesia, dan lalu dilakukan back translate. Menurut Global Financial Literacy Excellence
Center, ketiga pertanyaan ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan benchmark dalam
mengukur literasi keuangan individu di 20 negara. Ketiga pertanyaan tersebut adalah:
Jika anda memiliki tabungan sebesar Rp100.000 di bank dengan bunga senilai 2% per
tahun, maka berapa nominal uang yang anda miliki setelah 5 tahun?
Jika di tabungan anda terdapat bunga sebesar 1% dan inflasi sebesar 2% per tahun, maka
berapa daya beli uang anda setelah 1 tahun?
Tentukan kebenaran dari pernyataan ini: "Berinvestasi dengan membeli saham dari
berbagai perusahaan akan mengurangi risiko jika dibandingkan dengan membeli saham 1
perusahaan saja."
Dua pertanyaan lainnya, merupakan pertanyaan yang digunakan oleh Otoritas Jasa
Keuangan dalam mengukur literasi keuangan masyarakat Indonesia dalam Survei Nasional Literasi
Keuangan Indonesia pada tahun 2017. Kedua pertanyaan tersebut adalah:
Tentukan kebenaran dari pernyataan berikut: "Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan
meningkatnya biaya hidup."
Jika hari ini anda meminjamkan uang kepada teman anda sebesar Rp10.000 dan teman anda
mengembalikan uang anda sebesar Rp10.000 esok harinya, seberapa besar bunga yang dibayarkan
teman anda atas pinjaman anda?
Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari kelima pertanyaan yang digunakan dalam
penelitian ini (yang merupakan ukuran literasi keuangan mahasiswa Universitas Brawijaya,
Malang) lalu diterjemahkan ke dalam bentuk persen. Di mana, saat responden memiliki satu
jawaban benar, maka ia akan mendapatkan 20%, lalu 40% jika terdapat dua buah jawaban benar,
dan pada akhirnya 100% apabila terdapat lima buah jawaban benar (semua pertanyaan benar).
Semakin banyak jumlah pertanyaan yang dijawab benar oleh responden, maka semakin tinggi pula
literasi keuangan yang dimilikinya.

Rata-rata Literasi Keuangan Responden


Persentase Jawaban Benar Setiap
Pertanyaan Rata-rata Literasi
Fakultas
Keuangan
1 2 3 4 5
FEB 86% 79% 86% 79% 93% 84%
FH 88% 50% 75% 63% 88% 73%
FIA 71% 43% 57% 86% 100% 71%

7
Persentase Jawaban Benar Setiap
Pertanyaan Rata-rata Literasi
Fakultas
Keuangan
1 2 3 4 5
FIB 67% 50% 83% 100% 83% 77%
FILKOM 71% 86% 57% 57% 86% 71%
FISIP 57% 57% 71% 86% 71% 68%
FK 100% 75% 75% 100% 100% 90%
FKG 80% 80% 50% 90% 90% 78%
FKH 50% 75% 75% 50% 100% 70%
FMIPA 63% 63% 63% 88% 100% 75%
FP 78% 11% 89% 78% 89% 69%
FPIK 50% 33% 33% 67% 83% 53%
FPt 83% 67% 83% 83% 100% 83%
FT 82% 55% 73% 82% 100% 78%
FTP 63% 75% 50% 88% 100% 75%
Total 74% 60% 69% 80% 92% 74%

Tabel di atas menjelaskan rata-rata nilai yang didapatkan oleh mahasiswa Universitas
Brawijaya, Malang yang diperoleh dari jumlah jawaban benar yang didapatkan oleh responden per
fakultas, dan diubah ke dalam bentuk persen. Perolehan rata-rata yang paling tinggi diduduki oleh
responden yang berasal dari Fakultas Kedokteran, dengan 90%. Posisi kedua diduduki oleh
responden yang berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dengan rata-rata 84%. Posisi ketiga
diduduki oleh responden yang berasal dari Fakultas Peternakan, dengan nilai 83%.
Penemuan ini sejalan dengan sebuah jurnal yang meneliti literasi keuangan mahasiswa dari
jurusan maupun fakultas kedokteran yang berjudul Personal Financial Literacy Among U.S.
Students yang diterbitkan pada tahun 2017. Pada penelitian tersebut, diketahui bahwa literasi
keuangan yang tinggi pada mahasiswa dari jurusan maupun fakultas kedokteran memiliki
hubungan yang erat dengan sikap keuangan yang baik, seperti menabung maupun perencanaan
keuangan, yang lalu membuat mereka terhindar dari tindakan seperti meminjam uang (Jayakumar
et al., 2017).

Literasi Numerasi Responden


Dalam penelitian ini, literasi numerasi diukur dengan menggunakan empat buah
pernyataan yang dilengkapi dengan skala Likert yang dimodifikasi menjadi 1 sampai dengan 6.
Setiap pernyataan yang tertera dalam kuesioner ini merupakan pernyataan yang diciptakan oleh
Angela Fagerlin, Holly Derry dan Brian Zikmund-Fisher. Pernyataan-pernyataan tersebut sudah
terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, dan di-back translate kembali untuk
meminimalisir perubahan makna. Masing-masing pernyataan diukur menggunakan skala Likert
berjangka 1 sampai dengan 6, di mana 1 adalah “tidak baik sama sekali” dan 6 adalah “amat sangat
baik”. Berikut adalah pernyataan-pernyataan tersebut:
• Sebaik apa Anda dalam mengolah maupun menggunakan pecahan? (contoh:
dalam membagi/menghitung bill setelah makan bersama, dan lain lain).
§ Sebaik apa anda dalam menghitung harga sebuah baju apabila terdapat potongan
harga sebesar 25%?

8
• Seberapa sering anda merasa informasi maupun data berbentuk angka (numerik)
berguna dalam kehidupan sehari-hari?
• Sebaik apa Anda dalam menghitung tip (persenan untuk pelayan, porter dan lain
lain) sebesar 15%?

Keempat pernyataan tersebut digunakan untuk mengukur tingkatan kecemasan finansial


mahasiswa strata-1 Universitas Brawijaya, Malang, di mana, semakin tinggi jumlah angka yang
dipilih oleh responden untuk menyatakan pendapatnya akan pernyataan-pernyataan tersebut,
semakin tinggi pula kecemasan finansialnya.

Rata-rata Tingkat Literasi Numerasi Responden


Rata-rata
Fakultas
Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Pernyataan 4 Total
FEB 4.4 4.1 4.9 3.4 70%
FH 3.5 3.8 4.0 2.9 59%
FIA 4.3 4.7 4.4 3.4 70%
FIB 4.5 3.3 4.7 3.5 67%
FILKOM 4.6 5.0 5.1 3.4 76%
FISIP 3.9 3.6 4.4 3.4 64%
FK 4.8 5.8 5.0 4.5 83%
FKG 4.2 4.8 4.9 3.4 72%
FKH 3.8 5.0 5.0 4.0 74%
FMIPA 4.3 4.5 5.6 3.4 74%
FP 5.1 4.8 4.8 4.3 79%
FPIK 4.3 4.3 5.5 3.8 75%
FPt 4.3 4.7 4.8 3.8 74%
FT 4.5 4.7 4.9 3.8 75%
FTP 3.6 4.4 4.8 3.9 69%
Rata-rata Total 4.3 4.5 4.9 3.7 72%

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden asal Fakultas Kedokteran merupakan


responden dengan tingkat literasi numerasi paling tinggi di Universitas Brawijaya, Malang dengan
skor sebesar 83%. Pada posisi kedua, terdapat responden asal Fakultas Pertanian dengan 79%.
Posisi ketiga ditempati oleh responden asal Fakultas Ilmu Komputer dengan 76%. Fakultas dengan
responden dengan literasi numerasi yang paling rendah adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, dengan 64% dan Fakultas Hukum dengan 59%.

Kecemasan Finansial Responden

Dalam penelitian ini, kecemasan finansial diukur menggunakan empat buah pernyataan
yang dilengkapi dengan skala Likert yang dimodifikasi menjadi 1 sampai dengan 6. Keempat
pernyataan tersebut merupakan pernyataan yang termasuk dalam Financial Anxiety Scale, sebuah
instrument ukur yang diciptakan oleh Brigitte Fünfgeld dan Mei Wang. Pernyataan-pernyataan
tersebut sudah terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, dan di back translate

9
kembali untuk memastikan tidak berubahnya arti di dalam pernyataan tersebut walaupun sudah
melalui proses penerjemahan. Masing-masing pernyataan diukur menggunakan skala Likert
berjangka 1 sampai dengan 6, di mana 1 adalah “tidak setuju sama sekali” dan 6 adalah “amat
sangat setuju”. Berikut adalah keempat pernyataan tersebut:
• Saya merasa kurang yakin ataupun paham dengan istilah-istilah keuangan.
• Saya merasa gelisah saat dihadapi dengan hal-hal yang menyangkut keuangan.
• Saya cenderung menunda dalam membuat keputusan keuangan selama mungkin.
• Setelah membuat keputusan keuangan, saya merasa gelisah apakah keputusan saya
benar atau salah.
Keempat pernyataan tersebut digunakan untuk mengukur tingkatan kecemasan finansial
mahasiswa strata-1 Universitas Brawijaya, Malang, di mana, semakin tinggi jumlah angka yang
dipilih oleh responden, semakin tinggi pula kecemasan finansialnya.

Rata-rata Tingkat Kecemasan Finansial Responden


Rata-rata
Fakultas Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyatan
Total
1 2 3 4
FEB 3.1 4 2.7 3 53,6%
FH 3 2.8 2.6 2.5 45,3%
FIA 3.7 3.3 2.3 3.3 52,4%
FIB 2.3 3.2 2.5 2.3 43,1%
FILKO
3.1 3.3 3.6 2.7 53%
M
FISIP 3.3 3.7 2 2.6 48,2%
FK 4 2.8 2.3 3 50%
FKG 4.1 3.2 3 2.8 54,6%
FKH 3.5 3 3.3 2.8 52,1%
FMIPA 3 3.4 3.8 3.1 55,2%
FP 3.6 4 2.8 2.9 55,1%
FPIK 2.5 3.3 2.8 2.5 46,5%
FPt 3.5 2.7 2.7 2 45,1%
FT 3.6 2.9 3.4 3.2 54,5%
FTP 3.1 3 2.5 3.3 49,5%
Rata-rata
3.3 3.2 2.8 2.8 50,5%
total

Tabel di atas menggambarkan tingkatan kecemasan finansial yang dimiliki oleh mahasiswa
strata-1 Universitas Brawijaya, Malang. Mengingat bahwa terdapat empat buah pernyataan dengan
masing-masing 6 skala yang digunakan untuk mengukurnya, maka jumlah maksimal yang dapat
diperoleh seorang responden adalah 24. Hasil penjumlahan dari angka yang dipilih oleh responden
lalu diterjemahkan ke dalam persenan, dengan terlebih dahulu membaginya dengan skala
maksimal, yaitu 24. Menurut data di tabel atas, responden yang berasal dari Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam memiliki tingkatan kecemasan yang paling tinggi dibandingkan
dengan responden yang berasal dari fakultas-fakultas lain, yaitu 55,2%. Pada posisi kedua, terdapat

10
responden yang berasal dari Fakultas Petanian dengan skor 55,1%. Fakultas Kedokteran Gigi
dengan skor 54,6% menempati posisi ketiga. Fakultas dengan responden yang memiliki tingkat
kecemasan finansial paling rendah adalah Fakultas Ilmu Budaya, dengan skor 43,1%.

Indeks Prestasi Kumulatif Responden

Indeks Prestasi Kumulatif atau yang biasa disebut sebagai IPK dalam penelitian ini
merupakan variabel independen. Dalam penggolongannya, IPK dibagi ke dalam dua buah interval,
yaitu IPK yang berada di kategori >=3,00 dan IPK yang berada di bawah kategori <3.00. Berikut
adalah jumlah responden yang berada di masing-masing kategori:

Indeks Prestasi Kumulatif Responden


Fakultas IPK <3.00 IPK ≧3.00 Total
Fakultas Ekonomi dan Bisnis 1 13 14
Fakultas Hukum 1 7 8
Fakultas Ilmu Administrasi 0 7 7
Fakultas Ilmu Budaya 1 5 6
Fakultas Ilmu Komputer 0 7 7
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 0 7 7
Fakultas Kedokteran 1 3 4
Fakultas Kedokteran Gigi 0 10 10
Fakultas Kedokteran Hewan 0 4 4
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 0 8 8
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 0 9 9
Fakultas Pertanian 0 6 6
Fakultas Peternakan 2 4 6
Fakultas Teknik 1 10 11
Fakultas Teknologi Pertanian 2 6 8
Total 9 106 115

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang mengisi kuesioner penelitian
ini berada pada golongan IPK >=3,00. Terdapat 106 responden dengan IPK kategori >=3,00 dan
hanya 9 responden yang berada pada kategori <3,00. Fakultas dengan responden yang memiliki
IPK<3,00 paling banyak merupakan Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Peternakan. Selain
kedua fakultas tersebut, hanya terdapat lima buah fakultas dengan responden yang memiliki
IPK<3,00. Fakultas-fakultas tersebut meliputi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Hukum,
Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik.

Uang Saku Bulanan Responden


Dalam penelitian ini uang saku bulanan yang diterima oleh responden diminta untuk
dinyatakan dalam bentuk nominal, yang lalu dikelompokkan oleh peneliti dengan menggunakan
rumus bin di Microsoft Excel. Nominal uang saku yang diterima oleh mahasiswa Universitas
Brawijaya, Malang sangatlah bervariasi, mulai dari Rp200.000 sampai dengan Rp5.000.000.
Berikut adalah perolehan uang saku responden yang dikelompokkan ke dalam interval:

11
Uang Saku Bulanan Responden
Kategori Uang Saku
Fakultas Total
Rp200.000 - Rp1.800.000 Rp1.800.001 - Rp3.400.000 >Rp3.400.000
FEB 11 3 0 14
FH 2 6 0 8
FIA 6 1 0 7
FIB 6 0 0 6
FILKOM 4 3 0 7
FISIP 4 2 1 7
FK 0 3 1 4
FKG 6 3 1 10
FKH 4 0 0 4
FMIPA 6 1 1 8
FP 5 4 0 9
FPIK 4 2 0 6
FPt 5 1 0 6
FT 7 4 0 11
FTP 4 4 0 8
Total 74 37 4 115

Seperti yang dijelaskan dalam tabel di atas, uang saku bulanan responden dibagi ke dalam
tiga buah interval, yaitu Rp200.000 – Rp1.800.000, Rp1.800.001-Rp3.400.000 dan terakhir
>Rp3.400.000. Kebanyakan responden memiliki uang saku bulanan di interval paling bawah, dan
hanya sedikit responden yang memiliki uang saku bulanan di interval paling tinggi.

E. HASIL DAN ANALISIS PENGUJIAN

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa jenis pengujian yang digunakan. Terdapat dua buah
uji yang dilakukan untuk mengetahui validitas maupun reliabilitas dari hasil kuisioner yang
diperoleh. Setelah pengujian tersebut, dilakukan uji chi-square untuk mengetahui hubungan dari
variabel literasi numerasi, kecemasan finansial, IPK dan uang saku bulanan terhadap literasi
keuangan mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang.

Uji Validitas
Menurut Hadi (2006), uji validitas merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan sebuah alat ukur untuk mengukur sebuah instrumen ukur, atau yang
biasa disebut akurasi dari alat ukur yang digunakan. Untuk suatu alat ukur dapat dikatakan valid,
hasil uji validitas dari alat ukur tersebut akan menghasilkan hasil yang sama di manapun dan
kapanpun alat ukur itu digunakan. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan
menggunakan SPSS 23. Validitas ditentukan menggunakan ketentuan berikut:
a) Jika rhitung ≧ rtabel, maka instrumen yang digunakan valid
b) Jika rhitung < rtabel, maka instrumen yang digunakan tidak valid

12
Hasil Uji Validitas Literasi Numerasi
Indikator Item Pernyataan Pearson's Correlation r"abel Keterangan
Literasi 1 0,636 0,1528 Valid
Numerasi 2 0,729 0,1528 Valid
3 0,660 0,1528 Valid
4 0,815 0,1528 Valid

Pada instrumen yang digunakan untuk meneliti variabel literasi numerasi, terdapat empat
buah item pernyataan yang diukur menggunakan skala Likert yang dimodifikasi menjadi 1 sampai
dengan 6. Seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas, masing-masing pernyataan yang digunakan
dalam kuesioner penelitian literasi numerasi memiliki Pearson’s Correlation atau rhitung yang
lebih besar dibandingkan dengan rtabel. Hal ini mengindikasikan bahwa instrumen yang digunakan
untuk menguji variabel literasi numerasi bersifat valid.

Hasil Uji Validitas Kecemasan Finansial


Indikator Item Pernyataan Pearson's Correlation r"abel Keterangan
Kecemasan 1 0,450 0,1528 Valid
Finansial 2 0,680 0,1528 Valid
3 0,604 0,1528 Valid
4 0,725 0,1528 Valid

Pada instrumen pengujian kecemasan finansial, terdapat empat buah pernyataan yang
masing-masing diukur menggunakan skala Likert yang dimodifikasi menjadi 1 sampai dengan 6.
Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap item yang digunakan dalam indikator pengujian
kecemasan finansial memiliki nilai Pearson’s Correlation atau rhitung yang lebih besar
dibandingkan dengan rtabelnya. Dengan demikian, instrumen yang digunakan untuk menguji
variabel ini bersifat valid.

Uji Reliabilitas

Fungsi dari uji realibilitas sendiri adalah untuk mengetahui ketetepan dari alat ukur yang
digunakan dalam sebuah penelitian (Hadi, 2006). Satuan yang digunakan dalam mengukur
keandalan pertanyaan dari kuesioner sebuah penelitian dapat disebut sebagai Cronbach’s Alpha.
Sebuah kuisioner dapat dikatakan meiliki reliabilitas yang tinggi apabila nilai Cronbach’s Alpha
nya melebihi angka 0,6. Angka tersebut menentukan apabila sebuah kuesioner bersifat layak untuk
digunakan dalam sebuah penelitian.

Hasil Uji Reliabilitas Literasi Numerasi


Cronbach’s Alpha Jumlah Item
.682 4

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s ɑ yang dimilki oleh
kuesioner bagian literasi numerasi adalah sebesar 0,682. Angka tersebut lebih besar jika
dibandingkan dengan nilai syarat reliabilitas, yaitu 0,60. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pernyataan yang digunakan sebagai instrumen pengukur variabel literasi numerasi dalam
penelitian adalah reliabel dan konsisten.

13
Hasil Uji Reliabilitas Kecemasan Finansial
Cronbach’s Alpha Jumlah Item
.630 4

Jika dilihat di tabel hasil uji reliabilitas kecemasan finansial, instrumen penguji kecemasan
finansial dinilai memiliki Cronbach’s ɑ sebesar 0,63. Angka tersebut juga lebih besar jika
dibandingkan dengan nilai syarat reliabilitas, yaitu 0,60. Dengan dimikian, dapat disimpulkan pula
bahwa alat ukur yang digunakan untuk menguji variabel kecemasan finansial dalam penelitian ini
bersifat reliabel dan konsisten.

Chi-square Test
Uji chi-square atau yang juga dikenal sebagai chi-square test merupakan jenis uji yang
digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel baris dan kolom. Dalam konteks chi-square
test, baris dan kolom merupakan gambaran dari variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian.
Uji chi-square merupakan jenis uji yang merupakan bagian dari statistik non-parametrik. Hal ini
dapat juga diartikan bahwa untuk menggunakan uji chi-square, normalitas, variasi yang rata dan
heteroskedastisitas data bukanlah syarat yang perlu untuk dipenuhi (McHugh, 2013).
Jenis data yang digunakan dalam uji chi-square merupakan data yang berbentuk data
frekuensi, nominal, kategorikal maupun ordinal, yaitu jenis-jenis data kualitatif. Prosedur chi-
square test yang didasari oleh tabel silang atau crosstab berguna untuk menabulasi atau menyusun
suatu variabel dalam bentuk tabel dan lalu menguji hipotesis mengenai apakah frekuensi yang
diobservasi tidak memiliki perbedaan dengan frekuensi yang diharapkan, atau frekuensi teoritis
(Junaidi, 2015).

Hasil Chi-square Test


Untuk menguji hubungan dari variabel-variabel independen dengan variabel dependen
dalam penelitian ini, digunakan uji chi-square. Uji chi-square merupakan jenis uji non-parametrik
yang tidak membutuhkan normalitas data dan tidak perlu memenuhi syarat uji heteroskedastisitas
maupun uji multikolinearitas. Melalui program SPSS, diperoleh satu buah tabel yang
menggambarkan rangkuman dari penggunaan data dari setiap variabel, yaitu tabel case processing
summary, dan dua tabel untuk masing-masing variabel, yaitu tabel crosstabs dan tabel hasil chi-
square test.

Case Processing Summary


Valid Cases Missing Total
Variabel N Percentage N Percentage N Percentage
Num * Litkeu 115 100% 115 0% 115 100%
KF * Litkeu 115 100% 115 0% 115 100%
IPK * Litkeu 115 100% 115 0% 115 100%
USB * Litkeu 115 100% 115 0% 115 100%

Tabel case processing summary menunjukkan rangkuman dari setiap data yang dianalisis
menggunakan uji chi-square melalui SPSS. Pada tabel variabel, terdapat empat buah variabel baris,
yaitu Num atau literasi numerasi, KF atau kecemasan finansial, IPK atau Indeks Prestasi Kumulatif,
dan USB atau uang saku bulanan. Masing-masing dari variabel tersebut diuji signifikansinya
hubungannya dengan variabel kolom, yaitu literasi keuangan.
Mengacu pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa seluruh data yang terdapat pada setiap
variabel, yaitu 115 data dari 115 responden, dapat diolah seluruhnya, tanpa satupun yang tidak

14
terolah. Hal ini dicermintkan oleh kolom valid yang menunjukkan persentase sebesar 100%, dan
cases missing yang menunjukkan persentase sebesar 0%. Dapat diartikan pula bahwa tidak ada
satupun data yang tidak terproses, maupun hilang.

Hubungan antara Literasi Numerasi dengan Literasi Keuangan

Mengacu pada tabel case processing summary, diketahui bahwa pada uji chi-square antara
variabel literasi numerasi dan literasi keuangan, semua data yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat valid dan dapat digunakan untuk analisis, tanpa ada satupun data yang tidak dapat
digunakan atau menghilang. Tabel selanjutnya yang akan muncul sesuai dengan prosedur uji chi-
square merupakan tabel crosstabs, atau rangkuman dari data yang diperoleh dalam variabel yang
diuji.

Crosstabulation Literasi Numerasi dan Literasi Keuangan


Literasi Keuangan
Di Bawah Di Atas Total
Rata-rata (<74%) Rata-rata (>74%)
Di Bawah Rata-rata (<72%) 29 34 63
Numerasi
Di Atas Rata-rata (>72%) 15 37 52
Total 44 71 115

Tabel di atas merupakan gambaran dari tabulasi antara literasi numerasi dan literasi
keuangan. Mengingat bahwa uji chi-square merupakan jenis uji non-parametrik yang hanya dapat
digunakan untuk jenis data seperti data kategorikal, maka baik literasi keuangan maupun literasi
numerasi dibagi ke dalam dua kategori, yaitu di atas rata-rata dan di bawah rata-rata. Rata-rata dari
literasi numerasi di Universitas Brawijaya, Malang adalah sebesar 72%, dan literasi keuangan
adalah 74%.

Hasil Uji Chi-square Literasi Numerasi dan Literasi Keuangan


Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 3,562ª 1 0,059
Continuity Correction 2,871 1 0,090
Likelihood Ratio 3,606 1 0,058
Linear-by-Linear Association 3,531 1 0,060
N of Valid Cases 115

Tabel hasil uji chi-square literasi numerasi dan literasi keuangan menunjukkan hasil uji
chi-square yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel literasi numerasi dan literasi
keuangan. Signifikansi dari hubungan antara variabel literasi numerasi dan literasi keuangan
digambarkan oleh angka Asymptotic Significance (2-sided). Jika angka yang tertera adalah lebih
kecil dibandingkan dengan persentase taraf signifikansi yang ditentukan, maka null hypothesis
ditolak dan alternative hypothesis diterima. Dalam hal ini, dengan taraf signifikansi sebesar 10%,
diketahui bahwa literasi numerasi dan literasi keuangan memiliki hubungan yang signifikan,
ditunjukkan dengan angka Pearson chi-square sebesar 0,059, yaitu angka yang lebih kecil
dibandingkan dengan taraf signifikansi, yaitu 10%.
Keterbatasan responden untuk mengolah informasi berbentuk angka menjadi halangan bagi
mereka untuk memiliki literasi keuangan yang tinggi. Sebaliknya, tingginya kemampuan responden
dalam mengolah informasi numerik membantu mereka untuk memiliki pengetahuan keuangan yang

15
tinggi juga. Sesuai dengan teori consumer behavior yang menyatakan bahwa seorang individu akan
membuat keputusan keuangan sesuai dengan apa yang telah ia ketahui dan pelajari mengenai hal
terkait. Mengingat bahwa literasi numerasi merupakan medium yang dibutuhkan untuk
menghubungkan sosialisasi finansial, kualitas pendidikan dan pendidikan ekonomi dengan literasi
keuangan, maka dapat disimpulkan bahwa literasi numerasi mempunyai peranan yang penting
dalam menentukan literasi keuangan seorang individu.
Penemuan di atas juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Grohmann et al.
(2015) dan Lusardi (2012) yang menyatakan bahwa literasi numerasi merupakan skill yang
menjembatani pengaruh dari sosialisasi finansial, kualitas pendidikan dan pendidikan ekonomi
terhadap literasi keuangan. Jika dihubungkan dengan tujuan dari literasi keuangan itu sendiri, yaitu
sebagai alat yang memungkinkan seorang individu untuk menghasilkan keputusan keuangan yang
tepat, literasi numerasi juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan seorang
individu dalam menghasilkan keputusan keuangan (Sinayev dan Peters (2015)).

Hubungan antara Kecemasan Finansial dengan Literasi Keuangan

Mengacu pada tabel case processing summary, diketahui bahwa pada uji chi-square antara
variabel kecemasan finansial dan literasi keuangan, semua data yang tersedia dalam penelitian ini
bersifat valid dan dapat digunakan untuk analisis, tanpa ada satupun data yang tidak dapat
digunakan atau menghilang. Tabel selanjutnya yang akan muncul sesuai dengan prosedur uji chi-
square merupakan tabel crosstabs, atau rangkuman dari data-data yang diperoleh dalam variabel
yang diuji.

Crosstabulation Kecemasan Finansial dan Literasi Keuangan


Literasi Keuangan
Di Bawah Di Atas Total
Rata-rata (<74%) Rata-rata (>74%)
Di Bawah
21 39 60
Rata-rata (<50,5%)
Kecemasan
Di Atas
Finansial
Rata-rata 23 32 55
(>50,5%)
Total 44 71 115

Tabel tabulasi di atas menunjukkan tabulasi dari variabel kecemasan finansial dan literasi
keuangan yang dibagi ke dua kategori, yaitu di atas dan di bawah rata-rata. Rata-rata kecemasan
finansial di Universitas Brawijaya, Malang adalah 50,5% dan literasi keuangan adalah 74%.
Menurut tabel di atas, terdapat 21 orang responden yang memiliki kecemasan finansial dan literasi
keuangan di bawah rata rata dan 32 orang responden yang memiliki kecemasan finansial dan literasi
keuangan di atas rata-rata. Lalu, terdapat 23 orang responden yang memilki kecemasan finansial di
atas rata-rata dan literasi keuangan di bawah rata-rata, dan 39 orang responden yang memiliki
kecemasan finansial di bawah rata-rata dan literasi keuangan di atas rata-rata.

Hasil Uji Chi-square Kecemasan Finansial dan Literasi Keuangan


Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 1,290ª 1 ,452
Continuity Correction 0,890 1 ,576
Likelihood Ratio 1,291 1 ,452

16
Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Linear-by-Linear Association 1,278 1 ,454
N of Valid Cases 115

Tabel hasil uji chi-square di atas menunjukkan hasil uji chi-square untuk mengidentifikasi
hubungan antara variabel kecemasan finansial dan literasi keuangan. Signifikansi dari hubungan
antara variabel kecemasan finansial dan literasi keuangan digambarkan oleh angka Asymptotic
Significance (2-sided). Jika angka yang tertera adalah lebih kecil dibandingkan dengan persentase
taraf signifikansi yang ditentukan, maka null hypothesis ditolak dan alternative hypothesis diterima,
dan sebaliknya. Dalam hal ini, dengan taraf signifikansi sebesar 10%, ditemukan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara kecemasan finansial dan literasi keuangan, yang digambarkan
dengan Pearson chi-square sebesar 0,452. Dengan demikian, Ho diterima dan Ha ditolak.
Mengacu pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa tidak ditemukan perbedaan yang signifikan
baik antara tingkat kecemasan finansial di atas maupun di bawah rata-rata dengan skor literasi
keuangan di atas maupun di bawah rata-rata. Responden dengan kecemasan finansial di atas rata-
rata kebanyakan memiliki skor literasi keuangan di atas rata-rata. Namun, responden dengan
kecemasan finansial di bawah rata-rata mayoritas memiliki kecemasan finansial yang di atas rata-
rata pula. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun responden memiliki kecemasan finansial yang
tinggi, tidak menjamin bahwa kecemasan finansialnya akan rendah dan begitu juga sebaliknya.
Rendahnya kecemasan finansial juga tidak menjadi acuan bagi tingginya literasi keuangan
responden.
Hal ini sejalan dengan penemuan dalam penelitian yang berjudul Financial Literacy and
the Role of Numeracy—How Individual’s Attitude and Affinity with Numbers affect their Financial
Literacy, di mana ditemukan bahwa literasi keuangan tidak dipengaruhi oleh kecemasan finansial.
Dalam penelitian tersebut, diketahui bahwa kecemasan matematika lah yang menyebabkan seorang
individu untuk memiliki literasi keuangan yang rendah. Kecemasan matematika dikatakan lebih
berpengaruh dibandingkan dengan kecemasan finansial, karena konsep tersebut berhubungan
langsung dengan bagaimana seorang individu menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan
matematika, sesuatu yang erat kaitannya dengan ekonomi maupun pengambilan keputusan
finansial (Skagerlund, dkk. 2018).

Hubungan antara IPK dengan Literasi Keuangan

Seperti yang tertera pada tabel case processing summary, diketahui bahwa pada uji chi-
square antara variabel IPK dan literasi keuangan, semua data yang tersedia dalam penelitian ini
bersifat valid dan dapat digunakan untuk analisis, tanpa ada satupun data yang tidak dapat
digunakan atau menghilang. Tabel selanjutnya yang akan muncul sesuai dengan prosedur uji chi-
square merupakan tabel crosstabs, atau rangkuman dari data-data yang diperoleh dalam variabel
yang diuji.

Crosstabs antara IPK dan Literasi Keuangan


Literasi Keuangan
Total
Di Bawah Rata-rata (<74%) Di Atas Rata-rata (>74%)
<3,00 4 5 9
IPK
>=3,00 40 66 106
Total 44 71 115

17
Hasil tabulasi pada tabel di atas memperlihatkan bahwa terdapat hanya 4 orang responden
yang memiliki IPK < 3,00 dan literasi keuangan di bawah rata-rata dan 5 orang responden dengan
IPK <3,00 dan skor literasi keuangan di atas rata-rata. Kemudian, terdapat 40 orang responden yang
memiliki IPK >=3,00 dan literasi keuangan di bawah rata-rata dan 66 responden dengan IPK
>=3,00 dan skor literasi keuangan di atas rata-rata. Menurut hasil tersebut, dapat dilihat bahwa
responden yang memiliki literasi keuangan di atas rata-rata memang datang dari kelompok
mahasiswa dengan IPK >=3,00. Namun, pada kelompok responden dengan IPK <3,00, mayoritas
mahasiswa juga memiliki literasi keuangan yang berada di atas rata-rata. Hal ini dapat pula
diinterpretasikan sebagai tidak ditemukannya perbedaan yang signifikan pada literasi keuangan
responden, baik responden dengan IPK <3,00 maupun IPK >=3,00.

Hasil Uji Chi-square IPK dan Literasi Keuangan


Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 0,158ª 1 ,691
Continuity Correction ,002 1 ,968
Likelihood Ratio 0,156 1 ,693
Linear-by-Linear Association 0,157 1 ,592
N of Valid Cases 115

Penemuan ini didukung oleh fakta bahwa literasi keuangan merupakan gambaran dari
pengetahuan individu mengenai konsep produk dan jasa keuangan. Pengetahuan tersebut dapat
diperoleh dari berbagai sumber, mulai dari pengalaman individu, lingkungan sosial sampai dengan
institusi pendidikan. Hal yang mendasari tidak signifikannya hubungan yang dimiliki oleh IPK
dengan literasi keuangan mahasiswa aktif strata-1 Universitas Brawijaya, Malang adalah
pertimbangan bahwa IPK merupakan gambaran performa responden di kegiatan perkuliahan dan
bidang ilmunya masing-masing. Pengetahuan yang didapatkan dari kegiatan perkuliahan setiap
responden tersebut merupakan pengetahuan keilmuan yang bersifat spesifik sesuai dengan studi
yang mereka ambil. Namun, studi-studi tersebut tidak selalu berkaitan dengan pengetahuan
keuangan, dengan demikian IPK tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap literasi
keuangan responden.
Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian Krishna et al. (2010) yang menyatakan bahwa
IPK memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan tingkat literasi keuangan mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia, karena IPK dinilai bukanlah prediktor terbaik literasi keuangan,
melainkan apa yang dipelajari oleh mahasiswa di institusi pendidikan yang menentukan tingkat
literasi keuangan mereka. Selain itu, hasil tersebut juga didukung oleh penelitian Karaa dan Kugu
(2016) yang menyatakan bahwa IPK tidak memiliki pengaruh terhadap literasi keuangan
mahasiswa, sama seperti faktor demografis lainnya yaitu latar belakang pendidikan keluarga serta
pendapatan, karena tidak ditemukannya perbedaan nilai literasi keuangan yang signifikan antara
mahasiswa dengan IPK tinggi maupun rendah. Layaknya kedua penelitian di atas, hasil penelitian
Nidar dan Bestari (2012) juga mengatakan bahwa IPK tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap literasi keuangan mahasiswa Universitas Padjajaran, sama seperti pendapatan orang tua,
pengalaman kerja dan variabel independen lainnya.

Hubungan antara Uang Saku Bulanan dengan Literasi Keuangan

Pada tabel case processing summary, diketahui bahwa pada uji chi-square antara variabel
uang saku bulanan dan literasi keuangan, semua data yang tersedia dalam penelitian ini bersifat
valid dan dapat digunakan untuk analisis, tanpa ada satupun data yang tidak dapat digunakan atau

18
menghilang. Tabel selanjutnya yang akan muncul sesuai dengan prosedur uji chi-square merupakan
tabel crosstabs, atau rangkuman dari data-data yang diperoleh dalam variabel yang diuji.

Crosstabs Uang Saku Bulanan dan Literasi Keuangan


Literasi Keuangan
Di Bawah Di Atas Total
Rata-rata (<74%) Rata-rata (>74%)
Rp200.000-Rp1.800.000 26 48 74
Rp1.801.000 - Rp3.400.000 16 21 37
>Rp3.400.000 2 2 4
Total 44 71 115

Tabel di atas menujukkan hasil tabulasi dari uang saku bulanan dan literasi keuangan, di
mana uang saku bulanan dibagi ke tiga buah kategori, yaitu rendah (Rp200.000 - Rp1.800.000),
sedang (Rp1.801.000 – Rp3.400.000) dan tinggi (lebih dari Rp3.400.000). Pembagian ini dilakukan
melalui prosedur bin di Microsoft Excel, dan UMR Kota Malang sebagai acuan, yaitu Rp2.668.420.
Melalui tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 26 responden yang memiliki uang saku bulanan
tergolong rendah yang memiliki literasi keuangan di bawah rata-rata, dan 48 responden yang
memiliki uang saku bulanan tergolong rendah dan literasi keuangan di atas rata-rata. Kedua,
terdapat 16 orang responden dengan uang saku tergolong sedang dengan literasi keuangan di bawah
rata-rata dan 21 respnden dengan uang saku rendah yang memiliki literasi keuangan di atas rata-
rata. Terakhir, terdapat 2 orang responden dengan uang saku bulanan yang tinggi dengan literasi
keuangan di bawah rata-rata dan 2 orang responden yang memiliki uang saku bulanan tinggi dan
literasi keuangan di atas rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah uang saku tidak
menentukan literasi keuangan responden, tercermin dari tidak terlihatnya perbedaan yang
signifikan pada literasi keuangan responden walaupun mereka datang dari kelompok uang saku
yang berbeda-beda.

Hasil Uji Chi-square Uang Saku Bulanan dan Literasi Keuangan


Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 1,786ª 2 ,629
Continuity Correction 1,816 2 ,631
Linear-by-Linear Association ,583 1 ,338
N of Valid Cases 115

Tabel hasil uji chi-square di atas menunjukkan hasil uji chi-square IPK dengan literasi
keuangan, yang menunjukkan signifikansi hubungan antara IPK dan literasi keuangan. Signifikansi
dari hubungan antara variabel uang saku bulanan dan literasi keuangan digambarkan oleh angka
Asymptotic Significance (2-sided). Jika angka yang tertera adalah lebih kecil dibandingkan dengan
persentase taraf signifikansi yang ditentukan, maka null hypothesis ditolak dan alternative
hypothesis diterima, dan sebaliknya. Dalam hal ini, dengan taraf signifikansi sebesar 10%,
ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku bulanan dan literasi
keuangan, yang digambarkan dengan Pearson chi-square sebesar 0,629. Dengan demikian, Ho
diterima dan Ha ditolak.
Tidak signifikannya hubungan yang dimiliki oleh uang saku bulanan dan literasi keuangan
berakar pada tidak ditemukannya perbedaan yang berarti antara literasi keuangan responden yang
datang dari kelompok uang saku yang berbeda-beda. Literasi keuangan responden tidak dapat
digambarkan oleh jumlah uang saku bulanan yang mereka miliki, melainkan bagaimana responden

19
terkait mengatur keuangannya lah yang mencerminkan pengetahuan keuangannya. Menurut teori
pilihan rasional, seorang individu akan melakukan pengeluaran sesuai dengan jumlah uang yang ia
miliki, di mana semakin banyak pendapatan yang mereka peroleh, semakin besar juga
pengeluarannya dan sebaliknya. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa tidak ditemukan perbedaan
dari literasi keuangan individu pada kategori uang saku yang sama, yang mengindikasikan bahwa
tidak ada hubungan antara jumlah uang saku mahasiswa dengan literasi keuangannya. Perlu
diketahui bahwa bahkan, pada teori pilihan rasional, para ahli pun menyadari bahwa manusia tidak
selalu bertindak rasional. Hal ini tercermin dari bagaimana responden dengan uang saku yang tinggi
bisa saja mengeluarkan uang yang sama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan atau lebih
sedikit dari kelompok responden dengan uang saku sedang.
Hasil uji di atas juga memiliki persamaan dengan sebuah penelitian yang dilakukan di Kota
Kinabalu, Sabah mengenai kemampuan menabung mahasiswa yang diteliti oleh Azlan et al.
(2015). Pada penelitian tersebut, diketahui bahwa terdapat hubungan tidak signifikan antara uang
saku bulanan mahasiswa dengan kemampuan mahasiswa tersebut dalam menabung. Hal tersebut
dikarenakan mahasiswa belum dapat menghasilkan pendapatan dan masih bergantung pada orang
tua maupun beasiswa, yang membatasi kemampuan mereka untuk menabung.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang diperoleh berikut adalah kesimpulan yang dapat ditarik dalam
penelitian ini:
1. Literasi keuangan mencakup banyak hal, yaitu pengetahuan mengenai konsep finansial,
kemampuan dalam mengatur keuangan personal, skill dalam membuat keputusan finansial
dan kepercayaan diri dalam membuat rencana keuangan di masa mendatang. Tujuan dari
literasi keuangan sendiri adalah untuk memberikan individu kemampuan dalam
menghasilkan keputusan keuangan yang baik dan benar.
2. Literasi keuangan memiliki hubungan signifikan dengan variabel literasi numerasi. Hal ini
dikarenakan kemampuan seorang individu dalam mengolah informasi berbentuk angka
akan mempermudah individu tersebut dalam menghasilkan keputusan keuangan.
3. Variabel kecemasan finansial tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap literasi
keuangan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kecemasan matematika lebih
signifikan hubungannya dengan literasi keuangan, karena kecemasan finansial yang
dialami seorang individu tidak selalu sama penyebabnya.
4. Variabel IPK dan uang saku bulanan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap
variabel literasi keuangan. Variabel Indeks Prestasi Kumulatif dinilai tidak dapat
menggambarkan kemampuan seorang individu dalam memahami konsep keuangan, dan
variabel uang saku bulanan tidak dapat menggambarkan adanya hubungan antara nominal
uang saku bulanan dengan bagaimana orang tersebut dapat memahami konsep keuangan.

G. SARAN
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, berikut adalah saran yang dapat diberikan:
1. Kunci dari literasi keuangan adalah kemampuan seorang individu dalam mengolah
informasi yang berbentuk angka. Untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat,
dibutuhkan usaha yang menyeluruh untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memahami dan menginterpretasikan informasi yang tertera dalam bentuk angka. Hal ini
dapat membantu masyarakat untuk membuat keputusan keuangan yang lebih baik dan well-
informed.
2. Untuk penelitian-penelitian selanjutnya, dibutuhkan sampel yang lebih besar dan variabel-
variabel baru yang dapat memprediksi literasi keuangan dengan lebih baik, dikarenakan
minimnya literatur mengenai literasi keuangan.
3. Sebaiknya, pihak Universitas Brawijaya mengadakan workshop atau pelatihan-pelatihan
yang bersifat umum untuk meningkatkan awareness baik internal Universitas Brawijaya

20
maupun eksternal mengenai literasi keuangan dan hal-hal apa sajakah yang dapat
mempengaruhinya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu srhingga
panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepads Asosiasi
Dosesn Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

Archuleta, K. L., Dale, A., & Spann, S. M. (2013). College Students and Financial Distress:
Exploring Debt, Financial Satisfaction, and Financial Anxiety. Journal of Financial Counseling
and Planning, 24(2), 50–62.
Azlan, A., Jamal, A., & Karim, M. A. (2015). The Effects of Social Influence and Financial
Literacy on Savings Behavior : A Study on Students of Higher Learning Institutions in Kota
Kinabalu , Sabah, 6(11), 110–119.
Burchell, B. J. (2003). Identifying, describing and understanding Financial Aversion:
Financial phobes. Argent: Journal of the Financial Services Forum, 2(3), 22–26. Retrieved from
http://people.pwf.cam.ac.uk/bb101/FinancialAversionReportBurchell.pdf
Chen, H., & Volpe, R. P. (1998). An analysis of personal financial literacy among college
students. Financial Services Review, 7(2), 107–128. https://doi.org/10.1016/S1057-
0810(99)80006-7
Dolores, M.-H., Manuel, S.-V., & José, S.-C. (2018). Factors that influence the level of
financial literacy among young people: The role of parental engagement and students’ experiences
with money matters. Children and Youth Services Review, #pagerange#.
https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2018.10.042
Fünfgeld, B., & Wang, M. (2009). Attitudes and behaviour in everyday finance : evidence
from Switzerland. International Journal of Bank Marketing, 27(2), 108–128.
https://doi.org/10.1108/02652320910935607
Global Financial Literacy Excellence Center. (2015). Questions to Measure Financial Literacy,
20.
Grohmann, A., Klühs, T., & Menkhoff, L. (2018). Does financial literacy improve financial
inclusion? Cross country evidence. World Development, 111, 84–96.
https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2018.06.020
Grohmann, A., Kouwenberg, R., & Menkhoff, L. (2015). Childhood roots of financial literacy.
Journal of Economic Psychology, 51, 114–133. https://doi.org/10.1016/j.joep.2015.09.002
Hadi, Sutrisno. (2006). Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Jayakumar, K. L., Larkin, D. J., Ginzberg, S., & Patel, M. (2017). Personal Financial Literacy
Among U . S . Medical Students.
Junaidi. (2015). Prosedur Uji Chi-Square, (June). https://doi.org/10.13140/RG.2.1.2797.8400
Karaa, I. E., & Kugu, T. d. (2016). Determining Advanced and Basic Financial Literacy
Relations and Overconfidence , and Informative Social Media Association of University Students
in Turkey, 1865–1891. https://doi.org/10.12738/estp.2016.6.0415
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2017). Materi Pendukung Literasi Finansial.
Retrieved from http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/10/literasi-
FINANSIAL.pdf
Kimiyaghalam, F., & Safari, M. (2015). Review papers on definition of financial literacy and
its measurement. SEGi Review, 8(July), 81–94.
Klontz, B., Britt, S. L., Archuleta, K. L., & Klontz, T. (2012). Disordered Money Behaviors:

21
Development of the Klontz Money Behavior Inventory. Journal of Financial Therapy, 3(1), 17–
42. https://doi.org/10.4148/jft.v3i1.1485
Krishna, A., Sari, M., & Rofaida, R. (2010). Analisis Tingkat Literasi Keuangan Di Kalangan
Mahasiswa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ( Survey Pada Mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia ), 1–6.
Kus, M. (2018). Numeracy. Brock Education Journal, 27(2).
https://doi.org/10.26522/brocked.v27i2.579
Legatum Institute. (2018). The Legatum Prosperity Index TM. Retrieved from
https://prosperitysite.s3-accelerate.amazonaws.com/2515/4321/8072/2018_Prosperity_Index.pdf
Lusardi, A. (2012). Numeracy, Financial Literacy, and Financial. Journal International of
Numeracy, 5(1), 1–12. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.5038/1936-4660.5.1.2
McHugh, M. L. (2013). Lessons in biostatistics The Chi-square test of independence, 23(2),
143–149.
McNaughton, C. D., Rothman, R. L., Wallston, K. A., Cavanaugh, K. L., & Kripalani, S.
(2015). Validation of a Short, 3-Item Version of the Subjective Numeracy Scale. Medical Decision
Making, 35(8), 932–936. https://doi.org/10.1177/0272989x15581800
Meuthia, R. F., & Andriani, W. (2003). Studi Korelasi Antara Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
dengan nilai Ujian Komprehensif Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang. Jurnal
R & B, Volume 3 N.
Nidar, S. R., & Bestari, S. (2012). Personal Financial Literacy Among University Students (
Case Study at Padjadjaran University Students , Bandung , Indonesia ) Nidar & Bestari, 2(4), 162–
171.
OJK. (2017). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Revisit 2017.
Peters, E., Västfjäll, D., Slovic, P., Mertz, C. K., Mazzocco, K., & Dickert, S. (2006).
Numeracy and decision making. Psychological Science, 17(5), 407–413.
https://doi.org/10.1111/j.1467-9280.2006.01720.x
Ramachandran, R. (2011). Financial Literasi and Financial Inclusion, (ii), 1–16.
Remund, D. L. (2010). Financial Literacy Explicated: The Case for a Clearer Definition in an
Increasingly Complex Economy. Journal of Consumer Affairs, 44(2), 276–295.
https://doi.org/10.1111/j.1745-6606.2010.01169.x
Sinayev, A., & Peters, E. (2015). Cognitive reflection vs . calculation in decision making,
6(May), 1–16. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2015.00532
Skagerlund, K., Lind, T., Strömbäck, C., Tinghög, G., & Västfjäll, D. (2018). Financial
literacy and the role of numeracy–How individuals’ attitude and affinity with numbers influence
financial literacy. Journal of Behavioral and Experimental Economics , 74(March), 18–25.
https://doi.org/10.1016/j.socec.2018.03.004

22

Anda mungkin juga menyukai