Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KARAKTERISTIK DAN KERAWANAN BENCANA DI DESA


SINANGGUL

Disusun Oleh:

Ahmad Yudhid Nur M


(181230000273)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
JEPARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia serta
kemudahan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Perencanaan
Pelabuhan Laut. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah
SAW. semoga kita mendapatkan syafa’atnya di hari akhir.
Tugas ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh dosen pembimbing. Dalam usaha penyusunan tugas ini penyusun banyak
melalui halangan dan rintangan serta kesulitan yang penyusun hadapi. Untuk
menghadapi kesulitan tersebut, penyusun banyak mendapat bantuan baik moral
maupun material yang tidak ternilai harganya baik dalam bentuk bimbingan, petunjuk
maupun fasilitas yang sangat diperlukan.
Sehubungan dengan penyusunan ini, maka perkenankanlah penyusun
mengucap terima kasih kepada :
1. Bapak Ariyanto, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah
Penanggulangan Bencana yang telah membimbing dan mengarahkan dalam
penyusunan makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan doa dan semangat moril dalam
pembuatan laporan ini.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu penyusun baik materi
maupun fasilitas dalam penyusunan laporan ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pihak manapun, demi perbaikan, kelengkapan dan
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan bagi pembaca.
Jepara, 9 juni 2021

Penyusun

Makalah Penanggulangan Bencana TA. 2020/2021 ii


DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i


KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 3
1.3 Manfaat................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 5
2.1 Peta Topografi Desa pengkol...………................................................................ 5
2.2 Jenis Kerawanan Bencana ................................................................................... 6
2.3 Upaya Mitigasi Bencana ..................................................................................... 8
2.4 Kapasitas yang Dimiliki Desa pengkol……….... ................................................ 9
2.5 Kearifan Lokal yang Terdapat di Desa prngkol….………................................. 10
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 11
3.2 Saran .................................................................................................................. 11

Makalah Penanggulangan Bencana TA. 2020/2021 iii


BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis.Definisi tersebut menyebutkan
bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia.
Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana tersebut juga mendefinisikan mengenai
bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Sejarah Lembaga Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terbentuk tidak terlepas dari
perkembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan hingga
bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad 20.
Sementara itu, perkembangan tersebut sangat dipengaruhi pada konteks situasi,
cakupan dan paradigma penanggulangan bencana.
Banjir merupakan peristiwa yang setiap tahun menjadi topik pemberitaan.
Pada musim hujan, banyak kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Telah
banyak usaha dilakukan pemerintah antara lain membuat bendungan,
pembuatan kanal, dan reboisasi hutan namun belum ada yang menyelesaikan
masalah bahkan kelihatannya makin lama semakin luas cakupannya, baik
frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya. Banjir disebabkan
oleh dua faktor, yaitu faktor alamiah dan faktor yang disebabkan oleh aktivitas
manusia (Suripin, 2004). Faktor alamiah pada umumnya meliputi topografi,
jenis tanah, penggunaan lahan dan curah hujan. Tata kota dapat mengurangi
banjir sejauh penataan tersebut memberi ruang untuk sistem menyerap dan
mengalirkan air sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran permukaan yang
liar yang menyebabkan banjir. Hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi daya
tampung sistem drainase/saluran air apakah mampu menampung air atau tidak
pada debit tertentu di perkotaan (Suripin, 2004).
Berdasarkan data jumlah kejadian bencana banjir di Jawa Tengah pada
tahun 2018 terdapat 60 kali bencana, artinya Jawa Tengah merupakan daerah
yang cukup berpotensi terjadinya bencana banjir. Jika dibandingkan dengan
Provinsi DKI Jakarta sebanyak 41 kali bencana dan Jawa Timur 59 kali
bencana, Provinsi Jawa Tengah lebih tinggi.

Gambar 1.1 Jumlah jejadian banjir di Indonesia


Sumber: (BNPB 2018)
Jepara merupakan kabupaten di jawa tengah dengan luas wilayah
1.004,132 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. letak geografisnya,
Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110° 9' 48, 02" sampai 110° 58' 37,40"
Bujur Timur, 5° 43' 20,67" sampai 6° 47' 25,83" Lintang Selatan, sehingga
merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten yang hampir setiap
tahunnya dilanda banjir. Kabupaten Jepara yang daerahnya merupakan dataran
rendah yang kebanyakan daerahnya memiliki topografi cekung hingga datar
merupakan lokasi yang rawan terkena bencana banjir (BPBD 2014). Meskipun
Jepara termasuk daerah rawan banjir, tetapi ada beberapa desa atau kecamatan

Makalah Penanggulangan Bencana TA. 2020/2021 2


yang merupakan daerah yang sangat jarang atau bahkan mungkin tidak pernah
mengalami bencana banjir, contohnya yaitu Desa Sinanggul,Mlonggo.

2.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Jenis kerawanan bencana apa yang ada di desa Sinanggul ?
2. Bagaimana upaya mitigasi bencana yang dilakukan masyarakat desa
Sinanggul ?
3. Bagaimana kapasitas masyarakat desa Sinanggul dalam menanggulangi
datangnya bencana?

2.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan. Diantaranya
yaitu :
1. Mengetahui jenis kerawanan bencana yang ada di desa Pengkol.
2. Mengetahui upaya mitigasi bencana yang dilakukan masyarakat desa
Pengkol.
3. Mengetahui kapasitas masyarakat dalam menanggulangi datangnya
bencana.

2.4 Manfaat Penulisan


Penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk beberapa pihak
diantaranya:
1. Manfaat Akademik Penelitian ini erat hubungannya dengan ilmu
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi serta Geografi
Kebencanaan sehingga diharapkan dapat menjadi sebuah pembelajaran
secara akademik dan diharapkan semua pihak yang berkepentingan dapat
mengetahui serta memahaminya dengan baik.
2. Manfaat dalam implementasi atau praktik Penelitian ini memfokuskan di
Kabupaten Pati untuk melakukan pemetaan tingkat risiko bajir genangan
sehingga diharapkan dengan tersedianya peta yang menyediakan informasi
risiko bencana banjir di Kabupaten Jepara dapat digunakan oleh
masyarakat maupun pemerintah setempat untuk mengetahui besarnya risiko
banjir di wilayahnya. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan pertimbangan
untuk pengambilan langkah selanjutnya dalam upaya
penanggulangan dan mitigasi banjir.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peta Topografi Desa Pengkol


2.1.1 Peta Batas Wilayah Desa Pengkol

Gambar 2.1 Peta batas wilayah desa


2.2 Jenis Kerawanan Bencana
2.2.1 Pembuatan Peta Rawan dan Resiko
Tujuan pembuatan peta rawan dan peta resiko antara lain:
a. Mengidentifikasi wilayah yang dianggap memiliki resiko tinggi
terjadinya bencana alam.
b. mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi wilayah untuk
selanjutnya melakukan persiapan rencana pengelolaan bencana
wilayah.
Untuk pembuatan peta rawan dan peta resiko bencana, digunakan
metodologi sederhana untuk menfasilitasi transfer teknologi secara lancar
kepada anggota pendamping wilayah percontohan, karena hal ini memang
ditujukan kepada anggota pendamping yang diharapkan dapat menyerap
metodologi untuk membuat kembali atau memperbaiki peta-peta tersebut.
Diharapkan juga bagi seluruh pemerintah lokal di Indonesia (misalnya
BPBD sebagai dinas pengelolaan bencana, dll) untuk menyiapkan peta
rawan dan peta resiko mengenai bencana alam berdasarkan metode
tersebut.
2.2.2 Definisi Resiko, Kerawanan, dan Kerentanan
Menurut “Hidup dengan Resiko” yang diterbitkan oleh
Sekretariat-Badan Inter Strategi Internasional Pengurangan Bencana/
Inter-Agency Secretariat of the International Strategy for Disaster
Reduction (UN/ISDR) pada tahun 2004, Resiko didefinisikan sebagai
“Kemungkinan dampak bahaya, atau kerugian yang akan diperoleh
(kematian, luka-luka, kerusakan properti, mata pencaharian, kegiatan
ekonomi yang terganggu ataupun kerusakan lingkungan) yang
diakibatkan karena interaksi antara kerawanan alam ataupun ulah
manusia dengan kondisi kerentanan yang ada” dan bisa diindikasikan
dalam rumus berikut ini.

Resiko = Kerawanan x Kerentanan


Dimana:
Kerawanan: Potensi kerusakan fisik, fenomena ataupun kegiatan
manusia yang mengakibatkan kematian, luka-luka,
kerusakan properti, gangguan ekonomi dan sosial
ataupun degradasi lingkungan
Kerentanan: Kondisi yang ditentukan oleh faktor atau proses fisik,
sosial, ekonomi dan juga lingkungan, yang meningkatkan
kerapuhan masyarakat komunitas karena dampak
kerawanan.
Definisi resiko, kerawanan dan kerentanan di atas merupakan
dasar pembuatan peta rawan dan peta resiko. Hubungan antara
“Kerawanan”, “Kerentanan” dan “Resiko” diperlihatkan dalam bentuk
gambar secara konseptual yang bersumber dari white book for disaster
reduction (2006). Menurut buku tersebut, beberapa hal perlu
disampaikan secara ringkas sebagai berikut:
a. “Kerawanan” merupakan fenomena alam yang tidak bisa dikontrol
oleh kekuatan manusia.
b. Misalnya, “Kerentanan” bisa dikurangi dengan cara promosi
pembangunan rumah anti gempa, dll sehingga kerusakan karena
gempa bumi dapat dikurangi.
c. Perlu menempatkan penekanan yang lebih kepada aktivitas
pengurangan bencana untuk mengurangi “kerentanan” sebelum
terjadinya bencana alam.

Gambar 2.3 Hubungan Antara Kerawanan, Kerentanan Dan Resiko


2.2.3 Kerawanan Bencana di Desa Pengkol
Desa Pengkol memiliki kerawanan bencana pada bencana banjir.
Hal ini terjadi karena di Desa Pengkol terdapat sungai besar ddi
dekat pasar. Hal ini menimbulkan sebuah kerawanan bencana pada
setiap 8 tahun sekali dikarenakan curah hujan yang tinggi sehingga
elevasi muka air sungai dapat naik. Hal ini membuat Desa Pengkol
berpotensi mengalami bencana banjir.

2.3 Upaya Mitigasi Bencana


Upaya mitigasi bencana banjir yang berpotensi terjadi dapat dilakukan
dengan 3 metode, yaitu:
A. Metode Kegiatan Fisik (Struktur)
Metode ini dilakukann dengan cara membangun sarana dan prasarana
pengendali banjir, diantaranya:
1. Pembangunan bendungan
2. Pembangunan tanggul
3. Pembangunan kanal
4. Pembangunan interkoneksi antarsungai
5. Pembangunan polder
6. Pelurusan sungai

B. Metode Kegiatan Non-Struktur


Metode ini dilakukan dengan cara mengatur pembudidayaan lahan,
antara lain:
1. Konservasi tanah dan ai di hulu sungai
2. Pengelolaan dataran banjir
3. Penanggulangan banjir
4. Penerapan sistem prakiraan dan peringatan dini
5. Pengamanan terhaap banjir
6. Pemetaan dataran banjir
7. Penetapan Sempadan Sungai

C. Kombinasi Kegiatan Struktur dan Non Struktur


Metode ini adalah langkah – langkah persiapan sebelum terjadinya
beencana banjir, diantaranya:
1. Mempersiapkan tindakan persiapan menghadapi banjir
2. Mempersiapkan tindakan saat terjadinya banjir
3. Mempersiapkan tindakan pasca bencana banjir

2.4 Kapasitas yang Dimiliki Desa Pengkol


Kapasitas yang dimiliki Desa Pengkol dalam mencegah terjadinya
bencana, yaitu dengan melakukan sosialisasi persiapan terhadap kerawanan
bencana banjir yang berpotensi terjadi. Kapasitas lain yang dimiliki adalah
disiplinnya aparat penegak hukum di Desa Pengkol yang membuat
masyarakat sekitar merasa takut untuk melakukan pelanggaran.
Kapasitas lain yang dimiliki adalah saluran drainase yang sangat baik di
Desa Sinanggul membuat aliran sungai tidak terhambat dan dapat melakukan
sirkulasi dengan lancar.

2.5 Kearifan Lokal yang Terdapat di Desa Pengkol


Kearifan lokal yang terdapat di Desa Pengkol adalah kebiasaan
masyarakat membuang sampah di saluran drainase atau sungai. Hal ini
dilakukan karena masyrakat sekitar menganggap sampah akan hanyut bersama
dengan derasnya air yang mengalir. Hal ini berpotensi untuk menyebabkan
bencana banjir dimasa yang akan datang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dibuat tentang upaya mitigasi
masyarakat dalam menanggulangi bencana banjir dengan 3 metode diatas,
pemerintah daerah Desa Pengkol sudah berupaya dengan baik dengan cara
membuat bangunan bendung di sungai, pembuatan dinding penahan longsor di
tepian suangi, dll.
Tetapi kurangnya kesadaran masyarakat dan kurang adaya himbauan dari
pemerintah Desa Sinanggul tentang pembuangan sampah sembarangan seperti
membuang sampah di aliran sungai maupun di selokan membuat adanya resiko
terhadap datangnya banjir di Desa Pengkol.

3.2 Saran
kurangnya kesadaran masyarakat tentang pembuangan sampah
sembarangan, membuat adanya resiko terhadap datangnya banjir. Dan
sebaiknya pemerintah Desa Sinanggul menghimbau dan menyuruh masyarakat
daerah setempat untuk tidak membuang sampah sembarangan di sekitar aliran
sungai maupun di selokan – selokan dan menyuruh untuk melakukan kegiatan
pembersihan selokan maupun daerah aliran sungai.

Anda mungkin juga menyukai