Anda di halaman 1dari 294

MODUL

JABATAN FUNGSIONAL BIDAN


JENJANG AHLI PERTAMA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR
2011
MATERI DASAR 2
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI DASAR 2
KEBIJAKAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Materi ini mengajarkan tentang Kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam


Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 01/Per/M.PAN/1/
2008 tentang Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya sebagai dasar
hukum yang melandasinya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu mampu memahami tentang
jabatan fungsional Bidan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan tentang:
1. Kebijakan Jabatan Fungsional Bidan
2. Jabatan Fungsional Bidan dan Kedudukannya

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :

Pokok Bahasan 1. Kebijakan Jabatan Fungsional Bidan


Sub Pokok Bahasan :
a. PP No. 9 tentang Tunjangan Jabatan
b. Permenpan No. 1 tahun 2008

Pokok Bahasan 2. Jabatan Fungsional Bidan dan Kedudukannya


Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian
b. Tugas Pokok
c. Pangkat dan Jabatan
d. Butir – butir Kegiatan
e. Tim Penilai

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1197
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

IV. METODE

 CTJ
 Curah Pendapat

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk diskusi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1198
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

KEBIJAKAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN

A. PP No. 9 tentang Tunjangan Jabatan

1. Pengertian
Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan (Tunjangan Bidan) adalah
tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Bidan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2. PNS yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan


fungsional bidan diberikan tunjangan bidan tiap bulan.

3. Besaran Tunjangan Bidan :

a. Bidan Ahli
1) Bidan Madya : Rp. 850.000,-
2) Bidan Muda : Rp. 600.000,-
3) Bidan Pertama : Rp. 300.000,-

b. Bidan Terampil
1) Bidan penyelia : Rp. 500.000,-
2) Bidan Pelaksana Lanjutan : Rp. 265.000,-
3) Bidan pelaksana : Rp. 240.000,-
4) Bidan Pelaksana Pemula : Rp. 220.000,-

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1199
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

B. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 1 tahun 2008


tentang :

1. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Bidan


a. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional;
b. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Bidan;
c. Keputusan Presiden No. 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
d. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 01 Tahun
2008 tentang Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya;
e. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara No. 25/1110 tahun 2008 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya;
f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 551 tahun 2009 tentang Petunjuk
Teknis Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.

2. Rumpun Jabatan Fungsional


a. Kesehatan
1) Terampil
2) Ahli
b. Non Kesehatan
1) Terampil
2) Ahli

3. Rumpun Jabatan Fungsional Kesehatan


a. Dokter,
b. Dokter Gigi,
c. Apoteker,
d. Asisten Apoteker,
e. Nutrisionis,
f. Perawat,
g. Perawat Gigi,
h. Bidan,
i. AdminKes,
j. Penyuluh Kes.Masy,
k. Epidemiolog Kesehatan,
l. Entomolog Kesehatan,
m. Sanitarian,
n. Pranata Lab. Kes,
o. Perekam Medis,
p. Radiografer,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1200
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

q. Teknis Elektromedik,
r. Fisioterapis,
s. Teknis Gigi,
t. Terapis Wicara,
u. Ortotis Prostetis,
v. Okupasi Terapis,
w. Refraksionis Optisien,
x. Fisikawan Medik,
y. Teknisi Transfusi Darah,
z. Psikolog Klinis,
aa. Dokter Pendidik Klinis.

4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) No. 01


Tahun 2008.

a. Pengertian :

1) Bidan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung


jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan kebidanan pada sarana
pelayanan kesehatan.
2) Bidan Terampil : meliputi lulusan Sekolah Bidan dan Diploma
kebidanan, merupakan bidan pelaksana yang memiliki
kompetensi untuk melaksanakan dan mengelola pelayanan
kebidanan pada kasus fisiologis dan kegawatdaruratan di
institusi Pelayanan, berlandaskan etika, kode etik, dan peraturan
yang berlaku
3) Bidan Ahli : Sarjana (S1) atau Diploma IV Kebidanan adalah
bidan yang memiliki kompetensi untuk mengelola dan
melaksanakan pelayanan kebidanan pada kasus fisiologis,
asuhan pada kasus patologis kebidanan, asuhan pada kasus
patologis dengan penyakit penyerta dan kegawatdaruratan di
institusi Pelayanan, berlandaskan etika, kode etik dan peraturan
yang berlaku.
4) Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang
diberikan kepada ibu dalam kurun waktu masa reproduksi, bayi
baru lahir, bayi dan balita.
5) Sarana Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kebidanan, yaitu Rumah
Sakit, Rumah Bersalin, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Klinik
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Pondok Bersalin Desa (Polindes)
dan/atau unit pelayanan kesehatan lainnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1201
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

6) Tim Penilai Angka Kredit adalah tim penilai yang dibentuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai
prestasi kerja Bidan.
7) Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan
dan/atau akumulasi butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh
seorang Bidan dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan
jabatannya.

b. Penilaian Angka Kredit

1) Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Bidan yang sesuai
dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan, maka
Bidan lain yang berada satu tingkat di atas atau satu tingkat di
bawah jenjang jabatannya dapat melakukan kegiatan tersebut
berdasarkan penugasan secara tertulis dari pimpinan unit kerja
yang bersangkutan.
2) Apabila pada suatu unit kerja dalam situasi kegawatdaruratan
tidak terdapat Bidan sesuai dengan tingkat jabatannya untuk
melaksanakan kegiatan, maka Bidan Ahli dapat melakukan
kegiatan Bidan Terampil atau Bidan Terampil dapat melakukan
kegiatan Bidan Ahli.
3) Bidan yang melaksanakan tugas Bidan satu tingkat di atas
jenjang jabatannya, angka kredit yang diperoleh ditetapkan
sebesar 80 % (delapan puluh persen) dari angka kredit setiap
butir kegiatan.
4) Bidan yang melaksanakan tugas Bidan satu tingkat di bawah
jenjang jabatannya, angka kredit yang diperoleh ditetapkan sama
(100%) dengan angka kredit dari setiap butir kegiatan.
5) Bidan Ahli dapat melaksanakan kegiatan Bidan Terampil dan
angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 50% (lima puluh
persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan.
6) Bidan Terampil dapat melaksanakan kegiatan Bidan Ahli dan
angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 20% (dua puluh
persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan.

c. Unsur kegiatan yang dinilai dalam memberikan angka kredit

1) Unsur utama; dengan Jumlah angka kredit kumulatif minimal


paling rendah 80% (delapan puluh persen)
a) Pendidikan;
b) Pelayanan kebidanan;
c) Pengembangan profesi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1202
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2) Unsur penunjang; dengan jumlah angka kredit kumulatif


minimal paling tinggi 20 % (dua puluh persen).
Unsur penunjang adalah kegiatan yang mendukung pelaksanaan
tugas Bidan.

d. Pencapaian Angka Kredit

1) Setiap bidan diwajibkan mencatat dan menginventarisir seluruh


kegiatan.
2) Bidan yang telah memiliki angka kredit melebihi angka kredit
yang telah ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat
lebih tinggi, kelebihan angka kredit tersebut dapat
diperhitungkan untuk kenaikan jabatan/pangkat berikutnya.
3) Bidan yang telah mencapai angka kredit untuk kenaikan
jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi pada tahun pertama
dalam masa jabatan/pangkat yang didudukinya, pada tahun
berikutnya diwajibkan mengumpulkan angka kredit paling
rendah 20 % (dua puluh persen) dari jumlah angka kredit yang
dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih
tinggi yang berasal dari kegiatan tugas pokok.
4) Bidan Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d,
setiap tahun sejak menduduki pangkat/jabatannya diwajibkan
mengumpulkan angka kredit dari kegiatan tugas pokok paling
rendah 10 (sepuluh) angka kredit.
5) Bidan yang secara bersama-sama membuat karya tulis/karya
ilmiah di bidang pelayanan kebidanan, pembagian angka
kreditnya ditetapkan sebagai berikut :
a) Apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis maka pembagian
angka kreditnya adalah 60% (enam puluh persen) untuk
penulis utama dan 40% (empat puluh persen) untuk penulis
pembantu;
b) Apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis maka pembagian
angka kreditnya adalah 50% (lima puluh persen) untuk
penulis utama dan masing-masing 25% (dua puluh lima
persen) untuk penulis pembantu; atau
c) Apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis maka pembagian
angka kreditnya adalah 40% (empat puluh persen) untuk
penulis utama dan masing-masing 20% (dua puluh persen)
untuk penulis pembantu.
d) Jumlah penulis pembantu, paling banyak terdiri dari 3 (tiga)
orang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1203
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

e. Pengangkatan dalam Jabatan Bidan

1) Pengangkatan pertama kali dalam jabatan Bidan Terampil harus


memenuhi syarat :
a) Berijazah paling rendah Sekolah Bidan/Diploma I
Kebidanan;
b) Pangkat paling rendah Pengatur Muda, golongan ruang
II/a; dan
c) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan
pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
(DP3) sekurang-kurangnya benilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir.

2) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam


jabatan Bidan dapat dipertimbangkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Memiliki pengalaman dalam kegiatan dalam pelayanan
kebidanan paling singkat 2 (dua) tahun;
b) Usia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun;
c) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan
pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
(DP3) paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir.

f. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Penjenjangan

Bidan yang akan naik jenjang jabatan dari Bidan Terampil ke Bidan
Ahli perlu mengikuti dan lulus diklat penjenjangan dengan materi
diklat meliputi etika profesi dan tugas pokok bidan.

g. Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali, dan


Pemberhentian dari Jabatan

1) Bidan Pelaksana Pemula pangkat Pengatur Muda golongan


ruang II/a sampai dengan Bidan Penyelia pangkat Penata
golongan ruang III/c, dibebaskan sementara dari jabatannya
apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak menduduki
pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang
ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.
2) Selain pembebasan sementara tersebut, Bidan dibebaskan
sementara dari jabatannya apabila :
a) Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat
berupa jenis hukuman disiplin penurunan pangkat;

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1204
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

b) Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil;


c) Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Bidan;
d) Menjalani cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk
persalinan keempat dan seterusnya; atau
e) Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.

h. Bidan yang secara bersama-sama membuat karya tulis/karya


ilmiah di bidang pelayanan kebidanan, pembagian angka
kreditnya ditetapkan sebagai berikut :

1) Apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis maka pembagian


angka kreditnya adalah 60% (enam puluh persen) untuk penulis
utama dan 40% (empat puluh persen) untuk penulis pembantu;
2) Apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis maka pembagian
angka kreditnya adalah 50 % (lima puluh persen) untuk penulis
utama dan masing-masing 25% (dua puluh lima persen) untuk
penulis pembantu; atau
3) Apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis maka pembagian
angka kreditnya adalah 40% (empat puluh persen) untuk penulis
utama dan masing-masing 20% (dua puluh persen) untuk
penulis pembantu.
4) Jumlah penulis pembantu, paling banyak terdiri dari 3 (tiga)
orang.

Pokok Bahasan 2.

JABATAN FUNGSIONAL BIDAN DAN KEDUDUKANNYA

A. Pengertian

1. Bidan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan kebidanan pada sarana pelayanan kesehatan.
2. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diberikan kepada ibu
dalam kurun waktu masa reproduksi, bayi baru lahir, bayi dan balita.
3. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kebidanan , yaitu Rumah Sakit, Rumah
Bersalin, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Klinik Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), Pondok Bersalin Desa (Polindes) dan/atau unit pelayanan
kesehatan lainnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1205
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

4. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang Bidan
dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.
5. Tim penilai angka kredit adalah tim penilai yang dibentuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai prestasi
kerja Bidan.

B. Tugas Pokok

Tugas Pokok Bidan adalah melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan


reproduksi perempuan, pelayanan keluarga berencana, pelayanan
kesehatan bayi dan anak serta pelayanan kesehatan masyarakat.

C. Pangkat dan Jabatan

1. Jabatan fungsional Bidan terdiri atas Bidan Terampil dan Bidan Ahli.
2. Jenjang Jabatan Bidan Terampil dari yang terendah sampai dengan
yang tertinggi yaitu:
a. Bidan Pelaksana Pemula;
b. Bidan Pelaksana;
c. Bidan Pelaksana Lanjutan;
d. Bidan Penyelia.

3. Jenjang Jabatan Bidan Ahli dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi yaitu:
a. Bidan Pertama;
b. Bidan Muda;
c. Bidan Madya.

4. Jenjang Pangkat Bidan Terampil sesuai dengan jenjang jabatannya,


yaitu:
a. Bidan Pelaksana Pemula:
1) Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
b. Bidan Pelaksana:
1) Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b;
2) Pengatur, golongan ruang II/c;
3) Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
c. Bidan Pelaksana Lanjutan:
1) Penata Muda, golongan ruang III/a;
2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
d. Bidan Penyelia:
1) Penata, golongan ruang III/c;
2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1206
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

5. Jenjang Pangkat Bidan Ahli, sesuai dengan jenjang jabatannya, yaitu:


a. Bidan Pertama:
1) Penata Muda, golongan ruang III/a;
2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Bidan Muda:
1) Penata, golongan ruang III/c;
2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Bidan Madya:
1) Pembina, golongan ruang IV/a;
2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b;
3) Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.

6. Rumpun Jabatan.
Jabatan fungsional Bidan termasuk dalam rumpun kesehatan.

7. Kedudukan.
a. Bidan berkedudukan sebagai pelaksana teknis di bidang pelayanan
kebidanan pada sarana pelayanan kesehatan di lingkungan
Departemen Kesehatan dan instansi lain.
b. Jabatan Fungsional Bidan merupakan jabatan karier.

D. Butir – Butir Kegiatan

Rincian Kegiatan dan Unsur yang dinilai dalam Memberikan Angka Kredit
Bidan Pelaksana Lanjutan :
1. Mempersiapkan pelayanan kebidanan;
2. Melaksanakan anamnesa klien/pasien pada kasus fisiologis
bermasalah;
3. Melaksanakan anamnesa klien/pasien pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
4. Melaksanakan pemeriksaan fisik klien/pasien pada kasus fisiologis
bermasalah;
5. Melaksanakan pemeriksaan fisik klien/pasien pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
6. Pengambilan/penyediaan bahan laboratorium dengan melakukan
pengambilan sediaan/bahan laboratorium dengan melakukan
pengambilan darah vena;
7. Pengambilan/penyediaan bahan laboratorium dengan melakukan
pengambilan sediaan/bahan laboratorium dengan melakukan
pengambilan darah air ketuban;
8. Pemeriksaan laboratorium sederhana dengan melakukan pemeriksaan
golongan darah;

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1207
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

9. Membuat diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian pada


kasus fisiologis bermasalah;
10. Membuat diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian pada
kasus patologis kegawatdaruratan kebidanan;
11. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain pada kasus fisiologis
bermasalah;
12. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
13. Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus
fisiologis bermasalah;
14. Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan;
15. Melakukan persiapan pelayanan asuhan kebidanan pada klien/pasien
dengan kasus fisiologis bermasalah;
16. Melakukan persiapan pelayanan asuhan kebidanan pada klien/pasien
dengan kasus patologis kegawatdaruratan kebidanan;
17. Mempersiapkan alat dan obat pada kasus fisiologis bermasalah;
18. Mempersiapkan alat dan obat pada kasus patologis kegawatdaruratan
kebidanan;
19. Mempersiapkan tindakan operatif gynecologi dan obstetri pada kasus
kecil;
20. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
bermasalah pada kesehatan reproduksi remaja dan menopouse,
klimaterium, bayi, anak, dan KB AKDR;
21. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien/pasien dengan kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan;
22. Melakukan KIE klien/pasien secara kelompok;
23. Melakukan konseling pada klien/pasien pada kasus fisiologis tanpa
masalah;
24. Melakukan konseling pada klien/pasien pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
25. Melakukan rujukan klien/pasien pada kasus fisiologis;
26. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan klien/pasien pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan;
27. Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
28. Melaksanakan tugas jaga/shif di tempat/Rumah Sakit;
29. Melaksanakan tugas jaga/shif on call;
30. Melaksanakan tugas jaga/shif sepi pasien;
31. Melaksanakan tugas pada daerah konflik/rawan/daerah penyakit
menular;
32. Melaksanakan asuhan kebidanan pada keluarga;
33. Melakukan pembinaan pada posyandu dan dasa wisma.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1208
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Rincian lebih lengkap bisa dilihat di Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII


/2009 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya.

E. Instansi Pembina / Tim Penilai

1. Instansi Pembina Jabatan Fungsional Bidan adalah Kementerian


Kesehatan.
2. Kementerian Kesehatan wajib melaksanakan tugas pembinaan.
3. Tugas Pokok Instansi Pembina
Tugas pembinaan antara lain:
a. Penetapan pedoman formasi jabatan Bidan;
b. Penetapan standar kompetensi jabatan Bidan;
c. Pengusulan tunjangan jabatan Bidan;
d. Sosialisasi jabatan Bidan serta petunjuk pelaksanaannya;
e. Penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan fungsional/
teknis fungsional Bidan;
f. Penyelenggaran pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis bagi
Bidan dan penetapan sertifikasi;
g. Pengembangan sistem informasi jabatan Bidan;
h. Fasilitasi pelaksanaan jabatan Bidan;
i. Fasilitasi pembentukan organisasi profesi Bidan;
j. Fasilitasi penyusunan dan penetapan etika profesi dan kode etik
Bidan;
k. Melakukan monitoring dan evaluasi jabatan Bidan.

VIII. REFERENSI

1. Keputusan Presiden No. 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan


Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Bidan.
3. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 01 Tahun 2008
tentang Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional.
5. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 25/1110 Tahun 2008 tentang petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 551 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Teknis Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1209
MATERI DASAR 3
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI DASAR 3
ETIKA KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Etika profesi kebidanan adalah acuan bagi bidan dalam menjalankan peran
dan tanggung jawab profesinya dengan memperhatikan nilai – nilai luhur
profesi, norma – norma kelayakan, kepantasan dan sesuai dengan standar
hukum yang berlaku di Indonesia.

Modul ini membahas tentang prinsip etik dalam pelayanan kebidanan, kode
etik profesi bidan dan kebijakan peraturan perundang-undangan yang terkait
dalam praktik pelayanan kebidanan serta upaya pengembangan
profesionalitas dalam menyikapi isu etik yang strategis dan mencegah
pelanggaran etik terhadap sesama.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan mampu menerapkan


prinsip etik dan kode etik profesi bidan, kebijakan peraturan perundang –
undangan yang berlaku dalam memberikan asuhan kebidanan serta
mengembangkan profesionalitas dalam menyikapi isu etik yang strategis
dan mencegah pelanggaran etik terhadap sesama.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan mampu :


1. Menerapkan prinsip etik dan kode etik profesi bidan.
2. Menunjukkan perilaku etis terhadap klien, teman sejawat dan
masyarakat sesuai dengan norma yang berlaku.
3. Mengembangkan profesionalitas dalam menyikapi isu etik yang
strategis dan mencegah pelanggaran etik terhadap sesama.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1210
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :

Pokok Bahasan 1. Etika Profesi Bidan


Sub Pokok Bahasan
a. Etika dan Moralitas
b. Nilai-nilai Luhur Profesi
c. Kode Etik Profesi Bidan

Pokok Bahasan 2. Kasus Etik Kebidanan


Sub Pokok Bahasan
a. Perilaku Etis
b. Hubungan Etika Profesi dan Norma Hukum
c. Dasar Hukum Praktik Kebidanan

Pokok Bahasan 3. Etika Kebidanan


Sub Pokok Bahasan
a. Isu etik, dilema dan konflik etik
b. Nilai-nilai Keputusan Etis
c. Pengambilan Keputusan Etis

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Diskusi kasus
 Latihan penilaian mandiri

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Lembar kasus

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1211
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 Panduan diskusi
 Ceklist pengembangan sikap profesi diri
 Panduan latihan

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum


pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan serta
metode pembelajaran yang akan digunakan, sebaiknya disepakati antara
peserta dan fasilitator. Penyampaian tujuan pembelajaran ini sebaiknya
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan pokok bahasan


dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Diawali
dengan review materi tentang filosofi dan paradigma kebidanan.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode yang bervariasi ceramah,
tanya jawab, curah pendapat, diskusi, studi kasus.
2. Fasilitator memandu peserta dalam melakukan simulasi penerapan etik
dan pengembangan sikap profesional bidan, dengan menggunakan
skenario atau pengalaman langsung di lapangan

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan


1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1212
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

ETIKA PROFESI BIDAN

Review Materi Filosofi Kebidanan


1. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin adalah
suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
2. Keyakinan tentang perempuan. Setiap perempuan mempunyai pribadi
yang unik, mempunyai hak, kebutuhan dan keinginan masing-masing,
oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan
yang diterimanya.
3. Keyakinan fungsi profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan
adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis
harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit dapat
menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk
memastikan kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya.
4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan,
merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga dan
pemberi asuhan.
5. Keyakinan tentang tujuan asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, berfokus pada :
a. Pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan
dengan cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli.
b. Bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan.
c. Asuhan berkesinambungan sesuai keinginan dan tidak otoriter serta
menghormati pilihan perempuan.
6. Keyakinan tentang Kolaborasi dan Kemitraan. Kemitraan dengan
perempuan bersifat alami dan holistik.
7. Keyakinan tentang fungsi profesi dan manfaatnya. Fungsi utama
mengupayakan kesehatan ibu dan bayinya, menghargai proses fisiologis,
bila timbul penyulit harus digunakan teknologi dan rujukan yang efektif.

Paradigma Kebidanan

Suatu cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan, yang


keberhasilannya dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang Bidan
dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara : Manusia/Perempuan,
Lingkungan, Perilaku, Pelayanan Kebidanan dan Keturunan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1213
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Determinan Filosofi
Asuhan Kebidanan

BIDAN Proses Perempuan


sebagai pemberi Manajemen Asuhan sebagai
asuhan Kebidanan penerima asuhan

Tercapainya
Meningkatnya
Kepuasan dan
Keamanan bagi
Perempuan dan
Bayinya (dalam
mewujudkan keluarga
bahagia & berkualitas)

Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan Indonesia

a. Etika dan Moralitas

Etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos artinya tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, akhlak,
kesusilaan, adat, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak
(taetha) artinya adat kebiasaan. Kata tersebut identik dengan kata Latin
mos, dalam bentuk jamaknya menjadi mores artinya adat atau tatacara
hidup. Walaupun secara etimologi etika dan moral sama artinya namun
dalam pemakaian sehari-hari ada perbedaannya.

Etika adalah sebuah cabang filsafat yang membahas mengenai nilai


dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan pendekatan yang kritis
dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral serta permasalahan
yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan norma moral tersebut.

Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral melainkan


merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1214
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu, buka sebuah ajara. Etika dan
moral berada pada tingkat yang tidak sama. Ajaran moral mengatakan
bagimana kita harus hidup sedangkan etika mau mengerti mengapa kita
harus mengikuti ajaran moral tertentu atau bagaimana kita dapat
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai
ajaran moral.

Jadi etika sekaligus kurang dan lebih dari ajaran moral. Kurang
karena etika tidak berwenang untuk menetapkan apa yang boleh dan tidak
boleh kita lakukan. Wewenang itu diklaim oleh pihak yang memberikan
ajaran moral bersifat lebih karena etika berusaha untuk mengerti mengapa
atau dasar apa kita harus hidup menurut norma tertentu. Ibaratnya ajaran
moral sama dengan buku petunjuk bagaimana kita harus merawat sepeda
motor dengan baik sedangkan etika memberika pengertian tentang
struktur dan teknologi sepeda motor itu sendiri.

Etika adalah filsafat moral yang berbicara tentang praksis manusiawi,


tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia
melainkan bagaimana ia harus bertindak. Dengan kata lain etika adalah
sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan perwujudan sikap dan pola perilaku hidup manusia baik
secara pribadi maupun secara kelompok. Oleh sebab itu etika tidak
bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuai dengan moralitas
begitu saja namun diperlukan kesadaran individu secara kritis dan rasional
dalam melakukan tindakan atau jika orang itu bertindak tidak sesuai
dengan moralitas bukan karena ikut-ikutan atau sekedar mau berbeda saja
melainkan karena ia punya alasan rasional atas tindakan tersebut. Ia
bertindak berdasarkan pertimbangan walaupun bertentangan dengan
moralitas namun baik bagi dirinya dan masyarakat karena alasan yang
rasional.

Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas


dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap tindakan selalu lahir dari
keputusan pribadi yang bebas. Kebebasan dan tanggung jawab adalah
kondisi dasar bagi pengambilan keputusan dan tindakan yang etis, suara
hati memainkan peran yang sangat sentral.

Etika sebagai refleksi kritis mempunyai 5 ciri khas yaitu rasional, kritis,
mendasar, sistematik dan normatif.
1. Rasional, mendasarkan pada nalar, pada argumentasi yang bersedia
dipersoalkan tanpa perkecualian. Contoh dalam sejarah, raja tidak

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1215
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

pernah dikubur dengan harta bendanya. Maka jika ada orang menggali
kuburan kuno dengan harapan dapat menemukan harta karun maka
hal tersebut tidak rasional, tidak masuk nalar.
2. Kritis, berarti filsafat ingin menggali permasalahan hingga keakar-
akarnya.
3. Mendasar, membahas hal yang utama
4. Sistematik, membahas langkah demi langkah secara teratur
5. Normatif, tidak sekadar melaporkan dengan pandangan moral
melainkan juga menyelidiki bagaimana pandangan moral yang
seharusnya.

Etik; kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak, nilai
mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau
masyarakat.
Estetika; cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan
keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya, kepekaan terhadap seni
dan keindahan.
Etis; sesuai dengan ajaran moral, misalnya menanyakan usia pada seorang
wanita adalah tidak etis.
Ethos; sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu, misalnya ethos kerja
yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap
pekerjaannya.
Iktikad; keyakinan, kepercayaan, kemauan teguh.

Prinsip Etika Profesi


1. Tanggung jawab, atas pelaksanaan pekerjaan dan dampak dari profesi
untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan, memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi, memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan
profesinya.
4. Altruistik, menghargai martabat manusia.
5. Otonomi.
6. Tanggung jawab.
7. Keadilan.
8. Kejujuran, Integritas.
9. Tepat Janji/Komitmen.
10. Bertindak aman.
11. Menjaga privasi dan kerahasiaan.
12. Memiliki niat untuk berbuat baik.
13. Menjaga dan meningkatkan profesional diri.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1216
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Moral

Moral : suatu ajaran tentang yang baik dan buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti,
susila.

Moral ialah ajaran, wejangan, khotbah, patokan, kumpulan peraturan


dan ketetapan tertulis dan tidak tertulis tentang bagaimana manusia harus
hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung
ajaran moral adalah pelbagai orang dalam kedudukan yang berwenang
(guru, pemuka masyarakat dan agama, tulisan) sedangkan sumber dasar
ajaran itu adalah tradisi, adat istiadat, ajaran agama atau ideologi tertentu.

Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral


yang terdapat diantara sekelompok manusia. Nilai moral adalah suatu
kebaikan manusia bagi manusia. Norma moral adalah aturan tentang
bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi manusia baik, pembaca
harus membedakan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya.
Kebaikan moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan
kebaikan pada umumnya ialah kebaikan dilihat dari salah satu segi saja.
Dengan demikian norma moral memiliki bobot lebih tinggi dari pada
norma lain seperti norma sopan santun dan norma hukum.

Norma sopan santun hanya berlaku berdasarkan suatu kebiasaan dan


dapat saja diubah, misalnya dahulu minum di tengah-tengah orang banyak
dianggap tidak sopan kini hal tersebut merupakan hal yang lumrah.
Norma lain ialah norma hukum merupakan norma yang pelaksanaannya
dapat dituntut dan dipaksakan sedangkan pelanggarnya di tindak. Norma
hukum lazimnya berlaku menurut perundang-undangan, tidak semua
norma hukum sekaligus mengikat secara norma dan tidak semua norma
moral dapat dijadikan norma hokum. Jadi bila moral menyangkut baik
buruknya manusia sebagai manusia maka moralitas merupakan
keseluruhan norma, nilai dan sikap moral seseorang atau sebuah
masyarakat.

Ada istilah amoral dan immoral. Amoral artinya tidak berhubungan


dengan konteks moral, diluar suasana etis, non moral dengan kata lain tidak
ada hubungannya dengan moral. Sedangkan istilah immoral artinya
bertentangan dengan moralitas yang baik, secara moral buruk, tidak etis.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1217
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Morality Universal
1. Tell the truth
2. Respect the privacy of others
3. Protect confidential information
4. Obstain consent before invading another person’s body
5. Be loyal to friends who return the loyality
6. Do not kill
7. Do not cause pain
8. Do not incapacitate
9. Do not cause offens
10. Do not deprive of goods
11. Protect and defend the right of others
12. Prevent harm from occuring to others
13. Remove condition that will cause harm
14. Help person with disability
15. Rescue person in danger

b. Nilai-nilai Luhur Profesi

1) Menekankan pengabdian atau pelayanan untuk kepentingan orang lain


(Altruistik).
2) Memperoleh nafkah hidup sebagai sekadar sebuah imbalan dari
menjalankan profesi.
3) Sasaran utama dalam menjalankan profesi luhur.
4) Pengabdian untuk melayanani kepentingan masyarakat.
5) Memperoleh nafkah hidup sebagai sekadar sebuah imbalan dari
menjalankan profesi.

Perilaku Profesional Bidan

1. Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh pengetahuan


dan pengalaman serta keterampilan yang tinggi.
2. Bermoral tinggi.
3. Berlaku jujur baik kepada orang lain maupun diri sendiri.
4. Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu
pengetahuan profesi.
5. Tidak memberikan janji yang berlebihan.
6. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh tindakan
komersial.
7. Memegang teguh nilai – nilai etika profesi.
8. Mengenal batas-batas kemampuan.
9. Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1218
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Nilai-nilai profesional inipun dapat dilihat secara tersirat dalam sumpah


dan janji bidan seperti yang tercantum dalam sumpah dan janji bidan.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya :


1. Akan mengabdikan ilmu saya dengan jujur dan sejalan dengan profesi
kebidanan
2. Akan mengabdikan diri saya dalam pelayanan kebidanan dan
kesehatan tanpa membedakan agama, pangkat, suku dan bangsa
3. Akan menghormati kehidupan manusia sejak pembuahan
4. Akan membela hak dan menghargai tradisi budaya dan spiritual
pasien yang dilayani
5. Tidak akan menceritakan kepada siapapun dan menjaga segala rahasia
yang berhubungan dengan tugas saya kecuali jika diminta pengadilan
untuk keperluan kesaksian
6. Akan menghormati, membina kerjasama, keutuhan dan
kesetiakawanan dengan teman sejawat
7. Akan menjaga martabat dan menghormati keluhuran profesi dengan
terus menerus mengembangkan ilmu kebidanan

Sumpah/janji ini saya ikrarkan dengan sungguh-sungguh dengan


mempertaruhkan kehormatan saya sebagai bidan. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa memberi kekuatan kepada saya.

c. Kode Etik Profesi Bidan

Kode Etik Profesi : Norma, aturan, dan ketentuan perilaku bagi anggota
profesi

Fungsi Kode Etik Profesi :

1) Memberikan panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik


2) Menghubungkan nilai/norma yang dapat diterapkan dan
dipertimbangkan dalam memberikan pelayanan
3) Sebagai landasan untuk memberikan umpan balik bagi sejawat
4) Sebagai nilai dan standar profesi
5) Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai
moral

Mengacu pada KODE ETIK IKATAN BIDAN INDONESIA dan KODE


ETIK INTERNATIONAL CONFIDERATION OF MIDWIVES (ICM).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1219
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Prinsip Kode Etik Profesi (Salam, 1997 IBI, 2003) :


1) Menghargai otonomi memiliki kebebasan menjalankan profesinya
2) Melakukan tindakan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan scr
profesional
3) Mencegah tindakan yang dpt merugikan
4) Memperlakukan manusia secara adil, tidak diskriminatif
5) Menjelaskan dengan benar
6) Menepati janji yang telah disepakati
7) Menjaga kerahasiaan

Pokok Bahasan 2.

PERILAKU ETIS SESUAI DENGAN NORMA YANG BERLAKU

Mengacu pada peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku saat


ini, yaitu UUD 1945, Undang–Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009,
Peraturan–peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan 1464 tahun 2010, Registrasi Tenaga Kesehatan
tahun 2010, dan lainnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
1) Undang-undang Perlindungan Anak no 23 tahun 2006
2) Undang-undang Anti Kekerasan terhadap Perempuan
3) Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan
4) Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Standar Asuhan
Kebidanan
5) Penilaian Angka Kredit dan Jabatan Fungsional Bidan

Pokok Bahasan 3.

ETIKA KEBIDANAN

a. Isu Etik, dilema dan konflik etik

• Dalam konteks etika profesi kebidanan, isu etik erat kaitannya dengan
kode etik profesi kebidanan yang mengatur sikap dan perilaku bidan
dalam melaksanakan tugas profesinya.
• Isu moral merupakan topik penting berhubungan dengan perbuatan
benar atau salah dalam kehidupan sehari-hari, yang didasari atas nilai-
nilai yang berbeda sehingga setiap orang akan mempunyai opini yang
berbeda pula (Baldwin, 1960).
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1220
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

• Isu moral dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan


teknologi.
• Isu yang terjadi terkadang dapat menimbulkan konflik baik bagi bidan
itu sendiri juga bagi klien dan keluarganya.
• Karena dalam perannya dalam memberikan pelayanan bidan dituntut
untuk dapat bekerja secara profesional dengan tunduk terhadap
peraturan terhadap kewenangannya, namun adakalanya dalam
tugasnya bidan menghadapi keadaan yang membuatnya berada
diposisi yang serba sulit yaitu antara hukum dan perannya sebagai
pendamping perempuan.
• Karenanya Isu moral dalam pelayanan kebidanan meliputi ruang
lingkup tugas bidan dihubungkan dengan nilai personal dan nilai
profesional dari bidan tersebut.
• Berkaitan dengan tugasnya
• Berkaitan dengan kewajibannya
• Berkaitan dengan kewajiban moral.

Setiap Pasien/Klien berhak memperoleh :


a. Informasi
b. Akses kesehatan
c. Memilih pelayanan kesehatan
d. Keamanan
e. Privacy
f. Kerahasiaan
g. Dihormati
h. Mengemukakan pendapat
i. Mendapat kenyamanan
j. Pelayanan berkelanjutan

Setiap perempuan/ibu penerima asuhan mempunyai hak :


a. Mendapat keterangan mengenai kesehatannya.
b. Hak mendiskusikan keprihatinannya di lingkungan dimana ia merasa
percaya.
c. Harus mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan.
Prosedur harus dilaksanakan di dalam suatu lingkungan (misalnya
kamar bersalin) supaya hak ibu untuk mendapat privasi dihormati.
d. Harus dibuat senyaman mungkin ketika menerima layanan.
e. Mengutarakan pandangan dan pilihannya mengenai layanan yang
diterimanya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1221
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

f. Diberi informasi tentang kemungkinan efek, risiko atau bahaya pada


dirinya atau janinnya atau bayi yang akan dilahirkan sebagai akibat
dari penggunaan obat atau prosedur.
g. Diberi informasi tentang pilihan pengobatan yang dapat digunakan
sebagai pengganti obat atau prosedur tindakan kebidanan.
h. Diberi informasi bahwa ada obat-obat yang diminumnya kemungkinan
mempunyai efek merugikan pada janinnya.
i. Diberi informasi tentang upaya meminimalkan ketika bayinya
bergerak, menggunakan obat yang menguntungkan bagi bayinya.
j. Diberi informasi jika ada ketidakpastian keamanan suatu prosedur atau
pengobatan terhadap dirinya, janin maupun bayinya.
k. Diberi informasi tentang merek dagang atau nama generik obat
sebelum diberikan.
l. Memutuskan untuk menerima atau menolak risiko dari suatu prosedur
atau pengobatan.
m. Mengetahui nama dan kualifikasi seseorang yang memberikan obat.
n. Diberi informasi tentang alasan pelaksanaan prosedur tindakan atau
pemberian obat.
o. Diberi informasi jika ada hal-hal yang diketahui tentang perawatan
atau kondisi dirinya atau bayinya yang mungkin dapat menyulitkan di
kemudian hari.
p. Memperoleh catatan RS tentang dirinya dan bayinya secara lengkap,
akurat, jelas dan disimpan oleh RS.
q. Mendapatkan informasi rekam medis RS dengan lengkap.
r. Diberi informasi nama dan kualifikasi sesorang yang menolong
kelahiran bayinya.
s. Ditemani selama melahirkan.
t. Memilih posisi selama proses persalinan dan melahirkan.
u. Bayinya dirawat didekat tempat tidur ibunya.

Dilema Moral

Pertentangan antara dua pilihan/alternatif (Campell,1984), kedua pilihan


tersebut seakan-akan sama (Johnson, 1990), seakan dipersimpangan jalan,
tanpa petunjuk yang jelas.
contoh : seorang primipara akan melahirkan bayi, ketika bayi akan lahir
tampak perineum tipis dan kaku  diperkirakan perlu episiotomi 
namun belum ada persetujuan dari klien, demi keselamatan terpaksa
dilakukan episiotomi tanpa meminta persetujuan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1222
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Konflik Etik

Pertentangan antara dua/lebih prinsip moral profesional


contoh : ditemukan Down’s Syndrome  perlu pemeriksaan lanjutan
untuk memastikan ? Diberitahu? Jika benar terbukti ?

b. Nilai-Nilai Keputusan Etis

1) Nilai Personal
 Kejujuran  berkata benar, tepat janji, tidak membohongi klien
 Kompeten  memiliki kemampuan intelektual, interpersonal,
teknikal
 Etis  penuh kepedulian, rasa kasih sayang kepada sesama, empati

2) Budaya dan Agama


 Mengenal budaya dan agama  sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan
 Memfasiltasi klien untuk melaksanakan kegiatan keagamaan sesuai
agama yang dianutnya

3) Hubungan dan komunikasi, penting untuk mencegah dan mengatasi


konflik, menyampaikan kepedulian
 Komunikasi yang terbuka
 Komunikasi verbal dan verbal
 Komunikasi secara tertulis
 Pendokumentasian yang tepat
 Kerja kolaboratif
 Diskusi informal dengan menejemen, anggota tim multidisiplin,
 Konsultasi dengan komite terkait

c. Pengambilan Keputusan Etis

Teori yang mendasari dalam pengambilan keputusan etik :


1) Utilitarianisme
 Tindakan utilitarianisme dinilai berdasarkan kebahagiaan yang
diciptakan, keuntungan atau kebaikan, semakin dinilai benar/tepat,
mengutamakan efisiensi dari tindakan.
 Aturan utilitarianisme, menilai suatu tindakan menurut aturan
moral, aturan yang baik yang menghasilkan kebaikan,suatu
tindakan dikatakan benar jika berada dibawah aturan yang benar.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1223
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2) Deontologi
 Memprioritaskan “tugas” atau “kewajiban”, tanpa mengindahkan
konsekuensinya, dimanapun tempatnya dan kemampuan yang
dimilikinya

Beberapa contoh masalah konflik dan dilema moral dalam kebidanan &
kesehatan reproduksi :
1. Berkaitan dengan IPTEK
Bayi Tabung, Skrining Bayi, Donor Sperma, Penelitian dengan
menggunakan klien.
2. Berkaitan dengan Sosial-Budaya, Agama atau Kepercayaan
Transfusi darah, Penggunaan ALKON, Adopsi anak, Larangan bagi
bumil, bufas, menyusui.
3. Berkaitan dengan Tindakan Medis/Intervensi Kebidanan
SC, Episiotomi, Penggunaan USG, Vakum Ekstrasi/Forsep dll

Cara Pemecahan masalah :


1. Berkaitan dg IPTEK : biasanya sudah ada landasan hukumnya &
peraturannya, yg memberikan batas wewenang dlm tindakan  cari
landasan hukum dan peraturannya
2. Berkaitan dg Sos-Bud, Agama,Kepercayaan :
Merup hal yang sensitif, menyangkut perasaan  perlu advokasi &
konseling yang tepat
3. Berkaitan dg Tind.Medis/Intervensi Asuhan kebidanan : memerlukan
informed choice & informed Concent

Langkah – Langkah Pengambilan Keputusan Etik

Bidan adalah tenaga kesehatan profesional yang mempunyai


tanggung jawab memberikan asuhan kebidanan. Asuhan kebidanan
merupakan suatu pendampingan kepada wanita agar dalam menjalani
proses dan perubahan peran menjadi ibu dapat berlangsung aman, sehat,
anak yang dilahirkan dapat bertumbuh dan berkembang dengan sehat.
Karena posisi, peran dan budaya sering membuat perempuan dalam
keadaan “ ketidakberdayaan” membuat keputusan  Pemberdayaan.
Setiap individu mempunyai informasi yang bersifat pribadi/privacy 
perlu dijamin kerahasiaannya (confidentiality).
Ketidakseimbangan kebutuhan dan tuntutan.
Keterbatasan sumber daya.
Perubahan terjadi sangat dinamis dapat menimbulkan “conflict” dan
“dilema” moral.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1224
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Untuk membantu mengambil keputusan pada situasi yang sulit,


individu mungkin dapat menggunakan teori etika, seperti deontologi dan
utilitarianisme. Walaupun kuno, teori ini telah diadaptasi dan ajaran
agama mereka masih berelevansi dengan standar yang sesuai untuk
menilai tindakan kita. Dapat dikatakan bahwa mendukung keyakinan
seorang pluralis dalam kewajiban berbuat baik, tidak berbuat jahat,
kewajiban untuk menepati, bersikap adil, memperbaiki diri,
berterimakasih/bersyukur, dan mengembangkan diri adalah sikap terpuji
dalam kehidupan seseorang atau dalam melakukan praktek kebidanan.
(Shirley R. Jones, 2000)

Dalam PP IBI tahun 1999 ciri dari keputusan yang etis adalah :
1) Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah
2) Sering menyangkut pilihan yang sukar
3) Tidak mungkin dielakkan
4) Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan
sosial

Langkah-langkah pengambilan keputusan etik menurut teori Bioethical


Thompson dan Thompson yang dikembangkan tahun 1985 dan
diperbaharui tahun 2003 adalah sebagai berikut :

1) Kaji situasinya untuk menentujan masalah


2) Pengumpulan informasi untuk pemahaman lebih lanjut
3) Identifikasi isu-isu etika dalam situasi tersebut
4) Pelajari hambatan personal dari permasalahan yang muncul
5) Identifikasi konflik nilai, jika ada
6) Tentukan siapa yang harus membuat keputusan
7) Identifikasi jenis-jenis tindakan dengan mengantisipasi hasil dari
masing-masing tindakan
8) Tentukan langkah pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan
9) Evaluasi hasil-hasil keputusan atau tindakan yang telah diambil

Dari contoh langkah-langkah pengambilan keputusan serta teori-teori


diatas dapat disimpulkan bahwa demikian cermat dan hati-hatinya
seorang bidan dalam mengambil sebuah keputusan agar tidak merugikan
kedua belah pihak baik dari sisi bidan maupun klien, sehingga semua
dapat berlangsung aman dan baik pada sebelum, selama dan sesudah
mengambil sebuah tindakan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1225
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Upaya peningkatan pengembangan diri dapat dilakukan melalui


evaluasi diri dalam Pengembangan Praktek Profesional dan Kode Etik,
seperti contoh berikut :

1. Dalam keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan praktik


professional dalam bidang tugasnya, konsisten dengan aspek legal
yang berhubungan dengan praktik kebidanan, meliputi :
a. Menggunakan standar praktik professional untuk mengkaji
kompetensi diri
b. Berkonsultasi pada profesi lain dengan tepat yang sesuai dengan
keahliannya
c. Mengidentifikasi praktik-praktik yang membahayakan dan
memberikan respon dengan tepat.

2. Dalam melaksanakan praktik kebidanan respek, mempromosikan dan


mendukung hak-hak otonomi individu, interest, preferensi,
kepercayaan dan budaya, meliputi :
a. Memberikan saran keluarga berencana yang sensitive terhadap
budaya yang berlaku
b. Memastikan ibu bersalin, konsisten dengan agama dan keyakinan,
budaya dan preferensinya
c. Menghargai peran dan hubungan dalam keluarga, berdasarkan
agama, keyakinan, budaya, preferensi dan pengalamannya.

3. Melakukan praktik sesuai dengan legalitas yang relevan


a. Praktik berdasarkan peraturan yang berlaku
b. Mendemonstrasikan pengetahuan hukum yang berhubungan
dengan hak asasi manusia, kesetataraan dan akses untuk catatan
pasien.

4. Menjaga kerahasiaan informasi


a. Memastikan kerahasiaan dan keamanan informasi verbal dan
tertulis, dan memberikannya untuk kaperluan professional
b. Membuka informasi hanya kepada orang dan organisasi yang
berhak untuk keperluan kesaksian peradilan.

5. Dalam melakukan tugasnya berkolaborasi dengan profesi dan badan


lain, dengan berbagai cara
a. Menghargai kontribusi dalam pelayanan kesehatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1226
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

b. Melibatkan tenaga professional dan badan lainnya untuk


berpartisipasi secara efektif dalam asuhan untuk perempuan, bayi
dan keluarganaya
c. Menghargai pekerjaan tenaga profesional dan organisasi lain,
misalnya :
- Tenaga kesehatan
- Pekerja sosial
- Keamanan sosial, perumahan
- Konseling, bimbingan dan saran-saran
- Perlindungan anak
- Hukum

6. Mengelola dan memprioritaskan kebutuhan


a. Memutuskan orang yang mampu dan tempat yang terbaik untuk
memberikan intervensi kepada perempuan, bayi dann keluarganya
b. Tanggap untuk mengelola kesulitan dan isu dalam pelayanan
kebidanan

7. Memberikan dukungan yang kreatif dan mempertahankan lingkungan


yang sehat, aman dan menjamin kesejahteraan perempuan, bayi dan
lainnya
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi
b. Upaya promosi kesehatan, keamanan dan keseloamatan lingkungan
di tempat kerja, di rumah pasien, di masyarakat, di klinik atau
rumah sakit.

8. Berkontribusi dalam pengembangan pedoman evaluasi dan kebijakan,


untuk memberikan rekomendasi perubahan yang berfokus pada
perempuan, bayi dan keluarganya
a. Mempertimbangkan fakta-fakta yang ada
b. Memberikan feedback kepada pimpinan dalam kebijakan pelayanan
c. Memberikan pertimbangan kebijakan dalam konteks kesehatan
umum dan sosial yang berfokus pada perempuan, bayi dan
keluarganya.

VIII.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1227
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

IX. REFERENSI

1. Diamond B ( 1994). The Legal Aspect a Midwifery. England


2. Hanafiah J. Amir A. (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Ed 3.
Jakarta : EGC
3. IBI. (2006) Etika dan Kode Etik Profesi Bidan Indonesia
4. Jones SR (1994). Ethic in Midwifery. London : Mosby
5. Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan
6. Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Standar Asuhan
Kebidanan
7. Penilaian Angka Kredit dan Jabatan Fungsional Bidan
8. Permenkes RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
9. Permenkes RI No. 161/Menkes/PER/I/2000 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
10. Raynor Maureen D, Marshall Jayne E, Sullivan Amanda, (2005) Decision in
Making in Midwifery Practice, Elsevier Churchill Livingstone,
11. Salam B (1997). Etika Sosial sebagai asas moral kehidupan. Jakarta: Rineka
Cipta
12. Sweet BR (1998). Mayes Textbook for Midwives. London
13. Undang – Undang Anti Kekerasan terhadap Perempuan
14. Undang – Undang Kesehatan No. 36 tahun 2010
15. Undang – Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2006

X. LAMPIRAN

 Panduan diskusi
 Skenario roleplay
 Lembar evaluasi diri

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1228
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

LEMBAR EVALUASI
PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL/ETIKA PROFESI BIDAN

Nama Bidan : .................................................. Hari, tanggal ..........................................

Score
No ASPEK YANG DIAMATI
0 1 2 3 4
I Penerapan prinsip etiko-legal dan kode etik profesi bidan
1. Memenuhi persyaratan /standar kualifikasi sebagai Bidan
a. Memiliki ijazah bidan yang dipersyaratkan dan
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang dan
terakreditasi
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi/Surat Penugasan/ Surat
Ijin Bidan/Surat Tanda Ijin Praktik Bidan yang berlaku
c. Memiliki Surat/Sertifikasi pendidikan/pelatihan dan
sejenisnya sesuai yang dipersyaratkan
d. Mampu menunjukkan kemampuan bidan sesuai standar
kompetensi/Sertifikat Uji kompetensi yang berlaku
e. Berkelakuan baik tidak terlibat kriminal, NAPZA,
kejahatan dan sejenisnya
2. Memiliki komitmen terhadap profesi Bidan
a. Menguasai Peran dan Tanggung jawab Bidan
b. Memiliki sertifikat Sumpah/Janji Bidan
c. Menguasai Kode Etik Bidan Indonesia dan International
d. Memiliki kartu keanggotaan organisasi Ikatan Bidan
Indonesia yang berlaku
3. Menguasai peraturan perundang-undangan yang belaku :
a. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009
b. Peraturan Pemerintah baik pusat dan daerah yang terkait
dengan pelayanan kebidanan
c. Standar Profesi Bidan
d. Ijin Penyelenggaran Praktik Bidan dan Kewenangannya
e. Standar Pelayanan Kebidanan
f. Standar Asuhan Kebidanan
g. Standar Operasional Prosedur

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1229
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

4. Memiliki karakter Bidan Profesional


a. Berjiwa altruistik
b. Penampilan menarik sehat bugar
c. Tangguh, gigih, semangat
d. Tanggap, peduli, responsif
e. Pengetahuan luas
f. Siap menerima risiko atas tugasnya
g. Rendah hati
h. Mengenal keunggulan dan kelemahan diri
i. Menghargai perbedaan individu
j. Berani menentukan sikap
k. Percaya Diri
l. Kreatif
m. Inovatif
n. Tegas
o. Tulus Ikhlas

II Berperilaku etis terhadap klien, teman sejawat dan


masyarakat
1. Kemampuan berkomunikasi verbal dan non verbal
a. Ramah dan Sopan, bicara menghadap lawan bicara,
kepala tegak, sikap tubuh tegap, bergerak alamiah &
bebas,
b. Wajah rileks dan bersahabat, senyum alami, nyaman,
kontak mata terpelihara, perhatian penuh,
c. Bicara tidak bertele-tele, tidak tergesa-gesa, ucapan jelas,
nada cukup keras, menggunakan bahasa baku.
2. Kemampuan mengkomunikasikan pesan
a. Isi Pesan
1) Tujuan tindakan
2) Manfaat tindakan
3) Risiko tindakan
4) Pilihan tindakan
5) Prosedur tindakan
6) Persetujuan dan ijin tindakan
b. Diplomatis
c. Asertif
d. Memberikan bimbingan, dukungan, nasehat dengan baik
dan benar

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1230
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3. Berlaku Profesional :
a. Kompeten/menguasai bidang tugasnya
b. Komitmen, disiplin, tepat janji
c. Cekatan
d. Menjaga keamanan dan kenyamanan : bekerja cermat/
teliti
e. Tanggung jawab, siaga /antisipasi masalah
f. Berlaku Adil/tidak membeda-bedakan
g. Tidak menghakimi/menyalahkan orang lain
h. Menjaga rahasia jabatan dan privasi
i. Empati
j. Meminimalisir intervensi
4. Kepemimpinan
a. Kemampuan menggerakkan orang lain untuk kegiatan
positif,
b. Mengambil keputusan secara tepat & cepat,
c. Memprioritaskan tugas, memotivasi
d. Percaya diri dalam menyampaikan ide

5. Menjalin hubungan interpersonal dan kerjasama


a. Mampu menjalin hubungan saling percaya dengan luwes
b. Mudah berdaptasi,
c. Menghormati hak-hak/pilihan/pendapat individu
d. Emosi terkendali/terkontrol
e. Sabar
f. Pendengar yang baik
g. Sikap terbuka, dapat menerima kritik
6. Kemampuan pemecahan masalah
a. Mampu mengenal masalah,
b. Prioritas masalah,
c. Mencari alternatif dan memilih solusi terbaik,
d. Mengkomunikasikannya dengan jelas, tegas dan
komprehensif
III Mengembangkan kemampuan profesional, mengkaji isu etik
strategis, pelanggaran hak-hak individu dalam kemitraan

1. Melakukan kajian/analisis isu etik strategis


2. Melakukan pencegahan konflik etik dan pelanggaran hak-hak
klien
a. Informed concent
b. Negosiasi
c. Persuasi
d. Partisipasi aktif dalam Komite Etik

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1231
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3. Memiliki Akses terhadap Perkembangan Informasi Up date


tentang Praktik Kebidanan, etiko-legal dan kebijakan
termasuk pendidikan dan pelatihan

Catatan Sejawat/Pembimbing/Atasan : Catatan Pribadi :

Score nilai : terendah 0 – tertinggi 4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1232
MATERI INTI 1
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI INTI 1
PERSIAPAN PELAYANAN KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Persiapan pelayanan kebidanan adalah proses menyiapkan dan memberikan


asuhan kebidanan yang dilakukan bidan sesuai dengan wewenangnya guna
mencapai pelayanan yang optimal dan meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan dengan memperhatikan keselamatan, keamanan dan kesehatan
lingkungan yang dimulai dari persiapan tindakan pencegahan infeksi,
menyiapkan alat dan obat serta memproses alat/limbah bekas pakai.

Materi ini mengajarkan tentang bagaimana seorang bidan mengelola


pencegahan infeksi dan menyiapkan pelayanan kebidanan sesuai standar
asuhan kebidanan pada jenjang bidan ahli pertama.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memberikan pengarahan
yang hendak dicapai untuk persiapan pelayanan kebidanan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu mengarahkan persiapan
pelayanan kebidanan yang hendak dicapai.

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut :

Pokok Bahasan 1. Persiapan pelayanan kebidanan pada kasus patologis,


kasus kebidanan dengan penyakit penyerta dan
kegawatdaruratan kebidanan
Pokok Bahasan 2. Persiapan pelayanan kebidanan pada kasus kebidanan
patologis, kasus sedang dan kegawatdaruratan
kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1233
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Simulasi

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Skenario Simulasi
 Alat pencegahan infeksi

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan serta
metode pembelajaran yang akan digunakan, sebaiknya disepakati antara
peserta dan fasilitator. Penyampaian tujuan pembelajaran ini sebaiknya
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian materi

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk latihan membuat rencana pelayanan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1234
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI

Pokok bahasan 1.

PERSIAPAN PELAYANAN KEBIDANAN PADA KASUS PATOLOGIS


KASUS KEBIDANAN DENGAN PENYAKIT PENYERTA DAN
KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

Pencegahan Infeksi

Pernyataan Standar :
Bidan dapat memberikan arah yang hendak dicapai dengan melakukan
pencegahan infeksi yang profesional, cepat, tepat, nyaman untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kebidanan dan kebutuhan klien/pasien.

Rasionalnya :
Tersedianya panduan pencegahan infeksi di tempat pelayanan kebidanan
yang mendukung pelayanan kebidanan yang efektif, efIsien dan bermutu.

Kriteria Struktur :
a. Adanya pedoman/SOP pencegahan infeksi yang ditetapkan dan tertulis.
b. Adanya pola ketenagaan dalam pelaksanaan pencegahan infeksi
c. Adanya evaluasi dan monitoring dalam pelaksanaan pencegahan infeksi

Kriteria Proses :
a. Menyusun dan menetapkan Standar Operasional Pelaksanaan (SOP)
pencegahan infeksi di tempat pelayanan kebidanan : poliklinik kebidanan,
kamar bersalin, ruang nifas/rawat gabung dan ruang bayi.
b. Melakukan sosialisasi internal tentang Standar Operasional Pelaksanaan
(SOP) pencegahan infeksi
c. Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan pencegahan infeksi dalam
memberikan pelayanan kebidanan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1235
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Kriteria Hasil :
a. Adanya dokumen pencegahan infeksi yang tertulis dan dapat dilihat oleh
semua pihak di tempat pelayanan kebidanan.
b. Adanya budaya kerja yang mengacu kepada standar operasional
pencegahan infeksi.

Pencegahan infeksi yang dimaksud meliputi :

a. Pengertian pencegahan infeksi


1) Asepsis atau teknik aseptik adalah istilah umum yang biasanya
digunakan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk
menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk
menimbulkan infeksi. Teknik aseptik membuat prosedur lebih aman
bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan dengan cara
menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh mikroorganisme
pada kulit, jaringan dan instrumen/peralatan hingga tingkat yang
aman.
2) Anti septik adalah pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikrooganisme pada kulit atau jaringan
tubuh lainnya.
3) Desinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari
benda – benda mati atau instrumen.
4) Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai
benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Peralatan medis,
sarung tangan dan permukaan (misalnya meja periksa) harus segera
didekontaminasi setelah terpapar darah atau cairan tubuh.
5) Mencuci dan membilas adalah tindakan – tindakan yang dilakukan
untuk mengilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda
asing (misalnya debu, kotoran) dari kulit atau instrumen/peralatan.
6) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri
dengan cara merebus atau kimiawi.
7) Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk
endospora bakteri dari benda – benda mati atau instrumen.

b. Tujuan pencegahan infeksi :


1) Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
2) Mencegah infeksi silang dalam prosedur klinik
3) Menurunkan risiko transmisi penyakit menular

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1236
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

c. Prinsip pencegahan infeksi :


1) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi
dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
2) Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
3) Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya
yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak
utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi
sehingga setelah digunakan, harus diproses secara benar.
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya
telah diproses dengan baik maka semua itu dianggap masih
terkontaminasi.
5) Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan – tindakan PI
secara benar dan konsisten.

d. Langkah – langkah pencegahan infeksi

1) Cuci tangan

Prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang


menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Cuci tangan harus dilakukan :


 Segera setelah tiba di tempat kerja.
 Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan
bayi baru lahir.
 Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir.
 Sebelum memakai sarung tangan (kontaminasi melalui lubang dan
robekan sarung tangan).
 Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah
atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa
(misalnya hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang
menggunakan sarung tangan.
 Setelah ke kamar mandi atau menggunakan toilet.
 Sebelum pulang kerja.

Mencuci tangan yang efektif :


 Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.
 Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
 Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau
yang mengandung anti septic selama 10 – 15 detik (pastikan sela-
sela jari digosok menyeluruh). Tangan yang terlihat kotor harus
dicuci lebih lama.
 Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1237
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau


dikeringkan dengan kertas (tissue) atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.

Pedoman mencuci tangan :

 Bila menggunakan sabun padat (misalnya, sabun batangan),


gunakan potongan-potongan kecil dan tempatkan dalam wadah
yang dasarnya agar air tidak menggenangi potongan sabun
tersebut.
 Jangan mecuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah
berisi air meskipun air tersebut sudah diberi larutan antiseptic
(seperti Dettol atau Savlon). Mikroorganisme dapat bertahan hidup
da berkembang baik dalam larutan tersebut.
 Bila tidak tersedia air mengalir :
- Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada
saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika akan membilas.
- Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.
- Minta orang lain menyiramkan air ke tangan, atau
- Gunakan larutan pencuci tangan yang mengandung alkohol
(campurkan 100 ml 60 – 90 % alkohol dengan 2 ml gliserin).
Gunakan kurang lebih 2 ml dan gosok kedua tangan hingga
kering, ulangi tiga kali.
 Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering. Jangan
menggunakan handuk yang juga digunakan oleh orang lain.
Handuk basah/lembab adalah tempat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme.
 Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah
digunakan, kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah
atau jamban di kamar mandi.

2) Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak
utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan,
sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.

Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk setiap ibu
atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau
digunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda
pula (Tabel 1-1).
 Gunakan sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi untuk
prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1238
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau


pengambilan darah.
 Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani
darah atau cairan tubuh.
 Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci
peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan
tubuh.

Tabel 1-1 : Prosedur/tindakan yang memerlukan sarung tangan

Perlu Sarung Tangan Sarung


Prosedur/ Tindakan Sarung desinfeksi Tangan
Tangan tingkat tinggi Steril
Memeriksa tekanan darah,
temperatur tubuh atau Tidak Tidak Tidak
menyuntik
Menolong persalinan dan
kelahiran bayi, menjahit laserasi Ya Bisa Diterima Dianjurkan
atau episiotomi
Mengambil contoh darah/
Ya2 Tidak Tidak
pemasangan IV
Menghisap lendir dari jalan
Ya Ya Tidak
nafas bayi
Memegang dan membersihkan
Ya3 Tidak Tidak
peralatan yang terkontaminasi
Memegang sampah yang
Ya Tidak Tidak
terkontaminasi
Memberikan percikan darah
Ya3 Tidak Tidak
atau cairan tubuh.

1) Jika sterilisasi tidak memungkinkan, sarung tangan desinfeksi tingkat


tinggi adalah satu-satunya alternatif yang bisa diterima.
2) Dapat gunakan sarung tangan periksa yang bersih.
3) Sarung tangan tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks adalah
yang paling praktis untuk tujuan ini.

Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika jumlahnya sangat
terbatas maka sarung tangan bekas pakai dapat diproses ulang dengan
dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi.
Jika sarung tangan sekali pakai digunakan ulang, jangan diproses lebih
dari tiga kali karena mugkin ada robekan atau lubang yang tidak
terlihat atau sarung tangan mungkin robek pada saat sedang
digunakan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1239
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3) Menggunakan teknik asepsis atau aseptic

Teknik aseptic membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi
baru lahir dan penolong persalinan. Teknik aseptic meliputi aspek :

 Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi


Perlengkapan pelindung pribadi (kaca mata pelindung, masker
wajah, sepatu boot atau sepatu tertutup, celemek) mencegah
petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara
menghalangi atau membatasi petugas dari percikan ciran tubuh,
darah atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik.

 Antiseptis
Antiseptis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi
dengan cara membunuh atau mngurangi mikroorganisme pada
jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan selaput mukosa tidak
dapat disterilkan maka penggunaan antiseptic akan sangat
mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi
luka terbuka dan menyebabkan infeksi. Cuci tangan secara teratur
di antara kontak dengan setiap ibu dan bayi baru lahir, juga
membantu untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
pada kulit.

 Menjaga tingkat sterilitas atau desinfeksi tingkat tinggi


Larutan antiseptic digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak
mampu menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam
desinfektan. Larutan desinfektan dipakai juga untuk
mendekontaminasi peralatan atau instrumen yang digunakan dalam
prosedur bedah. Larutan antiseptic (seperti alkohol) memerlukan
waktu beberapa menit setelah dioleskan pada permukaan tubuh
agar dapat mencapai manfaat yang optimal. Karena itu,
penggunaan antiseptic tidak diperlukan untuk tindakan kecil dan
segera (misalnya, penyuntikan, penyuntikan oksitosin secara IM
pada penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, memotong tali
pusat) asalkan peralatan yang digunakan sudah didesinfeksi tingkat
tinggi atau steril.

Larutan antiseptic berikut bisa diterima :


 Alkohol 60 – 90% etil, isopropyl, atau metal spiritus
 Setrimid atau klorheksidin glukonat, berbagai konsentrasi
(Savlon)
 Klorheksidin glukonat 4% (Hibiscrub, Hibitane, Hibiclens)
 Heksaklorofen 3% (Phisohex)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1240
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 Paraklorometaksilenol (PCMX atau kloroksilenol), berbagai


konsentrasi (Dettol)
 Iodine 1 – 3%, larutan yang dicampur alcohol atau encer (e.g.
Lugol) atau tincture (iodine dalam alkohol 70%). Iodine tidak
boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina.
 Iodophor, berbagai konsentrasi (Betadine)
Klorheksidin glukonat dan iodophor adalah antiseptic yang
paling baik untuk digunakan pada selaput mukosa. Persiapkan
kulit atau jaringan dengan cara mengusapkan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi larutan antiseptic secara melingkar dari
tangan ke luar seperti spiral.

Larutan desinfektan berikut ini bisa diterima :


 Larutan pemutih 0,5 % (untuk dekontaminasi permukaan dan
DTT peralatan)
 Glutaraldehida 2 % (digunakan untuk dekontaminasi tapi karena
mahal biasanya hanya digunakan untuk desinfeksi tingkat
tinggi)

Jangan gunakan desinfektan dari senyawa fenol untuk desinfeksi


peralatan atau bahan yang akan dipakaikan pada bayi baru lahir
karena dapat membahayakan kondisi kesehatan bayi tersebut.
Larutan antiseptic dan desinfektan juga dapat terkontaminasi.
Mikroorganisme yang mampu mengkontaminasi larutan tersebut
adalah Staphilokokus, basil gram negatif dan beberapa macam
endospora. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan infeksi
nosokomial berantai jika larutan yang terkontaminasi digunakan
untuk mencuci tangan atau dioleskan pada kulit klien.

Cegah kontaminasi larutan antiseptic dan desinfektan dengan cara :


 Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika
pengenceran diperlukan)
 Berhati-hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah
pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil
(pinggiran wadah larutan yang utama tidak boleh bersentuhan
dengan wadah yang lebih kecil)
 Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air serta
membiarkannya kering dengan cara diangin-anginkan
setidaknya sekali seminggu (tempelkan label bertuliskan tanggal
pengisian ulang)
 Menuangkan larutan antiseptik ke gulungan kapas atau kasa
(jangan merendam gulungan kapas atau kasa di dalam wadah
ataupun mencelupkannya ke larutan antiseptic)
 Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1241
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Pemeliharaan daerah steril atau desinfeksi tingkat tinggi

Dimanapun prosedur dilakukan, daerah steril harus dibuat dan


dipelihara untuk menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan.
Sediakan dan jaga daerah steril atau desinfeksi tingkat tinggi :

 Gunakan kain steril.


 Berhati-hati jika membuka bungkusan atau memindahkan
benda-benda ke daerah yang steril/desinfeksi tingkat tinggi.
 Hanya benda-benda steril/desinfeksi tingkat tinggi atau petugas
dengan atribut yang sesuai yang diperkenankan untuk
memasuki daerah steril/desinfeksi tingkat tinggi.
 Anggap benda apapun yang basah, terpotong atau robek sebagai
benda terkontaminasi.
 Tempatkan daerah steril/desinfeksi tingkat tinggi jauh dari
pintu atau jendela.
 Cegah orang-orang yang tidak memakai sarung tangan
desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk menyentuh peralatan
yang ada di daerah steril.

4) Memproses alat bekas pakai

Tiga proses pokok yang direkomendasikan untuk proses peralatan dan


benda-benda lain dalam upaya pencegahan infeksi adalah :
1) Dekontaminasi
2) Cuci dan bilas
3) Desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi

1) Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani


peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang
terkontaminasi. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung
tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang
terbuat dari bahan lateks jika menangani peralatan bekas atau kotor.
Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang
terkontaminasi ke dalam larutan khlorin 0,5% selama 10 menit.
Prosedur ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV.
Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi terendam
seluruhnya oleh larutan khlorin. Daya kerja larutan khlorin cepat
mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit setiap
24 jam, atau lebih cepat jika terlihat kotor atau keruh.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1242
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2) Pencucian dan Pembilasan

Jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera


setelah didekontaminasi, bilas peralatan denga air untuk mencegah
korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan
seksama secepat mungkin.

a) Perlengkapan/bahan-bahan untuk mencuci peralatan termasuk :


 Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah
tangga dari lateks
 Sikat (boleh menggunakan sikat gigi)
 Tabung suntik (minimal ukuran 10 ml untuk kateter,
termasuk kateter penghisap lendir)
 Wadah plastik atau baja anti karat (stainless steel)
 Air bersih
 Sabun atau deterjen

b) Tahap-tahap pencucian dan pembilasan :


 Pakai saung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.
 Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi
(hati-hati bila memegang peralatan yang tajam seperti
gunting dan jarum jahit).
 Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastic
atau karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan
dari logam.
 Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:
- Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk
menghilangkan sisa darah dan kotoran.
- Buka engsel gunting dan klem.
- Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan
sudut peralatan.
- Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika
perlu) dengan air dan sabun deterjen.
- Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.
 Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
(misalkan dalam larutan khlorin 0,5%), tempatkan peralatan
dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum
memulai proses DTT.
Alasan : Jika peralatan masih basah mungkin akan
mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi
kurang efektif.
 Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi dengan
dikukus, direbus atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1243
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

panas kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses


DTT atau sterilisasi dimulai.
 Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan
dengan air dan sabun kemudian bilas dengan seksama
menggunakan air bersih.
 Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara
diangin – anginkan.

Bola karet penghisap tidak boleh dibersihkan dan digunakan


ulang untuk lebih dari satu bayi. Bola karet seperti itu harus
dibuang setelah digunakan, kecuali jika dirancang untuk dipakai
ulang. Secara ideal kateter penghisap lendir De Lee harus
dibuang setelah satu kali digunakan, jika hal ini tidak
memungkinkan, kateter harus dibersihkan dan didesinfeksi
tingkat tinggi dengan seksama. Kateter urin sangat sulit
dibersihkan dan didesinfeksi tingkat tinggi. Penggunaan kateter
dengan kondisi tersebut diatas pada lebih dari satu ibu dapat
meningkatkan risiko infeksi jika tidak diproses dengan benar.

c) Untuk mencuci kateter (termasuk slang atau pipa plastik


penghisap lendir), ikuti tahap-tahap berikut :
 Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan
rumah tangga dari lateks pada kedua tangan.
 Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter
penghisap lendir).
 Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam
kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air
dan sabun atau deterjen.
 Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih.
 Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan
kering sebelum dilakukan DTT.
Catatan : Kateter harus didesinfeksi tingkat tinggi secara kimia.
Kateter bisa rusak jika didesinfeksi tingkat tinggi dengan
direbus.

3) DTT dan Sterilisasi

Meskipun sterilisasi adalah cara yag paling efektif untuk


membunuh mikroorganisme tetapi proses sterilisasi tidak selalu
memungkinkan dan praktis. DTT adalah satu-satunya alternatif
dalam situasi tersebut. DTT dapat dilakukan dengan cara merebus,
mengukus atau kimiawi. Untuk peralatan, perebusan seringkali
menggunakan metode DTT yang paling sederhana dan efisien.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1244
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

a) DTT dengan cara merebus :

 Gunakan plastik dengan penutup


 Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan.
 Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam
dalam air.
 Mulai panaskan air.
 Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih.
 Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih
setelah perhitungan waktu di mulai.
- Rebus selama 20 menit.
- Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku
khusus.
- Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan
sebelum digunakan atau disimpan (jika peralatan dalam
keadaan lembab maka keadaan desinfeksi tingkat tinggi
tidak terjaga).
- Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan
dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup.
Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan
penutupnya tidak dibuka.

b) Desinfeksi tingkat tinggi sarung tangan dengan menggunakan


uap panas

Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung


tangan ini siap untuk DTT menggunakan uap panas (jangan
ditaburi dengan bubuk talk).
 Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan
pengukus.
 Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT
selesai sarung tangan dapat dipakaikan tanpa membuat
terkontaminasi baru.
 Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang
berlubang dibawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian
atas nampan pengukus, letakkan 5 – 15 pasang sarung tangan
dengan bagian jarinya mengarah ke tengah nampan. Agar
proses DTT berjalan efektif, harap perhatikan jumlah
maksimal sarung tangan dalam satu nampan.
 Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi
sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci
perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus
kosong di sebelah kompor.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1245
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 Letakkan penutup diatas nampan pengukus paling atas dan


panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan,
hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan suhunya mungkin
tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorgnanisme. Jika
air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat
dan ini merupakan pemborosan bahan bakar.
 Jika uap mulai keluar dari celah-celah diantara panci
pengukus, mulailah perhitungan waktu. Catat lamanya
pengukusan sarung tangan dalam buku khusus.
 Kukus sarung tangan selama 20 menit, buka tutup panci da
letakkan dalam posisi terbalik.
 Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung
tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang terisisa
pada sarung tangan dapat menetes keluar.
 Letakkan nampan pengukus diatas panci perebus yang
kosong disebelah kompor.
 Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus
yang berisi sarung tangan tersusun diatas panci perebus yang
kosong. Letakkan penutup diatasnya agar sarung tangan
menjadi dingin dan kering tanpa terkontamiasi.
 Biarkan sarung tangan kering dengn diangin-anginkan
sampai kering di dalam nampan selama 4-6 jam. Jika
diperlukan segera, biarkan sarung tangan menjadi dingin
selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30
menit pada saat masih basah atau lembab.
 Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering
gunakan penjepit atau pinset desinfeksi tingkat tinggi untuk
memindahkan sarung tangan.

c) DTT Kimiawi

Bahan kimia yang dianjurkan utnuk DTT adalah khlorin dan


glutaraldehid (Cidex). Alkohol, iodine dan iodofor tidak
digolongkan sebagai desinfektan tingkat tinggi. Alkohol tidak
membunuh virus dan spesies Pseudomonas bisa tumbuh dalam
larutan iodine. Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan
sebagai desinfektan jika desinfektan yang dianjurkan tidak
tersedia. Lysol, Karbol dan Densol (asam karbolik 5% atau fenol
1-2%) digolongkan sebagai desinfektan tingkat rendah dan tidak
dapat digunakan untuk dekontaminasi atau proses DTT.

Penggunaan tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Meletakkan


tablet bersama sarung tangan, bahan-bahan atau perlengkapan
dalam botol kaca yang tertutup tidak akan bekerja secara efektif.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1246
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Formaldehid (formalin) merupakan bahan karsinogenik


sehingga tidak boleh lagi digunakan sebagai desinfektan.
Larutan desinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak
mahal adalah khlorin. Karena larutan khlorin bersifat korosif dan
proses DTT memerlukan perendaman selam 20 menit maka
peralatan yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
harus segera dibilas dengan air matang.

Langkah-langkah kunci pada desinfeksi tingkat tinggi secara


kimia termasuk :
 Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah
didekontaminasi dan cuci bilas) ke dalam wadah dan
tuangkan desifektan. Ingat: Jika peralatan basah sebelum
direndam dalam larutan kimia maka akan terjadi
pengenceran larutan tersebut sehingga dapat mengurangi
daya kerja atau efektifitasnya.
 Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan
kimia.
 Rendam peralatan selama 20 menit.
 Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di
buku khusus.
 Bilas peraltan dengan air matang dan angin-anginkan sampai
kering di wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup.
 Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau
disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi berpenutup
rapat.

DTT kateter secara kimiawi :


 Persiapkan larutan khlorin 0,5%
 Pakai sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga
pada kedua tangan.
 Letakkan kateter yang sudah dicuci dan dikeringkan dalam
larutan khlorin. Gunakan tabung suntik steril atau DTT
untuk membilas bagian dalam kateter dengan menggunakan
larutan khlorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter
terendam dalam larutan.
 Biarkan kateter terendam selama 20 menit.
 Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas
kateter dengan air DTT.
 Kateter dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan
setelah itu dapat segera digunakan atau disimpan dalam
wadah DTT yang bersih.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1247
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

5) Menangani peralatan tajam dengan aman

Luka tusuk benda tajam (misalnya jarum) merupakan salah satu alur
utama infeksi HIV dan Hepatitis B di antara para penolong persalinan.

Oleh karena itu perhatikan pedoman berikut ini :


 Letakkan benda-benda tajam diatas kaki steril atau desinfeksi tingkat
tinggi atau dengan menggunakan “daerah aman” yang sudah
ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan dan mengambil
peralatan tajam).
 Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk
secara tak sengaja.
 Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan
pernah meraba ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan.
 Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau
melepaskan jarum yang akan dibuang.
 Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel
dengan prekat jika sudah dua per tiga penuh. Jangan memindahkan
benda-benda tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda tajam yang
sudah disegel tadi harus dibakar di dalam incinerator.
 Jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara
insinerasi, bilas tiga kali dengan larutan khlorin 0,5%
(dekontaminasi), tutup kembali menggunakan teknik satu tangan
dan kemudian kuburkan:
Cara melakukan tenik satu tangan :
- Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata.
- Pegang tabung suntik dengan satu tangan, gunakan ujung jarum
untuk “mengait” penutup jarum. Jangan memegang penutup
jarum dengan tangan yang lainnya.
- Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah
jarum dan gunakan tangan yang lain untuk mendapatkan
penutupnya.

6) Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan


sampah secara benar)

1) Pembuangan Sampah
Sampah bisa terkontaminasi atau tidak terkontaminasi. Sampah yang
tidak terkontaminasi tidak mengandung risiko bagi petugas yang
menanganinya. Tapi sebagian besar limbah persalinan dan kelahiran
bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak dikelola dengan
benar, sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi
siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut
termasuk anggota masyarakat. Sampah terkontaminasi termasuk

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1248
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

darah, nanah, urin, kotoran manusia dan benda-benda yang kotor


oleh cairan tubuh.

2) Tujuan pembuangan sampah secara benar adalah :


 Mencegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang
menangani sampah dan kepada masyarakat.
 Melindungi petugas pengelola sampah dari luka atau cedera tidak
sengaja oleh benda-benda tajam sudah terkontaminasi

Cara pembuangan yang benar untuk benda-benda tajam


terkontaminasi adalah dengan menempatkan benda-benda tersebut
dalam wadah tahan bocor (misalnya botol plastik air mineral atau
botol infus) maupun kotak karton yang tebal, kaleng atau wadah
yang terbuat dari bahan logam. Singkirkan sampah yang
terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak
memungkinkan, kuburkan bersama wadahnya. Sampah yang tidak
terkontaminasi bisa dibuang ke dalam wadah sampah biasa.

3) Mengatur Kebersihan dan Kerapihan


 Pastikan selalu tersedianya satu ember larutan pemutih (khlorin
0,5%) yang belum terpakai.
 Gunakan desinfektan yang sesuai untuk membersihkan peralatan
yang tidak bersentuhan dengan darah atau sekresi tubuh diantara
pemakaian, terutama sekali diantara ibu dan bayi yang berbeda.
 Jika menggunakan oksigen, gunakan kanula nasal yang bersih,
steril atau DTT setiap kali akan digunakan. Mengusap kanula
dengan alcohol tidak mencegah terjadinya infeksi.
 Segera bersihkan percikan darah. Tuangkan larutan khlorin 0,5%
pada percikan tersebut kemudian seka dengan kain.
 Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong
atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi dari debu.
 Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja dan troli prosedur,
segera seka permukaan dan bagian-bagian peralatan tersebut
dengan kain yang dibasahi khlorin0,5% dan deterjen.
 Setiap selesai menolong persalinan, seka celemek menggunakan
larutan khlorin 0,5%.
 Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai,
dinding atau permukaan datar lain (setiap hari atau setelah
digunakan) dengan larutan khlorin 0,5% dan deterjen.
 Ikuti pedoman umum kebersihan dan kerapihan :
- Bersihkan dari atas ke bawah sehingga kotoran yang jatuh
dapat dihilangkan.
- Selalu gunakan sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah
tangga.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1249
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

- Seka dan gosok hingga bersih permukaan datar atau lantai


setiap setelah digunakan.
- Bersihkan sesering mungkin dinding, tirai kain, plastic atau
logam vertical untuk mencegah penumpukan debu.
- Jika dinding atau tirai terkena percikan darah, segera bersihkan
dengan larutan khlorin 0,5%.

Pertimbangan – pertimbangan mengenai PI di luar institusi :

 Cuci tangan
Pastikan bahwa teman dan anggota keluarga mencuci tangan
mereka.

 Sarung tangan
Jika sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi tidak
tersedia, gunakan sarung tangan yang bersih.

 Pelindung pribadi
Gunakan penghalang atau pelindug untuk mencegah darah atau
cairang tubuh terpecik ke mata atau mulut. Jika kulit atau mukosa
terpecik darah atau cairan tubuh maka lakukan pencucian dan
pembilasan dengan segera.

 Teknik aseptic
Terapkan prinsip untuk menga daerah steril dengan menjaga
benda-benda terkontaminasi atau kotor agar jauh dari benda-
benda bersih atau disinfeksi tingkat tinggi.

 Penanganan peralatan tajam secara aman


Gunakan botol plastic bertutup atau wadah yang memakai untuk
menampung benda tajam yang telah digunakan. Botol kaca
berpenutup dapat sebagai wadah untuk menampung benda tajam
yang didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%.

 Pembuangan sampah
Tempatkan plasenta di dalam kantung plastic atau tembikar dan
isntruksikan kepada keluarga bagaimana menguburkannya. Cuci
secara terpisah linen yang terkontaminasi oleh darah dari linen
lainnya, kemudian jemur di terik matahari. Bakar atau kubur
sampah terkontaminasi lainnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1250
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

7) Pencatatan (dokumentasi) PI
1) Semua tindakan yang dilakukan mulai persiapan sampai memproses
alat harus dicatat, jika hal tersebut tidak dicatat dapat dianggap hal
tersebut tidak
dilakukan.
2) Waktu dan tanggal hal tersebut dikerjakan
3) Indentifikasi tenaga yang mengerjakan.

Pokok bahasan 2.

PERSIAPAN PELAYANAN KEBIDANAN PADA KASUS KEBIDANAN


PATOLOGIS, KASUS SEDANG DAN KEGAWATDARURATAN
KEBIDANAN

Pelayanan kebidanan kepada klien/pasein pada kasus patologis meliputi :


kelainan letak atau posisi, perdarahan, tekanan darah tinggi dalam kehamilan,
ketuban pecah dini dan sepsis.

Pelayanan kebidanan kepada klien/pasien pada kasus sedang meliputi :


myoma geburt, kuret, kista bartolini, DC, sterilisasai, insisi hymen, aff IUD
dengan narcose, kauterisasi condyloma, repair luka operasi, mini laparatomi
dan periumrapi.

Pelayanan kebidanan kepada klien/pasien pada kasus kegawatdaruratan


kebidanan meliputi : perdarahan post partum, eklampsia, retensio plasenta,
partus macet dan asfiksia neonatorum.

Pernyataan Standar:
Penetapan kebutuhan alat dan obat pelayanan kebidanan baik dari segi
jumlah, jenis dan spesikasi yang menjamin tersedianya alat dan obat untuk
mencapai pelayanan kebidanan.

Rasional:
Terpenuhi alat kebidanan yang memadai untuk mendukung pelayanan
kebidanan yang efektif dan efisien.
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan tentang pengelolaan alat dan obat pelayanan kebidanan
2. Adanya mekanisme pengelolaan alat dan obat pelayanan kebidanan
3. Adanya SOP/ Protap penggunaan alat dan obat pelayanan kebidanan
4. Adanya SOP/Protap pemeliharaan alat dan obat pelayanan kebidanan
5. Adanya standar alat dan obat meliputi jumlah,jenis dan spesifikasi.
6. Adanya pengelolaan alat dan obat
7. Adanya tempat penyimpanan alat dan obat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1251
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Kriteria proses :
1. Mengindetifikasi kebutuhan alat dan obat kebidanan sesuai dengan
jumlah, jenis dan spesifikasi.
2. Menyusun rencana kebutuhan alat dan obat meliputi jumlah, jenis dan
spesifikasi.
3. Melaksanakan pendistribusian, pemeliharaan dan penyimpanan alat
kebidanan sesuai SOP/ Protap.
4. Melaksanakan koordinasi antara kebidanan dengan unit lain terkait dalam
pengelolaan untuk pelayanan kebidanan
5. Mengoptimalkan alat kebidanan secara teratur dan berkala.

Kriteria hasil:
1. Tersedianya alat kebidanan sesuai dengan standar
2. Adanya dokumen meliputi frekuensi penggunaan alat tertentu, kondisi
dan masa pakai alat kebidanan.
3. Adanya daftar inventaris alat dan obat kebidanan di tiap unit secara
tertentu dan berkala.

VIII.REFERENSI

1. Perpres RI No. 9 tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan


2. Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
3. Permenpan No. 01/PER/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsional dan
Angka Kreditnya
4. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 1110/Menkes/PB/XII/2008 dan No. 25 tahun 2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
5. Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan
6. Standar Asuhan Kebidanan bagi Bidan di Rumah Sakit (2005). Direktorat
Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik
7. Standar Pelayanan Kebidanan. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia

IX. LAMPIRAN

1. Skenario simulasi
2. Alat Pencegahan Infeksi
3. Alat – alat Kebidanan pada kasus patologis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1252
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

LAMPIRAN

A. Skenario simulasi
1. Bagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Silahkan membuat SOP dari masing-masing kasus di bawah ini :
a. Kelompok I : Membuat standar operasional persiapan alat dan obat
pada kasus eklampsia
b. Kelompok II : Membuat standar operasional persiapan alat dan obat
pada kasus partus lama
c. Kelompok III : Membuat standar operasional persiapan alat dan obat
pada kasus Haemorragie Post Partum
d. Kelompok IV : Membuat standar operasional persiapan alat dan obat
pada kasus Retensio Plasenta
e. Kelompok V : Membuat standar operasional persiapan alat dan obat
pada kasus asfiksia neonatorum
3. Diskusikan hasil simulasi penatalaksanaan asuhan sebagai evaluasi.

B. ALAT–ALAT YANG HARUS TERSEDIA UNTUK DESINFEKSI TINGKAT


TINGGI

BERI TANDA (  ) JIKA


NO NAMA ALAT
TERSEDIA
1 Sarung tangan DTT
2 Sarung tangan rumah tangga
Perlengkapan perlindungan pribadi:
3
masker, kacamata dan alas kaki tertutup
4 Larutan khlorin
5 Sabun cuci tangan
7 Deterjen
8 Celemek plastic
9 Perlak/alas plastik untuk tempat tidur ibu
10 Kantong plastik (untuk sampah)
11 Sumber air bersih yang mengalir
12 Wadah untuk larutan khlorin 0,5%
13 Wadah untuk air DDT

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1253
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

C. PERSIAPAN PASIEN/ KLIEN PADA KASUS PATOLOGIS :

1. Terangkan prosedur yang akan dilakukan pada pasien. Jika pasein tidak
sadar, terangkan kepada keluarga, lakukan informed consent.
2. Bantu dan usahakan pasein dan keluarga siap secara mental
3. Cek kemungkinan alergi dan riwayat medik lain yang diperlukan
4. Lakukan anamesis dan pemeriksaan fisik awal yang baik
5. Lakukan kolaborasi untuk tindakan EKG dan foto thorak (untuk usia di atas
35 tahun)
6. Siapkan contoh darah untuk pemeriksaan haemoglobin dan golongan darah.
Jika diperlukan, minta darah lebih terdahulu.
7. Pemeriksaan laboratorium diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan.
8. Cuci dan bersihkan lapangan insisi dengan sabun dan air.
9. Jangan cukur rambut daerah pubis karena hal ini apat menambah risiko
infeksi luka.
10. Rambut pubis hanya dipotong/dipendekkan kalau diperlukan.
11. Pantau dan catat tanda vital( tekanan darah, nadi , pernapasan, suhu)
12. Pasang chateter.
13. Pastikan semua informasi telah diberikan pada tim bedah.

D. PERSIAPAN ALAT DAN OBAT PADA KASUS PATOLOGIS :

1. Pada Tindakan Kuret

- Duk steril
- Spekulum sim
- Tampon tang
- Kogel tang
- Sonde uterus
- Sendok kuret tumpul
- Sendok kuret tajam
- Cunam abortus
- Oksigen
- Obat : lidokain 2 ampul, methergin 1 ampul, kasa : 5, spuit 5 CC : 1,
bethadin, kapas sublimat : 5, kapas alkohol
- Cairan formalin

2. Tindakan Ektrasi Vakum :

- Cup logam atau plastic berukuran: 3,4, 5,dan 6


- Pipa karet
- Manometer
- Alat ektrator listrik

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1254
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

- Partus set
- Hecting set
- Duk steril
- Kasa steril
- Sarung tangan
- Cairan infuse RL
- Infuse set
- Aboket no 18
- Lidokain
- Spuit 5 cc
- Spuit 3 cc
- Oksitosin
- Methergin

3. Tindakan Ektrasi Forsep :

- Cunam Naegele
- Partus set
- Hecting set
- Duk steril
- Kasa steril
- Sarung tangan
- Spuit 5 cc
- Spuit 3 cc
- Cairan infuse RL
- Infuse set
- Aboket No. 18
- Lidokain
- Oksitosin
- Methergin

4. Tindakan Sungsang :

- Cunam piper
- Partus set
- Hecting set
- Duk steril
- Kasa steril
- Sarung tangan
- Spuit 5 cc
- Spuit 3 cc
- Cairan infuse RL
- Infuse set
- Aboket no 18

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1255
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

- Lidokain
- Oksitosin
- Methergin

5. Tindakan Plasenta Manual :

- Cairan infuse RL
- Aboket no 18
- Infuse set
- Sarung tangan panjang
- Oksitosin
- Ergometrin
- Kocher
- Nierbeken besar
- Kasa
- Hecting set

6. Tindakan Atonia Uteri :

- Cairan infuse RL
- Aboket no 18
- Infuse set
- Sarung tangan panjang
- Oksitosin
- Ergometrin
- Kocher
- Nier beken besar
- Kasa
- Hecting set
- Eksplorasi set

7. Tindakan pada Eklampsia :

- Slem seher
- Pipa section
- Spatel
- Cairan infuse Rl
- Cairan asering
- Cairan NaCl
- Infuse set
- Aboket no 18
- Dawer chateter no 16
- Cairan aquadest
- MgSo4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1256
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

- Spuit 10
- Spuit 5 cc
- Glukonas

E. PERSIAPAN ALAT UNTUK RESUSITASI BAYI

- Kain untuk mengeringkan bayi


- Kain untuk menyelimuti
- Kain untuk ganjal bahu
- Alat penghisap lendir
- Balon resusitasi dan sungkup No. 0 dan 1
- Lampu sorot
- Tempat resusitasi
- Tabung dan sungkup
- Sarung tangan
- Jam atau pencatat waktu
- Oksigen

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1257
MATERI INTI 2
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI INTI 2
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan


keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
Materi ini mengajarkan tentang bagaimana melaksanakan asuhan kebidanan
sesuai standar asuhan kebidanan pada jenjang bidan ahli pertama.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan asuhan
kebidanan sesuai standar.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Melakukan pengkajian pada klien/pasien
2. Menegakkan diagnosa kebidanan
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan
4. Melakukan persiapan pelayanan asuhan kebidanan
5. Melaksanakan asuhan kebidanan
6. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan
7. Melaksanakan dokumentasi pelayanan kebidanan

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :

Pokok Bahasan 1. Pengkajian pada klien/pasien


Sub Pokok Bahasan :
a. Anamnesa klien/pasien pada :
 Kasus patologis kebidanan
 Kasus kegawatdaruratan kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1258
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

b. Pemeriksaan fisik klien/pasien pada kasus kegawatdaruratan


kebidanan
 Kasus patologis kebidanan
 Kasus kegawatdaruratan kebidanan
Pokok Bahasan 2. Diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian
pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
Pokok Bahasan 3. Rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan
Pokok Bahasan 4. Persiapan pelayanan asuhan kebidanan
Sub Pokok Bahasan :
a. Persiapan pasien/klien pada :
 Kasus patologis kebidanan
 Kasus patologis kegawatdaruratan kebidanan
b. Persiapan alat dan obat pada :
 Kasus patologis kebidanan
 Kasus patologis kegawatdaruratan kebidanan
Pokok Bahasan 5. Asuhan kebidanan klien/pasien pada kasus
kegawatdaruratan kebidanan
Pokok Bahasan 6. Evaluasi asuhan kebidanan klien/pasien pada kasus
kegawatdaruratan kebidanan
Pokok Bahasan 7. Dokumentasi asuhan kebidanan pada kasus
kegawatdaruratan kebidanan

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Studi kasus
 Diskusi
 Bermain peran (TPK 1)
 Demonstrasi (TPK 1)
 Simulasi (TPK 5)
 PKL

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1259
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Lembar kasus
 Panduan diskusi
 Skenario bermain peran
 Panduan demonstrasi
 Skenario simulasi
 Panduan dan TOR PKL
 Phantom
 Bidan kit
 Formulir pencatatan dokumentasi pelayanan kebidanan

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk latihan membuat rencana pelayanan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1260
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

PENGKAJIAN PADA KLIEN / PASIEN

Pernyataan Standar:
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Kriteria Pengkajian:
 Data tepat, akurat dan lengkap
 Terdiri dari Data Subjektif (hasil Anamnesa; biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
 Data Objektif (hasil Pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang)

Pengkajian yang dilakukan meliputi :

1. Standar Asuhan pada Ibu Hamil

a. Anamnesa klien/pasien pada kasus patologis kebidanan dan kasus


kegawatdaruratan kebidanan

Kasus patologis kebidanan :


Anamnesa yang dilakukan dalam rangka memberikan asuhan
kebidanan kepada pasien yang mengalami gangguan, kelalaian, atau
terjadi komplikasi. Contoh : kelainan letak atau posisi, perdarahan,
tekanan darah tinggi, infeksi, dll.

Kasus kegawatdaruratan kebidanan :


Anamnesa yang dilakukan dalam rangka memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan kondisi terancam jiwanya dan
memerlukan rujukan atau tindakan keahlian, contoh : keluhan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1261
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

perdarahan (perdarahan pre/post partum), pusing di tengkuk yang


berat (pasien pre eklampsia), dll.

Poin-poin anamnesa yang dapat dilakukan meliputi:


1) Biodata (nama ibu, usia, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan
terakhir dan identitas suami)
2) Riwayat kehamilan ini (HPHT, gerak janin, masalah/keluhan)
3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu (jumlah kehamilan,
jumlah anak hidup, kelahiran prematur, keguguran, jarak, jenis
persalinan, riwayat perdarahan, tekanan darah tinggi, berat bayi
lahir, masalah/kelahiran lain)
4) Riwayat kesehatan yang sedang dan pernah diderita (masalah
kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, malaria, PMS atau lainnya)
5) Riwayat sosial ekonomi (status perkawinan, respon terhadap
kehamilan dan persalinan, riwayat KB, dukungan keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi,
gaya hidup, rencana tempat dan penolong persalinan)

b. Pemeriksaan fisik kepada klien/pasien pada kasus patologis


kebidanan dan kasus kegawatdaruratan kebidanan

Kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa klien/pasien secara


langsung mulai dari kepala sampai dengan kaki yang berkaitan dengan
kondisi kesehatan fisik, psikologis, sosial, spiritual.
Pemeriksaan fisik pada kasus kegawatdaruratan kebidanan adalah
pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan kondisi terancam jiwanya dan
memerlukan rujukan atau tindakan keahlian.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi:


1) Keadaan umum dan tanda vital (TB, BB, tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan)
2) Kepala dan leher (edema, mata: pucat/ikterik, pembesaran/tumor
pada kelenjar limfe/tiroid, penonjolan jugularis)
3) Payudara (bentuk, ukuran, simetris, tumor, keadaan puting susu,
cairan yang keluar dan jaringan parut)
4) Abdomen dan uterus (bekas luka operasi, tinggi fundus uteri,
denyut jantung janin)
5) Ekstremitas (edema, pucat, refleks)
6) Ano genital (luka, varises, pembengkakan, massa, pengeluaran
cairan)
7) Panggul (pemeriksaan bimanual dilakukan atas adanya indikasi)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1262
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Contoh pengkajian pada kasus kegawatdaruratan kebidanan pada ibu


hamil :

1) Perdarahan pada Trimester III, gejala syok :


 Nadi lemah dan cepat (110 kali/menit atau lebih)
 Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
 Napas cepat (> 30 x/menit)
 Air seni kurang dari 30 cc/jam
 Bingung, gelisah, pingsan
 Berkeringat atau kulit menjadi dingin, basah, pucat

2) Pre Eklampsia Berat


 Peningkatan tekanan darah tiba-tiba (diastolik > 110 mmHg)
 Protein urin
 Nyeri kepala hebat
 Gangguan penglihatan
 Nyeri epigastrik
 Penurunan jumlah air seni dengan warna menjadi lebih gelap
 Edema berat atau edema mendadak pada wajah atau panggul
belakang

2. Standar Asuhan pada Ibu Bersalin

Pengkajian yang dilakukan meliputi :


a. Pengkajian awal untuk mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera :
1) Cek kondisi ibu dan janin, terhadap tanda komplikasi kehamilan
2) Tanyakan usia kehamilan
3) Cek pengeluaran pervaginam untuk mengetahui tanda persalinan

b. Pengkajian selanjutnya :
1) Meninjau ulang catatan ANC bila ada
2) Bila tidak tersedia, tanyakan riwayat kesehatan, kehamilan dan
persalinan yang lalu (paritas, bedah caesar, berat badan bayi lahir,
masalah)
3) Menanyakan tentang masalah pada kehamilan saat ini
4) Menanyakan tentang riwayat dan kemajuan persalinan saat ini,
kondisi ibu dan janin (keluhan umum, his, pengeluaran
pervaginam, gerak janin, istirahat, makan, BAK, BAB terakhir)

c. Pemeriksaan fisik dan penunjang :


1) Ukur tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi,
pernapasan)
2) Keadaan fisik secara umum (edema, reflek patela)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1263
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3) Abdomen dan uterus (leopold, penurunan bagian terendah, ukuran


pembesaran uterus, his, luka bekas operasi)
4) Denyut jantung janin (jumlah, keteraturan, kekuatan)
5) Jalan lahir dan alat genetalia (pemeriksaan luar dan dalam)
6) Kandung kemih
7) Rectum dan anus (feses, hemoroid ada atau tidak)
8) Darah (hemoglobin, golongan darah), bila belum pernah dilakukan
9) Protein urin (bila ada dicurigai pre-eklampsi)

Kasus pada kegawatdaruratan ibu bersalin :

1) Persalinan Macet

Gejala dan tanda :


 Ibu tampak kelelahan dan lemah
 Kontraksi tidak teratur tetapi kuat
 Dilatasi Serviks lambat atau tidak terjadi
 Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi
adekuat
 Molding-sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
 Lingkaran retraksi patologis timbul, nyeri di bawah lingkaran bandl
merupakan tanda terjadinya ruptur uteri.

2) Tanda – tanda gawat ibu :


 Meningkatnya denyut nadi, denyut melemah
 Menurunnya tekanan darah
 Nafas cepat dan dangkal atau pernapasan melambat
 Dehidrasi
 Gelisah
 Kontraksi uterus yang terlalu kuat dan sering

3. Standar Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Pengkajian yang dilakukan meliputi :

a. Pemeriksaan fisik segera


Pada menit segera, lakukan penilaian terhadap usaha bernafas, denyut
jantung, warna kulit, dan 5 menit kedua dengan menggunakan skala
APGAR.
b. Pemeriksaan lanjutan
Lakukan penilaian secara sistematis (dari kepala sampai ujung kaki)
untuk menilai adanya kelainan atau kecacatan bawaan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1264
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Bagian-bagian yang diperiksa :


1) Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling
2) Keaktifan
3) Kesimetrisan apakah secara keseluruhan badan seimbang
4) Ukur panjang dan timbang berat badan bayi
5) Kepala (kesimetrisan ubun-ubun, sutura, caput succedanum,
cephal hematoma, ukuran lingkar kepala)
6) Telinga (kesimetrisan, letak dengan mata dan kepala)
7) Mata (tanda-tanda infeksi, bercak kesimetrisan)
8) Hidung dan mulut (bibir, palatum, bentuk, reflek hisap dan
menelan, kesimetrisan)
9) Leher (pembengkakan, benjolan)
10) Dada (ukuran lingkar dada, bunyi napas dan jantung, kesimetrisan,
jarak puting susu)
11) Bahu, lengan dan tangan (gerakan, jumlah jari, bentuk dan
kesimetrisan)
12) Sistem saraf (refleks moro, rooting, hisap)
13) Perut (ukuran lingkar perut, bentuk, penonjolan sekitar tali pusat
saat menangis, perdarahan tali pusat, benjolan)
14) Kelamin (laki-laki: testis berada dalam skrotum, lubang penis dan
letaknya; perempuan: lubang vagina, uretra, labia mayor dan
minor)
15) Anus (spingter ani)
16) Tungkai (gerakan, bentuk, jumlah jari)
17) Punggung/spina (pembengkakan/cekungan, spina bifida)
18) Kulit dan kuku (warna, pembengkakan, bercak, tanda lahir,
ketutuhan)
19) Pengeluaran tinja dan kemih (diharapkan keluar dalam 24 jam
pertama)

4. Standar Asuhan pada Ibu Nifas

Pengkajian dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir,
mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi,
paling sedikit dilakukan 4 kali kunjungan nifas.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan tujuan asuhan
dari setiap waktu kunjungan yang dilakukan.

Kunjungan Waktu Tujuan


I 6 – 8 jam  Mencegah perdarahan karena atonia uteri
setelah  Mendeteksi dan mengatasi perdarahan
persalinan karena penyebab lain: rujuk jika perdarahan
berlanjut

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1265
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 Mengajarkan pada ibu atau keluarga


mengenai cara mencegah perdarahan masa
nifas dengan cara masase uterus dan
observasi
 Memberikan ASI sedini mungkin
 Membina hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia
II 6 hari  Memastikan involusi uterus berjalan normal
setelah  Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
persalinan perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan, istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
 Mengajarkan kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, merawat tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
III 2 minggu
setelah Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
persalinan
IV 6 minggu  Menanyakan kepada ibu tentang penyulit –
setelah penyulit yang ibu atau bayi alami
persalinan  Memberikan konseling KB secara dini

Pokok Bahasan 2.

DIAGNOSA KEBIDANAN SESUAI DENGAN HASIL PENGKAJIAN


PADA KASUS KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

Pernyataan Standar:
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa
dan masalah kebidanan yang tepat.

Kriteria Penegakan Diagnosa:


 Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
 Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
 Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi,
dan rujukan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1266
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Contoh : G1P0A0, hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup intra uterin dengan
retensio plasenta.

Penegakan diagnosa yang dilakukan pada:

1. Standar Asuhan Ibu Hamil


Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan obstetric dan kehamilan
dengan masalah khusus: kehamilan yang disertai dengan perdarahan,
eklampsia, ketuban pecah dini, dan kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain.

2. Standar Asuhan Ibu Bersalin

Kategori Gambaran
Kala I
 Inpartu  Terdapat tanda-tanda persalinan:
- Pembukaan serviks
- His adekuat (teratur, minimal 2x
dalam 10 menit selama 40 detik)
- Keluar lendir darah dari vagina
 Kegawatdaruratan persalinan  Ditemui tanda-tanda kegawatan ibu
dan atau bayi, bila tidak ditolong
segera dapat menyebabkan kematian

Kala II
Kegawatdaruratan kala II  Kondisi ibu dan janin yang
membutuhkan pertolongan segera
seperti eklampsia
 Denyut jantung janin bradikardi/
takikardi, penurunan bagian janin
terhenti, karena kelelahan ibu, dll

Kala III
Kegawatdaruratan kala III  Retensio plasenta

Kala IV
Kegawatdaruratan kala IV  Sub – Involusi uterus, tonus tidak
keras, posisi uterus di atas pusat
 Pengeluaran darah berlebihan ( > 500
cc)
 Robekan/laserasi jalan lahir/
perineum
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1267
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 Bagian plasenta, membran, bagian


lain tertinggal
 Tanda vital tidak normal

3. Standar Asuhan Bayi Baru Lahir

Bayi dengan kasus kegawatdaruratan kebidanan :


 Asfiksia ringan : nilai APGAR 6 – 7
Asfiksia sedang : nilai APGAR 3 – 5
Asfiksia berat : nilai APGAR 1 – 2

Nilai APGAR
Nilai
Pengkajian
0 1 2
Denyut jantung Tidak ada Lambat < 100 > 100
Usaha bernapas Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
teratur

Tonus otot Lembek Sebagian Bergerak aktif


ekstremitas lemas
Refleks Tidak ada Meringis Positif aktif
Warna kulit Biru, pucat Tubuh merah muda, Seluruh tubuh
kaki dan tangan merah muda
biru

 Bayi sakit, apabila memiliki salah satu tanda :


- Sesak napas
- Frekuensi napas > 60 kali/menit
- Gerak retraksi dada
- Malas/sulit minum
- Panas/suhu rendah
- Kurang aktif
- Bayi lahir rendah (1500 gr – 2500 gr) dengan sulit minum
 Bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu tanda berikut :
- Sulit minum
- Sianosis sentral
- Perut kembung
- Pernapasan opuse
- Kejang/periode kejang suara merintih
- Perdarahan
- Ikterik
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1268
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

4. Standar Asuhan Ibu Nifas

Pada kasus kegawatdaruratan, ibu nifas mengalami salah satu kondisi


berikut :
 Perdarahan hebat
 Tidak bisa berkemih
 Panas tinggi

Pokok Bahasan 3.

RENCANA OPERASIONAL ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS


PATOLOGIS KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

Kegiatan menyusun asuhan/pelayanan/tindakan yang akan dilakukan


berdasarkan kesimpulan/kesenjangan yang dialami oleh klien/pasien dengan
mempertimbangkan resiko dan keuntungannya.

Pernyataan Standar:
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan.

Kriteria Penyusunan Rencana:


a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien; tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara
komprehensif.
b. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
c. Mempertimbangkan kondisi psikologi dan sosial budaya klien/keluarga.
d. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan
bermanfaat untuk klien.
e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya
serta fasilitas yang ada.

Penyusunan rencana pada tiap – tiap standar asuhan.

1. Standar Asuhan Ibu Hamil


a. Setiap wanita hamil sedikitnya empat (4) kali kunjungan selama
periode antenatal :
- Satu (1) kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14
minggu)
- Satu (1) kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14 – 28
minggu)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1269
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

- Dua (2) kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28 – 36 minggu


dan sesudah minggu ke – 36)
- Bila ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya atau jika merasa
khawatir dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan.

Kunjungan Waktu Kegiatan


Trimester Sebelum 1. Bina hubungan saling percaya antara
pertama minggu bidan dan ibu hamil
ke – 14 2. Lakukan deteksi masalah dan atasi
masalah tersebut
3. Beritahukan hasil pemeriksaan dan usia
kehamilan
4. Ajari ibu cara mengatasi ketidaknyamanan
5. Ajari dan motivasi perilaku sehat (cara
hidup sehat bagi wanita hamil, nutrisi,
antisipasi tanda–tanda bahaya kehamilan)
6. Timbang BB, ukur TD, berikan imunisasi
TT, tablet besi
7. Diskusikan mengenai persiapan kelahiran
bayi dan kesiapan untuk menghadapi
kegawatdaruratan
8. Jadwalkan kunjungan ulang berikutnya
Trimester Sebelum Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan
kedua minggu khusus mengenai PE (Tanya ibu tentang
ke – 28 gejala – gejala PE, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, periksa proteinurin)
Trimester Antara Sama seperti pada hamil antara minggu 14 –
ketiga minggu 28, ditambah palpasi abdominal untuk
28 – 36 mengetahui adanya kehamilan ganda
Setelah Sama seperti minggu 28 – 36, ditambah
minggu deteksi letak janin dan kondisi lain
36
Apabila ibu Diberikan pertolongan awal sesuai dengan
mengalami masalah yang timbul, Ibu dirujuk ke SpOG
masalah/komplikasi/ untuk konsultasi/kolaborasi dan melakukan
kegawatdaruratan tindak lanjut

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1270
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

b. Jadwal pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Interval Lama %
Antigen
(selang waktu minimal) Perlindungan Perlindungan
Pada kunjungan antenatal
TT1 - -
pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT3 1 – 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 95
25 tahun/
TT5 1 tahun setelah TT4 99
seumur hidup

c. Pemberian tablet zat besi


 Dimulai dengan memberikan satu (1) tablet sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang.
 Setiap ibu hamil minimal mendapatkan 90 tablet selama
kehamilannya.
 Tiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 mg/ug.
d. Promosi persalinan normal dan persiapan kelahiran/
kegawatdaruratan (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi/P4K)
e. Mengatasi masalah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien
f. Kolaborasi dan rujukan bila diperlukan sesuai dengan kebutuhan.

2. Standar Asuhan Ibu Bersalin

Setiap ibu bersalin menghadapi resiko yang dapat mengancam jiwanya.


Oleh karena itu, setiap ibu bersalin harus mendapat pengawasan dan
pemantauan yang terus-menerus sejak awal hingga persalinan berakhir.

Kategori Kegiatan
Kala I 1. Monitor tekanan darah, suhu badan tiap 1 jam, denyut
nadi tiap 30 menit
2. Observasi DJJ tiap 1 jam pada fase laten dan 30 menit pada
fase aktif
3. Monitor kontraksi uterus setiap jam pada fase laten dan 30
menit pada fase aktif
4. Monitor perubahan serviks, penurunan bagian terendah
setiap 4 jam pada fase laten dan 2-4 jam pada fase aktif
5. Pantau pengeluaran urin setiap 2 jam.
6. Hadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti
suami, keluarga, teman dekat
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1271
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

7. Informasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan


selanjutannya serta kemajuan persalinan
8. KIE posisi ibu dan relaksasi sewaktu ada His
9. Jaga privasi Ibu
10. KIE untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan ibu
11. Anjurkan cukup makan dan minum
12. Pastikan kandung kemih tetap kosong
Kala II 1. Berikan dukungan terus-menerus kepada ibu
a. Merupakan langkah penting dalam asuhan ibu
b. Dalam penyusunan rencana asuhan harus berdasarkan
diagnosa/masalah baik aktual maupun potensial
2. Pertahankan kebersihan ibu
3. Persiapkan kelahiran bayi
4. Bimbing meneran bila ada His
5. Lakukan pemantauan keadaan ibu dan DJJ terus menerus
6. Lakukan amniotomi bila diperlukan
7. Lakukan episiotomy bila diperlukan
8. Lahirkan kepala dengan benar
9. Longgarkan tali pusat
10. Lahirkan bahu dan diikuti badan bayi
11. Nilai cepat tanda – tanda kehidupan bayi minimal 3 aspek
yaitu: usaha bernapas, denyut jantung, warna kulit
12. Klem/jepit tali pusat di dua tempat dan potong dengan
gunting steril
13. Jaga kehangatan bayi
14. Rangsang pernapasan bayi, bila diperlukan
Kala III 1. Lakukan Manajemen Aktif Kala III
a. Lakukan masase uterus untuk meyakinkan tidak ada
bayi lain
b. Jepit dan gunting tali pusat
c. Berikan suntikan oksitosin 10 IU IM
d. Lakukan PTT (Peregangan Tali Pusat Terkendali)
e. Lahirkan plasenta
f. Lakukan masase fundus uteri
2. Ikat tali pusat bayi
3. Keringkan dan hangatkan bayi sedini mungkin
4. Dekatkan bayi dengan ibunya
5. Susukan bayi sesegera mungkin kurang lebih 30 menit
setelah lahir
Kala IV 1. Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran
darah, tanda-tanda vital :
 2 – 3 kali selama 10 menit pertama
 Setiap 15 menit selama 1 jam

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1272
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 Setiap 20 – 30 menit selama jam kedua


 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan
masase fundus dan berikan metal ergometrin 0,2 mg IM
(jika ibu tidak mengalami hipertensi)
2. Lakukan pemeriksaan jalan lahir dan perineum
3. Lakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dan
selaputnya
4. Ajari ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
5. Evaluasi darah yang hilang
6. Pantau pengeluaran lochia
7. Pertahankan kandung kemih tetap kosong

3. Standar Asuhan Bayi Baru Lahir


 Pencegahan hipotermi/Jaga kehangatan bayi
 Pemenuhan kebutuhan bayi baru lahir
 Pencegahan Infeksi (PI)

4. Standar Asuhan Ibu Nifas


 Memberikan asuhan nifas
 Mengatasi masalah sesuai kondisi dan kebutuhan klien
 Pendidikan kesehatan (KIE) dan Konseling
 Follow up (kunjungan nifas berikutnya)

Pokok Bahasan 4.

PERSIAPAN PELAYANAN ASUHAN KEBIDANAN

a. Persiapan pasien/klien pada kasus patologis kebidanan dan kasus


patologis kegawatdaruratan kebidanan

Kegiatan mempersiapkan fisik dan mental klien/pasien untuk menjalani


asuhan kebidanan (contoh: mengganti baju pasien, memberi motivasi dan
menguatkan mental pasien).

b. Persiapan alat dan obat pada kasus patologis kebidanan dan kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan

Kegiatan yang dilakukan untuk mendukung dan memperlancar


terlaksananya pelayanan kebidanan yang berupa penyediaan dan
persiapan obat dan atau alat (contoh : menyiapkan alat dan obat untuk
tindakan kuretase, vakum ekstraksi, tang ekstraksi, dll)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1273
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

1) Asuhan Ibu Hamil


Alat yang dipersiapkan : Stetoskop, tensimeter, doppler, meteran kain,
timbangan, pengukur LILA, stetoskop janin, alat suntik steril,
jarum IV 16 dan 18 G, Cairan RL atau NaCl 0,9%, set infus,
MgSO4 40%.
Obat : Vaksin TT, tablet besi, asam folat, obat anti malaria (pada
daerah endemis malaria), alat pengukur Hb, kalsium glukonas
1 gr.

2) Asuhan Ibu Bersalin


Alat : Partus Set, sarung tangan DTT/steril, air mengalir, handuk,
stetoskop, tensimeter, heating set, doppler, klem tali pusat,
bengkok, tempat plasenta, larutan khlorin 0,5 %, episiotomi set,
lembar partograf.
Obat : Oksitosin 10 IU, lidokain 1%, benang chromic 3.0, jarum
hecting DTT/steril, klem/benang tali pusat, metergin, spuit
steril.

3) Asuhan Ibu Nifas


Alat : Air bersih, handuk, pembalut wanita, pakaian ibu yang kering
dan bersih, sarung atau kain bersih untuk ibu, kain/selimut
untuk ibu, sarung tangan DTT, tensimeter, stetoskop,
termometer.

4) Asuhan Bayi Baru Lahir


Alat : Air bersih, handuk, sabun, dua kain hangat, gunting tali pusat
steril, 2 klem steril, benang steril, sarung tangan steril/DTT,
termometer, penghisap De Lee, timbangan bayi, pita pengukur.
Obat : Salep tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5%

Pokok Bahasan 5.

ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN/PASIEN KASUS


KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

Pernyataan Standar :
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1274
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Kriteria implementasi:
a. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-
kultural
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan
atau keluarganya (inform consent)
c. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
d. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan
e. Menjaga privacy klien/pasien
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
g. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
h. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
i. Melakukan tindakan sesuai standar
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

Implementasi Asuhan Sayang Ibu :


a. Memenuhi hak – hak ibu, hak privasi, memberikan ASI, informasi dan
bimbingan
b. Memberikan asuhan berkesinambungan
c. Membatasi intervensi yang tidak perlu
d. Mengurangi rasa sakit/nyeri tanpa obat (teknik relaksasi, massage, mandi
air hangat dan dukungan psikologi)
e. Menawarkan ibu untuk memilih pendamping/didampingi selama
persalinan
f. Peka dan responsif pada keyakinan, nilai, adat istiadat
g. Memberi kebebasan memilih posisi & bergerak
h. Inform choice dan inform consent

Implementasi Asuhan Sayang Bayi Baru Lahir Sehat :


a. Rawat Gabung (Rooming In)
b. Menjaga Kehangatan Bayi
c. Inisiasi Pemberian ASI Dini & Menyusui Eksklusif
d. Pencegahan Infeksi
e. Pemberian Imunisasi
f. Pemantauan Tanda Bahaya

Implementasi kasus kegawatdaruratan kebidanan


a. Mengatasi masalah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.
b. Melakukan kolaborasi dan rujukan bila diperlukan sesuai dengan
kebutuhan.
c. Asuhan ibu hamil dengan kegawatdaruratan :
1) Memberikan pertolongan awal sesuai dengan masalah
kegawatdaruratan kehamilan
2) Merujuk ke SpOG

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1275
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Ibu hamil yang harus dilakukan rujukan :


 Riwayat bedah caesar
 Penyakit kronis : DM, jantung, asma berat, TBC
 Perdarahan pervaginam
 Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu)
 Ketuban pecah dengan mekonium kental
 Ketuban pecah lama (> 24 jam)
 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
 Ikterus
 Anemia berat
 Pre eklampsi
 TFU > 40 cm (makrosomi, gemelli, polihidramnion)
 Demam (suhu > 38 C)
 Gawat Janin
 Presentasi Bukan belakang kepala
 Tali pusat menumbung
3) Mendampingi ibu terus menerus
4) Memantau kondisi ibu dan janin
5) Menindaklanjuti hasil konsultasi/kolaborasi/rujukan

d. Asuhan bayi baru lahir dengan kegawatdaruratan :


1) Bila bayi terpaksa dirawat terpisah, harus ada persetujuan dari ibu dan
keluarga
2) Bayi dirawat sesuai masalahnya
e. Pelaksanaan asuhan merupakan penerapan (implementasi) dari rencana
asuhan yang diterapkan.
f. Asuhan kebidanan pada kondisi gawat darurat misalnya asuhan pada
pasien dengan retensio plasenta, perdarahan post partum.

Pokok Bahasan 6.

EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN KLIEN/PASIEN PADA KASUS


KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

Pernyataan Standar :
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk
melihat efektifitas dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.

Kriteria Evaluasi:
a. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1276
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/


keluarga
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

Pokok Bahasan 7.

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS


KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

Pernyataan Standar :
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.

Kriteria Pencatatan:
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA)
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP :
S : data subjektif, mencatat hasil anamnesa
O : data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A : hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P : penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,
tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up dan rujukan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1277
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

VIII. REFERENSI

1. Perpres RI No. 9 tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan


2. Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
3. Permenpan No. 01/PER/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsional dan
Angka Kreditnya
4. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 1110/Menkes/PB/XII/2008 dan No. 25 tahun 2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
5. Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Standar Asuhan
Kebidanan
6. Standar Asuhan Kebidanan bagi Bidan di Rumah Sakit (2005). Direktorat
Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik
7. Standar Pelayanan Kebidanan. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia

IX. LAMPIRAN

1. Panduan roleplay
2. Panduan demonstrasi
3. Panduan simulasi
4. Daftar tilik standar asuhan kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1278
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

LAMPIRAN

A. Panduan Roleplay dan Demonstrasi


1. Bagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Berikan 5 contoh kasus fisiologis dengan masalah
a. Kelompok I : Asuhan ibu hamil trimester 3 dengan eklampsia
b. Kelompok II : Asuhan ibu bersalin dengan retensio plasenta
c. Kelompok III : Asuhan ibu nifas dengan perdarahan post
partum primer
d. Kelompok IV : Asuhan bayi baru lahir dengan hipotermia
e. Kelompok V : Asuhan KB AKDR
3. Dari kasus di atas, mintalah peserta untuk melakukan roleplay pengkajian
berupa anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang sampai
dengan diagnosa dapat ditegakkan sesuai pembagian kasus.
4. Masing-masing kelompok membagi peran sebagai bidan, ibu/klien, suami,
keluarga, narator.
5. Sebelum role play dimulai, siapkan peralatan yang dibutuhkan sesuai
dengan kasus. Khusus untuk asuhan pada bayi baru lahir, peserta dapat
menggunakan manikin yang disiapkan panitia.
6. Diskusikan evaluasi roleplay bersama-sama.

B. Panduan Simulasi
1. Bagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Berikan 5 contoh kasus fisiologis dengan masalah
a. Kelompok I : Asuhan ibu hamil trimester 3 dengan eklampsia
b. Kelompok II : Asuhan ibu bersalin dengan retensio plasenta
c. Kelompok III : Asuhan ibu nifas dengan perdarahan post
partum
d. Kelompok IV : Asuhan bayi baru lahir dengan hipotermia
e. Kelompok V : Asuhan KB AKDR
3. Dari kasus di atas, mintalah peserta untuk melakukan simulasi
penatalaksanaan asuhan kebidanan sesuai dengan pengkajian kasus yang
telah di-rolepay-kan.
4. Diskusikan hasil simulasi penatalaksanaan asuhan sebagai evaluasi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1279
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

PETUNJUK PENGISIAN
DAFTAR TILIK PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

1. Instrumen observasi digunakan oleh bidan penyelia/bidan koordinator/


kepala ruangan pada saat melaksanakan bimbingan teknis pada bidan
pelaksana. Sehingga dapat dilihat apakah asuhan yang dilakukan sesuai
standar.
2. Cara pengisian adalah dengan memberikan tanda ceklist pada kolom
asuhan yang diamati, apabila unsur tersebut dilakukan.
3. Apabila tidak dilakukan, tuliskan strip, dan tuliskan alasannya pada
keterangan. Masalah ini sebagai bahan pertimbangan pembinaan.
4. Data akurat, apabila data yang diambil sesuai dengan apa yang terjadi
sebenarnya pada klien.
5. Data yang dikaji tepat, apabila data yang dikaji sesuai dengan kebutuhan/
terfokus.
6. Data yang dikaji lengkap, apabila menggambarkan kondisi fisik, psikologis
dan sosial klien.
7. Pengelompokkan data sudah jelas.
8. Diagnosa sesuai nomenklatur kebidanan adalah sesuai dengan kesepakatan
profesi secara internasional/nasional, seperti G...P...A....
9. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas ancaman kondisi klien,
artinya bahwa rencana tindakan yang didahulukan untuk penyelamatan
jiwa ibu dan bayi terlebih dahulu.
10. Tindakan antisipasi dirumuskan sesuai kebutuhan, maksudnya adalah
tindakan tersebut dibuat karena ada diagnosa/masalah potensial yang
mengancam klien, jika tidak maka tidak perlu direncanakan tindakan
antisipasi.
11. Tindakan segera sesuai kebutuhan, maksudnya direncanakan tindakan
segera apabila kondisi klien perlu diberikan tindakan tersebut, jika tidak
ada maka tidak perlu tindakan ini
12. Tindakan rutin secara komprehensip, artinya tindakan yang direncanakan
menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan/masalah fisik, psikologi dan
sosial klien.
13. Melibatkan klien/keluarga, artinya bahwa klien dan keluarga diberitahu
tentang kondisi kesehatannya dan diberitahu tindakan yang akan
dilakukan.
14. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga,
artinya dalam memilih rencana tindakan tidak hanya sesuai dengan
keadaan fisik, tetapi memperhatikan keadaan jiwa ibu, nilai dan
kepercayaan yang dimiliki ibu dan keluarga.
15. Menggunakan tindakan yang aman didukung evidence based, artinya bahwa
dalam menentukan tindakan, memilih tindakan yang aman untuk pasien,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1280
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

dan diutamakan pada tindakan yang ada bukti penelitiannya, bahwa


tindakan tersebut menguntungkan.
16. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya
dan fasilitas yang ada, artinya bahwa dalam merencanakan tindakan
diperhatikan kesepakatan, aturan dan kebijakan setempat, serta
mempertimbangkan ketersediaan alat, ruangan dan tenaga tanpa
mengabaikan prinsip/standar yang harus dilakukan.
17. Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk bio, psiko, sosial, spiritual
dan budaya, artinya bahwa dalam mengimplementasikan rencana tindakan
pada kliennya secara langsung, sangat tergantung pada keadaan pasien
secara individu, tidak dapat disamaratakan untuk seluruh pasien/flexibel
sesuai standar.
18. Memperhatikan privacy klien, artinya dalam melaksanakan tindakan selalu
memperhatikan kebutuhan rasa nyaman, perlindungan dan harga diri
klien.
19. Bertanggung jawab penuh pada kesinambungan asuhan kebidanan, artinya
bahwa bidan dalam melaksanakan asuhan tidak hanya bertanggung jawab
pada tindakan yang dilakukannya sendiri, tetapi mengikuti perkembangan
setiap tindakan yang dilakukan oleh tim kesehatan.
20. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan, maksudnya adalah bahwa
setelah melakukan pemeriksaan dan tindakan bidan hendaknya mencatat
dalam status klien/ catatan perkembangan pasien. Sehingga perkembangan
kondisi klien dapat terlihat, dan rangkaian asuhan yang diberikan jga dapat
terlihat.
21. Pencatatan Asuhan Kebidanan, sudah cukup jelas.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1281
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

DAFTAR TILIK
PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

Petunjuk : Berilah tanda (V) pada kolom YA, bila kegiatan dilakukan
Berilah tanda (V) pada kolom TIDAK bila kegiatan tidak dilakukan
Berilah tanda (V) pada kolom TB, bila kegiatan tidak berlaku dalam asuhan yang diamati

Asuhan yang diamati CATATAN


ASPEK YANG DINILAI
YA TDK TB

1 2 3 4 8

STANDAR I : PENGKAJIAN

1. Data akurat
2. Data yang dikaji tepat
3. Data yang dikaji lengkap
4. Pengelompokan data meliputi:
- Data subjektif: biodata, riwayat kehamilan,
riwayat kesehatan, riwayat sosial budaya
- Data objektif: pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang

STANDAR II : PERUMUSAN DIAGNOSA DAN


ATAU MASALAH KEBIDANAN

1. Diagnosa sesuai dengan nomeklatur kebidanan


2. Masalah dirumuskan sesuai kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan manajemen asuhan
kebidanan

STANDAR III : PERENCANAAN

1. Rencana tindakan disusun berdasarkan


prioritas ancaman kondisi klien
2. Tindakan antisipasi sesuai kebutuhan
3. Tindakan segera sesuai kebutuhan
4. Tindakan rutin secara komprehensif
5. Melibatkan klien/keluarga
6. Mempertimbangkan kondisi psikologi, social
budaya klien/keluarga
7. Memilih tindakan yang aman didukung
evidence based
8. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan
yang berlaku, sumberdaya dan fasilitas yang
ada

STANDAR IV : IMPLEMENTASI

1. Memperhatikan keunikan klien sebagai


makhluk bio, psiko, sosial, spiritual dan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1282
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

kultural
2. Melibatkan klien dalam setiap tindakan
3. Memperhatikan privacy klien
4. Memperhatikan prinsip pencegahan infeksi
5. Bertanggung jawab penuh terhadap
perkembangan kondisi klien, dan
kesinambungan asuhan kebidanan
6. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas
yang ada
7. Melakukan tindakan sesuai standar
8. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

STANDAR V : EVALUASI

1. Penilaian dilakukan pada setiap tindakan


2. Hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan pada klien/keluarga
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

STANDAR VI : PENCATATAN ASUHAN


KEBIDANAN

1. Dilakukan segera setelah melakukan asuhan


2. Catatan dibuat pada formulir yang tersedia
(Rekam Medis/KMS/Status Pasien
3. Ditulis dalam bentuk SOAP
4. Hasil anamnesa ditulis pada S (data Subjektif)
5. Hasil pemeriksaan ditulis pada O (Objektif)
6. Diagnosa dan masalah ditulis pada A (Hasil
Analisa)
7. Seluruh penatalaksanaan yang sudah dilakukan
ditulis pada P (tindakan antisipasi, tindakan
segera, dan tindakan komprehensif :
penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up

……………………………..,

Komentar/ Ringkasan

……………………………………………. .. Evaluator / Penilai

........................................................................

(………………………………..)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1283
MATERI INTI 3
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI INTI 3
KOLABORASI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen


yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak – pihak yang terlibat
secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai
– nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan
persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran,
kasih sayang serta berbasis masyarakat.
Materi ini mengajarkan tentang bagaimana seorang bidan melaksanakan
kolaborasi pelayanan asuhan kebidanan pada jenjang bidan ahli pertama.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan kolaborasi

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan kolaborasi
dengan tim kesehatan lain pada kasus patologis kegawatdaruratan
kebidanan

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut :

Pokok Bahasan 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain pada kasus


patologis kegawatdaruratan kebidanan

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Simulasi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1284
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Skenario simulasi

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk latihan membuat rencana pelayanan

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1285
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

KOLABORASI DENGAN TIM KESEHATAN LAIN PADA KASUS


PATOLOGIS KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan


negosiasi yang panjang dalam kesepakatan hubungan profesional dokter dan
tenaga kesehatan lain, mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai berikut :
Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan tenaga kesehatan lain
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling
ketergantungan dalam batasan – batasan lingkup praktek mereka dengan
berbagi nilai – nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap
orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran


pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.
Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek
baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut.
Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka
menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya
penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar


Profesi Bidan, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan
bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk
diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan
praktik kebidanan.

Dalam kolaborasi ada 6 tugas yang dapat dilakukan bidan dalam perannya
sebagai bidan ahli pertama :

1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai


fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
3. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratanyang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1286
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

4. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga.
5. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi
dan mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.
6. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi yang
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

Kolaborasi Bidan di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar

Salah satu bentuk kolaborasi bidan di tingkat pelayanan kesehatan dasar


adalah kemitraan bidan dukun. Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu
bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling menguntungkan dengan
prinsip keterbukaaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Kemitraan ini menempatkan bidan sebagai
penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan
menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, yang
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta
melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada.

Gambar 1 : Magang kemitraan bidan – dukun di Kab. Trenggalek

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1287
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Mekanisme Kerja Kemitraan Bidan Dukun

Dalam upaya meningkatkan program kesehatan ibu dan anak diperlukan


suatu mekanisme pelaksanaan kemitraan yang jelas antara bidan dan dukun
dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Inventarisasi semua bidan dan dukun terkait dengan penyelenggaraan dan


pencapaian program kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Menyamakan persepsi antara bidan dengan dukun, di mana peran dukun
tidak kalah penting dibandingkan perannya dahulu.
3. Menetapkan peran dan tanggung jawab bidan dan dukun sesuai dengan
lingkup dan kemampuannya. Perubahan peran baru perlu adaptasi dan
hubungan interpersonal yang baik antara bidan dan dukun.
4. Membuat kesepakatan tertulis tentang peran dan tugas antara bidan
dengan dukun diketahui oleh kepala desa/lurah ataupun tokoh
masyarakat.
5. Menyusun rencana kerja kegiatan kemitraan dengan menetapkan
pembagian tugas sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya.
6. Mensosialisasikan kesepakatan kemitraan bidan dengan dukun.
7. Melaksanakan kegiatan kemitraan sesuai dengan tugas masing-masing.
8. Memantau dan menilai hasil kegiatan kemitraan yang dicapai dan
pengembangannya.

Dalam penerapan kemitraan bidan dengan dukun, maka dukun perlu


diberikan wawasan dalam bidang kesehatan ibu, bayi baru lahir dan keluarga
berencana, terutama tentang tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan
nifas serta persiapan yang harus dilakukan oleh keluarga dalam menyongsong
kelahiran bayi.

Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dengan Dukun

Ruang lingkup kegiatan mencakup masukan, proses dan luaran program.

a. Input
Meliputi persiapan tenaga, biaya operasional, sarana kegiatan bidan dan
dukun, serta metode/mekanisme pelaksanaan kegiatan.

b. Proses
Meliputi lingkup kegiatan kerja bidan dan dukun. Kegiatan bidan
mencakup aspek teknis kesehatan sedangkan kegiatan dukun mencakup
aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan beralih peran dari
menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan bersama bidan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1288
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan pembagian
peran antara bidan dengan dukun.

Aspek teknis kesehatan adalah proses pengelolaan dan pelayanan program


KIA :
1) Pengelolaan (manajemen) program KIA adalah semua kegiatan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian (evaluasi)
program kesehatan ibu dan anak termasuk KB.
2) Pelayanan KIA dan KB mencakup kegiatan yang dilakukan sesuai
wewenang, standar, etika profesi.

Aspek non kesehatan adalah :


1) Penggerakan dan Pemberdayaan ibu, keluarga dan masyarakat.
2) Dukungan terhadap tradisi dan budaya setempat yang sesuai dengan
prinsip – prinsip kesehatan bagi ibu dan anak.

c. Output
Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan
ibu dan anak antara lain :
1) Meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra
2) Meningkatkan rujukan oleh dukun
3) Meningkatnya cakupan pemeriksaan ibu hamil
4) Meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
5) Meningkatnya peserta KB pasca salin
6) Meningkatnya deteksi risti/komplikasi oleh masyarakat.

Peran Bidan dan Dukun dalam Pelaksanaan Kemitraan

a. Periode kehamilan

BIDAN DUKUN
1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam 1. Memotivasi ibu hamil untuk
hal : periksa ke Bidan
a. Keadaan umum 2. Mengantar ibu hamil yang tidak
b. Menentukan taksiran partus mau periksa ke Bidan
c. Menentukan Keadaan janin dalam 3. Membantu Bidan pada saat
kandungan pemeriksaan ibu hamil
d. Pemeriksaan laboratorium yang 4. Melakukan penyuluhan pada
diperlukan ibu hamil dan keluarga tentang
2. Melakukan tindakan pada ibu hamil a. Tanda-tanda persalinan
dalam hal: b. Tanda bahaya kehamilan
a. Pemberian Imunisasi TT c. Kebersihan pribadi &
b. Pemberian tablet Fe lingkungan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1289
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

c. Pemberian pengobatan/tindakan d. Kesehatan & Gizi


apabila ada komplikasi e. Perencanaan Persalinan
3. Melakukan Penyuluhan dan konseling (Bersalin di Bidan,
pada ibu hamil dan keluarga mengenai : menyiapkan transportasi,
a. Tanda-tanda Persalinan menggalang dalam
b. Tanda bahaya kehamilan menyiapkan biaya,
c. Kebersihan pribadi & lingkungan menyiapkan calon donor
d. Kesehatan & Gizi darah)
e. Perencanaan Persalinan (Bersalin di 5. Memotivasi ibu hamil dan
Bidan, menyiapkan transportasi, keluarga tentang :
menggalang dalam menyiapkan a. KB setelah melahirkan
biaya, menyiapkan calon donor darah) b. Persalinan di Bidan pada
f. KB setelah melahirkan menggunakan waktu menjelang taksiran
Alat Bantu Pengambilan Keputusan partus
(ABPK) 6. Melakukan ritual keagamaan/
4. Melakukan kunjungan rumah untuk : tradisional yang sehat sesuai
a. Pemeriksaan kehamilan tradisi setempat (bila ada)
b. Penyuluhan/konseling pada keluarga 7. Melakukan motivasi pada waktu
tentang perencanaan persalinan dan rujukan diperlukan
pencegahan komplikasi 8. Melaporkan ke Bidan apabila
c. Melihat kondisi rumah untuk ada ibu hamil baru
persiapan persalinan
d. Motivasi persalinan di Bidan pada
waktu menjelang taksiran pertus
5. Melakukan rujukan apabila diperlukan
6. Melakukan pencatatan seperti :
a. Kartu ibu
b. Kohort ibu
c. Buku KIA
7. Melakukan Laporan :
* Cakupan K1 dan K4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1290
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

b. Periode Persalinan

BIDAN DUKUN
1. Mempersiapkan sarana prasarana 1. Mengantar calon ibu bersalin ke
persalinan aman dan alat resusitasi Bidan.
bayi baru lahir, termasuk pencegahan 2. Mengingatkan keluarga
infeksi. menyiapkan alat transport untuk
2. Memantau kemajuan persalinan sesuai pergi ke Bidan/memanggil Bidan.
dengan partogram. 3. Mempersiapkan sarana prasarana
3. Melakukan asuhan persalinan. persalinan aman seperti air bersih
4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini. dan kain bersih.
5. Injeksi Vit. K1 dan salep mata antibiotik 4. Mendampingi ibu pada saat
pada bayi baru lahir. persalinan.
6. Melakukan perawatan bayi baru lahir 5. Membantu Bidan pada saat proses
7. Melakukan tindakan PPGDON apabila persalinan.
mengalami komplikasi. 6. Melakukan ritual keagamaan/
8. Melakukan rujukan bila diperlukan. tradisional yang sehat sesuai
9. Melakukan pencatanan persalinan tradisi setempat.
pada : 7. Membantu Bidan dalam
a. Kartu ibu/partograf perawatan bayi baru lahir.
b. Kohort Ibu dan Bayi 8. Membantu ibu dalam inisiasi
c. Register persalinan menyusu dini kurang dari 1 jam.
10. Melakukan pelaporan : 9. Memotivasi rujukan bila
* Cakupan persalinan oleh Tenaga diperlukan.
Kesehatan 10. Membantu Bidan membersihkan
ibu, tempat dan alat setelah
persalinan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1291
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

c. Periode Nifas

BIDAN DUKUN
1. Melakukan Kunjungan Neonatal dan 1. Melakukan kunjungan rumah dan
sekaligus pelayanan nifas memberikan penyuluhan tentang :
a. Perawatan ibu nifas a. Tanda – tanda bahaya dan
b. Perawatan Neonatal penyakit ibu nifas
c. Pemberian Imunisasi HB 1 b. Tanda – tanda bayi sakit
d. Pemberian Vit. A ibu Nifas 2 kali c. Kebersihan pribadi & lingkungan
e. Perawatan payudara d. Kesehatan & Gizi
2. Melakukan Penyuluhan dan konseling e. ASI Ekslusif
pada ibu dan keluarga mengenai : f. Perawatan tali pusat
a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit g. Perawatan payudara
ibu nifas 2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk
b. Tanda-tanda bayi sakit ber – KB setelah melahirkan
c. Kebersihan pribadi & lingkungan 3. Melakukan ritual
d. Kesehatan & Gizi keagamaan/tradisional yang sehat
e. ASI Ekslusif sesuai tradisi setempat
f. Perawatan tali pusat 4. Memotivasi rujukan bila diperlukan
g. KB setelah melahirkan 5. Melaporkan ke bidan apabila ada
3. Melakukan rujukan apabila diperlukan calon akseptor KB baru
4. Melakukan pencatatan pada :
a. Kohort Bayi
b. Buku KIA
5. Melakukan Laporan :
* Cakupan Pelayanan Nifas

Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara bidan dengan dukun
perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun
mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal
penting yang harus disepakati dan dituangkan secara tertulis dalam
kesepakatan antara bidan dengan dukun.

Hal-hal yang harus tercantum dalam kesepakatan adalah :


a. Peran bidan dengan dukun
b. Mekanisme rujukan informasi ibu hamil dari dukun ke bidan
c. Mekanisme rujukan kasus persalinan
d. Jadwal pertemuan rutin bidan – dukun
e. Mekanisme pembagian biaya persalinan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1292
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Kolaborasi Bidan di Tingkat Pelayanan Kesehatan Rujukan

Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam


memberikan asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling
menghargai antar tenaga kesehatan dan saling memberikan informasi tentang
kondisi klien demi mencapai tujuan (Hoffart & Wood, 1996; Wlls, Johnson &
Sayler, 1998).

Hubungan Kolaborasi di Rumah Sakit :

Dokter Perawat Bidan Ahli Gizi

Fokus
Klien/
Pasien

Laboratorium Dll

Administrasi IPSRS
Radiologi

Tim Kerja di Rumah Sakit :

1. Tim satu disiplin ilmu:


 Tim Bidan
 Tim Perawat
 Tim dokter
 Tim administrasi
 Dll

2. Tim multidisiplin :
 Tim operasi
 Tim nosokomial infeksi
 Dll

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1293
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Anggota Tim Interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok


profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda
keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota
tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan
meliputi : pasien, bidan, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi,
manager dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki
komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar
sesama anggota tim.

Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi


pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu
rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal
hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim.

Bidan sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam


interdisiplin tim. Bidan memfasilitasi, melakukan asuhan kebidanan dan
membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan


mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas
pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering
berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal
pemberian pengobatan.

Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja


dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai
kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab,
komunikasi, otonomi dan koordinasi seperti skema di bawah ini.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1294
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Communications
Responsibility
 Autonomy

Efective Cooperation
Common
purpose collaboration

Assertiveness

Coordination

Mutuality

Elemen Kunci Efektifitas Kolaborasi

Kompetensi dasar yang harus dimiliki dalam melakukan kolaborasi :


 Komunikasi
 Respek dan kepercayaan
 Memberikan dan menerima feed back
 Pengambilan keputusan
 Manajemen konflik

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi karena kolaborasi


membutuhkan pemecahan masalah yang lebih kompleks, dibutuhkan
komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim. Pada dasar
kompetensi yang lain, kualitas respek dapat dilihat lebih ke arah honor dan
harga diri, sedangkan kepercayaan dapat dilihat pada mutu proses dan hasil.

Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupu non


verbal serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.
Feedback dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri,
kepercayaan diri, kepercayaan, emosi, lingkungan serta waktu. Feed back juga
dapat bersifat negatif maupun positif. Dalam melakukan kolaborasi juga akan
melakukan manajemen konflik. Konflik peran umumnya akan muncul dalam
proses. Untuk menurunkan konflik maka masing-masing anggota harus
memahami peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan harapan,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1295
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi tumpang tindih peran serta


melakukan negosiasi peran dan tanggung jawabnya.

Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama tim multidisipliner (seperti


skema di atas) dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi tim :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional.
2. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4. Meningkatnya kohesifitas antar profesional
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai dan memahami
orang lain.

Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu :


1. Adanya rasa saling percaya dan menghormati
2. Saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing
3. Memiliki citra diri positif
4. Memiliki kematangan profesional yang setara (yang timbul dari
pendidikan dan pengalaman)
5. Mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, dan
6. Keinginan untuk bernegosiasi

Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling


tergantung (interdependensi) untuk kerja sama dan bekerja sama. Bekerja
bersama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik.
Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan auat target
yang telah ditentukan dapat dicapai. Selain itu, menggunakan catatan klien
terintegrasi dapat merupakan suatu alat untuk berkomunikasi anatar profesi
secara formal tentang asuhan klien.

Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :


1. Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama
2. Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
3. Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
4. Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung
dalam tim.

Contoh kasus kolaborasi kegawatdaruratan kebidanan :


 Kolaborasi bidan dengan dokter dalam pemberian antibiotika
 Kolaborasi bidan dengan dokter dalam penatalaksanaan resusitasi
 Kolaborasi bidan dengan dokter dalam penatalaksanaan segera kasus
perdarahan post partum primer.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1296
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

VIII. REFERENSI

1. Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating


for Optimal Health, Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA
2. Kepmenkes RI No. 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi
Bidan
3. Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Standar Asuhan
Kebidanan
4. Nursingworld. Canon. 2005. New Horizons for Collaborative Partnership.
5. Nursingworld. Gardner. 2005. Ten Lessons in Collaboration.
6. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 1110/Menkes/PB/XII/2008 dan No. 25 tahun 2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
7. Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
8. Permenkes RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
9. Permenpan No. 01/PER/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsional dan
Angka Kreditnya
10. Perpres RI No. 9 tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan

IX. LAMPIRAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1297
MATERI INTI 4
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI INTI 4
KIE DAN KONSELING

I. DESKRIPSI SINGKAT

Materi ini memberikan pengetahuan agar individu/kelompok/masyarakat


mengerti dan paham tentang kesehatan, agar dapat mengerti kondisi
kesehatannya dan dapat memutuskan tindakan yang akan dilakukan yang
berkaitan dengan kondisinya tersebut.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan KIE dan
konseling pada kasus patologis kebidanan dan kegawatdaruratan
kebidanan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Melakukan KIE pada klien/pasien pada kasus patologis kebidanan
2. Melakukan konseling pada klien/pasien pada kegawatdaruratan
kebidanan.

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :

Pokok Bahasan 1. Konseling pada klien/pasien


Sub pokok bahasan :
a. Kasus patologis kebidanan
b. Kasus kegawatdaruratan kebidanan

IV. METODE

 CTJ
 Curah Pendapat
 Bermain peran

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1298
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Skenario bermain peran

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah – langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk latihan membuat rencana pelayanan.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1299
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

KONSELING PADA KLIEN / PASIEN

Pendahuluan

Bidan perlu menguasai komunikasi yang efektif dalam memberikan asuhan


ibu dan bayi baru lahir. Dikarenakan bayi tidak bisa diajak bicara, maka
komunikasi hakekatnya dilakukan dengan ibu dan keluarga. Konseling
merupakan salah satu ketrampilan yang perlu dikuasai oleh bidan dalam
membantu ibu dan keluarga mengambil keputusan mengenai asuhan ibu dan
bayi baru lahir. Modul ini mengantarkan kepada pemahaman dasar
komunikasi dan konseling yang perlu dilatih dan diterapkan dalam praktek
sehari – hari.

 KOMUNIKASI

Proses dua arah dan timbal – balik :


Saling berbagi informasi,
Saling berbagi pikiran & perasaan,
Saling mendengarkan,
ditujukan agar pemahaman sama.

Bentuk komunikasi :
Verbal (kata) : lisan dan tulisan.
Non verbal (tanpa kata) : lambang, isyarat, bahasa tubuh, mimik.

Teknik komunikasi diperlukan dalam konseling agar efektif.

Pengertian Komunikasi :

Komunikasi
APA dan SIAPA? KESAN

PESAN

PEMBICARA PENDENGAR
(sumber) (penerima)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1300
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Komunikasi pada gambar diatas berlangsung antara dua orang,


seorang menjadi pembicara dan seorang menjadi pendengar. Pembicara
merupakan sumber yang menyampaikan pesan kepada pendengar selaku
pihak penerima. Dari pesan yang disampaikan itu timbul kesan pada
penerima.

Akan tetapi komunikasi tidak hanya melalui pembicaraan lisan


melainkan juga bisa melalui gambar seperti gambar diatas dan juga
melalui tulisan seperti yang anda baca. Maka komunikasi berlangsung dari
pihak penulis yang merupakan sumber atau pemberi pesan kepada
pembaca yang merupakan penerima pesan.
Jadi dalam komunikasi, ada dua pihak yang berperan yaitu :
 Pemberi pesan
 Penerima pesan

Komunikasi dapat berlangsung antara dua orang atau lebih, tidak


hanya antara seorang pemberi pesan kepada seorang penerima pesan.
Umpamanya seorang guru atau pelatih selaku pihak pemberi pesan
kepada beberapa orang murid atau peserta pelatihan selaku pihak
penerima pesan.

Informasi berupa pesan yang disampaikan tidak hanya secara


langsung bertatap muka antara seorang pembicara kepada seorang
pendengar. Seorang penyiar radio atau TV merupakan sumber informasi
atau pemberi informasi kepada penerima (audiens) yaitu para pendengar
atau pemirsa. Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu proses
memberi dan menerima informasi antara dua orang atau lebih. Bisa
berlangsung secara langsung dengan bertatap muka secara lisan atau
secara tidak langsung melalui tulisan atau media masa seperti radio dan
media elektronik lainnya.

Tujuan Komunikasi :
MENGAPA?
Komunikasi

SAMA

PESAN = KESAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1301
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Apabila dua pihak mengadakan komunikasi, maka diharapkan


bahwa akan ada pengertian yang sama antara kedua belah pihak. Dalam
arti lain, kesan yang diterima sama dengan pesan yang diberikan. Bila ada
perbedaan antara pesan yang disampaikan dengan kesan yang diterima,
berarti ada salah paham antara kedua belah pihak sehingga tidak terjadi
pengertian yang sama diantara mereka.

Tujuan komunikasi adalah agar terjadi pengertian yang sama antara


kedua pihak yang berkomunikasi, dimana pesan yang diberikan pihak
pemberi menimbulkan kesan yang sama pada pihak penerima. Ada
kalanya terjadi salah paham dikarenakan kesan yang diterima berbeda
atau sangat berbeda dengan pesan yang diberikan. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa tujuan komunikasi tidak tercapai. Salah paham atau
miskomunikasi tersebut dapat dihindari dengan komunikasi dua arah, dimana
dapat terjadi komunikasi timbal – balik antara kedua pihak yang bergantian
menjadi pembicara dan pendengar.

Kesimpulan :

KOMUNIKASI adalah suatu PROSES BERBAGI INFORMASI


antara dua orang atau lebih untuk mencapai
PENGERTIAN YANG SAMA.

Bagaimana melakukan Komunikasi yang baik ?

Komunikasi merupakan proses dua arah dimana dua orang atau lebih :
Secara aktif dan timbal balik saling berbagi informasi.
Secara aktif berbagi perasaan dan pikiran agar pemahaman yang sama.
Secara aktif mendengarkan untuk memahami pikiran dan perasaan
orang lain.

Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi dapat dilakukan dengan berbicara, menggunakan kata-


kata (verbal) atau tanpa kata (non verbal) yakni dengan menggunakan bahasa
isyarat, lambang atau bahasa tubuh misalnya mimik muka, gerakan tangan,
kepala, tubuh, bahu atau nada suara yang keras, lembut, pelahan, tegas.
Adakalanya tidak dirasakan atau diluar kesadaran dan ada kebiasaan yang
tak disadari.

Ketrampilan untuk berkomunikasi secara efektif dapat dipelajari dan


membantu anda dalam menumbuhkan kepercayaan klien kepada diri
anda. Apabila klien percaya kepada anda, maka akan mudah untuk

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1302
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

mengatakan tentang dirinya dan masalah bayinya, dan apa yang


dibutuhkannya. Dia juga akan lebih mengikuti anjuran anda agar
memberikan asuhan terbaik bagi bayinya.

Ketrampilan Komunikasi yang baik merupakan teknik yang dapat


digunakan untuk menunjukkan perhatian kepada ibu dan keluarga bahwa
anda peduli dan mau membantu. Seringkali kalau banyak pasien, petugas
sering khawatir kalau berkomunikasi yang baik akan makan waktu.
Apakah senyum dan berbicara lembut, memakai bahasa sederhana
menghabiskan waktu?

Menggunakan bahasa tubuh sangat bermanfaat dalam komunikasi,


namun harus bisa diterima dalam budaya setempat. Pelajari apa yang baik
dan diterima serta lazim dilakukan menurut tradisi, adat istiadat setempat.
Komunikasi yang baik membantu anda menerima dan memberi informasi
secara lengkap dan efektif.

Ketrampilan komunikasi mencakup :


Menunjukkan perhatian.
Perlakukan ibu sebagai seseorang yang bisa memahami masalah
kesehatan bayinya dan bisa mengambil keputusan mengenai asuhan
bayinya.

Tidak bersifat menghakimi.


Jangan menyalahkan seorang ibu karena masalah yang dialaminya atau
masalah bayinya, praktek budaya, atau keputusan lalu yang telah
diambil.

Berbicara jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.


Agar komunikasi berlangsung, apa yang dikatakan harus dipahami
oleh petugas maupun oleh ibu. Kalau bisa gunakan bahasa yang paling
nyaman untuk ibu umpamanya bahasa daerah yang juga anda kuasai.

Mendengarkan secara aktif.


Dengarkan apa yang dikatakan ibu dan bagaimana mengatakannya,
nada suara, pilihan kata, mimik wajah, dan gerak tubuh.
Berdiamlah sesekali. Berikan kesempatan kepada ibu untuk
berpikir, bertanya, dan bicara. Ibu mungkin akan menemukan
bahwa dia sudah tahu jawaban dari permasalahannya.
Dengarkan dengan seksama daripada memikirkan apa yang akan
anda katakan selanjutnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1303
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Berikan umpan balik untuk menunjukkan bahwa anda sudah


dengar apa yang dikatakan ibu, misalnya mengangguk dan katakan
”ya”. Itu akan membuat ibu lebih berani melanjutkan.
Kadang ulangi atau rangkumlah apa yang dikatakan ibu. Kemudian
anda dan ibu akan tahu bahwa anda sudah memahaminya.
Berikan pujian dan dorongan untuk perilaku dan praktek asuhan
yang positip.

Menggunakan bahasa tubuh.


Tersenyum
Kontak mata.
Memakai suara yang lembut.
Jagalah agar tinggi badan anda sejajar dengan ibu
Berikan sentuhan yang pantas pada lengan atau bahu.

Mendorong ibu untuk menyuarakan apa yang dipikirkan dan bertanya.


Jawab pertanyaannya secara jujur.
Pastikan untuk bertanya apakah ibu memahami anjuran anda dan
ulangi penjelasan bila perlu.

Menghormati hak perempuan untuk mengambil keputusan tentang


kesehatannya dan tentang bayinya.
Tugas anda untuk memberikan semua informasi yang dibutuhkan
ibu untuk mengambil keputusan, jangan memutuskan untuk dia.

Mendengarkan apa yang harus dikatakan ibu.


Berikan cukup waktu agar ibu bisa menceritakan apa yang menurut
pikirannya penting.
Jangan memotong selagi dia bicara.

Teknik komunikasi efektif :


 Mendengar Secara Aktif (active listening)
 Mengulang Kalimat (paraphrasing)
 Memberi Umpan Balik (feedback)

 KONSELING

Ketrampilan komunikasi yang baik merupakan bagian yang sangat


penting dari konseling asuhan bayi baru lahir. Pada konseling perlu
komunikasi perorangan tatap muka yang efektif dan intensif. Konseling
membantu ibu dan keluarga untuk memutuskan apa yang akan dilakukan
dan bagaimana melakukan asuhan bayi baru lahir, termasuk memberikan
ASI.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1304
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Ketrampilan konseling yang baik :

Menyambut ibu dan keluarga.


Hal ini menunjukkan bahwa anda peduli dan menumbuhkan
kepercayaan.
Sambutlah ibu dengan ramah dan dengan jalan menghargai.
Bila ibu atau bayi akan diperiksa atau akan mengalami suatu
prosedur, jelaskan apa yang akan dilakukan.
Berikan privasi selama pemeriksaan, konseling, atau prosedur.
Pastikan bahwa orang lain tidak bisa melihat atau mendengar.
Berikan kepastian dan buatlah merasa nyaman bila dibutuhkan.
Doronglah ibu untuk bertanya atau menyuarakan kerisauannya
setiap saat pada kunjungan.

Ajukan pertanyaan yang bermakna.


Pertanyaan adalah bagian penting dari konseling. Hal itu akan
membuat anda bisa menyimpulkan masalah atau kebutuhan ibu atau
bayi. Sangat bermanfaat misalnya untuk menemukan apa yang sudah
diketahuinya mengenai asuhan bayi baru lahir dan apakah ibu atau
keluarga menerapkan suatu perilaku yang positip dalam asuhan bayi
baru lahir. Dengan itu membantu anda mengenali suatu masalah dan
mengarahkan apa dan bagaimana konseling dilakukan.

Untuk mengajukan pertanyaan secara efektif :


Gunakan ketrampilan komunikasi yang baik.
Ajukan hanya satu pertanyaan setiap kali, tunggulah jawabannya
dengan penuh minat.
Usahakan tidak memulai pertanyaan dengan ”mengapa”.
Kadangkala bertanya ”mengapa” seakan mencari kesalahan.
Gunakan pertanyaan terbuka agar mendorong ibu untuk
menjelaskan keadaan bayinya. Pertanyaan terbuka memberi lebih
banyak keterangan buat petugas. Pertanyaan tertutup hanya akan
dijawab ”ya” dan ”tidak”.
Contoh :
- Pertanyaan terbuka :
”Bagaimana keadaan bayi ibu ?
”Bisa ibu jelaskan, bagaimana bayi ibu menetek?”

- Pertanyaan tertutup :
”Apakah bayi ibu sakit ?”
”Apa bayi ibu mau menetek?”

Bila ibu tidak mengerti, ulangi lagi pertanyaan dengan kata lain.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1305
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Berikan keterangan yang benar dan berguna.


Apapun hal yang menjadi bahan konseling, keterangan yang anda
berikan perlu benar dan berguna untuk ibu atau keluarga.

Bantu ibu dan keluarga membuat keputusan sendiri berdasarkan keterangan


yang jelas dan perasaan mereka, keadaan dan kebutuhan mereka.
Setelah menjajagi kebutuhan keluarga, berikan beberapa saran yang
sesuai dengan keadaan setuap keluarga dan sumber yang tersedia.
Setelah memberi konseling dan bimbingan kepada ibu dan keluarga,
mereka biasanya memutuskan sendiri apa yang akan dilakukan. Orang
melaksanakan terbaik keputusannya sendiri. Itu sebabnya konselor
terbaik tidak membuat keputusan, tetapi membantu orang lain
mengambil keputusan sendiri. Kadangkala anda perlu memberi
keleluasaan. Apa yang anda sarankan mungkin tidak bisa dilakukan
dalam setiap lingkungan ibu. Bila itu terjadi, bantulah dia dan keluarga
untuk menemukan jalan keluarnya yang bisa berlaku untuk mereka.

Bantu ibu mengingat apa yang perlu dilakukan.


Bila memberikan petunjuk, hal berikut akan membantu ibu untuk
mengingatnya :
Jaga agar petunjuk singkat, mencakup semua butir yang penting.
Usahakan sederhana.
Tajamkan apa yang harus diingat.
Berikan keterangan terpenting lebih dulu.
Tunjukkan gambar atau peragakan ketika anda bicara.
Ulangi keterangan sebagai rangkuman.
Minta ibu mengulangi apa yang anda jelaskan. Dengan sabar,
betulkan bila ada kesalahan atau kekurangan dalam memahami.

Berikan pujian kepada ibu untuk datang dan ingatkan kunjungan berikutnya.
a. Bila ibu atau keluarga berkunjung ke puskesmas atau klinik anda :
Berikan pujian atas jerih payahnya datang untuk kesehatan
bayinya.
Berikan dorongan agar kembali untuk kunjungan berikutnya
atau ada masalah yang dihadapi ibu atau bayinya dan bila ada
tanda bahaya.

b. Bila anda melakukan kunjungan rumah :


Berikan pujian atas penerimaan ibu dan keluarga dirumahnya.
Beritahukan kapan anda akan berkunjung kembali atau bila ada
masalah ibu dan bayi dan bila ada tanda bahaya, anjurkan segera
menghubungi bidan atau datang ke Puskesmas.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1306
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Tantangan Konseling

Konseling tidak selalu mudah. Anda mungkin menghadapi keadaan


dimana sulit untuk mengetahui apa yang harus anda lakukan. Beberapa
situasi berikut ini mungkin dihadapi, disertai saran apa yang perlu
dilakukan :

Klien diam :
Kalau dia diam pada awal pertemuan, dengan lembut minta
perhatian terhadap diamnya itu. Anda dapat mengatakan
umpamanya : ”Saya bisa mengerti mungkin sulit untuk bicara,
seringkali begitu. Apakah ada yang dirisaukan ?” Lihatlah dia dan
gunakan bahasa tubuh yang menunjukkan perhatian dan ikut
merasakan. Tunggu sampai dijawabnya.
Dalam pembicaraan, diam mungkin tepat. Kadang dia berpikir atau
tengah memutuskan bagaimana mengungkapkan perasaannya atau
pikirannya. Berikan waktu untuk berpikir.

Klien menangis :
Seseorang dapat menangis karena berbagai sebab; untuk
menyatakan kesedihan, untuk menarik perhatian atau belas kasihan,
dikarenakan ketegangan atau keresahan, atau untuk menghentikan
pembicaraan selanjutnya. Jangan mengira-ngira mengapa dia
menangis.
Tunggu sejenak. Kalau tangisnya berlanjut, katakan tidak mengapa
untuk menangis; itu reaksi yang wajar. Itu akan mengijinkan dia
untuk menjelaskan mengapa menangis. Anda mungkin bisa
bertanya dengan lembut.

Konselor tidak dapat menemukan pemecahan masalah klien.


Konselor mungkin was-was kalau tidak yakin apa yang bisa
disarankan. Anda tidak perlu harus menyelesaikan setiap persoalan
seseorang. Tunjukkan perhatian. Kadang-kadang itulah yang
sebetulnya dibutuhkan orang itu. Anda juga bisa menyarankan
orang lain yang bisa membantu.

Konselor tidak bisa menjawab pertanyaan klien.


Jelaskan dengan jujur dan terbuka bahwa anda tidak tahu
jawabannya; akan tetapi bersama anda bisa menemukannya.
Tanyakan kepada atasan atau pengawas anda, rekan lain yang tahu,
atau bahan kepustakaan, beri jawaban yang benar.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1307
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Konselor membuat kesalahan.


Betulkan kesalahan dan minta maaf. Sangat penting untuk benar,
tetapi tidak penting untuk nampak sempurna. Mengakui kesalahan
menunjukkan penghargaan kepada orang lain.
Berlakulah jujur. Semakin jujur anda mengungkapkan perasaan
anda sendiri sepantasnya (tanpa membuka kehidupan pribadi),
semakin mudah baginya untuk melakukan hal yang sama.

Klien bertanya hal yang sifatnya pribadi.


Secara umum, usahakan tidak berbicara mengenai diri anda, ini
akan mengalihkan perhatian dari orang lain.
Anda tidak perlu menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi.
Hubungan antara seseorang dengan konselor adalah profesional,
bukan sosial.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1308
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Lembar Kerja :
__________________________________________________________________________

1. UJI DIRI :

Apabila anda melakukan konseling, apakah anda biasa melakukan hal berikut ?
Beri tanda  bila ya di kotak didepannya.

 Mengucapkan salam pada saat bertemu klien.


 Menggunakan bahasa isyarat (non verbal) secara baik.
 Menyatakan tujuan.
 Menanyakan masalah yang dihadapi klien.
 Memberikan kesempatan klien untuk menyampaikan masalah lain.
 Menanyakan kepada klien tentang kejelasan informasi yang diberikan.
 Memberi umpan balik masalah yang dihadapi klien (termasuk pujian).
 Memberitahu klien tentang pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan.
 Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan.
 Memberitahu klien penanganan yang diberikan, obat dan cara penggunaan.
 Menyepakati bersama klien kapan harus melakukan kunjungan ulang/
rujukan.
 Mengulangi kata-kata klien untuk memperjelas.
 Mendengarkan klien secara serius.
 Tidak memotong pembicaraan.
 Mengulas kembali tentang hal-hal yang telah disampaikan.

Hitung berapa banyak tanda  :

- Baik : 11 – 15, anda punya potensi baik untuk konseling dan perlu
dipelihara dan ditingkatkan dalam praktek.
- Sedang : 6 – 10, anda punya potensi sedang untuk konseling dan
perlu lebih banyak belajar dan praktek.
- Kurang : 0 – 5, anda kurang mengerti tentang konseling dan perlu
lebih banyak belajar dan praktek.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1309
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

a. Konseling pada klien/pasien pada kasus patologis kebidanan

Konseling secara khusus dibutuhkan untuk Ibu hamil dengan permasalahan


khusus seperti :
1) Ibu yang ingin hamil pada usia > 35 tahun
2) Ibu hamil pertama kali (primi) atau ibu remaja bersama suaminya yang
untuk pertama kali akan menjadi orangtua.
3) Ibu hamil yang kurus, perkembangan janin terhambat, dan untuk merubah
perilaku makan agar mencegah BBLR.

Pada saat persalinan atau pasca persalinan diperlukan konseling khusus untuk
pasien dengan kondisi seperti :
1) Ibu bersalin untuk pertama kalinya/remaja memerlukan dukungan baik dari
suami dan keluarga maupun penolong persalinan.
2) Ibu bersalin dengan anak kembar, prematur atau bayi kecil untuk masa
kehamilan (BBLR) agar menerima dan merawatnya.

MAIN PERAN 1 : Konseling ibu bermasalah khusus

Skenario :

Pada kunjungan berikutnya, Ny. Wati, 42 tahun diantar oleh suaminya, 48 tahun
yang bekerja sebagai karyawan swasta ingin mempunyai anak perempuan. Saat ini
mereka sudah mempunyai 3 anak laki-laki. Sebelumnya mereka sudah mendapat
informasi dari bidan yunior yang bernama Ririn, tetapi karena merasa tidak puas,
mereka datang ke bidan Aminah yang dianggap sudah berpengalaman.

Peran 1 : Ibu Wati


Peran 2 : Suami ibu wati
Peran 3 : Bidan Aminah

Jawablah dahulu pertanyaan berikut ini dan tuliskan jawabannya pada kolom
disebelah kanan. Kemudian lakukan main peran: anda melakukan komunikasi dan
konseling sesuai dengan skenario.

BIDAN PASIEN/KLIEN
Selamat siang bu? Saya Bidan Aminah Siang Bu bidan, saya ibu Wati
Apa yang bisa saya bantu? Begini Bu, saya ingin punya anak lagi, tapi
umur saya sudah tua begini apa baik?
Menurut ibu bidan Ririn, tenaga saya
katanya agak bahaya buat ibu atau pun
anaknya. Bahkan anaknya bisa cacat mental.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1310
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Apa benar bu?


Usia ibu berapa? 42, Bu bidan
Memang beresiko ya bu, tapi sepertinya Iya Bu, anak saya yang lain 3 laki-laki
ibu ingin sekali hamil lagi ya? semua. Saya dan suami ingin punya anak
perempuan, biar ada yang nemenin kami
nanti.
Ibu merasa khawatir nanti anak – anak ibu Gak juga sih Bu, lebih pada belum pas saja
yang laki – laki gak bisa nemenin ibu? belum punya anak perempuan.
Memang bu, usia yang ideal dan baik bagi Iya, memang bu waktu hamil anak pertama
perempuan untuk hamil dan melahirkan usia saya kan baru 24, itu beda sekali waktu
adalah di bawah 20 – 35 th. Di atas 35 th hamil anak ketiga, waktu itu usia saya 33.
kemungkinan mempunyai resiko hamil Rasanya badan sudah beda, apalagi
dan persalinan bermasalah lebih besar sekarang ya…
karena berkaitan dengan kekuatan tubuh
juga. Semakin tua, kita semakin mudah
lelah.
Bila keadaan ibu kurang baik selama Berarti yang cacat mental itu kurang pintar
hamil, hal tersebut akan berpengaruh juga ya Bu ?
pada janin ya bu, selain itu memperoleh
anak dengan kecacatan mental juga makin
besar dengan pertambahan usia.
Walaupun tidak lepas juga dari faktor
keturunan. Jika di keluarga apakah pihak
ibu atau suami ada keluarga dekat yang
mengalami kecacatan mental maka
kemungkinan itu menjadi semakin besar.
Kecacatan mental itu sendiri dapat
dikatakan sebagai suatu kondisi dimana
kecerdasan anak di bawah normal. Kalau
individu normal, kecerdasan atau IQ-nya
berada pada skala 90. Anak dengan
kecacatan mental memiliki IQ di bawah
70. Sedangkan anak dengan IQ antara 70 –
89 dikatakan berada pada taraf
perbatasan.
Ya dapat dikatakan secara sederhana Tampaknya saya harus pikir-pikir dulu ya
seperti itu. Karena kecacatan mental itu Bu, karena saya pikir toh jika anak menikah,
sendiri ada tingkatan–tingkatannya, mulai saya juga akan punya anak perempuan.
dari yang ringan sampai yang berat. Pada
tingkatan yang ringan, anak tersebut bisa
diajarkan menulis dan membaca namun
dengan bimbingan atau bantuan guru
khusus. Mereka dapat bersekolah hingga
kelas 6 SD. Pada tingkatan sedang, anak

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1311
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

tidak diharapkan untuk bisa menulis dan


membaca dengan lancar. Tampilan fisik
juga khas, seperti hidung pesek, mata sipit
dan jarak mata jauh (dapat dengan
memperlihatkan gambar). Pada mereka
dapat dilatih untuk hal-hal yang bersifat
sederhana untuk menolong dirinya sehari-
hari seperti memakai baju, makan, namun
dengan bimbingan dan contoh konkrit.
Sedangkan pada tingkatan yang berat,
anak sudah sangat tergantung bahkan
untuk keperluan dia sehari-hari.
Iya bu lebih baik mensyukuri apa yang Terima kasih Bu.
sudah ada sekarang ya.

b. Konseling pada klien/pasien pada kasus kegawatdaruratan kebidanan

Kondisi yang memerlukan keahlian dalam konseling, yaitu :

1) Ibu hamil yang mengalami kekerasan rumah tangga atau kekerasan seksual
dan korban perkosaan.
2) Ibu hamil yang mengalami depresi kehamilan dan stress yang tidak dapat
diatasinya sendiri.
3) Ibu dengan keguguran.

Konseling secara khusus diperlukan untuk memberikan dukungan bagi :


1) Ibu bersalin yang gelisah kesakitan, persalinan lama
2) Ibu bersalin dengan penyulit yang harus dirujuk atau tindakan, operasi, dll.
3) Ibu yang bayinya cacat misalnya sumbing, dll.
4) Ibu yang bayinya Asfiksia.
5) Ibu dengan bayi BBLR
6) Ibu yang bayinya harus dirujuk.
7) Ibu yang bayinya meninggal dunia.
8) Ibu nifas dengan depresi post partum.
9) Ibu dengan robekan perineum atau gangguan kencing.
10) Ibu dengan permasalahan menyusui.

Untuk hal – hal tersebut diperlukan konselor terlatih. Dengan melalui pelatihan
yang intensif seorang tenaga kesehatan bisa melakukan konseling khusus yang
menyangkut kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Dapat juga dijalin kerjasama
dengan konselor yang mempunyai latar belakang pendidikan khusus seperti
psikolog atau petugas sosial. Pada pendekatan klinik secara modern dilakukan
pendekatan tim untuk menangani suatu kasus dari berbagai segi.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1312
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

NO KASUS KNOWLEDGE SKILL ATTITUDE

Kasus 1. Komunikasi 1. Pemeriksaan fisik : 1. Informed choice


kegawatdaruratan interpersonal/  Pengukuran TTV 2. Informed consent
dalam persalinan : konseling  Palpasi Abdomen 3. Merujuk dengan
2.1. Malpresentasi : 2. Anatomi Panggul  Auskultasi DJJ BAKSOKU
 Persalinan Letak 3. Mekanisme  Pemantauan HIS
Sungsang persalinan Letak  Menghitung TBJ
Sungsang  Pemeriksaan
4. Pencegahan dalam
infeksi 2. Pemasangan infus
5. Tanda dan Bahaya 3. Teknik pertolongan
letak sungsang persalinan
pada ibu dan janin sungsang :
6. Penatalaksanaan  Spontan Bracht
kasus gawat  Klasik
darurat dalam  Muller
persalinan  Lovset
7. Prinsip rujukan
 Deventer
 Mauricau
 Persalinan Letak 1. Komunikasi 1. Pemeriksaan fisik : 1. Melakukan informed
Muka interpersonal/  Pengukuran TTV choice
konseling  Palpasi Abdomen 2. Melakukan informed
2. Anatomi Panggul  Auskultasi DJJ consent
3. Ukuran – ukuran  Menghitung TBJ 3. Menjaga privacy
kepala janin  Pemeriksaan klien
4. Mekanisme dalam 4. Memberikan
persalinan Letak 2. Pemantauan kebutuhan
Muka Kemajuan 5. Melakukan tindakan
5. Pencegahan persalinan sesuai dengan SOP
infeksi  HIS 6. Menyampaikan hasil
6. Tanda dan Bahaya  Pembukaan temuan dengan benar
letak muka pada serviks dan jelas
ibu dan janin  Penurunan 7. Memberikan
7. Penatalaksanaan kepala dukungan/support
kasus gawat 3. Pemasangan infus pada ibu
darurat dalam 4. Teknik pertolongan 8. Menjaga keamanan
persalinan persalinan dan kenyamanan ibu
8. Prinsip rujukan
 Persalinan Letak 1. Komunikasi 1. Pemeriksaan fisik : 1. Melakukan informed
Dahi interpersonal/  Pengukuran TTV choice
konseling  Palpasi Abdomen 2. Melakukan informed
2. Anatomi Panggul  Auskultasi DJJ consent
3. Ukuran – ukuran  Menghitung TBJ 3. Menjaga privacy klien
kepala janin  Pemeriksaan 4. Memberikan
4. Mekanisme dalam kebutuhan
persalinan Letak 2. Pemantauan 5. Melakukan tindakan
Dahi Kemajuan sesuai dengan SOP
5. Pencegahan persalinan 6. Menyampaikan hasil
infeksi  HIS temuan dengan benar

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1313
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

6. Tanda dan Bahaya  Pembukaan dan jelas


letak dahi pada serviks 7. Memberikan
ibu dan janin  Penurunan dukungan/support
7. Penatalaksanaan kepala pada ibu
kasus gawat 3. Pemasangan infus 8. Menjaga keamanan
darurat dalam 4. Teknik pertolongan dan kenyamanan ibu
persalinan persalinan
8. Prinsip rujukan
 Persalinan Letak 1. Komunikasi 1. Pemeriksaan fisik : 1. Melakukan informed
Puncak interpersonal/  Pengukuran TTV consent
konseling  Palpasi Abdomen 2. Menjaga privacy klien
2. Anatomi Panggul  Auskultasi DJJ 3. Memberikan
3. Ukuran – ukuran  Menghitung TBJ kebutuhan
kepala janin  Pemeriksaan 4. Melakukan tindakan
4. Mekanisme dalam sesuai dengan SOP
persalinan Letak 2. Pemantauan 5. Menyampaikan hasil
Puncak Kemajuan temuan dengan benar
5. Pencegahan persalinan dan jelas
infeksi  HIS 6. Memberikan
6. Tanda dan Bahaya  Pembukaan dukungan/support
letak puncak pada serviks pada ibu
ibu dan janin  Penurunan 7. Menjaga keamanan
7. Penatalaksanaan kepala dan kenyamanan ibu
kasus gawat 3. Pemasangan infus
darurat dalam 4. Teknik pertolongan
persalinan persalinan
8. Prinsip rujukan
 Persalinan Letak 1. Komunikasi 1. Pemeriksaan fisik : 1. Melakukan informed
Lintang interpersonal/  Pengukuran TTV consent
konseling  Palpasi Abdomen 2. Menjaga privacy klien
2. Anatomi Panggul  Auskultasi DJJ 3. Memberikan
3. Ukuran – ukuran  Menghitung TBJ kebutuhan
kepala janin  Pemeriksaan 4. Melakukan tindakan
4. Mekanisme dalam sesuai dengan SOP
persalinan Letak 2. Pemantauan 5. Menyampaikan hasil
Lintang Kemajuan temuan dengan benar
5. Pencegahan persalinan dan jelas
infeksi  HIS 6. Memberikan
6. Tanda dan Bahaya  Pembukaan dukungan/support
letak lintang pada serviks pada ibu
ibu dan janin  Penurunan 7. Menjaga keamanan
7. Penatalaksanaan kepala dan kenyamanan ibu
kasus gawat 3. Pemasangan infus
darurat dalam 4. Teknik pertolongan
persalinan persalinan
8. Prinsip rujukan
2.2. Persalinan 1. Komunikasi 1. Pemeriksaan fisik : 1. Melakukan informed
Gemeli interpersonal/  Pengukuran TTV consent
konseling  Palpasi Abdomen 2. Menjaga privacy klien
2. Anatomi Panggul  Auskultasi DJJ 3. Memberikan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1314
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3. Palpasi Abdomen  Menghitung TBJ kebutuhan


4. Pencegahan  Pemeriksaan 4. Melakukan tindakan
infeksi dalam sesuai dengan SOP
5. Tanda dan Bahaya 2. Pemantauan 5. Menyampaikan hasil
persalinan gemeli Kemajuan temuan dengan benar
pada ibu dan janin persalinan dan jelas
6. Penatalaksanaan  HIS 6. Memberikan
kasus kegawat -  Pembukaan dukungan/support
daruratan pada serviks pada ibu
persalinan  Penurunan 7. Menjaga keamanan
7. Prinsip rujukan kepala dan kenyamanan ibu
3. Pemasangan infus
2.3. Partus Lama 1. Komunikasi 1. Pemeriksaan fisik : 1. Melakukan informed
interpersonal/  Pengukuran TTV consent
konseling  Palpasi Abdomen 2. Menjaga privacy klien
2. Anatomi Panggul  Auskultasi DJJ 3. Memberikan
3. Palpasi Abdomen  Menghitung TBJ kebutuhan
4. Partograf  Pemeriksaan 4. Melakukan tindakan
5. Pencegahan dalam sesuai dengan SOP
infeksi 2. Pemantauan 5. Menyampaikan hasil
6. Tanda dan Bahaya Kemajuan temuan dengan benar
partus lama pada persalinan dan jelas
ibu dan janin  HIS 6. Memberikan
7. Penatalaksanaan  Pembukaan dukungan/support
kasus kegawat - serviks pada ibu
daruratan pada  Penurunan 7. Menjaga keamanan
persalinan kepala dan kenyamanan ibu
8. Prinsip rujukan 3. Pemasangan infus
2.4. Inersia Uteri 1. Komunikasi 1. Pemeriksaan fisik : 1. Melakukan informed
interpersonal/  Pengukuran TTV consent
konseling  Palpasi Abdomen 2. Menjaga privacy klien
2. Anatomi Panggul  Auskultasi DJJ 3. Memberikan
3. Palpasi Abdomen  Menghitung TBJ kebutuhan
4. Partograf  Pemeriksaan 4. Melakukan tindakan
5. Pencegahan dalam sesuai dengan SOP
infeksi 2. Pemantauan 5. Menyampaikan hasil
6. Tanda dan Bahaya Kemajuan temuan dengan benar
Inersia uteri pada persalinan dan jelas
ibu dan janin  HIS 6. Memberikan
7. Penatalaksanaan  Pembukaan dukungan/support
kasus kegawat - serviks pada ibu
daruratan pada  Penurunan 7. Menjaga keamanan
persalinan kepala dan kenyamanan ibu
8. Prinsip rujukan 3. Pemasangan infus
2.5. Partus Macet 1. Komunikasi 1. Pemeriksaan fisik : 1. Melakukan informed
interpersonal/  Pengukuran TTV consent
konseling  Palpasi Abdomen 2. Menjaga privacy klien
2. Anatomi Panggul  Auskultasi DJJ 3. Memberikan
3. Fisiologi  Menghitung TBJ kebutuhan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1315
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

persalinan  Pemeriksaan 4. Melakukan tindakan


4. Partograf dalam sesuai dengan SOP
5. Pencegahan 2. Pemantauan 5. Menyampaikan hasil
infeksi Kemajuan temuan dengan benar
6. Tanda dan Bahaya persalinan dan jelas
partus macet pada  HIS 6. Memberikan
ibu dan janin  Pembukaan dukungan/support
7. Penatalaksanaan serviks pada ibu
kasus kegawat -  Penurunan 7. Menjaga keamanan
daruratan pada kepala dan kenyamanan ibu
persalinan 3. Pemasangan infus
8. Prinsip rujukan
2.6. Distosia Bahu 1. Komunikasi 1. Melakukan 1. Melakukan informed
interpersonal/ episiotomi consent
konseling 2. Melakukan manuver 2. Menjaga privacy klien
2. Anatomi Panggul Mc Robert 3. Memberikan
3. Fisiologi kebutuhan
persalinan 4. Melakukan tindakan
4. Partograf sesuai dengan SOP
5. Pencegahan 5. Menyampaikan hasil
infeksi temuan dengan benar
6. Tanda dan Bahaya dan jelas
distosia bahu pada 6. Memberikan
ibu dan janin dukungan/support
7. Penatalaksanaan pada ibu
kasus kegawat - 7. Menjaga keamanan
daruratan pada dan kenyamanan ibu
persalinan
8. Prinsip rujukan
2.7. Atonia uteri 1. Komunikasi 1. Melakukan KBI/ 1. Melakukan informed
interpersonal/ KBE/KBA consent
konseling 2. Pasang infus 2. Menjaga privacy klien
2. Pencegahan 3. Pemberian 3. Memberikan
infeksi uterotonika kebutuhan
3. Tehnik KBI/KBE/ 4. Pemantauan 4. Melakukan tindakan
KBA kontraksi uterus sesuai dengan SOP
4. Tanda dan Bahaya 5. Pemantauan jumlah 5. Menyampaikan hasil
Atonia Uteri pada perdarahan temuan dengan benar
ibu 6. Pemantauan dan jelas
5. Penatalaksanaan  TTV setiap 15 6. Memberikan
kasus kegawat - menit pada jam dukungan/support
daruratan pada pertama pada ibu
persalinan  TTV setiap 30 7. Menjaga keamanan
6. Prinsip rujukan menit pada jam dan kenyamanan ibu
kedua

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1316
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2.8. Retensio 1. Komunikasi 1. Pemasangan infus 1. Melakukan informed


Plasenta interpersonal/ 2. Pemberian consent
konseling uterotonika 2. Menjaga privacy klien
2. Pencegahan 3. Melakukan manual 3. Memberikan
infeksi plasenta kebutuhan
3. Fisiologi Kala III 4. Pemantauan 4. Melakukan tindakan
4. Teknik melakukan kontraksi uterus sesuai dengan SOP
Manual Plasenta 5. Pemantauan jumlah 5. Menyampaikan hasil
5. Tanda dan Bahaya perdarahan temuan dengan benar
Retensio plasenta 6. Pemantauan TTV dan jelas
pada ibu 7. Pemeriksaan 6. Memberikan
6. Penatalaksanaan Laboratorium : HB dukungan/support
kasus kegawat - pada ibu
daruratan pada 7. Menjaga keamanan
persalinan dan kenyamanan ibu
7. Prinsip rujukan
2.9. KPD 1. Komunikasi 1. Pemeriksaan Dalam 1. Melakukan informed
interpersonal/ 2. Pemeriksaan air consent
konseling ketuban dengan 2. Menjaga privacy klien
2. Mekanisme kertas lakmus 3. Memberikan
persalinan 3. Pemeriksaan warna kebutuhan
3. Pencegahan air ketuban 4. Melakukan tindakan
infeksi 4. Pemantauan DJJ sesuai dengan SOP
4. Tanda dan Bahaya 5. Menyampaikan hasil
KPD pada ibu temuan dengan benar
5. Penatalaksanaan dan jelas
kasus kegawat – 6. Memberikan
daruratan pada dukungan/support
persalinan pada ibu
6. Prinsip rujukan 7. Menjaga keamanan
dan kenyamanan ibu
2.10. PEB / 1. Komunikasi Melakukan 1. Melakukan informed
Eklampsi interpersonal/ penatalaksanaan awal: consent
konseling  Pemasangan infus 2. Menjaga privacy klien
2. Mekanisme  Pemeriksaan refleks 3. Memberikan
persalinan patella kebutuhan
3. Pencegahan  Pemeriksaan protein 4. Melakukan tindakan
infeksi urin sesuai dengan SOP
4. Tanda dan Bahaya  Pengukuran TD 5. Menyampaikan hasil
Pre Eklamsia/  Pemberian MgSO4 temuan dengan benar
Eklamsia pada ibu dan jelas
dan janin 6. Memberikan
5. Penatalaksanaan dukungan/support
kasus kegawat - pada ibu
daruratan pada 7. Menjaga keamanan
persalinan dan kenyamanan ibu
6. Prinsip rujukan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1317
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2.11. Prematur 1. Komunikasi 1. Menjaga kehangatan 1. Melakukan informed


interpersonal/ bayi consent
konseling 2. Melakukan 2. Menjaga privacy klien
2. Mekanisme penilaian awal 3. Memberikan
persalinan 3. Resusitasi kebutuhan
3. Pencegahan 4. Pemantauan Pasca 4. Melakukan tindakan
infeksi resusitasi sesuai dengan SOP
4. Tanda dan Bahaya 5. Menyampaikan hasil
prematur pada temuan dengan benar
janin dan jelas
5. Prinsip 6. Memberikan
Penatalaksanaan dukungan/support
bayi premature pada ibu
6. Resusitasi 7. Menjaga keamanan
7. Prinsip rujukan dan kenyamanan ibu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1318
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

VIII. REFERENSI

1. Djauzi, S. dan Supartondo. 2004. “Komunikasi dan Empati Dalam


Hubungan Dokter Pasien” Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
2. Hardjana, A.M. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Kanisius,
Jakarta
3. Istiana Kuswardani dan Eka Indah Risyanti, Panduan Konseling
Seksualitas Remaja, DI Yogyakarta, Lentera Sahaja PKBI DIY, 2000
4. Kliping Curhat PKBI di Harian KOMPAS, Jakarta, PKBI Pusat, 2000 - 2003
5. Konsil Kedokteran Indonesia. 2005. Kemitraan dalam Hubungan Dokter –
Pasien. Jakarta: KKI.
6. Lestari, E.G dan Maliki, M.A. 2003. Komunikasi Efektif. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
7. Poernomo, Ieda SS. 2004. Pengertian KIE dan Konseling. Jakarta: Makalah
Perinasia.
8. Poernomo, Ieda SS. 2005. Komunikasi Metode Kanguru. Jakarta: Makalah
Perinasia.
9. Toolkit HIV – AIDS untuk SLTP oleh PKBI untuk UNICEF dan DIKNAS

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1319
MATERI INTI 5
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI INTI 5
RUJUKAN ASUHAN KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif,


pragmatis dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat
yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka
berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai
peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah
mereka berada.

Pelayanan kebidanan pada kasus rujukan adalah pelayanan yang


diberikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan neonatus dengan
masalah dan atau dengan komplikasi. Materi ini mengajarkan tentang
bagaimana melaksanakan rujukan asuhan kebidanan sesuai standar asuhan
kebidanan pada jenjang bidan ahli pertama.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan rujukan asuhan
kebidanan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Melakukan rujukan klien/pasien pada kasus fisiologis
2. Melakukan rujukan klien/pasien pada kasus patologis

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :

Pokok Bahasan 1. Rujukan klien/pasien pada kasus fisiologis


Pokok Bahasan 2. Rujukan klien/pasien pada kasus patologis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1320
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Bermain peran

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Skenario bermain peran

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk latihan membuat rencana pelayanan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1321
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

RUJUKAN KLIEN/PASIEN PADA KASUS FISIOLOGIS

a. Latar belakang

Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan


rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan,
melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan
kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian
ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa
kita. Masalah 3 T (Tiga Terlambat) merupakan salah satu hal yang
melatarbelakangi tingginya angka kematian ibu dan anak, terutama
terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.

Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan


pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan
ditujukan pada kasus yang tergolong beresiko tinggi. Oleh karena itu,
kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi
keterlambatan.

Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk


merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan
tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam
melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.

b. Pengertian

Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggung jawab terhadap


kondisi klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga
atau pengetahuan, obat dan peralatannya).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1322
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

c. Jenis-Jenis Rujukan

1) Rujukan Medik

Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional.

Jenis rujukan medik antara lain :


a) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan
diagnostic, pengobatan, tindakan operatif dan lain – lain.
b) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c) Transfer of knowledge/personal. Pengiriman tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.

2) Rujukan Kesehatan
Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen
ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini
mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

d. Persiapan Rujukan

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat


“BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :

1) B (bidan) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga


kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan
untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
2) A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan–bahan yang
diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter dan
stetoskop.
3) K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien)
dan alasan mengapa dirujuk. Suami dan anggota
keluarga yang lain diusahakan untuk dapat
menyetujui Ibu (klien) ke tempat rujukan.
4) S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu
(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan,
atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien).
5) O (obat) : bawa obat – obat esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1323
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

6) K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk


memungkinkan ibu ( klien ) dalam kondisi yang
nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam
waktu cepat.
7) U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan
kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan.

e. Mekanisme Rujukan

1) Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu


dan puskesmas
a) Pada tingkat kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena
mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan.

b) Pada tingkat Bidan Desa, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas


Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.

2) Menentukan tempat tujuan rujukan


Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan
yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan
swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan
penderita.

3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya. Klien dan


keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera
dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu

4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui


telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

5) Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih
dahulu atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu
dipertahankan selama dalam perjalanan. Surat rujukan harus
dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus
mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1324
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

6) Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/
sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.

7) Tindak lanjut penderita


a) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memerlukan tindak
lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
b) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor,
maka perlu dilakukan kunjungan rumah.

f. Hirarki Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kebidanan dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan


kesehatan yang ada mulai dari :

1) Pelayanan kesehatan tingkat primer di puskesmas.


Meliputi : Puskesmas dan jaringannya termasuk Polindes/Poskesdes,
Bidan Praktik Mandiri, Klinik Bersalin serta fasilitas kesehatan lainnya
milik pemerintah maupun swasta.

Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,


preventif, deteksi dini dan memberikan Pertolongan Pertama pada
Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal (PPGDON) untuk tindakan pra
rujukan dan PONED di Puskesmas serta pembinaan UKBM termasuk
Posyandu.

2) Pelayanan kesehatan tingkat sekunder.


Meliputi : Rumah Sakit Umum dan Khusus baik milik Pemerintah
maupun Swasta yang setara dengan RSU Kelas D, C dan B Non
Pendidikan, termasuk Rumah Sakit Bersalin (RSB), serta Rumah Sakit
Ibu dan Anak (RSIA).

Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,


preventif, deteksi dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus
komplikasi mencegah terjadinya keterlambatan penanganan dan
kolaborasi dengan nakes lain dalam penanganan kasus (PONEK).

3) Pelayanan kesehatan tingkat tersier di RS tipe B dan A


Meliputi : Rumah Sakit yang setara dengan Rumah Sakit Umum dan
Rumah Sakit Khusus Kelas A, kelas B pendidikan, milik Pemerintah
maupun swasta.
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,
preventif, deteksi dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1325
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

komplikasi mencegah terjadinya keterlambatan penanganan, kolaborasi


dg nakes lain dalam penanganan kasus PONEK dan asuhan
kebidanan/penatalaksaaan kegawatdaruratan pada kasus – kasus
kompleks sebelum mendapat penanganan lanjut.

g. Kebijakan Pengelolaan Pelayanan Rujukan Obstetri & Neonatal Dasar


dan Komprehensif ( PONED & PONEK )

1) Pengertian :
Lembaga dimana rujukan kasus diharapkan dapat diatasi dengan baik,
artinya tidak boleh ada kematian karena keterlambatan dan kesalahan
penanganan.

2) Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan :


Kegawatdaruratan dapat terjadi secara tiba-tiba (hamil, bersalin, nifas
atau bayi baru lahir), tidak dapat diprediksi.
Oleh karena itu, tenaga bidan perlu memiliki kemampuan penanganan
kegawatdaruratan yang dilakukan dengan tepat dan cepat.

3) Upaya penanganan terpadu kegawatdaruratan :


a) Di Masyarakat
Peningkatan kemampuan bidan terutama di desa dalam
memberikan pelayanan esensial, deteksi dini dan penanganan
kegawatdaruratan (PPGDON).

b) Di Puskemas
Peningkatan kemampuan dan kesiapan puskesmas dlm
memberikan Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED).

c) Di Rumah Sakit
Peningkatan kemampuan dan kesiapan RS kab/kota dalam
PONEK.

d) Pemantapan jaringan pelayanan rujukan obstetri & neonatal.


Koordinasi lintas program, AMP kab/kota, dll.

4) Kegiatan Making Pregnancy Safer (MPS) untuk meningkatkan


kesehatan ibu dan bayi :
a) Pelayanan obstetri dasar di tingkat Polindes dan Puskesmas
b) Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di setiap Kabupaten/
Kota

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1326
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

c) Menyediakan 1 Pelayanan PONEK 24 jam di Rumah Sakit


Kabupaten/Kota

Jenis Kriteria Pelayanan Kesehatan Rujukan :

a. PUSKESMAS PONED

Puskesmas yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan


obstetri neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil, bersalin,
nifas dan neonatal dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan
neonatus.

Pelayanan obstetri emergensi dasar, meliputi :


1) Pemberian oksitosin parenteral
2) Pemberian antibiotik parenteral
3) Pemberian sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan
plasenta manual
4) Melakukan kuretase, plasenta manual dan kompresi bimanual
5) Partus dengan tindakan ekstraksi vacum, ekstraksi forcep

Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi :


1) Resusitasi bayi asfiksia
2) Pemberian antibiotik parenteral
3) Pemberian anti konvulsan parenteral
4) Pemberian Phenobarbital
5) Kontrol suhu
6) Penanggulangan gizi

b. RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM

Rumah sakit yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan
prasarana penunjang yang memadai untuk memberikan pertolongan
kegawatdaruratan obstetri neonatal dasar secara komprehensif dan
terintegrasi selama 24 jam secara langsung terhadap ibu hamil, nifas dan
neonatus, baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader, bidan,
Puskesmas PONED, dll.

Kemampuan PONEK meliputi :


1) Pelayanan Obstetri Komprehensif
 Pelayanan obstetri emergensi dasar (PONED)
 Transfusi darah
 Bedah Caesar

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1327
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2) Pelayanan Neonatal Komprehensif


 Pelayanan neonatal emergensi dasar
 Pelayanan neonatal intensif

Kriteria RS PONEK 24 Jam :

1) Memberikan pelayanan PONEK 24 jam secara efektif (cepat, tepat,


cermat dan purnawaktu) bagi bumil/bulin, bufas, BBL – ada SOP.
2) Memiliki kelengkapan sarana dan tenaga terampil untuk melaksanakan
PONED/PONEK (sesuai dengan standar yang dikembangkan) – tim
PONEK terlatih.
3) Kemantapan institusi dan organisasi, termasuk kejelasan mekanisme
kerja dan kewenangan unit pelaksana/tim PONEK – ada kebijakan.
4) Dukungan penuh dari Bank Darah/UTD – RS, Kamar Operasi, HCU/
ICU/NICU, IGD dan unit terkait lainnya.
5) Tersedianya sarana/peralatan rawat intensif dan diagnostik pelengkap
(laboratorium klinik, radiologi, RR 24 jam, obat dan penunjang lain).

Pokok Bahasan 2.

RUJUKAN KLIEN/PASIEN PADA KASUS PATOLOGIS

Pengertian : suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus


kebidanan atau dengan penyakit penyerta atau komplikasi yang memerlukan
pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, fasilitas dan peralatan yang
memadai, atau kondisi klien/pasien di luar kewenangan bidan.
Indikasi Perujukan Ibu, yaitu :

 Riwayat sectio secaria


 Perdarahan per vaginam
 Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
 Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
 Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam)
 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
 Ikterus
 Anemia berat
 Tanda/gejala infeksi
 Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
 TInggi fundus uteri 40 cm atau lebih
 Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk
5/5
 Presentasi bukan belakang kepala
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1328
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 Kehamilan gemeli
 Presentasi majemuk
 Tali pusat menumbung
 Syok

Pada bab ini akan dibahas contoh–contoh kasus patologis asuhan


kebidanan pada kasus rujukan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
yang dapat ditangani oleh bidan di pelayanan dasar (Polindes/Poskesdes,
Puskesmas, Bidan Praktek Swasta (BPS), Rumah Bersalin/RB) sebelum
dirujuk dan penanganan di tempat pelayanan rujukan (Puskesmas PONED
dan Rumah Sakit PONEK).

Pendekatan yang digunakan dalam memberikan Asuhan kebidanan


kepada klien sesuai dengan Pedoman Asuhan Kebidanan pada Kasus Rujukan
Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir dan Standar Asuhan
Kebidanan Kepmenkes No. 938 tahun 2007, dimana pengambilan keputusan
klinis bidan diambil berdasarkan hasil pengkajian melalui anamnesa dan
pemeriksaan fisik, kemudian dirumuskan diagnosa kebidanan berdasarkan
permasalahan yang ditemui. Setelah diagnosa dibuat, maka diberikan
intervensi sesuai dengan prioritas kegawatan kondisi ibu dan janin, sesuai
kewenangan bidan, dan kewenangan tempat pelayanan dasar, PONED serta
PONEK. Kemudian pencatatan asuhan pada formulir/status klien/Rekam
medis yang digunakan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1329
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

ALGORITMA ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS RUJUKAN

A. Ibu Hamil

1. ABORTUS IMMINENS

Penilaian Cepat :
 KU ibu
 Perdarahan pervaginam sedikit
 Nyeri abdomen
 Tidak ada pembukaan serviks

 Konseling
 Batasi aktivitas yang berlebih
 Pantang sanggama

Perdarahan berhenti Perdarahan


berlanjut

**  Konseling **
Asuhan kehamilan normal  Kolaborasi untuk evaluasi
 Kolaborasi untuk pemeriksaan USG

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1330
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2. ABORTUS INSIPIENS

Penilaian Cepat :
 Perdarahan pervaginam banyak, terus
menerus
 Ada dilatasi serviks
 Tidak ada pengeluaran jaringan hasil
konsepsi

 Stabilitasi KU ibu
 Konseling

Ekspulsi spontan Ekspulsi tidak spontan

Asuhan pasca abortus  Konseling


 Kolaborasi evaluasi hasil konsepsi
 Oksitosin drip 20 IU unit dalam
500 ml RL *

Tidak berhasil  Rujuk

**
Kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk
curetage **

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1331
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3. GERAKAN JANIN YANG TIDAK DIRASAKAN

Penilaian Cepat :
 Tidak merasakan gerakan janin > 22 mgg
 Berkurangnya pergerakan janin
 DJJ tidak terdengar atau berkurang/
lambat

DJJ terdengar Tidak terdengar DJJ

 Konseling
 Persiapan Calon donor darah RUJUK
 Lakukan rujukan

**  Konseling **
RUJUK  Observasi KU ibu dan
Janin
 Persiapan O2
**  Persiapan Resusitasi
 Konseling **  Persiapan Induksi
 Observasi KU ibu  Pemeriksaan Lab :
dan janin Darah Lengkap,
 Kolaborasi dengan Fibrinogen,
SpOG untuk pembekuan, crosh
pemeriksaan USG match
 Kolaborasi dengan
SpOG untuk
tatalaksana kasus ini
 Observasi ketat pada
proses induksi

Keterangan :

: Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1332
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

4. ABORTUS INKOMPLIT

Penilaian Cepat :
 Perdarahan pervaginam banyak, terus
menerus
 Ada dilatasi serviks
 Ada pengeluaran sebagian jaringan hasil
konsepsi

KU Ibu Baik KU Ibu Kurang baik

 Konseling
 Beri Infus RL 500 ml 20 tetes/menit Rujuk
 Lakukan evakuasi digital

**  Konseling **
 Beri Infus RL 500 ml
20 tetes/menit
 Jika Hb < 9 gr% siapkan
transfusi
 Kolaborasi dengan dokter
SpOG untuk curetage

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1333
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

5. ALGORITMA PENANGANAN ABORTUS KOMPLIT

Penilaian Cepat :
 Perdarahan pervaginam sedikit
 Sudah ada pengeluaran seluruh jaringan
hasil konsepsi

 Konseling
 Observasi Perdarahan

Anemia Sedang Anemia Berat

 Konseling asuhan pasca keguguran


 Sulfas ferros tablet 600 mg/hari Rujuk
selama 2 minggu
 Pemantauan lanjut

**  Kolaborasi untuk transfusi **


 Konseling asuhan pasca
**
keguguran **

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1334
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

6. ALGORITMA PENANGANAN DEMAM DALAM KEHAMILAN

Penilaian Cepat
Penyebab Ibu Demam
 Suhu ≥ 38 C
 KU Ibu & Janin

 Ibu istirahat baring


 Anjurkan ibu untuk minum banyak
 Kompres untuk menurunkan suhu
 Beri tablet penurun panas
 Beri tablet Antibiotik Amoksillin 3 x 500 mg
selama 5 hari

Identifikasi Penyebab Demam

Membaik Tidak Membaik

Rujuk
Asuhan Kehamilan normal
* *
 Konseling gizi dan menganjurkan
ibu untuk banyak minum
 Kolaborasi untuk pemberian
antibiotic parenteral
 Oksitosin drip 20 m unit dalam 500
ml RL

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1335
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

7. ALGORITMA PENANGANAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU ( KET )

Penilaian Cepat
 Nyeri perut hebat
 Ada tidaknya perdarahan
pervaginam
 Abdomen nyeri tekan

 Stabilisasi KU ibu
 Observasi keadaan ibu
 Ambil sampel darah dan lakukan
persiapan tranfusi
 Siapkan calon donor darah

Rujuk ke RS PONEK
dengan Prinsip BAKSOKUDA

**  Beri O2 **
 Pengkajian ulang tentang tanda KET **
 Kolaborasi dengan SpOG untuk pemeriksaan Kavum
douglas
 Persiapan Laparatomi dan transfusi darah
 Konseling
 Pengukuran HB seri 3x
 Follow up 4 mgg berikutnya

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1336
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

8. ALGORITMA PENANGANAN KEHAMILAN PRETERM

Penilaian Cepat :
 Tanda persalinan : Kontraksi,
pembukaan serviks dan pengeluaran
pervaginan
 Kesejahteraan janin (DJJ)
 Umur Kehamilan < 37 minggu

 Istirahat Baring
 Segera rujuk

Nilai Kontraksi
Nilai Kesejahteraan Janin

 Hamil < 35 mgg, dilatasi serviks < 3 cm  Hamil > 35 mgg, dilatasi serviks > 3 cm
 Tidak ada amnionitis  Adanya perdarahan pervaginam
 Tidak ada gawat janin  Adanya gawat janin
 Adanya Amnionitis
 Atau ada pre eklampsia

**  Kolaborasi pemberian tokolitik **


 Kolaborasi terapi pematangan paru **  Kolaborasi untuk terminasi
 Observasi perkembangan kontraksi persalinan**
(kemajuan persalinan)
 Observasi dan nilai pemberian terapi
tokolitik

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1337
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

9. ALGORITMA PENANGANAN SOLUSIO PLASENTA DALAM KEHAMILAN

Penilaian Cepat
Keadaan Umum Ibu dan Janin
 Perdarahan pervaginam
 Nyeri perut dan tegang
 Gerakan bayi berubah
 DJJ berkurang menjadi lambat atau
tidak terdengar

Selama Perjalanan :
 Stabilisasi KU ibu dan tanda gawat janin
 Konseling keluarga
 Buat catatan tentang semua penilaian yang
dilakukan dan obat-obatan yang diberikan

Rujuk ke RS PONEK

**  Pengkajian ulang tentang tanda solutio plasenta


 Nilai kontraksi uterus dan keadaan janin
 Jika usia kehamilan < 35 mgg, dilatasi serviks < 3
cm, Kolaborasi dengan SpOG untuk pemberian
tokolitik
 Kolaborasi terapi pematangan paru bayi **
 Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk persalinan
segera

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1338
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

10. ALGORITMA PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Penilaian Cepat :
 Keluar cairan ketuban tiba-tiba/merembes
 Ada/tidaknya tanda-tanda persalinan
 Usia kehamilan preterm atau aterm

Konseling
Jangan lakukan periksa dalam

Tidak ada tanda infeksi Adanya tanda infeksi

 Beri antibiotic Ampicillin 1x500 mg  Beri antibiotic Ampicillin 1000 mg


(dosis awal) (dosis awal)
 Beri dukungan dan pendampingan  Beri dukungan dan pendampingan
 Lakukan rujukan  Lakukan rujukan

*  Konseling *
 Beri antibiotic Ampicillin 4x500 mg
selama 7 hari + Erytromycin 3x250
selama 7 hari

RS PONEK
Portio Belum matang RUJUK
Infeksi

 Belum aterm  Belum aterm


 Adanya infeksi  Tidak adanya
infeksi

 Tidak boleh diberi  Kolaborasi utk


**korticosteroid** **
pemberian
 Beri antibiotic korticosteroid **
Ampicillin 4x500 mg  Konseling
Keterangan : selama 7 hari +  Informed consent
Erytromycin 3x250 semua tindakan
: Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar selama 7 hari  Observasi KU ibu dan
 Konseling janin
*: Penanganan di Puskesmas PONED  Informed consent
semua tindakan
 Observasi KU ibu dan
** ** : Penanganan di RS PONEK Janin

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1339
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

B. Ibu Bersalin

1. ALGORITMA PENANGANAN PERSALINAN LAMA


Penilaian Cepat 3 P
(Power, Passege, Passengger)

Informed Consent

Identifikasi

Kemungkinan CPD dapat Malpresentasi/malposisi Terdapat CPD (kaput,


disingkirkan dan keadaan bayi baik molase, oedem, bandl’s ring,
(lihat askeb kasus rujukan ibu gawat janin) atau tumor
bersalin 2) jalan lahir

Kala I aktif Kala II memanjang

Tidak maju dgn HIS adekuat Tidak maju dgn HIS tdk adekuat
Syarat Syarat
ekstraksi ektraksi tidak
terpenuhi terpenuhi
 Perbaiki KU Ibu dan janin
 Anjurkan ibu jalan2/rubah posisi Infus oksitosin *
Koreksi :
 Infeksi Partus pervaginam
 Kelelahan ekstraksi vakum *
 Dehidrasi
 Gangguan elektrolit
 Kosongkan kandung kemih

Respon baik Tidak ada Respon


Amniotomi *

Tidak Respon Respon Partus pervaginam

Seksio caesaria**

Keterangan :

: Pelayanan Kesehatan dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED


: Penanganan di RS PONEK
**

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1340
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2. PARTUS DENGAN MAL PRESENTASI DAN MAL POSISI

Penilaian Cepat 3 P
(Power, Passege, Passengger)

Informed Consent

Identifikasi

Malpresentasi puncak kepala, Presentasi kaki dan Presentasi


dahi dan muka/Malposisi letak lintang bokong

Kala I aktif Kala II Kepala extensi


maximal dan atau
TBJ >3500 g
Tidak maju dgn HIS adekuat Tidak maju dgn HIS tdk adekuat

Presentasi
Infus oksitosin * puncak kepala,
 Perbaiki KU Ibu dan janin dahi dan muka
 Anjurkan ibu merubah posisi Ya Tidak
dengan dagu
belakang
Koreksi :
 Infeksi Perjalanan
 Kelelahan persalinan
 Dehidrasi
sesuai
 Gangguan elektrolit
fisiologis
 Kosongkan kandung kemih Respon baik Tidak ada
Respon

Amniotomi *
Tidak Ya

Partus
Tidak Respon Respon
Pervaginam *
Partus
Pervaginam *

Sectio Caesaria **

Keterangan:

: Pelayanan Kesehatan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1341
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3. DISTOSIA BAHU
Penilaian Cepat 3 P
(Power, Passege, Passengger)

Informed Consent

Identifikasi Turtle
“Sign”

- Episiotomi
- Minta Tolong

Mac Robert

Desinpaksi Bahu depan * Berhasil

Rotasi Bahu Posterior * Berhasil

Berhasil
Lahirkan Lengan Posterior *

Tidak berhasil Knee Chest Position * Berhasil

Sudah diulangi tidak berhasil * Berhasil

Janin meninggal, - Fraktur


Zavaneli **
inform consent untuk klavikula/humaris**
embriotomi** - Sympiolisis**

Seksio
caesaria** Tidak Ya

Pervaginam
Keterangan :

: Pelayanan Kesehatan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED


: Penanganan di RS PONEK
**

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1342
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

4. ALGORITMA PENANGANAN DISTENSI UTERUS

Penilaian Cepat
Keadaan Umum Ibu Dan Janin

Informed Consent

 Observasi keadaan ibu dan


janin
 Stabilisasi KU ibu dan janin

Jika Pembukaan Selama perjalanan :


lengkap - Awasi KU ibu dan tanda gawat janin
- Buat catatan tentang semua penilaian,
tindakan yang dilakukan dan obat-
obatan yang diberikan

Pimpin persalinan
dengan antisipasi
Distosia Bahu,
perdarahan post
partum, dll *
Rujuk ke RS PONEK
dengan Prinsip BAKSOKUDA

Kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk
terminasi persalinan
**

Keterangan :

: Pelayanan Kesehatan dasar

: Penanganan di Puskesmas PONED


*

**
: Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1343
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

5. ALGORITMA PENANGANAN PERSALINAN DENGAN PARUT


UTERUS
Penilaian Cepat
Keadaan Umum ibu dan janin

Informed Consent

 Observasi keadaan ibu dan


janin
 Stabilisasi KU ibu dan janin

Jika Pembukaan Selama perjalanan :


lengkap - Awasi KU ibu dan tanda gawat janin
- Bila didapat tanda ruptur uteri berikan
Oksigen 4-6 L/menit, pasang IV line ringer
laktat
- Bila didapati tanda ruptur uteri iminens
Pimpin persalinan dengan kolaborasi dengan dokter dalam melakukan
antisipasi perdarahan tok
post partum, dll * - Buat catatan tentang semua penilaian,
tindakan yang dilakukan dan obat-obatan
yang diberikan

Rujuk ke RS PONEK
dengan Prinsip BAKSOKUDA

Kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk
terminasi persalinan **

Keterangan :

: Pelayanan Kesehatan dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1344
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

6. ALGORITMA PENANGANAN GAWAT JANIN DALAM PERSALINAN

Penilaian Cepat
Keadaan janin

Informed Consent

 Ibu dibaringkan miring ke kiri, jika tidak


memungkinkan bisa miring ke kanan
 Anjurkan ibu untuk makan dan minum,
bila tidak memungkinkan beri cairan
parenteral
 Beri oksigen
 Stabilisasi KU ibu dan janin

Identifikasi

Membaik Tidak membaik

Selama perjalanan :
- Awasi KU ibu dan tanda gawat janin
- Berikan oksigen 4-6 liter/menit
Pimpin persalinan dengan
- Buat catatan tentang semua penilaian,
antisipasi bayi asifiksia, dll * tindakan yang dilakukan dan obat -
obatan yang diberikan

Rujuk ke RS PONEK
dengan Prinsip BAKSOKUDA

Kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk
terminasi persalinan **

Keterangan :

: Pelayanan Kesehatan dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1345
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

7. ALGORITMA PENANGANAN EKLAMSIA/PREEKLAMSIA

Penilaian Cepat
Keadaan Umum Ibu dan Janin

Informed Consent

Baringkan ibu pada sisi kiri :


 Pasang infus dan beri cairan terbatas (NaCl 0,9% atau RL)
 Beri Oksigen 4-6 L/mnt melalui masker atau kanula nasal
 Pantau Suhu, Nadi, Tekanan Darah dan Pernapasan
Sebelum pemberian MgSO4 periksa :
 Frekuensi pernapasan minimal <16x/mnt
 Reflek patella - (negaitif)
 Urin minimal <30ml/jam dalam 4 jam terakhir

Identifikasi

Preeklampsia ringan Preeklampsia ringan kehamilan > 37 mgg Preeklampsia berat


Kehamilan < 37 mgg
Selama perjalanan :
 Stabilisasi KU ibu dan tanda gawat janin
 Konseling keluarga
Kunjungan  Buat catatan tentang semua penilaian yang
rumah dilakukan dan obat-obatan yang diberikan

Kolaborasi dengan dokter untuk * :


Tatalaksana preeklampsia / eklampsia
dengan pemberian larutan MgSO4 20%
Rujuk ke RS PONEK
sebanyak 4 gram IV selama 5 menit ,
dengan Prinsip BAKSOKUDA
dan segera rujuk

Kolaborasi dengan dokter SpOG


untuk ** :
 Tatalaksana preeklampsia /
eklampsia
 Terminasi persalinan

Keterangan :
: Pelayanan Kesehatan dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1346
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

8. ALGORITMA PENANGANAN IUFD DALAM PERSALINAN

Penilaian Cepat
Keadaan Umum ibu dan Janin

Informed Consent

Stabilisasi KU ibu

Cari penyebab IUFD


Kolaborasi dengan
dokter untuk * :
Selama perjalanan :  Persiapan transfusi
Stabilisasi KU ibu  Tidak ada gangguan
Konseling keluarga pembekuan darah ibu,
Buat catatan tentang semua penilaian yang Induksi persalinan
dilakukan dan obat-obatan yang diberikan  Ada gangguan pembekuan
darah ibu, segera rujuk

Rujuk ke RS PONEK
dengan Prinsip BAKSOKUDA

Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk ** :


 Persiapan transfusi darah
 Tatalaksana IUFD
 Terminasi persalinan

Keterangan :
: Pelayanan Kesehatan dasar

: Penanganan di Puskesmas PONED


*

: Penanganan di RS PONEK
**

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1347
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

C. Ibu Nifas

1. ATONIA UTERI

Masase fundus uteri


Segera sesudah
plasenta lahir
(maksimal 15 detik)

Ya
Uterus Kontraksi Evaluasi Rutin

Tidak
 Evaluasi/bersihkan bekuan darah/selaput ketuban
 Kompresi Bimanual Interna (KBI)  maks. 5 menit

Ya
- Pertahankan KBI selama 1-2 menit
Uterus Kontraksi - Keluarkan tangan secara hati-hati
Tidak - Lakukan pengawasan kala IV

 Ajarkan keluarga melakukan Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)


 Keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati
 Suntikan Methyl ergometrin 0,2 mg i.m
 Pasang infus RL guyur
 Lakukan lagi KBI

Ya
Uterus Kontraksi Pengawasan kala IV

Tidak
 Rujuk siapkan laparotomi Penanganan bidan mandiri
 Lanjutkan pemberian infuse + 20 IU Oksitosin minimal 500
cc/jam hingga mencapai tempat rujukan * Penanganan di Puskesmas
 Selama perjalanan dapat dilakukan kompresi aorta PONED
abdominalis atau Kompresi Bimanual eksternal
** Penanganan di RS PONEK

Ligasi arteri uterina dan/atau hipogastrika


**

Berhenti
Perdarahan ** Pertahankan Uterus **

Tetap

Histerektomi **

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1348
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2. ROBEKAN JALAN LAHIR

Perdarahan Pervaginam setelah


Persalinan

Kontraksi Uterus +

Robekan Perineum Robekan Vagina Robekan Cervix

- Jepit
Penjahitan Penjahitan - Rujuk

Perdarahan Perdarahan Penjahitan


Cervix**

Berhenti

Pengawasan
Kala IV Tidak

Rujuk

Penanganan bidan mandiri

* Penanganan di Puskesmas PONED

**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1349
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3. SISA PLASENTA

- Perdarahan < 24 jam


- Plasenta sudah lahir

Kontraksi (+)

Robekan (+) Robekan (-)

Perdarahan (+) Perdarahan (- ) Sisa Plasenta


- Eksplorasi Digital

Plasenta Manual
Berhasil Tidak

- Uterotonika
- AVM *
- Antibiotik

Berhasil Tidak

- Uterotonika Kuretase **
- Antibiotik *

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1350
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

4. ALGORITMA PENATALAKSANAAN PERDARAHAN DENGAN


RETENSIO PLASENTA

Plasenta Tidak Lahir >30mnt

Aktif Manajemen Kala III ?

Sudah Belum

Lakukan Aktif Manajemen


Perdarahan (+) Perdarahan (- )
Kala III

Plasenta Manual Operasi**

Berhasil Tidak Berhasil

- KBI
- Ergometrin - Laparatomi**
0,2mg 1 M - Ligasi**
- Observasi Kala - Histerektomi**
IV

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1351
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

5. ALGORITMA PENANGANAN INFEKSI PAYUDARA

 Payudara Nyeri
 Bengkak
 Demam

Pus Positif Pus Negatif

Abses Payudara Bengkak Satu Sisi Bengkak dua sisi

 Antibiotik kloksasilin 500mg/oral  Mastitis Gangguan Laktasi


4x sehari selama 10 hari  Gangguan laktasi
 Atau eritromisin 250mg, 3x  Antibiotik kloksasilin 500mg/oral
sehari selama 10 hari 4x sehari selama 10 hari
 Menyusui terus  Atau eritromisin 250mg, 3x sehari
 Gunakan BH Penyangga selama 10 hari
 Kompres sebelum menyusui  Kompres sebelum menyusui
 Paracetamol 500mg  Paracetamol 500mg

Evaluasi selama 3 hari


Pus Masih Pus Sudah
Positif Negatif
Kolaborasi
Drain abses dengan dokter
* *

Bila perlu rujuk ke RS PONEK


 Tampon, buka tepinya
 Lanjutkan menyusui **
 Topang dgn BH Penyangga
 Kompres sebelum menyusui
 Paracetamol 500mg *

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1352
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

6. ALGORITMA PENANGANAN GANGGUAN LAKTASI

 Kedua payudara bengkak


 Nyeri tekan

Bendungan Payudara

Tidak Menyusui
Menyusui

 KIE Cara Menyusui  Supresi laktasi


 Kompres Hangat  Analgetik
 Massage Punggung & Leher
 Penggunaan BH yang
menunjang
 Analgetik

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1353
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

7. ALGORITMA PENATALAKSANAAN INVERSIO UTERI

Perdarahan <24 jam


Nyeri perut
Palpasi fundus tidak teraba
Tampak masa di vagina (bukan serviks)

Stabilisasi keadaan
umum

Reposisi

Berhasil Tidak berhasil

Uterotonika
Operasi**
Antibiotik

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1354
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

D. Bayi Baru Lahir

1. ALGORITMA PENANGANAN ASFIKSIA

BBL

Menangis Tidak
Spontan menangis

Apgar 8 - 10
VTP

ABN Berhasil Tidak Berhasil

Apgar 3 - 7 Apgar 0 – 2

Gagal Nafas

Rujuk RS PONEK **) Tidak Menangis


Dengan prinsip VTP terus
BAKSOKU s.d 10 Menit

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
** Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1355
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2. ALGORITMA PENANGANAN HIPOTERMI

BBL Radiasi
Evaporasi
Konveksi
Konduksi
(REKK)
20 menit
pasca natal

Suhu turun 2 – 4o
Suhu Normal
Celsius
(36,5 – 37,5 oC)

Hangatkan Metode
Kangguru/PMK *
Asuhan Bayi
ASI on demand *)
Normal
Berhasil Tidak berhasil

2 jam t tidak naik 1 jam t tidak naik


Hipotermi sedang Hipotermi Berat
(Suhu 36 – 36,4 oC) (Suhu < 36 oC)
)
Rujuk
PONEK
Tindakan **
Inkubator
ASI/OGT
Infus Dektrose 10% 60-80 ml/kg BB/ 24 jam
Terapi sesuai dengan penyulit **)

Penanganan dasar / bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1356
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3. ALGORITMA PENANGANAN GANGGUAN NAPAS

BBL

TIDAK
MENANGIS
MENANGIS

VTP

BERHASIL TIDAK
ABN
BERHASIL

GEJALA
 Sianosis/biru
FAKTOR RESIKO  Nafas < 40 - >60/ menit
 BLB  Apneu (henti nafas)
 BKB  PCH +
GANGGUAN NAFAS  Merintih
 BKMK
 Retraksi intercostals
 Infeksi TORCH
epigastrik
 KPSW
 Partus Lama
 Gawat Janin Tindakan Stabilisasi :
 SP, PP  Bebaskan jalan nafas dan
 PEB, Eklampsia beri O2
 dll  Apneu  resusitasi (PRN)
 Jaga bayi tetap hangat
selama perjalanan
Penanganan dasar Rujuk RS PONEK

Penanganan
Puskesmas PONED
Penanganan
RS PONEK
Tata Laksana : **
 Terapi O2 ( O2 Nasal + H.B/ CPAP)
 Infus Dext 10% 60-80 cc /Kg/jam/hr
 Stabilisasi Suhu (36,5-37,5 )
 Pemberian AB (Indikasi)
 BBLR/BKB : Apnoe, Aminopilin dosis awal 6 mg/kg BB,
diteruskan 2 Mg/kg BB setiap 8 jam (7 hr)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1357
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL DENGAN HYPOGLIKEMI

BBL

MENANGIS

(Kadar Glukosa
Gejala
Normal)
 Kejang tak tenang
 Kedjang gerakan tak
beraturan Jeffery
ABN Hipoglikemi
Kadar glukosa < 40 –
 Sianosis
45 mg%  Kejang
Faktor risiko  Tremor
 Letargi
 Poor feeding (asupan jelek)
Risiko kehamilan :
 Prematur
 Post matur Rujuk RS PONEK
 BBLR **)
 Dismatur
 Ibu D.M

Risiko persalinan :
 Asfiksia Tindakan : **
 Makrosomia  Bolus glukose 200 mg/kg (2cc/kg
gukosa 10 % diteruskan glukose 10 %
60 – 80 ml/kg/hari
 Stabilisasi suhu
 Hipoglikemi refrakter:
Infus glukose 12 mg/kg/menit
Hidrokortison 5 ml/kg IV/IM tiap 12 jam
Glukagon 200 Ug IV perinfus diteruskan
10 Ug/kg
 Dioksaside 10 mg/kg/hari tiap 8 jam

Penanganan dasar / bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1358
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

FAKTOR RESIKO
BBL PASCA
- Riwayat RESUSITASI
kehamilan primi
tua, muda,
spacing < 1 th,
riwayat BBLR
sebelumnya
- Pekerja berat,
- Sosial ekonomi,
merokok,
pengguna obat,
anaemia berat
- PEB, hipertensi
HDK, ibu dengan
BBL DENGAN BERAT
infeksi
- Bayi cacat bawaan BADAN LAHIR
- Infeksi intra uterin RENDAH

BBL > 2000 gr


BBL > 2000 gr tanpa dengan penyulit dan
penyulit di BBL < 2000 gr
komunitas dengan tanpa
penyulit
Bermasalah
Tidak

PMK
ASI eksklusif
RUJUK RS PONEK **
Pencegahan
Infeksi

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1359
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

VIII. REFERENSI

1. Meilani Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya


2. Pedoman Asuhan Kebidanan Pada Kasus Rujukan Ibu Hamil, Bersalin,
Nifas, dan BBL
3. Perpres RI No. 9 tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan
4. Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
5. Permenpan No. 01/PER/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsional dan
Angka Kreditnya
6. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 1110/Menkes/PB/XII/2008 dan No. 25 tahun 2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
7. Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Tingkat Kabupaten/
Kota
8. Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

IX. LAMPIRAN

A. Skenario bermain peran


1. Bagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Lihatlah contoh kasus di bab inti 2 standar asuhan kebidanan
3. Dari contoh kasus di bab inti 2, mintalah peserta untuk melakukan
bermain peran penatalaksanaan rujukan yang tepat sesuai kasus yang
ditangani jika pasien berada di pelayanan kesehatan :
a. Kelompok I : Polindes
b. Kelompok II : Poskesdes
c. Kelompok III : Bidan Mandiri
d. Kelompok IV : Puskesmas rawat jalan
e. Kelompok V : BPS
4. Masing – masing kelompok membagi peran sebagai bidan, ibu/klien,
suami, keluarga, narator.
5. Sebelum bermain peran, siapkan peralatan yang dibutuhkan sesuai
dengan kasus. Khusus untuk asuhan pada bayi baru lahir, peserta
dapat menggunakan manekin yang disiapkan panitia.
6. Diskusikan evaluasi bermain peran bersama-sama.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1360
MATERI INTI 6
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI INTI 6
PENGELOLAAN PELAYANAN ASUHAN KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai


dengan kewenangannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.
Materi ini mengajarkan tentang bagaimana seorang bidan melaksanakan
pengelolaan pelayanan asuhan kebidanan pada jenjang bidan ahli pertama.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan pengelolaan
pelayanan kebidanan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Melaksanakan tugas mengelola pelayanan kebidanan
2. Melaksanakan tugas pada daerah konflik/rawan/daerah penyakit
menular

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok Bahasan 1. Tugas mengelola pelayanan kebidanan sebagai Ketua


Shift / Penanggung Jawab Shift

Pokok Bahasan 2. Tugas pada daerah konflik/rawan/daerah penyakit


menular

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Disko kasus

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1361
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Panduan disko kasus

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian materi

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk latihan membuat rencana pelayanan.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1362
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

TUGAS MENGELOLA PELAYANAN KEBIDANAN

a. Pengertian pelayanan kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai


dengan kewenangannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan
sejahtera.

Kewenangan yang dimaksud meliputi :


1) Pelayanan Kesehatan Ibu
2) Pelayanan Kesehatan Anak
3) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana

b. Prinsip dasar dalam pengelolaan pelayanan kebidanan

1) Kepatuhan terhadap Aturan dan Hukum


2) Etika profesi
3) Profesionalitas dan Keahlian
4) Orientasi pelayanan dan tanggung jawab sosial
5) Sinergi dan Kerjasama
6) Pengembangan bertahap

c. Manajemen pengelolaan pelayanan kebidanan

Proses manajemen

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1363
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Proses manajemen yang sebaiknya dilakukan oleh bidan pengelola


pelayanan :
1) Usahakan untuk selalu mempunyai target/sasaran yang jelas (bisa
tahunan, bulanan) – usahakan selalu agar target dijadikan sebagai
pemicu dan pemandu kegiatan (patokan)
2) Usahakan untuk selalu mempunyai rencana kerja/kegiatan untuk
mencapai target/sasaran (bisa tahunan, bulanan) – usahakan juga
untuk selalu disiplin dengan rencana yang sudah dipikirkan dan
disusun
3) Usahakan untuk melaksanakan apa yang telah direncanakan dengan
konsisten
4) Usahakan untuk selalu mengecek pelaksanaan, mengevaluasi hasil –
apakah sudah mencapai hasil yang diharapkan? Kalau belum tercapai,
faktor apa saja yang menghambat? Tindakan apa lagi yang harus
dilakukan untuk memastikan target yang sudah ditetapkan dapat
tercapai?

Bidan sebagai seorang pemimpin :


 Memberi contoh, menjadi model bagi konsumennya
 Mengajak, memotivasi, mengarahkan konsumen dan masyarakat ke
arah pola hidup yang lebih sehat
 Memimpin dan mengarahkan unit kerja dalam pelayanan kesehatan
kebidanan

d. Manajemen Operasional dan Logistik

1) Manajemen Operasional

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1364
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

a) Penataan alur pelayanan


 Standarisasi pelayanan
 Efisien dan efektif

b) Tata ruang
Contoh langkah medis pelayanan (alur pelayanan kesehatan
reproduksi) :

2) Manajemen Logistik

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1365
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Pengadaan Logistik :

1) Perencanaan Material :
 Biaya material
 Waktu pemesanaan
 Jadwal material

2) Proses Pengadaan :
 Mencari keterangan calon-calon supplier
 Meminta penawaran harga
 Memilih supplier
 Melakukan pemesanan
 Melacak pengiriman
 Menerima kedatangan material
 Memeriksa material (kuantitas kualitas)
 Menyimpan material

3) Penerimaan Barang :
Memastikan barang yang diterima sesuai dengan barang yang
dipesan dan dibeli, meliputi kuantitas, kualitas, harga, pemasok.

4) Penyimpanan Barang :
 Tempat penyimpanan
 Sistem penyimpanan
 Administrasi penyimpanan

e. Tugas mengelola pelayanan kebidanan sebagai :

1) Ketua shift/penanggung jawab shift


 Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan kebidanan klien
sejak masuk sampai pulang
 Mengorientasikan klien yang baru dan keluarganya
 Mengkaji kondisi kesehatan klien dan keluarganya
 Membuat diagnosa kebidanan dan rencana asuhan kebidanan
 Mengkomunikasikan rencana asuhan kebidanan kepada anggota
tim
 Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan
tindakan asuhan kebidanan
 Mengevaluasi tindakan dan rencana asuhan kebidanan
 Melaksanakan tindakan kebidanan tertentu
 Mengembangkan perencanaan pulang

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1366
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 Memonitor pendokumentasian tindakan kebidanan yang dilakukan


oleh anggota shift
 Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota shift/tim
kesehatan lainnya untuk membahas perkembangan kondisi pasien
 Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota shift
dan memberikan bimbingan melalui konferensi
 Mengevaluasi pemberian asuhan kebidanan dan hasil yang dicapai
serta pendokumentasiannya.

Pokok Bahasan 2.

TUGAS PADA DAERAH KONFLIK/RAWAN/DAERAH PENYAKIT


MENULAR

a. Latar belakang masalah

Indonesia merupakan negara dengan multi etnik dan multi sosial


budaya serta berbagai perbedaan pandangan politik sempit yang
diperberat dengan adanya krisis multidimensi. Keragaman tersebut
berpotensi menimbulkan konflik dengan kekerasan yang berdampak pada
timbulnya masalah kesehatan. Konflik dengan kekerasan diperberat
dengan adanya angka kemiskinan dan buta huruf yang tinggi.

Konflik dengan kekerasan menyebabkan terjadinya kedaruratan


kompleks yang merupakan bencana karena ulah manusia. Masalah
kesehatan yang timbul secara mendadak (acut) ditandai dengan jatuhnya
korban manusia, rusaknya infrastruktur dan pelayanan publik lainnya,
rusaknya saluran air bersih dan sanitasi lingkungan, terputusnya aliran
listrik, sarana telekomunikasi dan transportasi, lumpuhnya sistem
kesehatan serta dapat mengakibatkan ribuan dan ratusan ribu penduduk
harus mengungsi ke wilayah lain.

Penanggulangan masalah kesehatan akibat kedaruratan kompleks


memerlukan keterpaduan dan kerjasama dengan lintas program dan lintas
sektor. Untuk itu diperlukan pedoman sebagai acuan pelaksanaan kegiatan
penanggulangan kedaruratan kompleks di Provinsi dan Kabupaten/Kota
sesuai kekhususan daerah.

b. Sistem Penanggulangan Bencana

Upaya penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang mempunyai


fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1367
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

pengendalian dalam lingkup "Siklus Penanggulangan Bencana" (disaster


management cycle), seperti gambar berikut :

Siklus di dalam gambar memperlihatkan bahwa kegiatan


penanggulangan bencana dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap
sebelum terjadi (pra bencana), saat dan pasca bencana. Kegiatan sebelum
terjadi bencana meliputi pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakkan
dampak) dan kesiapsiagaan. Pada saat bencana dilakukan kegiatan
tanggap darurat sementara pada saat setelah terjadinya (pasca) bencana
dilakukan kegiatan pemulihan dan rekonstruksi.

Pencegahan dilakukan sebagai upaya mencegah timbulnya krisis


akibat bencana, sedangkan mitigasi dilakukan untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan sebelum bencana terjadi. Kegiatan mitigasi perlu
dievaluasi untuk perbaikan secara berkala dengan melibatkan program
dan sektor terkait, agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang
berkembang di wilayah setempat. Kesiapsiagaan merupakan upaya –
upaya yang difokuskan kepada pengembangan rencana – rencana untuk
menghadapi bencana. Ini penting artinya untuk memastikan bahwa
tindakan – tindakan yang akan diambil segera setelah bencana terjadi
merupakan tindakan yang cepat, tepat dan efektif.

Tujuan dari usaha kesiapsiagaan dalam bidang kesehatan antara lain :


a. Meminimalkan jumlah korban
b. Mengurangi penderitaan korban
c. Mencegah munculnya masalah kesehatan pasca bencana
d. Memudahkan upaya tanggap darurat dan pemulihan yang cepat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1368
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Tanggap darurat merupakan upaya – upaya yang dilakukan segera


sesudah terjadinya suatu bencana. Tindakan yang dilakukan umumnya
ditujukan untuk menyelamatkan jiwa korban dan melindungi harta benda
serta menangani kerusakan dan pengaruh terhadap bencana lainnya
(kejadian lanjutan). Penanganan darurat pada kejadian bencana pada
dasarnya dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, yaitu sekitar 2 – 3
minggu sesudah bencana terjadi.

Upaya pemulihan merupakan kegiatan yang dilakukan segera


setelah bencana mereda atau setelah masa tanggap darurat telah
terlampaui agar masyarakat kembali mampu melaksanakan fungsinya
dengan sebaik – baiknya. Sementara itu, upaya rekonstruksi adalah
kegiatan untuk membangun kembali berbagai sarana, prasarana dan
pelayanan umum yang rusak akibat bencana agar lebih baik dari
sebelumnya. Kegiatan rekonstruksi merupakan komponen
penanggulangan bencana yang menghubungkan semua kegiatan
penanggulangan bencana dengan pembangunan kesehatan keseluruhan.
Kegiatan rekonstruksi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kebijakan pembangunan kesehatan yang ada. Pelaksanaan kegiatan
rekonstruksi harus direncanakan dengan teliti dan seksama dengan
mengikutsertakan berbagai disiplin ilmu, instansi dan swasta secara
terpadu dan terintegrasi.

c. Manajemen penanggulangan masalah kesehatan reproduksi di daerah


konflik/rawan/daerah penyakit menular

Kedaruratan kompleks selalu menimbulkan pengungsian yang


merupakan masalah dan memerlukan perhatian serta penanganan
tersendiri. Pengungsi adalah orang atau kelompok warga negara Indonesia
yang meninggalkan tempat tinggal akibat tekanan berupa kekerasan fisik
dan atau mental akibat ulah manusia dan bencana alam guna mencari
perlindungan maupun kehidupan yang baru. Masalah pengungsi
bukanlah yang mudah untuk diatasi lebih-lebih saat negara kita sedang
kesulitan ekonomi seperti saat ini. Pengungsi sesuai dengan hak azasi
manusia harus mendapatkan fasilitas-fasilitas seperti tempat
penampungan, makanan bersih, sanitasi, pelayanan kesehatan dan
sebagainya yang semua itu merupakan dari pemerintah.

Penyelesaian masalah pengungsi meliputi upaya penyelamatan,


tanggap darurat dan rehabilitasi.

1) Pada tahap penyelamatan, langkah – langkah yang dilakukan adalah :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1369
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

a) Evakuasi korban baik yang terlibat konflik dengan kekerasan


maupun yang hanya kena dampaknya ke tempat aman.
b) Pengamanan dan pengambilan langkah – langkah preventif untuk
penyelamatan korban luka, dll.
c) Koordinasi dan memobilisasi sumberdaya yang ada baik milik
Pemerintah maupun masyarakat guna menampung dan
menyalurkan bantuan secara darurat.

2) Pada tahap tanggap darurat, langkah–langkah yang dilakukan adalah :


a) Penilaian awal secara cepat tentang kebutuhan dasar, penyediaan
penampungan, imunisasi campak, penyediaan makanan dan bahan
makanan yang bergizi terutama bagi kelompok rentan (bayi, balita,
ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia), penyediaan air bersih,
pelayanan kesehatan bagi yang sakit, surveilans penyakit dan
pelaporan secara teratur, pemberantasan vektor, pelatihan bagi
pengungsi dan koordinasi pelaksanaan.
b) Setelah keadaan memungkinkan, penilaian dilanjutkan untuk
mendapatkan data/informasi untuk pengambilan keputusan
penyelesaian masalah pengungsi.

3) Pada tahap rehabilitasi langkah – langkah yang dilakukan adalah :


a) Pemulihan kesehatan fisik, mental, dan psikososial yang berupa
konseling, pencegahan masalah psikososial dari aspek medis guna
menghindari timbulnya psikosomatis dan pencegahan berlanjutnya
psikopatologis pasca pengungsi.
b) Pemukiman kembali pengungsi dilakukan bagi yang tidak bersedia
kembali ke daerah asal yang dilakukan dengan pola konsentrasi dan
pola sisipan. Pemukiman kembali disiapkan dengan mengakomodir
kepentingan – kepentingan penduduk lokal dan pengungsi serta
dilengkapi dengan sarana dan prasarana pemukiman yang
dilaksanakan oleh Kem. Kimpraswil, Kemnakertrans, Kemdagri
yang bekerja sama dengan Pemda setempat.
c) Untuk menanggulangi kekurangan tenaga kesehatan bisa dilakukan
dengan pengiriman tenaga gabungan dari provinsi lain atau dari
pusat yang terdiri dari tenaga kesehatan sipil dan TNI/POLRI.

Untuk logistik baik obat esensial maupun bahan habis pakai


diupayakan dengan menggunakan stok yang ada di daerah dan jika
memang dirasa kurang dikirimkan dari pusat dengan menggunakan
stok nasional selain bantuan dari donor maupun LSM. Untuk
bantuan dari LSM maupun organisasi internasional perlu
diperhatikan masa kadaluwarsa, kadar zat berkhasiat dan etiketnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1370
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Pelayanan kesehatan dapat dilayani dengan menggunakan dana


yang tersedia di unit kesehatan daerah seperti dana operasional
maupun dana lain yang ada, apabila sangat mendesak dibantu dari
pusat.

d. Perlindungan Kesehatan Reproduksi pada Daerah Bencana

1) Prioritas kegiatan dari kesehatan reproduksi adalah mencegah dan


mengurangi :
a) Kematian ibu dan bayi, karena kurangnya akses pelayanan
kehamilan dan kelahiran
b) Kekerasan seksual
c) Kecacatan
d) Penyebaran PMS, termasuk HIV/AIDS
e) Aborsi yang tidak aman

2) Pelayanan kesehatan reproduksi dapat membantu para pengungsi dari


kekerasan seksual melalui pelayanan kesehatan yang layak, seperti
kontrasepsi emergency, pajanan profilaksis untuk mencegah
terinfeksinya HIV, pencegahan PMS dan dukungan sosial.

3) Minimum Initial Service Packages (MISP)


Adalah suatu kumpulan prioritas kegiatan yang diimplementasikan di
setiap kondisi krisis, konflik atau bencana.
Kegiatannya meliputi :
a) Mencegah kekerasan seksual dan menyediakan pelayanan
kesehatan bagi pengungsi.
Melindungi wanita dan anak-anak dari kekerasan seksual serta
dukungan psikososial.
b) Menurunkan transmisi HIV/AIDS
Mengikuti petunjuk pengawasan infeksi, menjamin adanya
ketersediaan kondom, dan menjamin keamanan transfusi darah
c) Mencegah kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi.
Tersedianya peralatan kesehatan yang bersih seperti sabun, seprai
plastik, pisau yang tajam; dan tersedianya sistem penunjang untuk
me-manage komplikasi pada kehamilan dan kelahiran
d) Merencanakan untuk mengembangkan pelayanan kespro yang
komprehensif
Mengumpulkan informasi dasar, mengidentifikasi tempat dimana
pelatihan kespro dapat dilakukan, mengevaluasi staf dan pelatihan-
pelatihan yang akan diadakan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1371
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

4) Permasalahan yang ditemui pada kondisi konflik/bencana :

a) Wanita usia subur


 Kesulitan mendapatkan pembalut pada saat menstruasi
 Sanitasi yang tidak baik
 Akses ke pelayanan KB terbatas sehingga menyebabkan
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan aborsi yang tidak aman.

b) Wanita hamil
 Akses dan kinerja nakes tidak optimal
 Kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari keluarga
dan suami
 Kurang asupan gizi
 Sanitasi yang tidak baik

c) Wanita menyusui
 Terbatasnya asupan makanan akan berakibat buruk pada ibu
dan tumbuh kembang bayi
 Sanitasi yang tidak baik berisiko tinggi terhadap infeksi dan
penyakit lainnya
 Akses ke tenaga kesehatan terbatas

d) Kekerasan seksual dan trafficking


Janda, anak – anak dan remaja berisiko tinggi terhadap kekerasan
seksual dan trafficking.

5) Faktor Risiko Penyakit Menular Pasca Bencana

Timbulnya penyakit menular pada kondisi pasca bencana dipengaruhi


oleh beberapa faktor, yaitu :

a) Penyakit yang sudah ada sebelum bencana


Umumnya penyakit menular yang muncul setelah bencana terkait
dengan penyakit endemis wilayah tersebut. Sehingga risiko
penularan penyakit pasca bencana juga tidak ada jika organisme
penyebab tidak ada di wilayah tersebut sebelumnya. Meskipun
begitu, relawan yang datang ke wilayah bencana mempunyai risiko
untuk menularkan penyakit maupun tertular penyakit yang sudah
ada di wilayah bencana.

b) Perubahan ekologis karena bencana


Bencana alam seringkali akan menyebabkan perubahan ekologis
lingkungan. Akibatnya risiko penularan penyakit bisa meningkat
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1372
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

maupun berkurang, terutama penyakit yang ditularkan oleh vektor


maupun penyakit yang ditularkan oleh air.

c) Pengungsian
Pengungsian dapat menyebabkan meningkatnya risiko relatif
munculnya penyakit menular melalui mekanisme sebagai berikut :
 Terbebaninya sistem layanan kesehatan dimana mereka
mengungsi.
 Tertularinya para pengungsi oleh penyakit endemis dimana
mereka mengungsi.
 Para pengungsi memperkenalkan agen infeksi baru pada
lingkungan dimana mereka mengungsi.

d) Perubahan kepadatan penduduk


Kepadatan penduduk merupakan faktor penting penularan
penyakit terutama terkait dengan penularan melalui rute
pernapasan dan kontak langsung. Bencana alam menyebabkan
rusaknya rumah, yang berakibat meningkatnya kepadatan
penduduk karena terkumpul dalam kemah – kemah pengungsian.

e) Rusaknya fasilitas umum, dan hilangnya layanan kesehatan dasar.


 Listrik, air minum maupun sistem pembuangan limbah akan
terpengaruh oleh bencana alam.
 Hilangnya sarana MCK akan meningkatkan penyakit yang
menular melalui makanan dan air.
 Kurangnya air untuk mencuci tangan maupun mandi juga akan
meningkatkan penyebaran penyakit melalui kontak langsung.

e. Manajemen Post Traumatic Stress (PTC)

Masih belum banyak yang menyadari akan pentingnya pelayanan


kesehatan jiwa pasca bencana atau Post Traumatic Stress (PTS). PTS
banyak terjadi pada pengungsi karena peristiwa kekerasan seperti
penganiayaan, menyaksikan kekejaman, adanya ancaman secara massal,
perkosaan, hilangnya harta benda, kehilangan keluarga dan pengungsian.
PTS banyak di tandai dengan munculnya mimpi buruk, rasa kehilangan
kepercayaan dan ketakutan.
Penanggulangan PTS memang belum banyak dilakukan. Tujuan dari
program ini adalah untuk mencegah masalah psikososial yang berdampak
pada aspek medis.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1373
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah :


1) Pelatihan, yang dilakukan terhadap petugas daerah yang kemudian
akan memberikan konseling pada tingkat pelayanan kesehatan di
puskesmas dan lokasi pengungsi.
2) Pendidikan psikososial, yang diberikan melalui koran, radio, sekolah,
kelompok masyarakat dan di klinik kesehatan.
3) Pengobatan, dilakukan di puskesmas dengan menggunakan
psikotropika dan metode EMDR.

VIII. REFERENSI

1. Guidelines for Gender Based Violence Interventions in Humanitarian Settings:


Focusing on Prevention of and Response to Sexual Violence in Emergencies. Inter
Agency Standing Committee. Geneva. 2005
2. Kepmenkes RI No. 066/Menkes/Sk/II/2006 Tentang Pedoman
Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan dalam
Penanggulangan Bencana
3. Kepmenkes RI No. 14/Menkes/SK/I/2002 Tentang Pedoman
Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Kedaruratan Komplek
4. Kepmenkes RI No. 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi
Bidan
5. Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Standar Asuhan
Kebidanan
6. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 1110/Menkes/PB/XII/2008 dan No. 25 tahun 2008 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
7. Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
8. Permenkes RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
9. Permenpan No. 01/PER/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsional dan
Angka Kreditnya
10. Perpres RI No. 9 tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan
11. Reproductive Health in Refugee Situation, an inter-agency field manual.
Geneva. 1995
12. Standar Pelayanan Kebidanan. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1374
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

IX. LAMPIRAN

A. Panduan Disko Kasus


1. Bagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Berikan contoh kasus pengelolaan pelayanan kebidanan sesuai isu
terbaru :
a. Kelompok I : Bidan di Daerah Post Bencana Gempa Bali
b. Kelompok II : Bidan di Daerah Post Bencana Tsunami Aceh
c. Kelompok III : Bidan di Daerah Post Bencana Bom Solo
d. Kelompok IV : Bidan di Daerah KLB Malaria NTT
e. Kelompok V : Bidan di Daerah Konflik Kerusuhan Papua
3. Diskusikan manajemen peran pengelolaan pelayanan kebidanan yang
harus dilakukan bidan jika ditempatkan di daerah rawan bencana/
konflik/daerah penyakit menular tersebut !
4. Diskusikan hasil diskusi kasus sebagai evaluasi bersama-sama.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1375
MATERI INTI 7
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI INTI 7
PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Materi ini mengajarkan tentang bagaimana seorang bidan bekerja di


pelayanan kesehatan yang berorientasi pada masyarakat di suatu wilayah
tertentu, dengan menekankan pada upaya peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan khususnya kesehatan reproduksi perempuan, bayi dan anak balita
dengan memperhatikan sosial budaya setempat serta mendekatkan akses
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di masyarakat didukung oleh
aspek manajemen pelayanan kebidanan dan pelayanan kesehatan masyarakat
dengan memperhatikan aspek demografi, geografi/lingkungan, sosial budaya,
perilaku, fasilitas kesehatan maupun kebijakan. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dilaksanakan ditingkat pelayanan primer baik milik pemerintah
maupun swasta, meliputi pelayanan kebidanan di masyarakat dan membuat
peta masalah kebidanan di daerah binaan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan pelayanan
kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Melaksanakan asuhan kebidanan pada masyarakat/wilayah/
kelompok.
2. Membuat peta masalah kebidanan di daerah binaan.

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut :

Pokok Bahasan 1. Asuhan kebidanan pada masyarakat/wilayah/


kelompok
Pokok Bahasan 2. Pembuatan peta masalah kebidanan di daerah binaan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1376
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

IV. METODE

 CTJ
 Curah Pendapat
 Disko kasus

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide Power Point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Panduan disko kasus

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat. Untuk penugasan dilakukan dengan metode
demonstrasi.
2. Praktek lapangan dipandu instruktur.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1377
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASYARAKAT/ WILAYAH/KELOMPOK

Asuhan kebidanan pada masyarakat lebih dikenal dengan pelayanan


kebidanan komunitas. Pelayanan kebidanan komunitas merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan
keluarga berkualitas melalui upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
reproduksi perempuan, kesehatan bayi dan anak balita dengan menggunakan
metodologi yang relevan untuk menganalisis situasi, mengidentifikasi
masalah, menetapkan alternatif pemecahan masalah, merencanakan dan
melaksanakan program intervensi serta pemantauan kegiatan untuk menilai
keberhasilan program.

Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan secara sistematis dengan


menggunakan prinsip manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pelaksanaan dan pengendalian. Penerapan manajemen
kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah,
analisis dan perumusan masalah, rencana dan tindakan pelaksanaan serta
evaluasi hasil tindakan. Manajemen kebidanan digunakan oleh bidan dalam
menangani kesehatan reproduksi perempuan, kesehatan bayi dan anak balita
di komunitas.

Penerapan manajemen kebidanan komunitas, meliputi :

a. Identifikasi masalah

Bidan yang berada di desa memberikan pelayanan KIA dan KB di


masyarakat melalui identifikasi, ini untuk mengatasi keadaan dan masalah
kesehatan didesanya terutama yang ditujukan pada kesehatan ibu dan
anak.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1378
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

b. Analisa dan perumusan masalah


Setelah data dikumpulkan dan dicatat maka dilakukan analisis. Hasil
analisis tersebut dirumuskan sebagai syarat dapat ditetapkan masalah
kesehatan ibu dan anak di komunitas.

Dari data yang dikumpulkan, dilakukan analisis dan dapat ditemukan


jawaban tentang :

1) Hubungan antara penyakit atau status kesehatan dengan lingkungan


keadaan sosial budaya atau perilaku, pelayanan kesehatan yang ada
serta faktor-faktor keturunan yang berpengaruh terhadap kesehatan.
(H.L. Blum).
2) Masalah–masalah kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi
perempuan, kesehatan bayi dan anak balita.
3) Masalah-masalah utama ibu dan anak serta penyebabnya.
4) Faktor-faktor pendukung dan penghambat.

Rumusan masalah dapat ditentukan berdasarkan hasil analisa yang


mencakup masalah utama dan penyebabnya serta masalah potensial.

c. Diagnosa potensial
Diagnosa yang mungkin terjadi

d. Antisipasi penanganan segera


Penanganan segera masalah yang timbul

e. Rencana (intervensi)
Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana
pelaksanaan dan evaluasi.

f. Tindakan (implementasi)
Kegiatan yang dilakukan bidan komunitas mencakup rencana pelaksanaan
yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

g. Evaluasi
Untuk mengetahui ketepatan atau kesempurnaan antara hasil yang dicapai
dengan tujuan yang ditetapkan.

Pada tahap awal tugasnya di komunitas, bidan perlu melakukan analisis


situasi yang merupakan proses sistematis untuk melihat fakta, data atau
kondisi dan dimensi waktu, berdasarkan siapa, dimana dan kapan untuk
menemukan masalah kesehatan dan faktor apa saja yang mempengaruhinya,
meliputi :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1379
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

a. Derajat Kesehatan

Derajat kesehatan ini berupa data yang menunjukkan kondisi status


kesehatan desa berkait dengan angka kematian dan angka kesakitan.
1) Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan Total Fertility Rate.
2) Angka Kesakitan terutama terkait jenis-jenis penyakit yang diderita ibu
dan bayi, jenis-jenis penyakit yang diderita ibu saat hamil, melahirkan
dan setelah melahirkan.
3) Status gizi ibu saat hamil, melahirkan dan setelah melahirkan, begitu
juga status gizi anak baru lahir, bayi dan balita.
4) Cakupan pelayanan kesehatan ibu, keluarga berencana dan kesehatan
bayi dan anak balita.
5) Data penyakit-penyakit umum yang sering diderita masyarakat desa.

b. Lingkungan Kesehatan

Data lingkungan kesehatan meliputi :


1) Lingkungan fisik yang berkaitan dengan kesehatan ini meliputi kondisi
geografis, topografi yang meliputi kondisi letaknya apakah di daratan
rendah, pegunungan, lahan kering, sawah, sungai, hutan, permukiman
penduduk (perumahan), industri dan pantai.
2) Sarana yang dimiliki penduduk untuk mendapatkan air bersih,
pembuangan sampah, buang air besar. Begitu juga dalam mendapatkan
sumber makanan sehari-hari seperti pasar dan warung serta
kemudahan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Peta lokasi yang memungkinkan munculnya penyakit, seperti tempat
pembuangan sampah, empang, sarang-sarang nyamuk, kandang dll.
4) Tersedianya sumber-sumber makanan baik tumbuhan maupun hewan
yang dapat menunjang kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak yang
dapat menunjang kebutuhan gizi.
5) Lingkungan sosial dan ekonomi, merupakan kondisi yang ada di
masyarakat berkaitan dengan potensi dan permasalahan ekonomi dan
sosial masyarakat, yang meliputi :
 Mata pencaharian masyarakat desa, tingkat pendapatan dan belanja
harian.
 Lingkungan sosial, lembaga sosial masyarakat, organisasi sosial,
adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai berkaitan dengan masalah
kesehatan.

c. Perilaku Kesehatan

Perilaku ini merupakan kebiasaan-kebiasaan masyarakat desa yang


kemungkinannya memunculkan suatu penyakit, antara lain :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1380
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

1) Pola konsumsi makan masyarakat desa, apa yang menjadi makanan


pokok, kebiasaan jenis lauk pauk dan juga kebiasaan memanjakan lidah
dengan makanan di warung-warung. Bagi anak-anak, kebiasaan yang
bisa dicurigai adalah kebiasaan makan makanan instan yang
mengandung bahan pengawet kimia.
2) Perilaku pemberian makanan bagi bayi, mulai dari pemberian
kolostrum, ASI eksklusif dan makanan tambahan pendamping ASI.
3) Perilaku hidup bersih sehat (PHBS), yang meliputi pola hidup dalam
mengkonsumsi rokok, alkohol, kebiasaan memasak air, mencuci tangan
sebelum makan dan memberi makan bayi. Disini juga termasuk cara
perawatan ibu hamil, melahirkan dan merawat bayi.
4) Perilaku pencarian pengobatan, meliputi bagaimana ketika seseorang
menderita sakit dan langkah yang biasa dilakukan untuk mengobati
sakitnya, apakah mencari obat diwarung, toko obat, mantri, bidan,
dokter, dukun dan paranormal.

d. Upaya Kesehatan

Merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam


meningkatkan status kesehatannya, meliputi :
1) Ketersediaan sarana kesehatan yang ada di desa dengan menghitung
jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu, warung
obat, apotik, dokter praktik, bidan, mantri, dukun bayi dan paranormal
(termasuk tukang pijit).
2) Obat dan alat kesehatan yang tersedia di Puskesmas Pembantu,
Polindes dan Posyandu.
3) Cakupan pelayanan ANC (K1, K4), pertolongan persalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan) dan dukun, cakupan
perawatan nifas.
4) Cakupan pelayanan pemenuhan Gizi, seperti pemberian zat besi (Fe),
Vit A, Iodine, pemberian ASI (kolostrum, ASI eksklusif, MP-ASI), PMT-
Balita gizi kurang dan gizi buruk dan juga penemuan kasus balita gizi
buruk.
5) Pelayanan kesehatan di Polindes meliputi jumlah kunjungan ibu hamil,
pertolongan partus, kunjungan masyarakat miskin, akses pelayanan
dan rujukan.
6) Biaya yang disediakan pemerintah untuk kesehatan desa.

Kemudian melakukan analisis masalah dengan mengidentifikasi semua


kemungkinan masalah yang ada di masyarakat dan membuat skala prioritas
berdasarkan :
1) Besarnya masalah (magnitude)
2) Kerugian yang ditimbulkan (severity)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1381
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3) Ketersediaan teknologi/obat yang ada untuk mengatasi masalah


(vulnerability)
4) Kemauan/kesadaran para pengambil keputusan (community & political
concern)
5) Ketersediaan sumber daya termasuk dana (affordability)

Selanjutnya bidan dapat melakukan pengelolaan pelayanan kebidanan


kemunitas yang terdiri dari langkah penting, yaitu Perencanaan (P.1),
Pergerakan dan Pelaksanaan (P.2), Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian
(P.3).

a. Perencanaan (P1)
Penyusunan rencana pelayanan kebidanan disusun dalam bentuk POA
(Planning of Action), yang disesuaikan dengan :
1) Mikro planning puskesmas
2) Terpadu dengan kegiatan-kegiatan lain.

b. Pengolahan data
Setelah data terkumpul kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data,
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Klasifikasi data
2) Melakukan perhitungan dari setiap item dengan cara telly
3) Tabulasi data
4) Interprestasi data

c. Analisa data
Bidan diharapkan mampu melakukan analisa data yang merupakan
kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep, teori, prinsip-prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
masalah kebidanan yang ditemukan.

d. Menetapkan masalah dan skala prioritas


1) Menetapkan masalah
Menetapkan masalah kebidanan komunitas berdasarkan :
 Masalah yang ditetapkan dari data umum.
 Masalah yang dianalisa dari hasil kesenjangan pelayanan kesehatan.
Adanya kesenjangan pelayanan kesehatan dan masyarakat akibat
dari faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan sasaran dalam
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi yang memerlukan
tindak lanjut pelayanan kebidanan komunitas.
 Menetapkan skala prioritas
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan
yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1382
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan, dengan


mempertimbangkan :
a) Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
b) Kebijaksanaan nasional dan daerah setempat
c) Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d) Keterlibatan partisipasi dan peran serta masyarakat

Kriteria skala prioritas :


1) Perhatian masyarakat yang meliputi pengetahuan, sikap, keterlibatan
emosi masyarakat terhadap masalah kebidanan yang dihadapi dan
urgensinya untuk segera ditanggulangi.
2) Relevansi, yang menunjukkan jumlah kasus (masalah) yang ditemukan
pada satu saat tertentu.
3) Beratnya masalah, adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
4) Kemungkinan masalah untuk dikelola dengan cara
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan
masalah yang menyangkut biaya, sumber daya yang tersedia, sarana
dan prasarana yang ada serta kesulitan yang mungkin timbul dalam
proses pelaksanaan dan cara-cara yang dipilih.

e. Menetapkan perencanaan pelayanan kebidanan komunitas


1) Menetapkan tujuan yang akan dicapai berdasarkan masalah/prioritas
masalah yang telah ditetapkan
2) Menetapkan sasaran dan target kegiatan yang akan dicapai dari setiap
permasalahan yang akan ditanggulangi dan dibandingkan dengan
target daerah atau nasional.
3) Menetapkan mekanisme pelaksanaan kegiatan dari tiap kegiatan yang
dilaksanakan, yang meliputi tenaga pengelola dan pelaksana (pola atau
bentuk kerjasama lintas sektoral dan program dari instansi terkait
sumber daya pendukung, biaya, sarana dan prasarana yang ada lokasi
pembinaan dan waktu/jadwal kegiatan.
4) Menyusun perencanaan kegiatan mingguan bulanan, tahunan.
5) Menetapkan kriteria dan standar untuk mencapai tujuan.

f. Penggerakkan dan Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas (P2)


Agar pelayanan kebidanan komunitas dapat berjalan secara berhasil guna
dan berdaya guna, maka dilakukan lokakarya mini puskesmas pada
tingkat puskesmas ataupun lokakarya mini pada tingkat masyarakat, yang
mencakup :
1) Menetapkan daerah wilayah binaan
2) Menetapkan penanggung jawab dan pelaksana kegiatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1383
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3) Menetapkan uraian tugas dan pelaksana pelayanan kebidanan


komunitas
4) Koordinasi lintas program dan lintas sektoral dari instansi terkait
5) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bidan komunitas
6) Menggerakan partisipasi masyarakat/peran serta masyarakat dan
pembinaan terhadap kader, dasa wisma, dukun bayi dan sebagainya
7) Bidan koordinator menyediakan kesempatan konsultasi dan
melaksanakan supervisi fasilitatif
8) Pimpinan puskesmas melaksanakan bimbingan teknis kegiatan
pelayanan kebidanan komunitas.
9) Pengembangan kegiatan-kegiatan inovatif sesuai dengan kemampuan
daerah/masyarakat.

g. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3)

Pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kegiatan perawatan


kesehatan masyarakat, meliputi :
1) Pencatatan (Recording)
2) Pelaporan (Reporting)
3) Pemantauan (Monitoring)
4) Penilaian (Evaluating)

Pokok Bahasan 2.

PETA MASALAH KEBIDANAN DI DAERAH BINAAN

Pengertian Peta adalah gambar wilayah dipergunakan untuk


menggambarkan kejadian berdasarkan gambar geografis.

Pemetaan masalah kebidanan

Di dalam pemetaan masalah kebidanan di suatu wilayah kita memerlukan


data sasaran. Data sasaran diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan. Seorang bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan
dukun, membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan, rumah
serta setiap waktu memperbaiki peta tesebut dengan data baru tentang
adanya ibu hamil, neonatus dan anak balita, kesehatan reproduksi remaja, ibu
bersalin, nifas, Keluarga berencana dan ibu pre menopause semua ini adalah
masalah kebidanan.

Gambar : Peta wilayah kerja Program KIA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1384
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

P eta Was pada


D es a … … …
B ulan … … … … . T ahun 200..

Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun
bayi yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan
anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil
dipasang stiker P4K di depan rumahnya.
Selain itu data sasaran yang berasal dari lintas program dan fasilitas
pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.

Pengolahan Data

Setiap bulan bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort
dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di
Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua bidan swasta dan
mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA
bulanan yang disebut PWS KIA informasi per desa/kelurahan dan kecamatan
tersebut disajikan dalam bentuk grafik dan peta wilayah.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1385
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

VIII. REFERENSI

a. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS


– KIA) Depkes RI. Direktorat Bina Kes Mas Jakarta. 2009
b. Pedoman Teknis Terpadu Audit Maternal Perinatal di Tingkat II Depkes
RI tahun 2005
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/149/I/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
e. Keputusan Menteri Kesehatan No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan
f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan.

IX. LAMPIRAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1386
MATERI INTI 8
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

MATERI INTI 8
KARYA TULIS / ILMIAH DI BIDANG KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Menulis karya ilmiah merupakan tugas yang tak dapat ditinggalkan oleh
seorang pemangku jabatan fungisonal kesehatan. Kepiawaian seseorang
dalam menulis dapat terasah bila ia rajin melakukannya. Membuat karya
ilmiah pada pemangku jabatan fungsional kesehatan merupakan salah satu
kegiatan pokok yang mempunyai nilai kredit yang relatif tinggi. Karya ilmiah
yang diciptakan selain dalam bentuk suatu model dan juga harus dituangkan
dalam bentuk tulisan atau disebut juga karya tulis.

Sebagai seorang profesional tentunya pemangku jabatan fungsional harus


memahami berbagai bentuk karya tulis dan terlebih lagi bagi tim penilai
jabatan fungsional harus benar-benar memahami apakah tulisan yang dinilai
merupakan suatu karya ilmiah yang murni, oleh karena itu pada modul ini
akan diawali dengan membahas tentang filosofi ilmu pengetahuan.
Berdasarkan filosofi tersebut akan dibahas ciri-ciri berbagai jenis karya tulis
baik dalam bentuk resensi, laporan buku, skripsi, tesis, disertasi, artikel,
makalah, berita, laporan penelitian dan essei.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat karya tulis/ilmiah
di bidang kebidanan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus :


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang karya tulis.
2. Menerapkan prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis.
3. Membuat karya tulis.

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :

Pokok bahasan 1. Karya Tulis


Sub Pokok Bahasan :
a. Karya tulis/ilmiah
b. Penerjemahan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1387
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

Pokok bahasan 2. Prinsip-prinsip dan Teknik Penulisan Karya Tulis


Sub Pokok Bahasan :
a. Prinsip-prinsip penulisan karya tulis
b. Teknik penulisan karya tulis

Pokok bahasan 3. Teknik Penulisan Karya Tulis

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Mind Mapping
 Latihan menulis karya tulis

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Contoh-contoh karya tulis/ilmiah

VI. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pada sesi “Karya Tulis Bidang Kesehatan”, saudara akan mempelajari 3 (tiga)
pokok bahasan. Berikut ini merupakan pedoman bagi fasilitator dan peserta
dalam melaksanakan pembelajaran.

Langkah 1. Kegiatan fasilitator

Agar substansi ini dapat dipahami sepenuhnya oleh peserta ciptakan suasana
belajar yang rileks dan menyenangkan serta suasana yang dapat memotivasi
peserta untuk mengikuti sesi ini. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai pada sesi ini dan menggali pengetahuan peserta tentang jenis-
jenis karya tulis dan prinsip penilaiannya.

Langkah 2. Pokok bahasan 1

Dari 3 pokok bahasan yang direncanakan akan disampaikan kepada peserta


terlebih dahulu mempertimbangkan pokok bahasan yang telah dipahami
peserta. Untuk pokok bahasan tersebut cukup hanya sekilas saja disampaikan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1388
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

Tetapi jika sebagian besar peserta belum memahaminya atau mengetahuinya


setiap pokok bahasan disampaikan secara menyeluruh.

Untuk pokok bahasan definisi dan jenis-jenis karya tulis fasilitator dengan
metode brain storming menuliskan apa yang telah diketahui peserta. Di akhir
satu pokok bahasan fasilitator hanya melengkapi apa yang telah dikemukakan
oleh peserta tentang definisi dan jenis-jenis karya tulis. Untuk mempermudah
tayangkan skema jenis-jenis karya tulis yang pada garis besarnya dibedakan
dalam 2 klasifikasi, yaitu fiksi dan non fiksi.

Langkah 3. Pokok bahasan 2, 3

Peserta adalah pemangku jabatan fungsional yang salah satu butir


kegiatannya adalah membuat karya tulis ilmiah. Jadi untuk memberikan
masukan pokok bahasan outline dari jenis-jenis karya tulis dan batasan isi tiap
jenis karya tulis, peserta dibagi dalam 3 kelompok untuk mendiskusikannya
dengan membedakan outline dari jenis karya tulis ilmiah, artikel, resensi dan
berita.

Setelah seluruh pokok bahasan ini disampaikan peserta diberi tugas untuk
membuat dan menilai suatu karya tulis. Tiap 2 orang peserta menilai satu
karya tulis dari jenis resensi, laporan, artikel, makalah, berita, buku panduan
text book, buku pegangan dan laporan penelitian. Pada penugasan ini peserta
diminta bila menemukan kekurangan atau kebenaran penyusunan karya tulis
disebutkan dan bagian mana kekurangannya dan bila menilai baik mengapa
saudara menilai baik. Pada langkah ini fasilitator selain memberikan
ketrampilan pada peserta juga dapat menilai kemampuan peserta setelah
mendapatkan masukan tentang jenis-jenis karya tulis dan penilaiannya.

Langkah 4. Penutup

Berdasarkan penilaian hasil penugasan fasilitator memberikan ulasan tentang


hasil tersebut dan hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam
mengenali karya tulis dan penilaiannya dengan kalimat yang relatif singkat.
Dan ulasan ini juga dapat merupakan kesimpulan dari sesi ini.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1389
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

KARYA TULIS/ILMIAH

a. Pengertian

1) Karya ilmiah adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan yang


menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik
dan benar. Fakta dapat berasal dari pengamatan, uji laboratorium, studi
pustaka, wawancara, angket. (Rosidi).

2) Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian
hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya, suatu
karangan yang disusun berdasarkan penelitian, pengamatan ataupun
peninjauan. Membahas masalah secara obyektif sesuai fakta dengan
menggunakan metode-metode ilmiah dengan bahasa yang benar, jelas,
ringkas dan kemungkinan kecil salah tafsir.

3) Karya tulis ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan


fakta dan ditulis berdasarkan pendekatan dan metode ilmiah yang
ditujukan untuk kelompok pembaca tertentu. Dikatakan ilmiah karena
memahami syarat sistematik, generalisasi, eksplanasi dan terkontrol.

4) Karya ilmiah ditulis dan disusun secara sistematis menurut aturan atau
kaidah tertentu. Karya ilmiah harus didasarkan atas proses dan hasil
berpikir ilmiah melalui penelitian. Proses berpikir ilmiah menempuh
langkah-langkah tertentu yang disangga oleh 3 unsur pokok yakni
pengajuan masalah, perumusan hipothesis dan verifikasi data; dan
hasilnya ditulis secara sistematis menurut aturan-aturan metode ilmiah
(Nana Sujana).

5) Karya ilmiah harus menggunakan bahasa ragam resmi, sederhana dan


lugas, serta selalu digunakan untuk mengacu hal yang dibicarakan
secara obyektif.

Jenis-jenis karya tulis/ilmiah:

1) Makalah

Makalah disampaikan pada kelompok tertentu dalam suatu pertemuan


ilmiah, misalnya disampaikan dalam suatu seminar, symposium,
lokakarya, konferensi maupun kongres.
Juga dapat ditulis untuk melengkapi tugas-tugas di pendidikan formal.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1390
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

2) Artikel
Artikel ditulis untuk pembaca tertentu, misalnya untuk dimuat dalam
majalah ilmiah. Bila ditujukan untuk orang awam, biasanya disajikan
secara popular dan dimuat pada surat kabar ataupun majalah.

3) Kertas Kerja
Adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di
lapangan yang bersifat empiris obyektif; analisis dalam kertas kerja
lebih serius daripada analisis dalam makalah.

4) Komentar
Karya ilmiah berupa pendapat terhadap berbagai kejadian/pernyataan,
kebijaksanaan atau fenomena yang terjadi di masyarakat.

5) Resensi
 Adalah tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau
buku.
 Tujuan resensi (Gorys Keraf) adalah menyampaikan kepada para
pembaca apakah sebuah buku atau karya tulis itu patut mendapat
sambutan dari masyarakat.

6) Skripsi, tesis dan disertasi


Ketiga jenis karangan ilmiah ini ditulis untuk memperoleh pengakuan
tingkat kesarjanaan di perguruan tinggi. Skripsi untuk memperoleh
gelar Sarjana (S1), Thesis untuk memperoleh gelar Master (S2) dan
Disertasi untuk memperoleh gelar Doktor (S3), Istilah skripsi kadung
disebut sebagai Tugas Akhir.

Skripsi
 Karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis
berdasarkan pendapat orang lain yang harus didukung oleh dan
fakta empiris obyektif.

Tesis
 Karya ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada skripsi; thesis
akan mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari
penelitian sendiri.
 Tesis memperbincangkan pengujian terhadap suatu hipothesa yang
biasanya ditulis oleh mahasiswa pasca sarjana.

Disertasi
 Adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang
dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang
sahih dengan analisis terinci; yang mana dalil tersebut harus
dipertahankan oleh penulisnya dari penguji.
 Berisi temuan penulis sendiri; biasanya orisinil.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1391
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

7) Kritik
Adalah karya ilmiah berupa telaahan, dijelaskan kelebihan dan
kekurangan dari karya tulis yang dikritik dan diikuti dengan pendapat
pengkritik.

Berisi:
 Pendahuluan (ringkasan karya tulis yang dikritik).
 Pembahasan : kelemahan dari karya ilmiah tadi dan pendapat
pengkritik.
 Kesimpulan dan Saran.

8) Studi kepustakaan
Adalah penulisan karya ilmiah berdasarkan penelitian bibliografi
secara sistematis ilmiah yang meliputi pengumpulan bahan-bahan yang
berkaitan dengan sasaran penelitian, pengorganisasian serta penyajian
data-data.

9) Modul
Adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis
sedemikian rupa, sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap
sendiri materi tersebut.

10) Laporan ilmiah


Laporan menjadi hal penting di perusahaan dan instansi pemerintah,
karena merupakan dasar bagi kegiatan selanjutnya. Laporan ada yang
ditulis dalam jangka waktu tertentu, disebut sebagai laporan periodik
dan ada yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan permintaan.

b. Penerjemahan

Salah satu kegiatan yang terdapat pada jabatan fungsional sebagai salah
satu bentuk karya tulis adalah penerjamahan. Translation atau
penerjemahan didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang
teori dan pendekatan yang berbeda. Sebagai landasan digunakan definisi
dari Catford (1965) yang menggunakan pendekatan kebahasaan dalam
melihat kegiatan penerjemahan dan mendefinisikan sebagai berikut:
mengganti bahasa teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang
sepadan dalam bahasa sasaran. Newmark (1988) mendefinisikan
penerjemahan adalah menerjemahkan makna suatu teks di dalam bahasa
lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang.

Pada kedua definisi di atas terdapat arti “mengganti” yang dimaksudkan


adalah penerjemah menyampaikan kembali isi sebuah teks dalam bahasa
lain. Penyampaian ini bukan sekedar kegiatan penggantian, karena
penerjemah melakukan komunikasi baru melalui hasil kegiatan
komunikasi yang sudah ada yakni dalam bentuk teks. Dalam komunikasi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1392
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

tersebut penerjemah melakukan upaya membangun “jembatan makna”


antara produsen teks sumber dan pembaca teks sasaran. Bila kita membaca
terjemahan akan diketahui terdapat penerjemahan sebagai kegiatan
penggantian bahasa, yang biasanya dilihat dari aspek bahasa Indonesia
terasa kaku, misalnya dalam penulisan surat dalam bahasa Inggris
pengirim suart di akhir surat penulisan : Yours Faithfully dengan nama
pengirim dibawahnya. Bila diartikan secara harfiah adalah Yours Faithfully
sama artinya “Dengan sesungguhnya”, sedangkan penerjemah lain dengan
menggunakan pendekatan “jembatan makna” Your faifhfully dimaksudkan
dalam bahasa Indonesia yang lebih lazim sebagai “Hormat saya” yang
terasa lebih enak dibaca. Penerjemahan yang terakhir sering disebut
pergeseran bentuk.

Pokok Bahasan 2.

PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

a. Prinsip-Prinsip Penulisan Karya Ilmiah

Dalam penulisan karya ilmiah beberapa prinsip yang perlu kita ketahui:

1) Etika dalam penulisan karya ilmiah

Etika bagi seorang penulis ilmiah adalah memasukkan nilai-nilai moral


dan tanggung jawab ketika menggunakan komunikasi ilmiah dengan
tujuan-tujuan mulia.

Beberapa landasan etika:


a) Penulis ilmiah harus akurat dalam menulis, penulis ilmiah harus
betul-betul seksama.
b) Penulis ilmiah harus jujur dalam menulis.
c) Penulis ilmiah harus menjunjung tinggi tanggung jawabnya; bekerja
sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
d) Penulis ilmiah tidak boleh mengganti fakta dengan dugaan.
e) Penulis ilmiah tidak boleh menyembunyikan kebenaran dengan
menggunakan dwimakna (ambiguitas).
f) Penulis ilmiah tidak boleh menggunakan ide orang lain tanpa
member keterangan secara jelas. Penulis ilmiah harus
mencantumkan sumber informasi suatu gagasan.
g) Penulis ilmiah tidak boleh melanggar hak cipta.
h) Penulis ilmiah tidak boleh berbohong dengan mengacu data
statistik. Penulis ilmiah yang memanipulasi data atau grafik,
menggunakan uji statistic secara ceroboh dan tidak tepat atau
sengaja mengubah sampel dikatakan tidak etis.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1393
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

i) Penulis ilmiah tidak boleh memasukkan dugaan pribadi dalam


laporannya. Penulis ilmiah yang kurang obyektif dalam tulisannya
disebut tidak etis.

2) Proses berpikir ilmiah

a) Berpikir deduktif
Berpikir deduktif merupakan sebagian dari berpikir ilmiah. Logika
deduktif merupakan salah satu unsur dari methode logiko
hipotetiko verifikatif, dimana kita menarik kesimpulan dari
pernyataan umum menuju pernyataan-pernyataan khusus dengan
menggunakan penalaran atas rasio. Hasil dari berpikir deduktif
dapat digunakan untuk menyusun hipotesis, jakni jawaban
sementara yang masih perlu diuji atau dibuktikan melalui proses
keilmuan selanjutnya.

b) Berpikir induktif
Proses berpikir induktif adalah kebalikan dari berpikir deduktif,
yakni pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan-pernyataan
atau fakta-fakta khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum.

Proses berpikir induktif dimulai dari fakta atau data khusus


berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman empiris.
Data dan fakta hasil pengamatan empiris disusun, diolah, dikaji,
untuk kemudian ditarik maknanya dalam bentuk pernyataan atau
kesimulan yang bersifat umum. Menaik kesimpulan umum dari
data khusus berdasarkan pengamatan tidak menggunakan rasio
atau penalaran tetapi menggunakan cara lain, yakni
menggeneralisasikan fakta melalui statistik.

c) Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiah menggabungkan berpikir deduktif dengan berpikir
induktif. Hipotesis diturunkan dari teori, kemudian diuji melalui
verifikasi data secara empiris. Pengujian dengan jalan mengumpulkan
dan menganalisa data yang relevan untuk menarik kesimpulan
apakah hipotesis benar atau tidak. Cara berpikir seperti ini disebut
metode logiko-hipotetiko-verifikatif.

Berpikir ilmiah menghasilkan metode ilmiah menempuh langkah-


langkah sebagai berikut :

(1) Merumuskan masalah


Yakni mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab.
Pertanyaan yang diajukan hendaknya mengandung banyak
kemungkinan jawabannya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1394
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

(2) Mengajukan hipotesis, yakni jawaban sementara atau dugaan


jawaban dari pertanyaan diatas. Dalam menetapkan hipotesis kita
harus berpaling kepada khasanah pengetahuan, artinya hipotesis
diturunkan dari kajian teoritis penalaran deduktif.

(3) Verifikasi data, artinya mengumpulkan data secara empiris


kemudian mengolah dan menganalisis data untuk menguji benar
tidaknya hipotesis. Hipotesis yang telah teruji merupakan jawaban
definitif dari pertanyaan yang diajukan.

(4) Menarik kesimpulan, artinya menentukan jawaban-jawaban


definitif dari setiap masalah yang diajukan atas dasar pembuktian
atau pengujian secara empiris. Hipotesis yang tak teruji
kebenarannya tetap harus disimpulkan dengan memberikan
pertimbangan dan penjelasan faktor penyebabnya.

Ada 2 faktor penyebab yang utama:


 Kesalahan verifikasi: instrument kurang tepat, sumber data
keliru, tehnik pengolahan data kurang tepat.
 Kekurang tajaman dalam menurunkan hipotesis atau
bersumber pada teori yang belum mapan.

Namun bila proses penurunan hipotesis telah terpenuhi dan


verifikasi data telah memenuhi syarat, hipotesis tetap tidak
terbukti kebenarannya dapat disimpulkan: tidak terdapat bukti-
bukti yang kuat bahwa teori yang mendukung hipotesis dapat
diaplikasikan dalam kondisi di tempat penelitian itu dilaksanakan.

3) 7 macam sikap ilmiah yang perlu dimiliki

a) Sikap ingin tahu yang diwujudkan dengan selalu bertanya tentang


berbagai hal, Apa? Mengapa ? Bagaimana kalau diganti dengan
komponen yang lain?
b) Sikap kritis direalisasikan dengan selalu mencari informasi sebanyak-
banyaknya, baik bertanya pada nara sumber yang kompeten ataupun
membaca.
c) Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan
pendapat dan argumentasi orang lain.
d) Sikap obyektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya
tanpa dibarengi oleh perasaan pribadi.
e) Sikap rela menghargai karya orang lain yang diwujudkan dengan
mengikuti dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain dan
menganggapnya sebagai karya orisinal milik pengarang aslinya.
f) Sikap berani mempertahankan kebenaran yang diwujudkan dengan
membela fakta atas hasil penelitiannya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1395
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

g) Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic yatu


berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan
membuktikannya, bahkan mampu menyusun suatu teori baru.

4) Syarat-syarat karya ilmiah

Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian
hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya.
Suatu karangan dikatakan ilmiah bila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a) Karangan ini berdasarkan hasil penelitian.
b) Pembahasan masalahnya obyektif sesuai dengan fakta.
c) Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan
pemecahannya.
d) Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah
digunakan metode tertentu.
e) Bahasa yang digunakan lengkap, terperinci, teratur dan cermat.
f) Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas dan tepat
sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir.

Melihat syarat-syarat diatas, seorang penulis karya ilmiah hendaklah


memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam bidang:
a) Masalah yang sedang diteliti.
b) Metode penelitian yang digunakan.
c) Teknis menulis karangan ilmiah.
d) Penguasaan bahasa yang baik.

b. Teknik Penulisan Karya Ilmiah

1) Tahap-tahap penulisan karya ilmiah:


a) Tahap persiapan
 Pemilihan topik/masalah dan merumuskan masalah penelitian
yang didefinisikan dengan jelas keluasan dan kedalamannya.
 Studi pustaka untuk melihat apakah sudah ada penelitian serupa
yang pernah dilakukan.
 Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah dugaan sementara
tentang suatu fenomena tertentu yang akan diteliti.
 Pembuatan kerangka penulisan.

b) Tahap pengumpulan data


Langkah pertama yang harus ditempuh dalam pengumpulan data
adalah mencari informasi dari kepustakaan mengenai hal-hal yang
ada relevansinya dengan judul garapan. Disamping itu penyusun
juga dapat memulai terjun ke lapangan: tetapi ingat sebelum terjun
mintalah izin pada tuan rumah, baik pemda ataupun perusahaan, bila
anda akan meneliti di perusahaan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1396
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

c) Tahapan pengorganisasian
Data yang sudah terkumpul diseleksi dan diorganisir, dan
digolongkan menurut jenis, sifat dan bentuknya. Data di olah dan
dianalisis dengan teknik-teknik yang sudah ditentukan. Jika
penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan
teknik statistik.

d) Tahap penyuntingan
Disini konsep diperiksa mencakup pemeriksaan isi karya ilmiahnya,
cara penyajian dan bahasa yang digunakan.

e) Tahap penyajian/pelaporan
Dalam mengetik naskah hendaknya diperhatikan segi kerapihan dan
kebersihan, perhatikan juga tata letak unsur-unsur dalam karya
ilmiah, baik di kulit luar maupun didalam (daftar isi, daftar puska,
halaman, dll).

2) Sistematika penulisan

Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata pengantar
Abstraksi
Daftar isi
Daftar tabel (bila ada)
Daftar lampiran (bila ada)

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan masalah
Tujuan penulisan
Manfaat penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Populasi dan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Prosedur Penelitian
BAB IV PEMBAHASAN
(Sub bab disesuaikan dengan butir-butir pertanyaan dalam
masalah)
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
Lampiran (instrument, paparan data, biodata dan foto)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1397
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

Bahasa dalam karya tulis ilmiah

a) Ejaan resmi karya ilmiah

Sejak tanggal 17 Agustus 1972 ejaan yang dipakai adalah Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).

Ciri-ciri EYD:
 Perubahan j, y, dj menjadi j, nj menjadi ny, ch menjadi kh, tj
menjadi c, sj menjadi sy.
 Kata ulang harus ditulis dengan tanda hubung.
 Kata majemuk ditulis terpisah tanpa tanda hubung.
 Kata ganti ku, mu, kau dan nya ditulis digabungkan dengan kata
yang mengikutinya.
 Depan did an ke ditulis terpisah.
 Kata si dan sang ditulis terpisah.
 Partikel per yang berarti tiap-tiap, mulai, demi ditulis terpisah.

b) Penulisan singkatan dan akronim

Singkatan:
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.
 Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
 Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan huruf besar dan tidak diikuti
dengan tanda titik.
 Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti
satu tanda titik.
 Lambung kimia, singkatan satuan ukruan, takaran, timbangan dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.

Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata yang diperlakukan sebagai sebagai kata.

Penulisan akronim nama diri yang merupakan gabungan huruf awal


deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf besar, misalnya : LAN,
SIM. Penulisan akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf
awal Huruf Besar, misalnya: Litbang, Bapelkes, Puskesmas, Deplu.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1398
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

Penulisan akronim, yang bukan nama diri yang berupa gabungan


huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil, misalnya: pemilu, rapim,
pimpro, tiang.

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan


syarat-syarat berikut :
 Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang
lazim pada kata Indonesia.
 Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi
vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang
lazim.

c) Penulisan angka dan lambang

 Angka digunakan untuk menyatakan lambang bilangan atau


nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka
Romawi.
 Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat,
luas dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang dan (iv) kuantitas.
 Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan,
rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
 Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat
kitab suci.
 Menulis lambang bilangan dengan huruf, misalnya: Dua puluh 20
Sepertiga 1/3
 Menulis lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
yang berikut misalnya: Hamengku Buwono I
 Menulis lambang bilangan yang mendapat akhiran - an mengikuti
cara yang berikut, misalnya : Tahun ’90 – an
 Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan
digunakan secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan.
 Penulisan lambang bilangan pada awal kalimat harus dengan
huruf.
 Penulisan angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar
dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
 Penulisan bilangan tidak perlu dengan angka dan huruf sekaligus
dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan
kuitansi.
 Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, menulisnya
harus tepat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1399
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

d) Penulisan kutipan

Menyisipkan kutipan dalam sebuah karangan ilmiah diizinkan


sepanjang mengikuti etika dan aturan yang berlaku. Tidak jarang
pendapat, konsep dan hasil penelitian dikutip kembali untuk dibahas,
ditelaah, dikritik atau diperkuat. Dengan kutipan sebuah tulisan akan
terkait dengan penemuan-penemuan atau teori – teori yang ada.
Namun perlu diingat, kita mengutip apabila diperlukan.

Kutipan langsung :
Kutipan langsung merupakan pernyataan yang kita tulis dalam
susunan kalimat aslinya tanpa mengalami perubahan sedikitpun.
Bahan yang kita kutip harus direproduksi tepat seperti apa adanya
sesuai sumber, termasuk ejaan, tanda-tanda baca dan sebagainya.

Kutipan langsung kadang-kadang memang diperlukan dengan tujuan


untuk mempertahankan keaslian pernyataan itu. Seseorang mungkin
membuat pernyataan otentik, yang bila disalin ke dalam bentuk
pernyataan yang lain akan kehilangan keotentikannya.

Kutipan langsung tidak dapat dihindari mengenai hal-hal berikut:


 Mengutip peraturan-peraturan hukum, undang-undang, anggaran
dasar, anggaran rumah tangga dan sebagainya.
 Mengutip peribahasa, sajak, dialog drama.
 Mengutip beberapa landasan pikiran yang dinyatakan dalam kata-
kata yang sudah pasti.
 Mengitup statement ilmiah dan mengutip ayat-ayat dari kita suci.

Kutipan tidak langsung :


Seorang ilmuwan dituntut untuk mampu menyatakan pendapat
orang lain dalam bahasa ilmuwan sendiri. Kutipan tidak langsung
merupakan pengungkapan kembali maksud penulis dengan kata-
katanya sendiri; jadi yang dikutip hanyalah pokok-pokok pikiran,
atau ringkasan dan kesimpulan dari sebuah tulisan, kemudian
dinyatakan dengan bahasanya sendiri.

Mengutip dari kutipan :


Mengutip dari kutipan harus dihindari, tetapi dalam keadaan
terpaksa, misalnya sulit menemukan sumber aslinya, mengutip dari
kutipan bukanlah suatu pelanggaran.
Apabila seorang penulis mengutip dari kutipan, ia harus bertanggung
jawab terhadap ketidak tepatan dan ketidak telitian kutipan yang
dikutip. Selain itu pengutip wajib mencantumkan dalam catatan kaki
bahwa itu mengutip sumber itu dari sumber lain. Kedua sumber itu
dituliskan dalam catatan kaki dengan dibubuhi keterangan “dikutip
dara”.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1400
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

3) Kesalahan-kesalahan umum dalam menulis ilmiah


a) Menulis kalimat yang tidak utuh.
b) Menulis kalimat yang rancu.
c) Kesalahan urutan kata.
d) Kesalahan pemakaian kata dan ungkapan penghubung.
e) Kesalahan pemakaian kata depan.
f) Kesalahan pemakaian bentuk kata.
g) Kesalahan penyerapan istilah.

4) Penulisan makalah ilmiah

a) Makalah hasil berpikir deduktif

Pada hakikatnya adalah tulisan yang membahas atau memecahkan


suatu masalah atas dasar kajian teori dari khazanah ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, penulis makalah harus mempelajari
terlebih dulu permasalahannya dari sudut keilmuan. Teori, konsep,
prinsip, hukum, postulat dan asumsi-asumsi dari keilmuan yang
relevan dengan masalah yang akan dibahas harus dikuasai dan
diketahui dengan baik.

Makalah terdiri dari:


 Latar belakang
 Permasalahan dan Hipotesis
 Pembahasan masalah
 Kesimpulan
 Saran
 Daftar pustaka

b) Makalah hasil berpikir induktif

Makalah yang dibuat atas dasar berpikir induktif dilakukan melalui


pendeskripsian gejala dan peristiwa berdasarkan pengamatan di
lapangan. Apa yang ditulis adalah fakta, gejala atau keadilan yang
diamatinya di lapangan, kemudian diberi komentar dan pembahasan
berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan hal yang diamatinya.

Sistematika makalah sebagai berikut :


 Judul
 Latar belakang
 Permasalahan
 Kesimpulan
 Saran
 Daftar pustaka

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1401
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

c) Makalah hasil berpikir ilmiah

Makalah hasil berpikir ilmiah adalah tulisan yang memaparkan


proses dan hasil penelitian. Dengan demikian makalah berupa
rangkuman suatu laporan hasil penelitian atau rangkuman skripsi,
tesis, disertasi ditambah komentar-komentar penulis makalah, baik
terhadap metodologi yang digunakan maupun terhadap hasil yang
diperolehnya. Makalah ini bisa berupa rangkuman laporan hasil
penelitian sendiri, bisa pula dari laporan hasil penelitian orang lain.

Sistematika makalah:
 Judul
 Kata pengantar (ditulis oleh penyusun makalah)
 Permasalahan
 Kerangka pemikiran dan hipotesis
 Metodologi penelitian
 Hasil-hasil penelitian
 Kesimpulan dan saran
 Pembahasan kajian penulis makalah terhadap proses dan hasil-
hasil penelitian yang dirangkumkan di atas.
Kajian dapat mengemukakan beberapa kelemahan dan
keuntungan temuan dari penelitian ini, kemungkinan
pemanfaatannya, keterbatasannya, masalah yang muncul untuk
dikaji dan diteliti lebih lanjut.
 Daftar pustaka

Pokok Bahasan 3.

TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS

Strategi pemilihan topik, pembahasan topik dan judul karya tulis / ilmiah

1) Pemilihan Topik

Dalam pemilihan topik, Keraf menyatakan, penyusun karya ilmiah lebih bak
menulis sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang
benar-benar diketahui.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan :


 Topik yang dipilih berada disekitar kita, baik disekitar pengalaman kita
maupun pengetahuan yang kita kuasai.
 Topik yang dipilih hendaknya yang paling menarik perhatian kita.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1402
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

 Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan
terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret anda pada
pengumpulan informasi yang beraneka ragam.
 Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik
yang bersifat subyektif, seperti kesenangan atau angan-angan anda.
 Topik yang dipilih harus anda ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya
walaupun serba sedikit. Artinya topik yang dipilih jangan hal baru bagi
anda.
 Topik yang dipilih harus memilih sumber acuan, memiliki bahasa
kepustakaan yang akan memberikan informasi tentang pokok masalah
yang akan ditulis. Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah,
surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web atau undang-undang.

2) Pembahasan Topik

Pembahasan topik di sini ditekankan pada pembatasan topik. Jika topik


sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk, uji sekali lagi
apakah topik itu sudah cukup sempit dan terbatas atau masih terlalu umum
dan mengambang. Teknik membatasi topik dapat dilakukan dengan
pembuatan bagan pembatasan topik.

Topik yang anda pilih ditempatkan pada puncuk bagan, kemudian tariklah
cabang-cabang ke bawah untuk menempatkan nama kota tempat masalah
akan digarap, seperti Jakarta, Medan, Bandung dst. Tariklah lagi ranting dari
nama kota yang Anda ketahui.

Kalau pilihan Anda jatuh ke Bapelkes Cilandak, pikirkan hal apa yang lebih
menarik perhatian Anda, apakah segi kualitas dan kuantitas kamar tidur
atau resepsionis atau segi manajemen pelatihannya atau lainnya?
Tariklah lagi garis anak-anak ranting ke bawah untuk menempatkan hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan Bapelkes Cilandak. Jika pilihan Anda
difokuskan ke masalah resepsionis, pikirkan kembali apakah hal itu sudah
cukup spesifik. Bila masih terlalu umum, rincilah lagi. Dengan demikian
anda mempunyai suatu topik yang betul-betul khusus, spesifik dan sesuai
dengan minat dan pengetahuan Anda.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1403
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

Bapelkes

Cilandak Ciloto Lemah Abang

Kamar tidur Resepsionis Pelatihan

Pelat. Teknis Penjenjangan

Prajabatan

Pim

3) Judul Karya Ilmiah

Judul karya ilmiah yang baik mempunyai ciri-ciri:


 Bersifat langsung, cakupannya terbatas.
 Mencerminkan isi.
 Mencakup permasalahan atau variable yang akan diuraikan.
 Dapat mempunyai sub judul (anak judul).
 Singkat, menarik dan jelas.
 Berbentuk frase, bukan berbentuk kalimat.
 Ditulis dengan huruf capital seluruhnya atau capital di setiap awal kata,
kecuali kata depan dan tanpa tanda titik.

Sebelum memperoleh judul yang tepat, kita dapat membuat beberapa judul
tentative sampai kita menemukan judul yang paling sesuai dengan topik
yang kita bahas.

Contoh :
Kesalahan Bahasa Penyiar di Stasiun RCTI (judul)
Bahasa Indonesia Penyiar di Stasiun RCTI (judul) : Perlukah dibenahi? (sub
judul)

Penutup
Seorang pemangku jabatan fungsional kesehatan dituntut untuk mahir
menulis karya ilmiah. Tak dapat disangkal kemahiran ini haruslah didasari
oleh pengetahuan tentang karya ilmiah itu sendiri dan kerajinannya berlatih
menulis.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1404
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

Dalam modul ini dijelaskan beberapa pengertian tentang karya ilmiah, jenis
karya ilmiah, prinsip penulisan dan strategi pemilihan judul. Juga dijelaskan
bagaimana menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan etika penulisan.
Pemilihan judul menjadi penting, karena judul yang kurang greget
menyebabkan tak seorangpun berminat untuk membacanya.

Modul ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran sangat kami harapkan
agar modul ini dapat menjadi bahan belajar yang bermanfaat.

VIII.REFERENSI

1. Arifin, Zaenal, E., 2006, Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, PT Grasindo,


Jakarta.
2. Hariwijaya dan Triton P.B., 2007, Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis, Oryza,
Yogyakarta.
3. Hariwijaya, M., 2006, Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah, Citra Pustaka,
Yogyakarta.
4. Imron Rosidi, 2005, Ayo, Senang Menulis Karya Tulis Ilmiah, Media Pustaka,
Jakarta.
5. Pusdiklat, 2001, Kumpulan Makalah Pelatihan Karya Tulis Ilmiah, Jakarta.
6. Sujana, Nana, 2001, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru
Algensindo, Bandung

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1405
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

IX. LAMPIRAN

KIAT-KIAT PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL


ILMIAH INTERNASIONAL

Pendahuluan

Penulisan artikel ilmiah dalam jurnal internasional sebenarnya tidak jauh


berbeda dengan penulisan artikel ilmiah pada jurnal nasional maupun lokal.
Namun barangkali ada sedikit perbedaan yang perlu disampaikan yang akan
diuraikan pada makalah ini. Salah satu kriteria artikel ilmiah bertaraf
internasional adalah bahwa artikel ilmiah tersebut haruslah diminati oleh
dunia internasional. Jadi sifatnya universal. Hanya jurnal-jurnal ilmiah pada
bidang tertentu saja (bahasa, budaya, dll) yang dapat memuat tentang artikel
ilmiah berskala lokal kedaerahan.

Ciri utama jurnal bertaraf internasional adalah menggunakan bahasa


internasional, “editorial boards”-nya berasal dari berbagai negara atau paling
sedikit mempunyai “consulting editor” dan “reviewer dari berbagai negara
serta peredaran jurnal sangat luas di berbagai negara. Namun, sebuah jurnal
berskala internasional tidak harus memenuhi semua kriteria tersebut di atas.
Kriteria utama jurnal berskala internasional adalah bahwa jurnal tersebut
diakui mutunya dan menjadi referensi para ilmuwan internasional. Semakin
banyak dan sering ilmuwan internasional menyitasi isi jurnal bagi keperluan
tulisan ilmiah internasional maka semakin baik mutu jurnal yang
bersangkutan. Jadi, jurnal yang berbahasa Inggris tidak otomatis menjadi
jurnal internasional.

Mempublikasikan artikel ilmiah pada jurnal bertaraf internasional mempunyai


beberapa manfaat antara lain artikel ilmiah sebagai hasil kegiatan penelitian
kita dapat dibaca oleh para ahli di seluruh dunia, yang dapat membawa nama
kita pribadi dan institusi menjadi harum. Selain itu, berdasarkan peraturan
baru tentang persyaratan kenaikan pangkat dan jabatan dosen, publikasi
ilmiah internasional mendapat angka kredit yang besar yaitu 40. DIKTI
melalui proyek URGE di masa lalu menyediakan hadiah sebesar sepuluh juta
rupiah bagi para penulis yang mampu menerbitkan artikel ilmiah pada jurnal
internasional yang berkualitas.

1. Beberapa Definisi

a. Buku adalah terbitan tercetak tak berkala yang paling sedikit terdiri
atas 49 halaman dan terjahit pada satu sisinya serta terlindung dalam
sampul sehingga merupakan satu jilid.
b. Pamflet adalah terbitan tercetak tak berkala yang paling sedikit terdiri
atas 5 tetapi tidak lebih dari 48 halaman.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1406
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

c. Berkala adalah terbitan dengan judul khas yang muncul secara teratur
(mingguan, bulanan, triwulanan, tahunan) atau tidak teratur untuk
rentang waktu tak terbatas.
d. Majalah (magazine) adalah terbitan berkala yang bukan harian, setiap
keluar diberi berhalaman terpisah, biasanya diidentifikasikan dengan
tanggal dan bukan dengan nomor berseri.
e. Jurnal (journal) adalah berkala berbentuk pamflet berseri berisi bahan
yang sangat diminati orang saat diterbitkan.
f. Buletin (bulletin) adalah berkala resmi yang dikeluarkan lembaga atau
organisasi profesi ilmiah serta memuat berita, hasil, dan laporan
kegiatan dalam suatu bidang.
g. Warkat warta (newsletter) adalah terbitan pendek berisi berita, termasuk
kemajuan keilmuah yang berisi catatan singkat yang mengutarakan
materi secara umum dan tidak mendalam.
h. Risalah (proceeding) berisi catatan jalan pertemuan, beserta pembahasan
yang terjadi, dan transaksi yang mumuat makalah yang dibacakan
dalam pertemuan ilmiah termaksud.
i. Majalah teknis ilmiah adalah berkala ilmiah yang berisi laporan hasil
dan temuan baru penelitian.
j. Berkala semi ilmiah adalah majalah sekunder yang memuat tulisan
teknis dengan cakupan yang bersifat ensiklopedia dan ditujukan buat
kalangan terpelajar yang buka ahli dalam bidang termaksud.
k. Berkala penyari (abstracting journal) adalah berkala sekunder yang
hanya berisikan abstrak atau ringkasan majalah primer.
l. Berkala tinjauan (review journal) adalah berkala yang memuat
pembahasan berbagai artikel ilmiah sejenis untuk memberikan
gambaran kemajuan menyeluruh suatu topik.
m. Majalah populer adalah berkala yang berisi tulisan ilmiah untuk orang
awam.

Artikel dalam sebuah jurnal dapat dibagi menurut jenisnya yaitu artikel
asli (original papers atau regular papers), artikel tinjauan (review papers),
catatan penelitian (research note) dan surat pembaca (letter to the editor).

Artikel asli biasanya merupakan artikel ilmiah hasil penelitian, atau dapat
berupa konsep-konsep asli yang dikembangkan dari artikel-artikel ilmiah
yang dipublikasikan. Artikel tinjauan biasanya merupakan artikel ilmiah
yang disusun berdasarkan telaah pustaka. Artikel tinjauan biasanya ditulis
oleh para pakar atas permintaan editor. Catatan penelitian merupakan
laporan ringkas tentang penelitian yang secara ilmiah sangat penting
untuk segera dipublikasikan. Surat pembaca biasanya merupakan
komentar yang membangun terhadap artikel-artikel yang dipublikasikan
dalam suatu jurnal. Penulis dapat memberikan jawaban atau penjelasan
atas komentar pembaca.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1407
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

2. Pemilihan Jurnal Ilmiah

Setelah selesai melakukan penelitian, maka seorang peneliti harus dapat


menentukan derajat keaslian sumbangan ilmiahnya, dapat menentukan
keterkaitan dan ruang lingkup disiplin ilmu yang tertarik akan hasilnya,
serta macam masyarakat ilmiah yang berminat akan simpulan yang
dihasilkan.

Macam media mana yang dipilih untuk menerbitkan temuan ilmiah


tersebut harus sudah ditentukan dengan baik sebelum naskah ditulis. Cara
yang paling sederhana adalah pergi keperpustakaan untuk mendapatkan
jurnal ilmiah yang sesuai dengan bidang ilmu kita. Pertama-tama kita baca
keterangan dalam halaman dalam depan atau belakang atau dalam
Instuction for Authors tentang cakupan bidang ilmu yang sesuai dengan
jurnal tersebut. Jika di perpustakaan tidak ada, maka dapat berkonsultasi
dengan kolega kita di lembaga lain untuk membicarakan ke jurnal mana
artikel tersebut paling tepat dikirim. Survey mengenai jurnal ilmiah juga
dapat dilakukan melalui internet.

Seorang pemula mungkin akan mengalami kesulitan untuk memilih jurnal


yang tepat jika tersedia banyak pilihan. Sebagai patokan mulailah
mempertimbangkan kemungkinan untuk memasukkannya ke dalam
berkala superspesialis. Jika setelah dinilai belum cukup mendalam, maka
lanjutkan penjajakan ke berkala spesialis cabang ilmu yang melingkupinya.
Sebagai alternatif terakhir baru kemudian persiapkan artikel untuk berkala
bidang ilmunya.

Dianjurkan untuk tidak menerbitkan hasil temuan kita pada majalah atau
jurnal yang merupakan bunga rampai bermacam ilmu. Berkala seperti ini
tidak akan sampai ke tangan ilmuwan sebidang.

3. Instruction for Authors

Setelah diperoleh jurnal yang tepat, segera simaklah gaya penyajiannya


dengan membaca beberapa tulisan yang dimuat dalam nomor-nomor atau
jilid terakhir. Perhatikan pula tentang “Objective of the Journal” yang
biasanya memuat tentang cakupan bidang ilmu yang diutamakan, jenis
karya tulis yang diminta (artikel asli saja, artikel tinjauan saja, atau kedua-
duanya). Setelah itu pelajari Instruction for Authors pada jurnal tersebut.

Pemunculan “Instruction for authors” untuk setiap jurnal berbeda-beda. Jika


pedoman tersebut pendek biasanya ditulis pada setiap satu nomor
penerbitan jurnal. Akan tetapi jika panjang biasanya ditulis sekali dalam
satu tahun, bisa pada awal tahun atau akhir tahun. Jika tidak dapat
diperoleh di perpustakaan maka kita dapat mengirim surat ke Editor in
Chief atau Technical Editor untuk mendapatkannya.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1408
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

4. Penulisan Artikel

Kita harus membaca pedoman penulisan artikel dengan hati-hati agar


tidak terjadi kesalahan. Memang derajat pedoman tersebut berbeda-beda
pada setiap jurnal dari yang hanya garis besar saja sampai dengan yang
sangat rinci.

Informasi umum yang diberikan dalam panduan penulisan itu adalah


format penulisan (ukuran dan jenis kertas, spasi, penomoran halaman,
jumlah baris per halaman, margin dan penomoran setiap baris tulisan),
penulisan title page (judul artikel, penulis berserta alamatnya, alamat
korespondensi dan permintaan reprint), penulisan badan artikel.

Kita harus memperhatikan format pada jurnal terpilih. Sering terjadi editor
menolak suatu artikel ilmiah dikarenakan tulisan tersebut tidak memenuhi
persyaratan format yang telah ditentukan. Oleh sebab itu format harus
dicermati.
Hal yang pertama yang harus diperhatikan adalah ukuran dan jenis kertas.
Pada umumnya ukuran yang digunakan adalah A4 atau letter dengan
berat 80 gram. Setelah itu perhatikan ukuran spasi (biasanya 2 spasi),
ukuran marjin kiri, kanan, atas dan bawah (bervariasi tergantung jurnal),
ukuran font (paling sedikit 10 point), petunuk penomoran halaman (atas
atau bawah, kanan, tengah atau bawah), batas jumlah halaman yang
diijinkan, jumlah baris per halaman (biasanya 20-25 baris). Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa setiap baris pada setiap halaman diberi
penomoran pada sisi kiri kertas. Penomoran baris sangat penting sebagai
rujukan bagi reviewer atau editor serta penulis pada waktu memberi
jawaban atas ulasan yang diberikan oleh reviewer. Selain itu, perlu
diperhatikan boleh tidaknya pemenggalan kata dan penggunaan right
justification. Kadang sebuah jurnal juga menentukan jenis huruf yang
digunakan.

4.1. Penulisan Title Page

Pada tittle page (lihat lampiran 2) biasaya ditulis judul artikel, nama
penulis dan alamat lembaga dimana penelitian itu dilakukan, dan
alamat penulis korespondensi. Umumnya Running head little yaitu
judul artikel dalam bentuk singkat (yang nantinya akan muncul pada
halaman tertentu pada artikel yang telah dicetak bersama dengan
nama penulis) juga dicantumkan pada halaman judul ini. Cara
penulisan halaman judul ini untuk setiap jurnal berbeda-beda.

Pada halaman judul ini perlu diperhatikan apakah judul ditulis tebal,
miring, huruf kapital atau huruf kecil. Secara umum judul ditulis
paling atas dan di tengah-tengah. Ada jurnal yang menentukan judul
dicetak tebal, nama penulis dan alamat dicetak miring. Selain itu,
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1409
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

perlu diperhatikan penggunaan ukuran huruf. Justifikasi judul, nama


penulis dan alamat juga perlu diperhatikan.

Alamat penulis dalam jurnal bertaraf internasional adalah lembaga


yang betul-betul memberi sumbangan dan ikut ambil bagian dalam
penelitian. Sebagai contoh, seorang dosen melanjutkan pendidikan S3
di Universitas Andalas. Setelah lulus ia pulang kembali ke institusi
dimana ia bekerja. Jika ia mempublikasikan hasil penelitiannya, maka
alamat penulis adalah Universitas Andalas. Penulis dapat
mencantumkan alamat sekarang (alamat dimana ia bekerja) pada
catatan kaki.

Judul biasanya diminta sesingkat mungkin tetapi mencerminkan isi


dari artikel ilmiah termaksud. Singkatan biasanya tidak dianjurkan
dalam judul. Jumlah huruf pada running head bervariasi (biasanya
tidak lebih dari 55 huruf ).

Nama penulis yang dicantumkan biasanya yang benar-benar


memberikan kontribusi pada penelitian tersebut. Memang tidak ada
patokan yang berlaku. Bisa saja, pencantuman nama penulis
tergantung pada kesepakatan di antara penulis. Jika penulis lebih dari
satu, maka cantumkan penulis yang bertanggungjawab dalam surat-
menyurat. Biasanya penulis atau peneliti senior. Peneliti senior tidak
harus sebagai penulis utama.

4.2. Abstract dan Keywords

Format abstrak juga bervariasi, sehingga kita harus benar-benar teliti


membaca pedoman penulisan pada jurnal tersebut yang meliputi
format (kapital atau tebal, center atau pada baris baru yang diikuti
oleh kalimat pertama abstrak, spasi). Pada umumnya, jurnal meminta
abstrak ditulis pada halaman terpisah. Untuk mempermudah,
sebaiknya kita memperhatikan contoh artikel terbaru.

Secara umum, abstrak ditulis dalam satu paragraf yang berisi tujuan
penelitian, materi dan metodologi penelitian, hasil utama penelitian,
kesimpulan dan kata kunci (key words). Jika artikel tersebut berupa
tinjauan pustaka, abstrak berisi tentang latar belakang, hasil utama
berupa temuan teoritik, kesimpulan dan kata kunci. Pada abstrak
biasanya tidak terdapat pembahasan, tabel, pustaka, sitasi, dan
gambar. Singkatan biasanya diperbolehkan dalam abstrak.

Abstrak inilah yang biasanya digunakan dalam abstracting yang akan


disebarluaskan baik secara elektronik maupun cetak. Oleh sebab itu
kita harus mampu mengungkapkan hasil penelitian kita secara
menyeluruh sehingga pembaca bisa menangkap isi artikel tanpa
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1410
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

harus mengacu ke artikel yang lengkap. Pembaca yang tertarik


biasanya akan mencari artikel lengkapnya.

Jumlah kata maksimum dalam abstract umumnya dibatasi antara 100


dan 250 kata. Namun ada juga jurnal yang memberi batasan sampai
dengan 400 kata. Satu kata ditetapkan sebagai kumpulan karakter
yang diapit oleh space. Abstract ditulis dengan kalimat past tense,
dan umumnya tidak diperkenankan lagi mengulangi judul artikel
dalam isi abstract. Abstract biasanya akan ditutup dengan kata kunci
(keywords).

Kata kunci sangat penting dalam pengideksan artikel. Jika pembaca


ingin mencari artikel dengan kata kunci, maka salah satu kata kunci
yang kita tulis akan bisa membuka artikel tersebut. Oleh sebab itu,
kita harus memilih kata kunci yang paling baik mewakili topik yang
dibahas. Jumlah kata kunci bervariasi dari 3 – 6. Tata cara penulisan
keywords bervariasi. Ada jurnal yang menuliskan kata kunci
berdasarkan urutan abjad. Ada juga yang berdasarkan urutan dimulai
dari kata kunci spesifik sampai dengan kata kunci umum atau
sebaliknya. Ada juga yang dimulai dari kata kunci yang paling
penting sampai dengan yang kurang penting atau sebaliknya. Lihat
contoh abstract pada lampiran 3.

4.3. Introduction

Bagian ini mengandung isi sebagai pengantar yang berisi justifikasi


penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian. Jika artikel berupa tinjauan
pustaka, maka pendahuluan berisi latar belakang yang memuat
tentang pentingnya “permasalahan” tersebut diangkat, hipotesis (jika
ada) dan tujuan penulisan artikel. Pada bagian ini pustaka hanya
dibatasi pada hal-hal yang paling penting. Perlu diperhatikan metode
penulisan pustaka rujukan sesuai dengan contoh artikel atau
ketentuan dalam Instruction for authors. Jumlah kata dalam bagian ini
juga kadang dibatasi jumlah katanya. Ada juga jurnal yang
membatasi jumlah referensi yang dapat disitir pada pendahuluan,
tidak lebih dari tiga pustaka. Tidak dibenarkan membahas secara luas
pustaka yang relevan pada pendahuluan. Pada sebagian besar jurnal
Introduction ditulis dalam kalimat present tense. Perlu diperhatikan
apakah “introduction” ditulis segera setelah abstract, atau harus pada
halaman baru.

4.4. Materials and Methods

Bagian ini bisa dibagi menjadi beberapa subheading untuk lebih rapi.
Dalam bagian ini umumnya tidak dibatasi jumlah kata atau panjang
tulisan, sehingga kita akan lebih leluasa menjelaskan materi dan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1411
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

metodologi yang digunakan. Perlu diketahui bahwa para reviewer


akan banyak menekankan pemeriksaan pada materi dan metode ini.
Karena, kevalidan hasil yang kita peroleh ditentukan oleh
penggunaan materi dan pendekatan metodologi yang digunakan.
Oleh sebab itu, kita harus menulis secara lengkap jenis materi dan
metodologi yang kita lakukan dalam penelitian, sehingga reviewer
bisa memahami prosedur yang digunakan dalam penelitian.

Dalam bagian ini kita bisa menyajikan tabel, skema atau gambar
untuk memperjelas dan meringkas informasi yang akan ditulis.
Bagian ini ditulis dengan kalimat past tense.

Jika kita merujuk metode dari hasil penelitian orang lain, maka kita
tidak perlu menuliskannya secara mendalam. Cukup ditulis bahwa
pengukuran “apa” menggunakan metode “siapa”.

Contoh :
a. Dry matter, crude protein and total ash were determined
according to AOAC (1990).
b. Neutral detergent fiber, acid detergent fiber, acid detergent lignin
and hemicellulose were determined as described by Van Soest et
al. (1991).

Hal ini juga berlaku bagi model analisis statistik. Kita tidak perlu
mencantumkan model matematikanya.

Contoh:
The effect of two season i.e. spring and winter on the nutrient
composition and in situ DMD was analysed using a t-test (Steel and
Torrie, 1980).

Dalam artikel tinjauan, biasanya tidak dicantumkan materi dan


metode penulisan yang digunakan.

4.5. Results and Discussion

Setiap jurnal mempunyai pola yang baku atau yang fleksibel dalam
bagian ini. Ada jurnal yang memisahkan Results dari Discussion, atau
menyatukannya, dan ada pula yang menyerahkannya kepada penulis
sesuai dengan kenyamanan dalam penyajiannya.

Jika Results terpisah, bagian ini hanya menyajikan hasil penelitian


tanpa membahasnya. Keuntungan cara ini adalah pembahasan bisa
lebih terarah dan menyeluruh karena bisa membahas variabel atau
parameter yang saling berhubungan sekaligus. Keburukannya adalah
bahwa dalam membahas kita cenderung memulai lagi sedikit dengan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1412
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

hasil, sehingga akan mengulang lagi apa yang sudah disajikan dalam
hasil.

Jika results digabung dengan discussion, pembahasan bisa langsung


mengikuti penyajian hasil. Keuntungan cara ini adalah setiap hasil
langsung dibahas, sehingga tidak perlu menyinggung lagi jika
membahasnya. Keburukannya adalah kita cenderung mengulang
pembahasan yang saling berkaitan. Namun untuk menulis pada salah
satu cara di atas kita bisa menggunakan teknik yang baik sehingga
penyajian hasil dan pembahasan bisa lebih menarik.

Dalam penyajian results ungkapkan hasil yang diperoleh secara jelas


dan lugas tanpa komentar. Pembaca diundang untuk mengambil
kesimpulannya sendiri, kemudian membandingkannya dengan
pernyataan penulis setelah pembaca sampai pada bagian discussion.
Sajikan data terpilih dengan ringkas. Pada tahap ini, penulis
sebaiknya membentuk argumen yang akan menjadi tulang punggung
discussion. Dengan demikian, hal-hal pokok dalam results perlu diberi
penekanan. Pada bagian results, biasanya digunakan kalimat past
tense yang sederhana. Untuk penyajian data yang sederhana gunakan
tabel. Untuk data yang rumit dan banyak gunakan gambar. Tidak
dibenarkan menyajikan gambar dari tabel yang telah disajikan.
Rataan angka yang disajikan dalam tabel dan gambar pada sebagian
besar jurnal internasional disertai oleh ukuran penyebaran seperti SD,
SE. Results harus ditulis secara sistematis. Kita tulis hasil mulai dari
hasil utama baru diikuti oleh data atau hasil pendukungnya atau
sebaliknya, dari data pendukung baru ke hasil utamanya.

Pada umumnya jurnal internasional tidak menginginkan bahasa


statistik ditulis dalam teks hasil. Sebagai contoh kalimat “Body weight
was significantly affected by treatments (P<0,01)” adalah kalimat
statistik, yang sangat sulit dipahami oleh pembaca. Oleh sebab itu
sebaiknya tulis saja secara langsung, misalnya “Probiotik
supplementation at level of 1% significantly increased body weight of
broiler chickens (P<0,01)”.

Dalam bagian discussion yang perlu kita bahas adalah hasil tersebut
apakah menerima atau menolak hipotesis yang kita kemukakan. Jadi
disini dibahas kenapa hipotesis diterima atau ditolak. Biasanya
discussion akan ditutup dengan kesimpulan jika tidak ada heading
khusus untuk kesimpulan.

Agar discussion menarik untuk dibaca, maka mulailah dengan kata-


kata kunci. Demikian pula setiap paragraf sebaiknya dibuka dengan
kalimat topik yang membawa gambaran jelas kepada pembaca.
Sebaiknya discussion dirancang dengan argumen yang kuat. Ini akan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1413
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

memberikan kesempatan kepada penulis untuk merangsang minat


pembaca, sehingga pembaca tertarik untuk membaca seluruh artikel.
Spekulasi dapat dibenarkan dalam discussion sepanjang didukung
oleh argumen yang kuat.

Kutipan dalam discussion sangat penting untuk memperkuat


argumentasi penulis. Kutipan harus memberikan informasi yang
benar. Hal ini sangat penting bagi pembaca yang ingin mengikuti
argumen penulis dengan seksama, agar dengan tepat menemukan
apa yang dicarinya dalam artikel asli sesuai dengan pengarahan
penulis.

Acuan mempunyai banyak kegunaan, antara lain dapat dijadikan


otoritas tertinggi yang menjadi dasar argumen. Acuan dapat menjadi
otoritas sementara yang keabsahannya menjadi tantangan pembaca,
atau bahkan ternyata salah sama sekali. Mungkin saja penulis dapat
memberikan penekanan pada waktu penulisan kutipan dalam teks.
Perhatikan beberapa pernyataan berikut:

“Semua bakteri aerobil peka terhadap umtomycin (Burhan, 1979).”


Pernyataan ini menyiratkan bahwa konsep tersebut dapat diterima.
Burhan adalah orang pertama yang mengemukakan, dan penulis
menyetujuinya.

“Burhan (1979) menemukan bahwa semua bakteri aerobik peka


terhadap umptomycin.”
Pernyataan ini menyiratkan konsep yang kurang dikenal, Burhan
yang menyimpulkan, dan penulis setuju dengan pendapatnya.

Burhan (1979) menyatakan bahwa semua bakteri aerobik peka


terhadap umptomycin.”
Dalam kalimat ini tersirat bahwa pendapat Burhan mungkin
bertentangan dengan pendapat umum, dan penulis untuk sementara
tidak menentukan pilihan dalam masalah ini.

4.6. Conclusion atau Implication atau Summary

Dalam conclusion sarikan apa yang menjadi hasil utama penelitian


(menolak atau menerima hipotesis) dalam kalimat yang sederhana.
Hindari kalimat berbau statistik. Conclusion disusun berdasarkan
fakta yang ditemukan dalam penelitian.

Beberapa contoh conclusion


a. Basing on the quality and quality of meat and wool produced it
may be concluded that CSM may serve as suitable substitute to

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1414
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

replace at least 50% of costly and scarce DPNM in the diets of


growing lambs reared for meat and wool production.
b. It can be concluded that both Jackfruit and Flemingia are potential
supplements for goats fed grasses and CWSC.
Implikasi penelitian ditulis untuk memperjelas manfaat atau
sumbangan yang dihasilkan dari penelitian. Saran penelitian lebih
lanjut dapat dikemukakan pada bagian ini.

Beberapa contoh implications :

a. The results of both experiments suggest that this carbohydrate by-


product can replace at least 50% of the total lactose in phase I and
phase II diets without having a detrimental effect on pig
performance. This by-product may be an economical alternative to
lactose in starter pig diets.
b. Supplementing Phytezyme to an corn-wheat-soybean meal diet for
growing pigs increased growth performance and nutrient
digestibility. The present experiment demontrates the potential for
complete replacement of inorganic phosphorus addition by
Phytezyme to maximize performance and nutrient availability.
c. Extrusion cooking would be a way to improve the stability of rice
bran. Feeding rancid rice bran gives negative effects on growth
performance and pork quality in growing-finishing pigs.
Therefore, it is very important to use rice bran as a feed ingredient
when it is fresh or stabilized.

4.7. Acknowledgement

Ucapan terima kasih biasanya ditempatkan pada akhir tulisan


sebelum daftar pustaka. Biasanya yang perlu disebutkan adalah
penyandang dana. Berikan nomor kontraknya jika ada, karena ini
juga nanti sebagai dokumentasi bagi pemberi dana bahwa penelitian
yang dibiayai telah dipublikasikan di tingkat internasional.

Ucapan terimakasih juga dapat diberikan kepada perorangan,


lembaga atau kelompok yang telah memberi bantuan teknis dan
saran. Ucapan terimakasih sebaiknya ditulis dengan sederhana.

Beberapa contoh acknowledgments.

1) This study was supported by a research grant for food and meat
products from the Ito Memorial Research Foundation, Tokyo,
Japan. We also thank the Livestock Improvement Association of
Miyazaki Prefecture, and Miyazaki Prefectural Meat Inspection
Center of Miyakonojo-Devision, for providing frozen semen and
the ovaries.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1415
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

2) This work was supported in part by a grant from the Council of


Agriculture, Executive Yuan [#81 Rural Restruction-12.1-AID-
67(43)].
3) The autrhors thank Dr. D. H. Min in Michigan State University and
Prof. L. D. Muller in Pennsylvania State University for advice in
writing of this manuscript. This study was supported in part by
Kangwon National University.
4) This work was supported in part by a grant from the Korea Science
and Enginering Foundation (KOSEF 951-0607-011-2) to YSK.
5) The authors would like to thank the National Science Council of
the Republic of China for financial support of this experiment
under Contract No. NSC 84-2321-B-021-010.

4.8. References

Penulisan daftar pustaka bervariasi tergantung kepada format setiap


jurnal. Untuk itu, kita harus mengacu kepada pedoman penulisan
pada jurnal tersebut. Secara umum, penyusunan daftar pustaka terdiri
atas dua jenis, yaitu dengan cara penomoran dan penyusunan secara
alfabetis.

Daftar pustaka yang digunakan diutamakan dari artikel-artikel yang


telah dipublikasikan secara internasional. Daftar pustaka dari
publikasi nasional dapat digunakan pada jumlah terbatas. Tesis dan
disertasi dapat pula digunakan sebagai daftar pustaka. Kadang
subuah artikel ditolak karena daftar pustaka hanya berasal dari hasil
penelitian yang tidak dipublikasikan, seperti misalnya laporan
penelitian, atau hanya berasal dari publikasi lokal.

4.9. Penulisan Tabel

Dalam penerbitan jurnal internasional, tabel selalu ditulis dalam


halaman terpisah dari teks, biasanya setelah daftar pustaka. Tabel
diberi nomor urut mengikuti angka arab, dan setiap tabel diketik
dalam halaman terpisah. Sebelum membuat tabel perhatikan dulu
format yang ada pada contoh artikel terbaru.

Umumnya garis horisontal sepanjang halaman yang diperbolehkan


hanya tiga, yaitu pada bagian atas (judul kolom) dan satu pada
penutup tabel. Garis vertikal sama sekali tidak diperbolehkan.

Judul tabel biasanya ditempatkan di atas tabel. Perhatian format


penulisan judul tabel. Sistem penulisan satuan variabel yang
ditabulasikan juga perlu diperhatikan dengan cermat.
Syarat yang selalu ditekankan dalam pembuatan tabel adalah bahwa
pembaca bisa memahami dan menginterpretasikan tabel itu sendiri
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1416
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

tanpa harus membaca teks. Susunlah data pada tabel sesuai dengan
urutan penyajian dan pembahasan dalam teks. Kelompokkan data
sejenis dalam satu tabel.

4.10. Figure Legends atau Judul Gambar

Biasanya judul gambar dilampirkan setelah tabel. Tuliskan judul


gambar dalam halaman terpisah dari gambarnya. Jika ada beberapa
gambar, bisa diberi nomor dan judulnya dan mengetiknya dalam satu
halaman. Perhatikan format penulisan judul gambar pada artikel
contoh.

4.11. Figure

Gambar digunakan untuk menyajikan data yang sangat banyak.


Setiap gambar dicetak pada halaman terpisah. Untuk tidak
membingunkan, tuliskan nomor gambar dan nama penulis dibalik
(halaman belakang) gambar tersebut. Selain itu, untuk gambar yang
tidak langsung kelihatan mana bawah dan atas, harus ditunjukkan di
margin gambar tersebut dengan pensil. Karena gambar tidak disertai
dengan judulnya, jangan sampai salah memberikan nomor di
belakang gambar atau salah mengurutnya dalam teks.

5. Pengiriman Artikel

Setelah artikel selesai ditulis dengan baik, sekali lagi periksa kelengkapan
dan kesesuaian dengan format. Yang penting diperhatikan adalah aturan
bahasa yang digunakan apakah sudah sesuai, dan apakah ejaaannya benar.
Jika perlu, sebelum kita mengirimkan naskah tersebut ke jurnal yang
dituju, ada baiknya kita mintakan kolega kita di dalam dan di luar negeri
untuk membacanya dan memberikan komentar.

Pada sebagian besar jurnal internasional, penulis yang bukan “native


speaker” biasanya disarankan agar naskahnya dikoreksi pemakaian
bahasanya oleh “native speaker”. Hal ini untuk menghindari pemakaian
bahasa asing yang tidak standar. Sering terjadi, artikel ditolak karena
pemakaian bahasa asing yang tidak standar. Jika sudah siap, maka artikel
diperbanyak sesuai dengan permintaan dan mengirimkannya ke Editor-in-
Chief. Setelah artikel difotokopi, maka sekali lagi periksa kelengkapan
halaman. Buatlah surat pengantar yang memohon redaktur untuk
mempertimbangkan penerbitan atikel anda, lengkap beserta alamat
lengkap untuk keperluan surat-menyurat. Selain itu, sejumlah jurnal juga
mensyaratkan adanya “surat pernyataan” dari semua peneliti yang isinya
tentang persetujuan antar peneliti tentang isi artikel, keaslian hasil
penelitian/tulisan, dan pernyataan lain yang dipersyaratkan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1417
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

Artikel dikirim beserta kelengkapannya. Artikel dibungkus dalam amplop


besar (artikel jangan dilipat) dan kuat.

6. Pengembalian Artikel oleh Editor-in-Chief

Biasanya setelah artikel tersebut diterima oleh Editor-in-Chief, mereka


akan mengirimkan surat pemberitahuan bahwa artikel tersebut telah
sampai di meja redaksi (received) yang biasanya disertai nomor yang
diberikan oleh editor ke artikel tersebut. Dalam beberapa bulan, artikel
akan dikembalikan oleh Editor-in-Chief dengan dua kemungkinan. Yang
pertama artikel ditolak sama sekali, atau diterima (accepted) yang
umumnya dengan perbaikan. Artikel dapat diperbaiki sesuai dengan
komentar reviewer jika kita setuju. Kita dapat tidak setuju dengan
komentar reviewer dengan mengemukakan alasan ilmiahnya.

7. Perbaikan Artikel

Artikel yang telah dikembalikan untuk diperbaiki biasanya disertai dengan


lembaran komentar reviewer yang bisa bersifat umum dan spesifik. Selain
itu juga Editor-in-Chief juga menambahkan beberapa catatan dan
perbaikan pada artikel. Perbaiki artikel sesuai dengan saran dan komentar
serta koreksian yang diberikan. Biasanya kita diminta untuk memberikan
jawaban secara rinci baris demi baris apa.

Disini kita dapat tidak setuju dengan saran para reviewer, dengan
mengemukakan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Disini kita juga dapat menambahkan hal-hal yang kita anggap penting,
meskipun tidak ada saran dari para reviewer.

8. Pengiriman Kembali Artikel

Setelah semua diperbaiki, kita kirim kembali artikel tersebut beserta


jawaban atau komentar kita terhadap saran para reviewer, yang biasanya
disertai dengan artikel yang lama yang berisi koreksian. Perhatikan surat
dari Editor in Chief berapa kopi kita harus mengirim. Jika tidak ada surat
pemberitahuan yang meminta artikel diperbaiki kembali, maka kita tinggal
menunggu galley proof. Pada saat revisi terakhir biasanya kita juga
diminta untuk mengirimkan artikel elektronik dalam disket, sehingga
proses setting lebih cepat.

9. Pemeriksaan Galley Proof, Penyelesaian Administrasi dan Pemesanan


Reprints

Setelah artikel diterima, proses setting akan dilakukan. Artikel akan diketik
sesuai dengan format cetak halaman jurnal tersebut. Walaupun page
layout untuk tabel dan grafik mungkin belum seperti bentuk akhir pada
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1418
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

saat dicetak. Hasil setting seperti inilah yang disebut galley proof. Jika
proof sudah diterima, maka koreksilah dan kirim kembali. Biasanya galley
proof harus dikirim dalam waktu 24-48 jam setelah diterima. Jadi proof
sebaiknya dikirim lewat faks atau EMS (express mail service).

Perbaikkan proof biasanya hanya diperkenankan yang berkaitan dengan


kesalahan yang tidak fatal seperti salah ketik, atau perlu ditambahkan kata
imbuhan. Tidak dibenarkan untuk mengubah pernyataan, mengganti
kalimat, dll. Oleh sebab itu, yakinkan tidak ada kesalahan yang prinsip
pada draft artikel terakhir.

Pada saat pengiriman galley proof, Editor-in-Chief juga mengirimkan


formulir untuk pemesanan reprints dan faktur untuk pembayaran page
charge. Page charge ini harus dibayarkan bersamaan dengan pengiriman
kembali galley proof. Ada sebagian jurnal yang mensyaratkan bahwa pada
saat pertama kali pengiriman artikel disertai dengan pengiriman “biaya
koreksi”. Kita dapat tidak membayar “biaya koreksi” tersebut dengan
membuat pernyataan tertulis bahwa “anda” tidak mempunyai dana untuk
keperluan tersebut. Setelah artikel sampai pada tahap “galley proof dan
ada permintaan biaya publikasi, penulis dapat mengajukan bebas biaya
dengan melampirkan surat pernyataan dari lembaga tempat kerja penulis
bahwa tidak ada dana untuk keperluan publikasi. Selesailah proses
pembuatan artikel dan kita tinggal menunggu reprints yang dipesan.
Reprints dapat kita kirimkan kepada kolega kita di dalam maupun di luar
negeri.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1419
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

Daftar Pustaka

1. Animal Science and Technology. 1998. Japanese Society of Zootechnical


Science, Japan.
2. Animal Science Journal. 1999.Instrictions to Authors. Japanese Society of
Zootechnical Science, Japan.
3. Asian-Australasian Journal of Animal Science. 2003. Guide for Authors.
AAAP, Korea.
4. Japanese Poultry Science. 1995. Japan Poultry Science Association, Japan.
5. Journal of Nutritional Science and Vitaminology. 1998. Instrictions to
authors. Center for Academic Publications, Japan.
6. Haryanto, A. G., H. Ruslijanto, D. Mulyono. 2000. Metode Penulisan dan
Penyajian Karya Ilmiah. Penebit Buku Kedokteran, Jakarta.
7. Lindsay, D. 1988. A Guide to Scientific Writing. (Penerjemah S. S.
Achmadi). UI-Press, Jakarta.
8. Manalu, W. 1999. Penulisan artikel ilmiah pada jurnal ilmiah internasional.
Makalah Pelatihan Penatar Penulisan Artikel Ilmiah di Perguruan Tinggi,
DIKTI, Jakarta.
9. Nafiah, A. H. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang? Usaha Nasional, Surabaya.
10. Poltry Science. 1999. Poultry Science Association, U S A.
11. Purbo-Hadiwidjojo, M. M. 1993. Menyusun Laporan Teknik. Penerbit ITB,
Bandung.
12. Rifai, M. A. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan
Karya Ilmiah Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.
13. Santoso, U. 1998. Penyusunan penulisan ilmiah populer. Pelatihan
penulisan ilmiah populer bagi mahasiswa, Bengkulu.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1420
MATERI INTI 9
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI INTI 9
STANDAR/PEDOMAN/SOP BIDANG KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Salah satu unsur perbaikan kinerja institusi/organisasi pemerintah adalah


memperbaiki proses/prosedur kinerja. Mengapa ini penting, karena seluruh
aktivitas organisasi merupakan suatu sistem, saling berkaitan dan saling
mempengaruhi antar unit dari organisasi tersebut. Proses/prosedur kerja
suatu organisasi tersebut akan melibatkan banyak manusia/pegawai yang
dibutuhkan untuk mengubah input berupa material atau informasi menjadi
produk/output.

Menyadari betapa pentingnya unsur proses atau prosedur kerja dalam


menghasilkan suatu output yang tentunya akan mempengaruhi pencapaian
misi dan visi dari suatu organisasi pemerintah, maka diperlukan untuk
menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pada masing-masing
organisasi/instansi pemerintah dan pemerintah daerah. Materi ini
mengajarkan tentang bagaimana menyusun Standar Operasional Prosedur
(SOP) di bidang kebidanan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat standar/pedoman/
SOP di bidang kebidanan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun standar/
pedoman/SOP di bidang kebidanan.

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut :


Pokok Bahasan 1. Standar/pedoman/SOP bidang kebidanan dengan
masalah sederhana
Sub pokok bahasan :
a. Perbedaan antara standar/pedoman/SOP dengan masalah
sederhana.
b. Cara menyusun SOP dengan masalah sederhana.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1421
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Latihan menyusun SOP

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayang (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Panduan untuk latihan (Tindakan kebidanan)
 Format SOP

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk latihan membuat rencana pelayanan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1422
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

STANDAR/PEDOMAN/SOP BIDANG KEBIDANAN DENGAN


MASALAH SEDERHANA

a. Pengertian :
1) Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong
dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
2) Protap merupakan tata cara atau tahapan yang harus dilalui dalam
suatu proses kerja tertentu yang dapat diterima oleh seorang yang
berwenang atau yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat
diselesaikan secara efektif dan efisien.
3) SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
4) Jadi SOP adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan
mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi,
bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
dilakukan.

b. Tujuan :
1) Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim
dalam organisasi atau unit.
2) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
3) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
terkait.
4) Melindungi organisasi dan staf dari mal praktek atau kesalahan
administrasi lainnya.
5) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1423
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

c. Fungsi :
1) Memperlancar tugas petugas atau tim.
2) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4) Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

d. Prinsip-prinsip protap :
1) Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan.
2) Bisa berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau
perkembangan IPTEK serta peraturan yang berlaku.
3) Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada
setiap upaya, di samping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap
kegiatan pelayanan.
4) Harus didokumentasikan.

e. Jenis dan ruang lingkup SOP :


1) SOP pelayanan profesi :
a) SOP untuk aspek keilmuan adalah SOP mengenai proses kerja
untuk diagnostik dan terapi.
b) SOP untuk aspek manajerial adalah SOP mengenai proses kerja
yang menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasen non-keilmuan.
SOP profesi mencakup:
- Pelayanan medis
- Pelayanan penunjang
- Pelayanan keperawatan

2) SOP administrasi mencakup :


a) Perencanaan program/kegiatan
b) Keuangan
c) Perlengkapan
d) Kepegawaian
e) Pelaporan

f. Prinsip menyusun SOP :


 Bentuk tim penyusun dengan memperhatikan tujuan yang hendak
dicapai.
 Pertimbangkan prosedur dalam suatu kesatuan yang utuh yang terdiri
kesimpulan beberapa prosedur yang lebih kecil (terutama bila prosedur
tersebut cukup panjang, dibagi-bagi, misal tahap persiapan, tahap
kegiatan awal, tahap akhir tahap evaluasi)
 Menyusun SOP sebelum melaksanakan suatu kerja baru

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1424
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

 Tinjau kepustakaan, info yang relevan, dan mendukung prosedur


penyusunan SOP
 Minta masukan dari staf dan petugas terkait
 Tetapkan SOP/Protap sebagai pedoman yang harus dilaksanakan
 Tetapkan hasil yang diharapkan
 Buat daftar peralatan fasilitas yang diperlukan
 Tetapkan siapa yang berwenang melaksanakan SOP
 Tetapkan indikasi dan kontra indikasi SOP serta garis bawahi resiko
dan hal-hal yang perlu diwaspadai.
 Susun langkah-langkah berdasarkan logika, efisien dan aman
 Buat bagan alur atau mekanisme untuk mempermudah pemahaman
uraian langkah-langkah
 Buat sistem penomoran SOP/Protap
 Tulis SOP dengan :
- Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, istilah yang konsisten
- Menyusun kata-kata sederhana dan sependek mungkin
- Menggunakan bahasa yang positif dan tidak bermakna ganda
 Uji coba SOP untuk mengetahui kemudahan pemahaman dan
pemakaiannya
 Sempurnakan SOP setelah uji coba
 Bakukan SOP oleh pimpinan institusi
 Sosialisasikan SOP
 Revisi SOP sesuai kebutuhan dan perkembangan IPTEK

g. Teknik membuat pertanyaan – pertanyaan dasar :


 Tujuan : apa sebenarnya yang dikerjakan dan mengapa?
 Tempat : dimana saja dilakukan dan mengapa?
 Urutan : kapan dilakukan dan mengapa waktu itu?
 Petugas : siapa yang melakukan dan mengapa oleh dia?
 Cara : metode apa yang dipakai dan mengapa dengan cara itu?

h. Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan :


Prosedur atau pelaksanaan disusun berdasarkan atas hasil pertanyaan-
pertanyaan tersebut diatas (flow of work) yang menggambarkan suatu
kegiatan yang terbagi habis sehingga tercapai kepuasan kerja dan
tercapainya tujuan.

i. Tahap-tahap penyusunan SOP :


1) Merumuskan judul
2) Menentukan tujuan
3) Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap :
- Menerjemahkan policy/kebijakan/ketentuan-ketentuan/peraturan-
peraturan kebijakan berguna untuk :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1425
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

a) Terjaminnya suatu kegiatan


b) Membuat standar kinerja
c) Menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja

4) Membuat aliran proses


- Bentuk bagan-bagan yang menggambarkan proses atau urutan
jalannya suatu produk/tatacara yang mencatat segala peristiwa;
a) Memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan
b) Membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran dan
fungsinya dengan pihak lain.
- Syarat suatu bagan harus dibuat atas dasar pengamatan langsung,
tidak boleh dibuat atas dasar apa yang diingat serta disusun dalam
“Flow of Work”.
Teknik membuat pertanyaan-pertanyaan dasar :
a) Tujuan : Apa sebenarnya yang dikerjakan dan mengapa ?
b) Tempat : Dimana saja dilakukan dan mengapa ?
c) Urutan : Kapan dilakukan dan mengapa waktu itu ?
d) Petugas : Siapa yang melakukan dan mengapa oleh dia ?
e) Cara : Metoda apa yang dipakai dan mengapa dengan
cara itu ?

5) Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan


Prosedur atau pelaksanaan disusun berdasarkan atas hasil pertanyaan-
pertanyaan tersebut diatas (flow of work) yang menggambarkan suatu
unit kegiatan yang terbagi habis sehingga tercapai kepuasan kerja dan
tercapainya tujuan.

j. Penerapan SOP kebidanan disuatu wilayah/daerah perlu diikuti dengan:


1) Dukungan dan kebijakan Nasional
2) Aksi lokal
3) Keterlibatan seluruh stakeholders utama
4) Pengujian di wilayah-wilayah terpilih untuk mengidentifikasikan atau
mengembangkan models yang praktis dan terbail dan dijadikan “lesson
learned”
5) Dikembangkan ke wilayah lain.

“TULIS YANG ANDA KERJAKAN DAN KERJAKAN YANG ANDA TULIS”

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1426
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

VIII. REFERENSI

1. Jacqucline M. Katz & Eleanor Green; “Managing Quality, A Guide to


System-wide Performance Management In Health Care”
2. Katz JM, Green E. Managing Quality: A Guide to System-Wide Performance
Management in Health Care. 2nd Ed. St. Louis. Mosby; 1997.
3. Ann Marriner-Tomey (1996). Guide To Nursing Management and Leadership.
Method of Evaluation. Mosby-Year Book, Inc St. Louis, USA
4. World Health Organization (WHO). 2003. Modul Pelatihan Keterampilan
Manajerial SPMK. Jakarta
5. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 1110/Menkes/PB/XII/2008 dan No. 25 tahun 2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
6. Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
7. Permenkes RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
8. Permenpan No. 01/PER/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsional dan
Angka Kreditnya
9. Perpres RI No. 9 tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan
10. Permenpan No. PER/21/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan.
11. Peraturan Presiden RI No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design RB
12. Peraturan Menpan dan RB No. 20 Tahun 2010 Tentang Road Map RB
13. Peraturan Menpan dan RB No. 12 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Penataan Tatalaksana (Business Process).

IX. LAMPIRAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1427
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Contoh SOP

Logo Instansi MANAJEMEN AKTIF KALA III


No. Dokumen No. Revisi Halaman
…………...
………… …………… …. / ….

STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan


KERJA ……………..

Nama
NIP
Pengertian Suatu tindakan intervensi segera setelah bayi lahir
untuk melahirkan plasenta.
Tujuan 1. Mencegah retensio plasenta
2. Mengantisipasi terjadinya perdarahan kala III
Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan
keperawatan harus sesuai dengan standar prosedur
kerja yang berlaku.
Prosedur A. Persiapan alat
1. Sepasang sarung tangan steril
2. Oxcitocyn 10 IU
3. Spuit 3 cc dan jarum
4. Rekam medic klien
5. Alat tulis

B. Persiapan
1. Klien diberi tahu
2. Posisi klien litotomi/dorsal recumbent

Dibuat oleh: …………. Paraf:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1428
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Logo Instansi MANAJEMEN AKTIF KALA III


No. Dokumen No. Revisi Halaman
…….
………… …………… …. / ….

C. Pelaksanaan
1. Segera setelah bayi lahir, injeksi 10 unit
oksitocyn IM
2. Lakukan peregangan tali pusat terkendali
3. Lahirkan plasenta dengan tangan kanan
meregangkan tali pusat, tangan kiri di atas
simpisis menekan uterus ke arah dorso
cranial
4. Setelah plasenta lahir lakukan putaran searah
jarum jam untuk mencegah tertinggalnya
selaput ketuban
5. Setelah plasenta dan selaput ketuban lahir
seluruhnya, lakukan massage uterus sambil
memeriksa kelengkapan kotiledon plasenta.
6. Periksa tanda–tanda vital klien dan observasi
kontraksi uterus dan perdarahan per vaginam
7. Mencuci tangan
8. Dokumentasikan hasil tindakan.

D. Hal-hal yang harus diperhatikan:


1. Sebelum melakukan MAK III, pastikan tidak
ada janin kedua.
2. Jangan sekali-kali melakukan tarikan paksa
pada tali pusat dan mendorong fundus uteri.
3. Setelah langkah 6, jika ada luka robekan jalan
lahir dilanjutkan dengan hecting.
Unit terkait - Kamar bersalin, rawat inap kebidanan
- UGD

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1429
MATERI INTI 10
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

MATERI INTI 10
TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat
tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan,
kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan
metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif
minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya
beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.

Materi ini menyampaikan tentang masalah–masalah keterbatasan ketersediaan


alat dan penemuan serta pemanfaatan teknologi tepat guna untuk
mempertahankan kondisi fisiologis dalam pelayanan kebidanan pada jenjang
ahli pertama.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menemukan teknologi tepat
guna di bidang kebidanan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menemukan teknologi tepat
guna di bidang kebidanan.

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :

Pokok Bahasan 1. Teknologi Tepat Guna di Bidang Kebidanan

IV. METODE

 CTJ
 Curah Pendapat
 Disko Kasus

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1430
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Panduan disko
 Lembar kasus

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk latihan membuat rencana pelayanan

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1431
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

PENEMUAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG KEBIDANAN

Teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancang bagi suatu


masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan,
keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang
bersangkutan. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah
menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan
berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama,
yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.

Tujuan pengembangan suatu teknologi pada dasarnya adalah untuk


menjawab kebutuhan-kebutuhan, baik yang telah nyata ataupun yang
dirasakan dan diinginkan adanya dan bahkan yang diantisipasi akan
diinginkan, maka suatu upaya pengembangan teknologi yang efektif,
pertama-tama harus didasarkan pada permintaan pasar, baik yang telah nyata
ada atau yang mulai tampak dirasakan adanya. Prasyarat tersebut memang
perlu, tetapi belum cukup. Kemampuan itu harus dilengkapi dengan
kemampuan menerjemahkan perkembangan kebutuhan pasar tersebut
dengan kemampuan untuk menggagas spektrum teknologi bagaimana yang
dapat menanggapi kebutuhan yang diamati tersebut.

Bidan dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu


pelayanan profesinya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai bidang tugasnya. Salah
satunya dengan berusaha menemukan dan memanfaatkan teknologi tepat
guna. Diharapkan dalam menjalankan praktiknya, bidan dapat melakukan
pengkajian/riset sederhana melalui trial and error sehingga dapat menemukan
suatu teknologi tepat guna yang memiliki daya ungkit dalam peningkatan
kualitas pelayanan asuhan kebidanan.

Contoh teknologi tepat guna dalam bidang kebidanan :

1. Kangaroo Mother Care (KMC) / Perawatan Metode Kanguru (PMK)

Definisi
Asuhan kontak kulit dengan kulit, yang juga disebut “perawatan metode
kanguru”, merupakan bentuk interaksi orang tua dengan bayinya, dimana
ibu menggendong bayinya dengan kontak kulit dengan kulit pada posisi
vertikal, kepala di antara payudaranya selama 20 menit atau lebih.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1432
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

Keuntungan PMK :
a. Stabilisasi suhu tubuh
b. Stabilisasi laju denyut jantung dan pernapasan
c. Pengaruh terhadap berat badan dan pertumbuhan
d. Pengaruh terhadap tingkah laku
e. Memfasilitasi pemberian ASI
f. Pengaruh terhadap kejadian infeksi
g. Mendorong kelekatan dan ikatan emosional dengan orang tua
h. Memperpendek masa rawat inap di rumah sakit

Hasil Penelitian di Indonesia :

a. Suhu tubuh BBLR lebih stabil dalam waktu 1 minggu dan berat badan
juga lebih cepat naik pada PMK dibandingkan pada perawatan
konvensional (inkubator )
b. Walaupun keadaan umum bayi yang mendapat PMK kurang
menguntungkan, bayi dengan PMK lebih jarang mengalami hipotermia
dan kecepatan kenaikan berat badannya lebih besar.
c. PMK pada awal kehidupan bayi terbukti lebih baik dibandingkan
inkubator untuk menstabilkan suhu tubuh BBLR dengan keamanan
yang setara dengan inkubator.
d. Keuntungan PMK banyak, a.l. mencegah hipotermia, mempercepat ASI
keluar, dan meningkatkan hubungan batin ibu-bayi.
e. PMK pada awal kehidupan bayi terbukti lebih baik dibandingkan
inkubator untuk menstabilkan suhu tubuh BBLR dengan keamanan
yang setara dengan inkubator

2. Alat Resusitasi
Terdapat beberapa jenis alat yang dapat digunakan untuk melakukan
ventilasi pada bayi baru lahir, masing-masing memiliki cara kerja yang
berbeda dengan keuntungan dan kerugian yang berbeda.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1433
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

a. Tekno tube and mask

Iwan, dkk (2003) melakukan penelitian yang membandingkan volume


ventilasi antara Tekno Tube and Mask, Ambu bag and mask, Topster bag and
mask dan Laerdal tube and mask menggunakan manekuin. Dilaporkan
bahwa tidak terdapat perbedaan dalam rerata volume ventilasi yang
adekuat. Dari segi harga, Tekno tube and mask adalah alat yang paling
dapat dijangkau oleh bidan desa. Namun alat tersebut memiliki
kelemahan pada desain katupnya, sehingga memerlukan modifikasi,
sulit dibersihkan dan tidak dapat digunakan lagi setelah 5 kali prosedur
High-Level Desinfectans (HLD).

Tekno tube and mask yang digunakan dalam studi tersebut efektif dan
dapat diterima untuk digunakan oleh bidan desa, namun untuk
resusitasi neonatus di rumah sakit balon mengembang sendiri dan
masker (self inflating bag) harus tersedia.

Keterangan gambar :
(Dari atas ke bawah) : Tekno tube and mask, Laerdal tube and mask, Topster
bag and mask, and Ambu bag and mask.

b. Balon mengembang sendiri (self inflating bag)

Balon mengembang sendiri (self inflating bag) setelah dilepaskan dari


remasan akan terisi spontan dengan gas (oksigen atau udara atau
campuran keduanya) ke dalam balon.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1434
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

c. Balon tidak mengembang sendiri (flow inflating bag)

Balon tidak mengembang sendiri (flow inflating bag),disebut juga balon


anestesi, terisi hanya bila gas yang berasal dari gas bertekanan mengalir
ke dalam balon.

VIII. REFERENSI

1. Appropriate Technology Sourcebook: Introduction" VillageEarth.org.


2. Besari, M.S, “Teknologi di Nusantara”, Salemba Teknika, Jakarta, 2008.
3. Sampurno, H, “Knowledge Based Economy : Sumber Keunggulan Daya Saing
Bangsa”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Oktober, 2007
4. Surami, Asrining. (2003). Perawatan bayi risiko tinggi. Jakarta : EGC
5. Chen, W., et.al. (2010). Monitoring body temperature of newborn infants at
neonatal intensive care units using wearable sensors. Bodynets ICST 978-963-
9799-41-7
6. Permenkes No. 149 tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan
7. Perpres RI No. 9 tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan
8. Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
9. Permenpan No. 01/PER/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsional dan
Angka Kreditnya
10. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 1110/Menkes/PB/XII/2008 dan No. 25 tahun 2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1435
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PERTAMA

11. PATH. Reducing Birth Asphyxia Through the Bidan di desa Program in Cirebon,
Indonesia. 2006.
12. Allwood AC, Madar RJ, Baumer JH, Readdy L, Wright D. Changes in
resuscitation practice at birth. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2003;
88:F375 – F379.
13. I Ariawan, M Agustini, Y Seamans, V Tsu and M S Kosim. Choosing the
appropriate neonatal resuscitation device for village midwives. Journal of
Perynatology.
http://www.nature.com/jp/journal/v31/n10/full/jp20117a.html.

IX. LAMPIRAN

A. Panduan Disko Kasus

1. Bagi peserta menjadi 5 kelompok


2. Berikan contoh kasus kebidanan
a. Teknologi tepat guna dalam asuhan ibu hamil
b. Teknologi tepat guna dalam asuhan ibu bersalin
c. Teknologi tepat guna dalam asuhan ibu nifas
d. Teknologi tepat guna dalam asuhan bayi baru lahir
e. Teknologi tepat guna dalam asuhan kesehatan reproduksi remaja
3. Mintalah masing-masing tim untuk berdiskusi membuat dan merancang
contoh perencanaan teknologi tepat guna yang dapat diterapkan untuk
tiap-tiap asuhan.
4. Presentasikan hasil diskusi
5. Evaluasi hasil diskusi bersama-sama

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1436
MATERI INTI 11
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

MATERI INTI 11
PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT DAN PENGAJUAN
DAFTAR USULAN PENILAIAN ANGKA KREDIT (DUPAK)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Dalam peraturan perundang-undangan jabatan fungsional kesehatan,


mengisyaratkan bahwa untuk peningkatan karir jabatan maupun kepangkatan
bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional, didasarkan
pada perolehan angka kredit sebagai bukti kegiatan pelayanan/pekerjaan di
bidang kesehatan sesuai kompetensinya dan ditetapkan oleh Pejabat yang
berwenang Menetapkan Angka Kredit.

Penilaian angka kredit bagi pejabat fungsional kesehatan merupakan hal yang
penting baik untuk kepentingan yang bersangkutan maupun untuk institusi
kesehatan, karena angka kredit itu diperoleh berdasarkan hasil suatu kegiatan
pelayanan/pekerjaan jabatan fungsional kesehatan dalam rangka memberikan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Semakin tinggi angka kredit yang
diperoleh, semakin meningkat pula akses masyarakat memperoleh pelayanan
kesehatan. Hal ini sejalan dengan visi Kementerian Kesehatan dalam rangka
menyehatkan masyarakat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan penghitungan


angka kredit dan pengajuan DUPAK.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:


1. Menjelaskan angka kredit dan DUPAK
2. Menghitung Angka Kredit
3. Mengajukan DUPAK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1437
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :

Pokok Bahasan 1. Angka Kredit dan DUPAK


Sub pokok bahasan :
a. Pengertian angka kredit
b. Pengertian DUPAK
c. Unsur – unsur yang dinilai dalam angka kredit

Pokok Bahasan 2. Penghitungan Angka Kredit


Sub pokok bahasan :
a. Pengertian penghitungan angka kredit
b. Teknik penghitungan angka kredit
c. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan angka
kredit

Pokok Bahasan 3. Tata Cara Pengajuan DUPAK


Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian
b. Langkah – langkah pengisian form DUPAK
c. Mekanisme pengajuan DUPAK
d. Tim penilai DUPAK

IV. METODE

 CTJ
 Curah Pendapat
 Latihan menghitung angka kredit dan mengajukan DUPAK

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Form Pernyataan Pengembangan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1438
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
 Form surat pernyataan melakukan kegiatan pelayanan, pengabdian,
pengembangan profesi dan penunjang
 Format PAK dan DUPAK
 Contoh – contoh DUPAK

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk diskusi.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1439
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

ANGKA KREDIT DAN DUPAK

a. Pengertian Angka Kredit


Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang bidan
dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.

b. Pengertian DUPAK
Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) adalah formulir yang
berisi keterangan perorangan bidan dan butir kegiatan yang dinilai dan
harus diisi oleh bidan dalam rangka penetapan angka kredit.

c. Unsur – unsur yang dinilai dalam angka kredit


Unsur dan sub unsur kegiatan bidan yang dinilai angka kreditnya sesuai
dengan Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 dan nilai angka kreditnya dan lampiran I
untuk Bidan Terampil dan lampiran II untuk Bidan Ahli pada Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 01/PER/M.PAN/
1/2008 tentang Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.

1) Unsur Pendidikan

a) Unsur Pendidikan terdiri dari sub unsur sebagai berikut :


(1) Pendidikan sekolah dan mendapat gelar/ijazah
(2) Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang Kebidanan dan
mendapat Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL)
(3) Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan dan memperoleh Surat
Tanda Terima Pendidikan dan Latihan (STTPL)

b) Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah :


(1) Foto copy ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;
(2) Foto copy ijazah yang diikuti di luar negeri, dan telah disahkan
oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan;
(3) Foto copy STTPL/sertifikat kegiatan ilmiah.

2) Unsur Pelayanan Kebidanan

a) Unsur pelayanan kebidanan terdiri atas pelayanan kebidanan klinik


dan kebidanan masyarakat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1440
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
Kegiatan pelayanan Kebidanan meliputi tahap Persiapan pelayanan
kebidanan, Pengkajian kepada Klien/Pasien, Penegakan diagnosa
kebidanan, Pelaksanaan kolaborasi, Penyusunan rencana asuhan
kebidanan, Persiapan pelayanan asuhan kebidanan, Pelaksanaan
asuhan kebidanan, Pelaksanaan KIE, Rujukan asuhan kebidanan,
Evaluasi asuhan kebidanan, Dokumentasi pelayanan kebidanan,
Pengelolaan pelayanan asuhan kebidanan, Pelayanan kesehatan
masyarakat.

b) Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah :


(1) Surat penyataan melakukan kegiatan pelayanan Kebidanan yang
ditandatangani oleh atasan unit kerja yang bersangkutan;
(2) Hasil kegiatan dibuat berupa laporan, rancangan dan naskah
yang telah ditandatangan oleh atasan langsung unit kerja.

3) Unsur Pengembangan Profesi

a) Unsur pengembangan profesi terdiri atas sub unsur sebagai berikut :


(1) Pembuatan karya tulis/ karya ilmiah di bidang Kebidanan;
(2) Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan lainnya di bidang
Kebidanan;
(3) Pembuatan buku pedoman/juklak/juknis di bidang Kebidanan;
(4) Penemuan teknologi tepat guna di bidang Kebidanan.

b) Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah hasil


kegiatan yang berupa buku pedoman/juklak/juknis, terjemahan,
saduran, yang telah disyahkan/ditandatangani oleh Kepala Unit
Kerja.

4) Unsur Penunjang Tugas Bidan

a) Kegiatan ini terdiri dari atas sub unsur sebagai berikut :


(1) Pengajar/pelatih bidang Kebidanan;
(2) Peran serta dalam seminar/lokakarya di bidang Kebidanan;
(3) Keanggotaan organisasi profesi bidang Kebidanan;
(4) Keanggotaan dan Tim Penilai jabatan Fungsional Bidan;
(5) Perolehan gelar kesarjanaan lainnya;
(6) Perolehan penghargaan/tanda jasa.

b) Bukti fisik yang digunakan sebagai dasar penilaian adalah :


(1) Surat pernyataan melaksanakan kegiatan mengajar dan seminar
dari pelaksanaan kegiatan yang dilegalisir oleh Kepala Unit
Kerja;

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1441
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
(2) Surat tanda bukti sebagai anggota organisasi profesi,
sertifikat/ijazah dan tanda tangan penghargaan yang disahkan
oleh pejabat yang berwenang;
(3) SK Tim Penilai jabatan Bidan.

Pokok bahasan 2.

PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT

a. Pengertian
Penetapan Angka Kredit (PAK) adalah hasil perhitungan akhir kegiatan
Pejabat Fungsional Kesehatan (PFK) dalam kurun waktu tertentu yang
telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit.

b. Teknik Penghitungan Angka Kredit


Pemberian angka kredit dilakukan dengan berpedoman pada butir
kegiatan dan rincian angka kredit yang ditetapkan sebagaimana dimuat
pada lampiran Keputusan MENPAN tentang jabatan fungsional kesehatan
bidan.

Pemberian angka kredit dilakukan dengan cara mengalikan


jumlah/volume kegiatan yang dilakukan dengan nominal angka kredit
pada lampiran Keputusan MENPAN tentang jabatan fungsional kesehatan
bidan.

 Untuk Bidan Terampil :


 Sekolah Bidan/D I Kebidanan diberikan angka kredit 25
 Diploma II diberikan angka kredit 40
 Sarjana muda/Diploma III (D III) Kebidanan : diberikan angka
kredit sebesar 60.

 Untuk Bidan Ahli :


 Sarjana (S1)/DIV Kebidanan : diberikan angka kredit sebesar 100.

 Bidan yang memperoleh Ijazah D III, D IV, S1, S2 bukan di bidang


Kebidanan misalnya Sarjana Kesehatan Masyarakat diberikan angka
kredit sebagai berikut :
 Pasca Sarjana (S2) : diberi angka kredit sebesar 10
 Sarjana (S1)/D IV : diberi angka kredit sebesar 5
 Sarjana Muda/D II/D III : diberi angka kredit sebesar 3

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1442
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
1) Pemberian angka kredit unsur pendidikan

a) Pendidikan Formal

Contoh :
Lia, seorang Pejabat Bidan Pelaksana lulusan D I Kebidanan,
melanjutkan pendidikannya ke D III Kebidanan. Setelah ia lulus dan
mendapat ijazah D III kebidanan, maka Lia memperoleh Angka
Kredit sebesar 35 dengan perhitungan sebagai berikut :

Lulus Sarjana Muda/Akademi/D III (Lampiran I Peraturan Menteri


Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 01/PER/M.PAN/1/
2008 tentang Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya)
mendapat angka kredit = 60. Karena pada waktu pengangkatan
sebagai pejabat fungsional (lulusan Sekolah Bidan/D I Kebidanan)
sudah mendapat angka kredit 25, maka Lia setelah lulus D III
Kebidanan mendapat angka kredit 60 – 25 = 35.

b) Pendidikan dan Pelatihan Teknis di bidang kebidanan.


 Yang termasuk pendidikan dan pelatihan teknis di bidang
kebidanan adalah semua program pendidikan dan pelatihan
yang berhubungan dengan teknis kebidanan sehingga diperoleh
peningkatan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna
di dalam peningkatan mutu pelayanan kebidanan.

 Teknis Penilaian
Angka kredit diberikan kepada Bidan yang telah mengikuti
DIKLAT Fungsional di bidang kebidanan dan mendapat Surat
Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL) dari lembaga
DIKLAT yang berwenang.

Penilaian dilaksanakan dengan meneliti bukti berupa fotocopy


sertifikat STTPL yang sudah disahkan oleh pejabat berwenang.
Angka kredit yang diberikan sesuai jumlah jam pelajaran yang
diikuti seperti dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara No. 01/PER/M.PAN/1/2008 tentang Jabatan
Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya, Lampiran I untuk Bidan
Terampil dan Lampiran II untuk Bidan Ahli.

Contoh :
(1) Diana seorang Bidan pejabat Bidan Pelaksana Lanjutan
mengikuti pendidikan dan pelatihan Penerapan standar
Asuhan Kebidanan yang diselenggarakan oleh Balai Diklat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1443
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
selama 120 jam pelajaran dan mendapat sertifikat. Maka
Diana sesuai dengan Lampiran I Permenpan No.
01/PER/M.PAN/1/2008 mendapat angka kredit 2 (dua).

(2) Juli seorang sarjana kebidanan, pejabat Bidan Muda,


mengikuti pendidikan dan pelatihan Teknis PONEK yang
diselenggarakan oleh P2KS selama 60 jam pelajaran dan
mendapat sertifikat. Maka Juli sesuai dengan Lampiran II
Permenpan No. 01/PER/M.PAN/1/2008 mendapat angka
kredit 1 (satu).

2) Pemberian angka kredit unsur pelayanan kebidanan


Penilaian angka kredit untuk kegiatan pelayanan kebidanan diberikan
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan kegiatan lainnya yang
dilengkapi dengan bukti fisik untuk setiap jenis kegiatan.

Cara perhitungan angka kredit adalah sebagai berikut :


a) Pejabat Bidan yang melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya akan mendapatkan Angka Kredit
sesuai volume/beban kerja yang telah dilaksanakan untuk kegiatan
tersebut.

Contoh :
Yanti, seorang Bidan Pelaksana, melakukan kegiatan
mempersiapkan pelayanan kebidanan. Kegiatan tersebut dalam
rincian Bidan terampil bila dilakukan oleh Bidan Pelaksana Pemula
dengan angka kredit untuk tiap kegiatan adalah 0,008.
Oleh karena kegiatan tersebut sesuai dengan tugas jenjang
jabatannya, maka Yanti mendapatkan angka kredit sebesar :
1 x 0,008 = 0,008

b) Pejabat Bidan yang melaksanakan kegiatan yang merupakan tugas


Bidan 1 (satu) tingkat lebih tinggi dari jenjang jabatannya, maka
pejabat tersebut memperoleh angka kredit sebesar 80% dari angka
kredit yang telah ditetapkan untuk kegiatan tersebut.

Contoh :
Amy, seorang Bidan Pelaksana melakukan pengambilan darah vena
sebanyak 200 pemeriksaan. Kegiatan tersebut termasuk dalam butir
kegiatan melakukan pengambilan/penyediaan bahan laboratorium
dan merupakan tugas Bidan Pelaksana Lanjutan dengan angka
kredit 0,003 untuk tiap spesimen/ sampel.
Oleh karena Amy adalah pejabat Bidan Pelaksana berarti Amy
mengerjakan kegiatan yang menjadi tugas jabatan Bidan yang 1
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1444
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
(satu) tingkat lebih tinggi dari jabatannya, maka Amy memperoleh
angka kredit : 80 % x (200 : 1) x 0,003 =0,24

c) Pejabat Bidan yang melaksanakan kegiatan/tugas bidan 1 (satu)


tingkat lebih rendah dari jenjang jabatannya, maka pejabat tersebut
memperoleh angka kredit sama dengan angka kredit yang telah
ditetapkan untuk kegiatan tersebut.

Contoh :
Usi, seorang pejabat Bidan Penyelia membuat diagnosa kebidanan
sesuai dengan hasil pengkajian pada kasus fisiologis bermasalah
sebanyak 100 pemeriksaan. Kegiatan tersebut adalah tugas Bidan
Pelaksana Lanjutan dengan angka kredit 0,001.
Karena Usi adalah pejabat Bidan Penyelia berarti Usi mengerjakan
kegiatan yang menjadi tugas jabatan Bidan yang 1 (satu) tingkat
lebih rendah dari jabatannya, maka Usi memperoleh angka kredit :
(100 x 0,001 = 0,1)

d) Pejabat Bidan yang melaksanakan kegiatan/tugas Bidan 2 (dua)


atau 3 (tiga) tingkat lebih tinggi maupun lebih rendah dari
jabatannya, maka pejabat tersebut memperoleh angka kredit untuk
kegiatan tersebut.

Contoh :
(1) Fauziah, seorang pejabat Bidan Pelaksana melaksanakan
kegiatan pengambilan sekret cervix sebanyak 100 pemeriksaan.
Kegiatan tersebut termasuk dalam butir kegiatan melakukan
pengambilan sediaan/bahan laboratorium yang merupakan
tugas Bidan Penyelia, dengan angka kredit 0,003 untuk tiap kali
kegiatan.
Karena Fauziah adalah Pejabat Bidan Pelaksana berarti Fauziah
mengerjakan kegiatan yang menjadi tugas Bidan yang 2 (dua)
tingkat lebih tinggi dari jabatannya, maka Fauziah memperoleh
angka kredit 50% untuk kegiatan tersebut : (50% x 0,003 = 0,0015)

(2) Astri, seorang pejabat Bidan Penyelia, melaksanakan kegiatan


pengambilan urin sebanyak 100 kali kegiatan. Kegiatan tersebut
adalah tugas Bidan Pelaksana Pemula dengan angka kredit 0,003
tiap 10 kegiatan.
Karena Astri adalah Pejabat Bidan Penyelia berarti Astri
mengerjakan kegiatan yang menjadi tugas Bidan yang 2 (dua)
tingkat lebih rendah dari jabatannya, maka Astrid memperoleh
angka kredit 100 % untuk kegiatan tersebut : (100 % x 0,003 =
0,003)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1445
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
e) Pejabat Bidan Terampil melaksanakan kegiatan yang merupakan
tugas Bidan Ahli, maka pejabat tersebut memperoleh angka kredit
sebesar 20 % untuk kegiatan tersebut.

Contoh :
(1) Ati, seorang pejabat Bidan Penyelia, melaksanakan kegiatan
membuat diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian
pada kasus patologis dengan penyakit penyerta, dengan angka
kredit 0,01 untuk tiap kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk
dalam rincian kegiatan Bidan Ahli dan merupakan tugas Bidan
Madya.
Karena Ati adalah Pejabat Bidan Penyelia berarti Ati pejabat
Bidan Terampil dan mengerjakan kegiatan yang menjadi tugas
Bidan Ahli, maka Ati memperoleh angka kredit sebesar 20 %
untuk kegiatan tersebut (0,005).

(2) Tina, seorang Pejabat Bidan Muda melaksanakan kegiatan


membuat diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian
pada kasus fisiologis tanpa masalah. Kegiatan tersebut termasuk
adalah tugas Bidan Pelaksana dengan angka kredit 0,005 tiap 10
kegiatan.
Karena Tina adalah Pejabat bidan Ahli maka Tina memperoleh
angka kredit sebesar 50 % untuk kegiatan tersebut (0,0025).

3) Pemberian angka kredit unsur pengembangan profesi


Pemberian angka kredit untuk kegiatan pengembangan profesi yang
dilaksanakan oleh Bidan sebagaimana tercantum pada rincian kegiatan,
akan mendapatkan nilai angka kredit yang besarnya sama untuk semua
jenjang jabatan Bidan.
Penilaian angka kredit unsur pengembangan profesi :

a) Kegiatan pengembangan profesi untuk bidan dapat dilakukan


berkelompok atau perorangan dalam membuat karya tulis/ilmiah,
menerjemahkan/menyadur buku, membuat buku pedoman/juklak
/juknis dan menemukan teknologi tepat guna di bidang Kebidanan.

b) Teknis Penilaian
Penilaian dilaksanakan dengan meneliti bukti telah melakukan
kegiatan pengembangan profesi berupa surat pernyataan dari
Kepala Unit.
(1) Angka kredit yang diberikan bagi Bidan apabila melakukan
secara perorangan sesuai dengan Permenpan No. 01/PER/
M.PAN/1/2008 Lampiran I untuk Bidan Terampil dan
Lampiran II untuk Bidan Ahli.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1446
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
Contoh :
Agni pejabat Bidan Muda membuat karya tulis mengenai
tinjauan dampak dari perawatan tali pusat kering,
dipublikasikan dalam bentuk makalah dan diterbitkan dalam
majalah Jurnal Kesehatan, maka Agni mendapatkan angka kredit
4 sesuai dengan Permenpan No. 01/PER/M.PAN/1/2008
Lampiran II untuk Bidan Ahli.

(2) Apabila kegiatan pengembangan profesi dilakukan secara


bersama/berkelompok pembagian angka kreditnya ditetapkan
dalam Pasal 17 Permenpan No. 01/PER/M.PAN/1/2008 sebagai
berikut :
(a) 60 % bagi penulis utama
(b) 40 % bagi semua penulis pembantu (jumlah penulis
pembantu maksimum 3 orang)

Contoh :
Hani, pejabat Bidan Muda membuat karya tulis mengenai
pemantapan mutu kebidanan. Karya ilmiah tersebut dibuat
dalam bentuk buku dan diedarkan secara nasional. Dalam
membuat karya tulis tersebut Hani dibantu oleh dua Pejabat
Bidan Pertama yaitu Nia dan Lani.

Kegiatan tersebut dalam rincian kegiatan Bidan termasuk dalam


butir kegiatan membuat karya tulis berupa tinjauan atau usulan
ilmiah dengan gagasan sendiri dalam bidang kesehatan yang
dipublikasikan dalam bentuk buku yang merupakan tugas
semua jenjang jabatan dengan angka kredit 8 (delapan).

Perhitungan angka kredit adalah sebagai berikut :


(a) Hani Bidan Muda sebagai penulis utama mendapatkan angka
kredit 60% x 8 = 4,8
(b) Nia Bidan Pertama sebagai penulis pembantu mendapatkan
angka kredit (40% x 8) : 2 = 2,6
(c) Lani Bidan Pertama sebagai penulis pembantu mendapatkan
angka kredit (40% x 8) : 2 = 2,6

4) Pemberian angka kredit unsur penunjang tugas bidan

(a) Kegiatan penunjang Kebidanan terdiri dari mengajar, melatih dalam


bidang Kebidanan, seminar/lokakarya sebagai anggota organisasi
profesi, sebagai anggota tim penilai jabatan fungsional, memperoleh
gelar kesarjanaan lainnya dan mendapat penghargaan/tanda jasa.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1447
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
(b) Teknis penilaian

Penilaian dilaksanakan dengan meneliti bukti telah melakukan


kegiatan penunjang kebidanan berupa surat pernyataan sesuai
dengan kegiatannya sebagai berikut :
 Untuk mengajar, melatih dalam bidang Kebidanan, surat
pernyataan dari Kepala Unit Bidan yang bersangkutan.
 Untuk seminar/lokakarya berupa sertifikat yang dikeluarkan
oleh lembaga yang diakui/terakreditasi sebagai penyelenggara.
 Sebagai anggota/pengurus organisasi profesi berupa kartu
keanggotaan/SK yang disahkan oleh Ketua organisasi profesi.
 Sebagai anggota tim penilai jabatan fungsional Bidan berupa SK
Tim Penilai.
 Gelar Kesarjanaan berupa Ijazah dari institusi yang berwenang.
 Mendapat penghargaan/tanda jasa dengan bukti berupa surat
penghargaan dari lembaga yang bersangkutan.
 Mendapat gelar kehormatan di bidang akademis berupa ijazah/
gelar dari lembaga yang bersangkutan.

Besarnya angka kredit sesuai dengan Permenpan No. 01/PER/M.PAN


/1/ 2008 Lampiran I untuk Bidan Terampil dan Lampiran II untuk
Bidan Ahli.

Contoh :
a. Harti sebagai pejabat Bidan Penyelia mengikuti kegiatan seminar
Pemeriksaan kanker mammae sebagai peserta. Untuk kegiatan
tersebut Harti memperoleh angka kredit sebesar 1 (satu).
b. Ika sebagai Pejabat Bidan Pertama menjadi anggota aktif IBI tingkat
Propinsi Sumatera Utara. Untuk kegiatan tersebut Ika memperoleh
angka kredit sebesar 0,75.

Pokok bahasan 3.

TATA CARA PENGAJUAN DUPAK

a. Pengertian

1) Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK)


a) DUPAK diajukan bila menurut perhitungan sementara Bidan yang
bersangkutan telah memenuhi jumlah angka kredit yang
disyaratkan untuk kenaikan jabatan/ pangkat setingkat lebih tinggi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1448
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
b) Penilaian dilakukan 2 (dua) kali dalam satu tahun yaitu pada bulan
Januari untuk usul kenaikan pangkat periode bulan April dan pada
bulan Juli untuk usul kenaikan pangkat periode bulan Oktober.
c) DUPAK harus sudah diterima oleh Tim Penilai paling lambat pada
pertengahan bulan Januari atau bulan Juli.
d) DUPAK yang diajukan harus dilengkapi dengan bukti fisik yang
diperlukan untuk penilaian seperti :
(1) Fotokopi ijazah
(2) Fotokopi STTPL
(3) Catatan dan laporan Prestasi Harian, bulanan dan semesteran.
(4) Surat Pernyataan :
(a) Melakukan kegiatan pelayanan kebidanan
(b) Melakukan kegiatan pengembangan profesi
(c) Melakukan kegiatan penunjang kegiatan Kebidanan Bukti-
bukti lainnya, misalnya karya tulis, sertifikat dan lain-lain.

2) Perbandingan jumlah angka kredit dari unsur utama dan unsur


penunjang adalah :
a) Sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh persen) angka kredit
berasal dari unsur utama
b) Sebanyak-banyaknya 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal
dari unsur penunjang

b. Langkah – langkah pengisian form DUPAK

Formulir-formulir yang digunakan adalah sebagai berikut :


1) Daftar Usul Penetapan Angka Kredit
2) Catatan dan laporan prestasi kerja harian.
3) Surat Pernyataan melakukan kegiatan pelayanan Kebidanan
4) Surat Pernyataan melakukan kegiatan pengembangan profesi
5) Surat Pernyataan melakukan kegiatan penunjang tugas Bidan
6) Surat Keterangan sebagai anggota organisasi profesi
7) Penetapan Angka Kredit.

Ad. 1. DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT (DUPAK)

Formulir DUPAK diisi oleh yang bersangkutan dan ditandatangani oleh


pimpinan unit kerja sebagai pejabat pengusul. Disamping lampiran yang
dipersyaratkan, perlu dilengkapi dengan bukti-bukti yang disyaratkan dari
unsur yang dinilai, Surat Keputusan Pengangkatan dalam jabatan Bidan atau
Surat Keputusan Pengangkatan Kembali menjadi Bidan yang pernah dibebas
tugaskan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1449
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
Contoh Formulir DUPAK dan Cara Pengisiannya

1. Contoh Formulir A : Daftar Usul Penetapan Angka Kredit Jabatan Bidan

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN BIDAN TERAMPIL
NOMOR :

MASA PENILAIAN TGL ……………. s/d …………..

No. KETERANGAN PERORANGAN


1 Nama :
2 NIP :
3 Nomor Seri Karpeg :
4 Tempat dan tanggal lahir :
5 Jenis Kelamin :
6 Pendidikan yang telah diperhitungkan Angka :
Kreditnya
7 Pangkat/ gol. ruang/ TMT :
8 Jabatan Bidan Terampil :
9 Masa Kerja Gol. Lama :
Baru :
10 Unit Kerja
ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR DAN SUB UNSUR
No. INSTANSI PENGUSUL INSTANSI PENILAI
YANG DINILAI
Lama Baru Jumlah Lama Baru Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
I UNSUR UTAMA
Surat Keputusan ………..
I PENDIDIKAN
Mengikuti Pendidikan Sekolah
Dan Memperoleh Gelar/Ijazah
Sarjana Muda/Akademi/DIII/
DI/ Sekolah Bidan, dst.
Lampiran Usul/Bahan Yang Dinilai
1.
2.
3. ……..Tanggal ……

Pejabat Pengusul
NIP……..
Catatan Tim Penilai
……..Tanggal ……

Ketua Tim Penilai


NIP……..

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1450
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
Catatan Pejabat Penilai
……..Tanggal ……

Pejabat Penilai
NIP……..
Catatan : Surat Keputusan terakhir jabatan yang ada angka kreditnya, perlu
dicantumkan.

2. Cara Pengisian Formulir A

1. Nomor : diisi nomor agenda dari masing-masing unit yang


bersangkutan
2. Masa Penilaian : diisi sesuai periode kegiatan yang diusulkan angka
kreditnya
3. Keterangan Perorangan :
4. Pengisian
- - Nama : diisi nama pejabat Bidan yang bersangkutan sesuai
dengan SK terakhir.
- - NIP : diisi NIP SK yang bersangkutan.
- - Nomor seri : diisi Nomor seri Kartu Pegawai yang bersangkutan
KARPEG
- - Tempat dan tanggal : diisi tempat dan tanggal lahir yang bersangkutan
lahir
- - Jenis kelamin : diisi laki-laki atau perempuan
- Pendidikan yang telah diperhitungkan angka kreditnya :
diisi pendidikan terakhir pada saat inpassing/
penyesuaian atau pengangkatan.
- Pangkat/Golongan Ruang/TMT : diisi Pangkat/Gol. Ruang/Terhitung
Mulai tanggal (TMT) yang bersangkutan sesuai SK.
- - Jabatan Bidan : diisi jenjang jabatan pejabat Bidan yang
bersangkutan
- - Masa Kerja : diisi masa kerja Golongan yang bersangkutan
Golongan sesuai SK terakhir.
- Unit kerja : diisi unit kerja tempat yang bersangkutan bekerja.

5. Pengisian Angka Kredit :

- Instansi Pengusul : Diisi oleh pejabat pengusul pada unit kerja pejabat
yang bersangkutan
Lama : diisi dengan angka kredit sesuai dengan Penetapan
Angka Kredit (PAK) yang terakhir
Baru : diisi dengan penambahan angka kredit yang
diperoleh dalam periode waktu antara penetapan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1451
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
angka kredit yang terakhir sampai dengan saat
pengusulan penetapan angka kredit ini.
Jumlah : diisi hasil penjumlahan angka kredit Lama dan
Baru.

- Instansi Penilai : Diisi oleh Tim Penilai yang menerima DUPAK


Lama : diisi dengan angka kredit sesuai dengan Penetapan
Angka Kredit (PAK) yang terakhir
Baru : diisi dengan pertambahan angka kredit yang
disetujui oleh Tim Penilai untuk diperoleh pejabat
Bidan tersebut dalam periode waktu antara
penetapan angka kredit yang terakhir sampai
dengan saat pengusulan penetapan angka kredit
ini.
Jumlah : diisi hasil penjumlahan angka kredit Lama dan
Baru.

Pengisian “Lampiran usul/bahan yang dinilai” ditulis lampiran-lampiran


yang disertakan
Tanggal : diisi tanggal surat saat DUPAK dibuat
Pejabat Pengusul : diisi jabatan, tanda tangan, Nama dan NIP Kepala
Unit tempat Pejabat Bidan bekerja
Ketua Tim Penilai : diisi Ketua Tim Penilai
Pengisian Catatan : diisi oleh Tim Penilai
Tim Penilai
Pengisian Catatan : diisi oleh pejabat yang berwenang menetapkan
Pejabat Penilai angka kredit

Ad. 2. CATATAN DAN LAPORAN PRESTASI KERJA HARIAN

Formulir ini diisi setiap hari kerja oleh pejabat Bidan yang bersangkutan
dan diparaf oleh atasan langsung.
Formulir digunakan sebagai catatan kegiatan pejabat Bidan dan sebagai
dasar untuk pengisian formulir Surat Pernyataan melakukan kegiatan
pelayanan Kebidanan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1452
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
1. Contoh Formulir B dan cara pengisiannya sebagai berikut :
a. Nama :
b. NIP :
c. Jabatan :
d. Golongan ruang :
e. Unit Organisasi :
f. Kabupaten/Kota :
g. Propinsi :
h. Bulan/tahun :

Ke Sa Jumlah Prestasi Kerja


N
gia tu Tanggal
o
tan an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 28 29 30 31 Jml
1 2 3

Paraf
Ata
san
Lang
sung

Catatan : Butir kegiatan yang ditulis dalam formulir sesuai dengan kegiatan yang
dilaksanakan berdasarkan jenjang jabatan.

2. Cara Pengisian Formulir B

- Nama : diisi nama lengkap pejabat Bidan, sesuai dengan SK


pengangkatan PNS
- NIP : diisi NIP yang bersangkutan
- Jabatan : diisi jenjang jabatan Bidan sesuai SK Penetapan
Jabatan Bidan
- Golongan : diisi golongan ruang kepangkatan Bidan sesuai
ruang dengan SK terakhir.
- Unit : diisi nama unit organisasi tempat yang bersangkutan
Organisasi bekerja.
- Kabupaten/ : diisi nama wilayah Kab/Kota dimana unit organisasi
Kota berada
- Propinsi : diisi nama wilayah propinsi dimana unit organisasi
berada
- Bulan/ tahun : sebutkan bulan dan tahun

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1453
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
- Nomor : nomor urut dengan angka latin dari butir kegiatan
- Kegiatan : diisi butir-butir kegiatan yang dilakukan oleh
pejabat Bidan yang bersangkutan dalam bulan
tersebut di atas, sesuai dengan pasal 8 PERMENPAN
Nomor 01/PER/M.PAN/1/2008
- Satuan : diisi satuan kegiatan (laporan, kali persiapan,
spesimen/ sampel dll) dari masing-masing butir
kegiatan seperti yang tercantum pada lampiran I dan
II PERMENPAN Nomor 01/PER/M.PAN/1/2008
- Jumlah prestasi : diisi jumlah kegiatan dari masing-masing butir
kerja kegiatan pada tanggal yang sesuai pada setiap
kolom yang dilakukan setiap hari sesuai dengan
satuan butir kegiatan yang bersangkutan.
- Jumlah : Jumlahkan semua satuan prestasi kerja dalam satu
bulan, untuk masing-masing butir kegiatan.
- Paraf atasan : diparaf setiap hari oleh atasan langsung.
langsung

3. Contoh Pengisian Formulir

Septi, Pelaksana, bekerja di RSUD Kota Semarang, pada tanggal 1 Maret 2008
melaksanakan kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
a. Persiapan pelayanan kebidanan, 40 kegiatan
b. Pengkajian kepada Klien/ Pasien, 50 kegiatan
c. Penegakan diagnosa kebidanan, 40 kegiatan
d. Pelaksanaan kolaborasi, 5 kegiatan
e. Penyusunan rencana asuhan kebidanan, 25 kegiatan
f. Persiapan pelayanan asuhan kebidanan, 15 kegiatan
g. Pelaksanaan asuhan kebidanan, 55 kegiatan
h. Pelaksanaan KIE, 45 kegiatan
i. Rujukan asuhan kebidanan, 10 kegiatan
j. Evaluasi asuhan kebidanan, 54 kegiatan
k. Dokumentasi pelayanan kebidanan, 35 kegiatan
l. Pengelolaan pelayanan asuhan kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1454
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

Ke Sa Jumlah Prestasi Kerja


N
gia tu Tanggal
o
tan an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 28 29 30 31 Jml
1 2 3
1 2

2 2

3 2

4 2

Paraf
Ata
san
Lang
sung

Ad. 3 SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN PELAYANAN


KEBIDANAN

Formulir ini dibuat setiap 6 bulan satu kali dalam bulan Juni dan Desember.
Formulir ini merupakan rekapitulasi jumlah prestasi kerja bulanan, dibuat
rangkap 3 (tiga) masing-masing untuk :
a. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka Kredit.
b. Unit Kerja yang bersangkutan.
c. Pejabat Bidan yang bersangkutan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1455
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
1. Contoh Formulir C dan cara pengisiannya sebagai berikut :

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PELAYANAN KEBIDANAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ………………………………………................
NIP : …………………………………………………
Pangkat/Gol. Ruang/TMT : ……............…………………………………....
Jabatan : …………………………………………………
Unit Kerja : …………………………………………………
Menyatakan bahwa :
Nama : ………………………………………................
NIP : …………………………………………………
Pangkat/Gol. Ruang/TMT : ………............…………………………………
Jabatan : …………………………………………………
Unit Kerja : …………………………………………………

Telah melakukan kegiatan pelayanan kebidanan sebagai berikut :

Jumlah
Uraian Kegiatan Satuan Angka Jumlah Keterangan
No Tanggal Volume
Pelayanan kebidanan Hasil Kredit AK / bukti fisik
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
JUMLAH
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

………………,……..200…
Atasan Langsung

NIP.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1456
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
2. Cara pengisian formulir C

Yang bertanda tangan di bawah ini :

- Nama : diisi nama lengkap atasan langsung/Kepala


unit Bidan yang bersangkutan
- NIP : diisi NIP atasan langsung/Kepala unit
- Pangkat/Gol.Ruang/ : diisi Pangkat/Gol Ruang/Terhitung Mulai
TMT Tanggal (TMT) atasan langsung/Kepala unit
sesuai SK
- Jabatan : diisi jabatan atasan langsung/Kepala unit
- Unit Kerja : diisi unit kerja yang bersangkutan

Menyatakan bahwa :

- Nama : diisi nama lengkap pejabat Bidan yang


bersangkutan
- NIP : diisi NIP pejabat Bidan yang bersangkutan
- Pangkat/Gol.Ruang/ : diisi pangkat/Gol. ruang/TMT yang
TMT bersangkutan sesuai SK
- Jabatan : diisi jenjang jabatan Bidan yang bersangkutan
- Unit Kerja : diisi unit kerja yang bersangkutan
- Kolom 1 : diisi nomor urut
- Kolom 2 : diisi butir kegiatan sesuai dengan kegiatan
pada catatan harian
- Kolom 3 : diisi tanggal pelaksanaan kegiatan tersebut
- Kolom 4 : diisi satuan dari butir kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan Lampiran I dan Lampiran II
PERMENPAN No. 01/PER/M.PAN/1/2008
masing–masing untuk Bidan Terampil dan
Bidan Ahli
- Kolom 5 : diisi dengan jumlah beban kerja tiap kegiatan
yang dilakukan selama 1 (satu) periode.
- Kolom 6 : diisi angka kredit yang diperoleh dari hasil
kali volume kegiatan dengan angka kredit
sesuai dengan Lampiran I dan Lampiran II
PERMENPAN No. 01/PER/M.PAN/1/2008
- Kolom 7 : diisi dengan jenis bukti fisik/ keterangan
lainnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1457
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
Ad. 4 SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN PROFESI

Formulir ini dibuat untuk dapat dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan
Angka Kredit. Dibuat rangkap tiga masing-masing untuk :
a. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka Kredit
b. Unit Kerja yang bersangkutan
c. Pejabat Bidan yang bersangkutan

1. Contoh Formulir D dan cara pengisiannya sebagai berikut :

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PELAYANAN PENGEMBANGAN PROFESI

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ……………..………………………..............
NIP : ………………………………………………
Pangkat/Gol Ruang/TMT : ……………........……………………………
Jabatan : ………………………………………………
Unit Kerja : ………………………………………………
Menyatakan bahwa :
Nama : .………………………………………............
NIP : .………………………………………………
Pangkat/Gol Ruang/TMT : ………………………………………….……
Jabatan : ………………………..………………………
Unit Kerja : ……………………..…………………………

Telah melakukan kegiatan pengembangan profesi sebagai berikut :

Uraian Kegiatan Jumlah


Satuan Angka Jumlah Keterangan/
No. Pengembangan Tanggal Volume
Hasil Kredit AK bukti fisik
Profesi Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
dst JUMLAH
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

………………,……..200..
Atasan Langsung

NIP.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1458
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
2. Cara pengisian formulir D

Yang bertanda tangan di bawah ini :


- Nama : nama lengkap atasan langsung/Kepala Unit
Bidan yang bersangkutan
- NIP : diisi NIP atasan langsung/Kepala Unit
- Pangkat/Gol. Ruang/ : diisi Pangkat/Gol. Ruang/Terhitung Mulai
TMT Tanggal (TMT) atasan langsung/Kepala Unit
sesuai SK
- Jabatan : diisi jabatan atasan langsung/Kepala Unit
- Unit Kerja : diisi unit kerja atasan langsung/Kepala Unit

Menyatakan bahwa :
- Nama : diisi nama lengkap pejabat Bidan yang
bersangkutan
- NIP : diisi NIP yang bersangkutan
- Pangkat/Gol. Ruang/ : diisi pangkat/Gol. Ruang/TMT yang
TMT bersangkutan
- Jabatan : diisi jenjang jabatan Bidan yang bersangkutan
- Unit Kerja : diisi unit kerja yang bersangkutan
- Kolom 1 : diisi nomor urut
- Kolom 2 : diisi butir kegiatan yang dilakukan
- Kolom 3 : diisi tanggal pelaksanaan kegiatan tersebut
- Kolom 4 : diisi satuan sesuai dengan butir kegiatan yang
dilakukan
- Kolom 5 : diisi dengan jumlah beban kerja tiap kegiatan
- Kolom 6 : diisi angka kredit yang diperoleh dari hasil
kali volume kegiatan dengan angka kredit
sesuai Lampiran I dan Lampiran II
PERMENPAN No. 01/PER/M.PAN/1/2008
- Kolom 7 : diisi dengan jenis bukti fisik/keterangan
lainnya.

Ad. 5 SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN PENUNJANG


TUGAS BIDAN

Formulir ini dibuat untuk dapat dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan
Angka Kredit. Dibuat rangkap tiga masing-masing untuk :

a. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angka Kredit


b. Unit Kerja yang bersangkutan
c. Pejabat Bidan yang bersangkutan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1459
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
1. Contoh Formulir E dan cara pengisiannya sebagai berikut :

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENUNJANG TUGAS
BIDAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………………………………………................
NIP : …………………………………………………
Pangkat/Gol. Ruang/TMT : ……………………………........………………
Jabatan : …………………………………………………
Unit Kerja : …………………………………………………

Menyatakan bahwa :

Nama : ………………………………………................
NIP : …………………………………………………
Pangkat/Gol. Ruang/TMT : …………………………………………………
Jabatan : …………………………………………………
Unit Kerja : …………………………………………………

Telah melakukan kegiatan penunjang tugas Bidan sebagai berikut :

Uraian Kegiatan Jumlah


Satuan Angka Jumlah Keterangan
No. Penunjang Tugas Tanggal Volume
Hasil Kredit AK /bukti fisik
Bidan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
dst JUMLAH

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

………………,……..200…
Atasan Langsung

NIP.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1460
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
2. Cara pengisian formulir E

Yang bertanda tangan di bawah ini :


- Nama : nama lengkap atasan langsung/Kepala Unit
Bidan yang bersangkutan
- NIP : diisi NIP atasan langsung/Kepala Unit
- Pangkat/Gol. Ruang/ : diisi Pangkat/Gol. Ruang/Terhitung Mulai
TMT Tanggal (TMT) atasan langsung/Kepala Unit
sesuai SK
- Jabatan : diisi jabatan atasan langsung/Kepala Unit
- Unit Kerja : diisi unit kerja atasan langsung/Kepala Unit

Menyatakan bahwa :
- Nama : diisi nama lengkap pejabat Bidan yang
bersangkutan
- NIP : diisi NIP yang bersangkutan
- Pangkat/Gol. Ruang/ : diisi Pangkat/Gol. Ruang/TMT yang
TMT bersangkutan
- Jabatan : diisi jenjang jabatan Bidan yang bersangkutan
- Unit Kerja : diisi unit kerja yang bersangkutan
- Kolom 1 : diisi nomor urut
- Kolom 2 : diisi butir kegiatan yang dilakukan
- Kolom 3 : diisi tanggal pelaksanaan kegiatan tersebut
- Kolom 4 : diisi satuan sesuai dengan butir kegiatan yang
dilakukan
- Kolom 5 : diisi dengan jumlah beban kerja tiap kegiatan
- Kolom 6 : diisi angka kredit yang diperoleh dari hasil kali
volume kegiatan dengan angka kredit kegiatan
sesuai Lampiran I dan Lampiran II
PERMENPAN No. 01/PER/M.PAN/1/2008
- Kolom 7 : diisi dengan jenis bukti fisik/ keterangan lainnya.

Ad. 6 SURAT KETERANGAN SEBAGAI ANGGOTA ORGANISASI PROFESI

Formulir Surat Keterangan ini diisi oleh pengurus organisasi. Dibuat


rangkap tiga masing-masing untuk :

a. Dilampirkan pada Daftar Usul Penetapan Angkat Kredit


b. Unit Kerja yang bersangkutan
c. Pejabat fungsional yang bersangkutan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1461
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
1. Contoh Formulir F dan cara pengisiannya sebagai berikut :

SURAT KETERANGAN
Nomor : ……………………………

Dengan ini kami menerangkan bahwa :


Nama : …………………………………………………………………
NIP : …………………………………………………………………
Pangkat/Golongan : …………………………………………………………………
Jabatan : …………………………………………………………………
Unit Organisasi : …………………………………………………………………

Masih tercatat sebagai anggota organisasi ……………… Tingkat ……………….,


dan memenuhi kewajiban sebagai anggota sebagaimana yang tercantum dalam
AD dan ART.

Surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan seperlunya.

…………………….,………………..200…
Pengurus Organisasi

(……………………)

2. Cara pengisian formulir F

Dengan ini kami menerangkan bahwa :


- Nama : ditulis nama pejabat Bidan yang bersangkutan
- NIP : diisi NIP yang bersangkutan
- Pangkat/ golongan : diisi Pangkat/ Golongan yang bersangkutan
- Jabatan : diisi jenjang Jabatan Bidan yang bersangkutan
- Unit Organisasi : diisi Unit Organisasi yang bersangkutan
- Pengurus organisasi : diisi Jabatan, Nama dan Tanda tangan
pengurus organisasi sebagai anggota organisasi
………. (Ikatan Bidan Indonesia/IBI).
Tingkat …………….… (diisi wilayah organisasi
tersebut berada, misalnya Kecamatan,
Kabupaten, Nasional, dsb.)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1462
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
Ad. 7 PENETAPAN ANGKA KREDIT

Formulir penetapan angka kredit diisi oleh pejabat yang berwenang


menetapkan angka kredit.
Formulir dibuat dalam rangkap 5 (lima), asli disampaikan kepada Kepala
Badan Kepegawaian (BKN) up. Deputi Bidang Pengadaan dan Mutasi
Kepegawaian atau Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan dengan
tembusan disampaikan kepada :
a. Bidan yang bersangkutan.
b. Pimpinan Unit Kerja Bidan yang bersangkutan.
c. Sekretaris Tim Penilai Bidan yang bersangkutan.
d. Pejabat yang berwenang menetapkan Angka Kredit.

1. Contoh formulir G dan cara pengisiannya sebagai berikut :

PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN BIDAN TINGKAT : ...............................................
NOMOR :

INSTANSI : …………………. MASA PENILAIAN TGL ……………. s/d …………..

I NO KETERANGAN PERORANGAN
1 NAMA
2 NIP
3 NOMOR SERI KARPEG
4 JENIS KELAMIN
5 PENDIDIKAN YANG TELAH DIPERHITUNGKAN
ANGKA KREDITNYA
6 PANGKAT/ GOL RUANG/ TMT
7 JABATAN BIDAN
8 MASA KERJA GOL. LAMA
BARU
9 UNIT KERJA
II PENETAPAN ANGKA KREDIT LAMA BARU JUMLAH
1 UNSUR UTAMA
Surat Keputusan …………..
a. Pendidikan :
1) Pendidikan sekolah dan memperoleh gelar/
ijazah
2) Pendidikan dan pelatihan teknis di bidang
Kebidanan dan mendapatkan Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan (STTPL).
b. Pelayanan kebidanan
c. Pengembangan profesi
JUMLAH UNSUR UTAMA
2 UNSUR PENUNJANG
Kegiatan yang menunjang pelaksanaan tugas Bidan
JUMLAH UNSUR PENUNJANG
JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1463
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
2. Cara pengisian formulir G

Keterangan Perorangan :

- Nama : diisi nama pejabat bidan yang bersangkutan


- NIP : diisi NIP yang bersangkutan
- Nomor seri KARPEG : diisi Nomor Seri Kartu Pegawai yang
bersangkutan
- Tempat dan Tanggal Lahir : diisi tempat dan tanggal lahir yang
bersangkutan
- Jenis Kelamin : diisi laki-laki atau perempuan
- Pendidikan : diisi pendidikan terakhir khusus yang telah
diperhitungkan angka kreditnya.
- Pangkat/Gol.Ruang/TMT : diisi pangkat/Gol. Ruang/TMT yang
bersangkutan.
- Jabatan Bidan : diisi jenjang jabatan pejabat Bidan yang
bersangkutan.
- Masa Kerja Golongan : diisi Masa Kerja Golongan yang bersangkutan
sesuai SK terakhir.
- Unit Kerja : diisi unit kerja tempat yang bersangkutan
bekerja

Penetapan Angka Kredit :

- Lama : diisi dengan angka kredit sesuai dengan


Penetapan Angka Kredit (PAK) yang terakhir.
- Baru : diisi dengan pertambahan angka kredit yang
diperoleh dalam periode waktu antara
penetapan angka kredit terakhir sampai
dengan Penetapan angka kredit ini.
- Jumlah : diisi dengan hasil penjumlahan angka kredit
lama dan baru.
- Jumlah Unsur Utama : diisi dengan Angka Kredit dengan jumlah
butir kegiatan di atas kolom masing-masing
lama, baru dan jumlah lama dan baru.
- Jumlah Unsur Penunjang : diisi dengan angka kredit dengan jumlah
butir kegiatan diatas kolom masing – masing
lama, baru dan jumlah lama dan baru.
- Jumlah unsur utama : diisi dengan angka kredit dari jumlah unsur
dan unsur penunjang utama dan jumlah unsur penunjang

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1464
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
c. Mekanisme Pengajuan DUPAK

Mekanisme/prosedur pengajuan DUPAK merupakan rangkaian


Pengumpulan angka kredit yang meliputi kegiatan; mendokumentasikan
hasil kegiatan pelayanan/pekerjaan, penghitungan angka kredit sesuai
kegiatan yang diperoleh serta menuangkan dalam format-format SPMK,
laporan bulanan maupun laporan semester sampai dengan memperoleh
persetujuan atasan langsung.

Selanjutnya apabila menurut perhitungan sementara angka kredit yang


diperolehnya telah mencukupi untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat
lebih tinggi, maka PFK harus membuat DUPAK yang diketahui atasan
langsungnya dan ditandatangani oleh pejabat pengusul untuk
disampaikan kepada tim penilai.

Alur Pengiriman DUPAK dan PAK dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

1) Alur Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Bidan di lingkungan


UPT Vertikal Kemenkes.

P.B.A.K
Pim. UPT

Atasan langsung (#) Pejabat Sekretariat Tim


Pengusul Tim Penilai Penilai
PFK
UPT UPT

Yang terkait Tim Penilai


Biro Kepegawaian
Teknis

(#) Pimpinan unit pelayanan/ PJ Struktural Atasan Ybs.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1465
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
2) Alur Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Bidan di Unit Utama.

P.B.A.K
Unit Pembina

A.L (#) Pejabat Unit Sekretariat Tim


Pengusul Utama Tim Penilai Penilai Unit
PFK
Unit Pembina Pembina

Yang terkait Tim Penilai


Biro Kepegawaian
Teknis

(#) Pimpinan unit pelayanan/ PJ Struktural Atasan Ybs.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1466
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

BAGAN ALUR
PENGIRIMAN DUPAK DAN PAK

DUPAK PAK

DIR BINA PELAYANAN


KEPERAWATAN DEPKES
2 TIM PENILAI DEPARTEMEN
TIM PENILAI TEKNIS

1. Bidan Pelaksana Pemula KEPALA INSTANSI


Bidan Pelaksana
Bidan Pelaksana Lanjutan TIM PENILAI INSTANSI
PLK Penyelia
Bidan Pertama TIM PENILAI TEKNIS
Bidan Muda
2. Bidan Madya

KA.DINKES. PROV.

TIM PENILAI PROV.

TIM PENILAI TEKNIS

KA.DINKES. KAB/KOTA

TIM PENILAI KAB/KOTA


TIM PENILAI TEKNIS

BKN/
BKD
PIMPINAN UNIT KERJA

BIDAN Ybs

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1467
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
d. Tim Penilai DUPAK

1) Penilaian oleh Tim Penilai

a) DUPAK diterima oleh Sekretaris Tim Penilai dan diperiksa serta


diteliti kelengkapannya termasuk bukti fisik yang dilampirkan.
b) DUPAK yang telah diperiksa lengkap diserahkan kepada Ketua Tim
Penilai, selanjutnya Ketua Tim Penilai membagi tugas kepada para
anggota Tim untuk mengkaji DUPAK yang diusulkan berdasarkan
kelengkapan bukti fisik.
c) Hasil pengkajian oleh anggota Tim Penilai disampaikan kepada
Ketua Tim Penilai. Selanjutnya Ketua Tim Penilai mengadakan rapat
anggota untuk melakukan verifikasi atas hasil kajian anggota Tim
Penilai tersebut.
d) Hasil keputusan rapat diusulkan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit sebagai PAK (Penetapan Angka Kredit).
e) Bila dalam pengkajian DUPAK tersebut terdapat hal-hal yang
meragukan dan memerlukan bantuan Tim Penilai Teknis, maka
berkas DUPAK tersebut melalui Ketua Tim Penilai dikirimkan
kepada Tim Penilai Teknis.

2) Penilaian oleh Tim Penilai Teknis

DUPAK yang diajukan oleh Tim Penilai dibahas dalam rapat Tim
Penilai Teknis. Dalam rapat ini Tim Penilai Teknis mengkaji hal-hal
teknis yang diminta pertimbangannnya. Hasil pengkajian tersebut
disampaikan kepada Ketua Tim Penilai.

a) PAK yang telah ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang


menetapkan angka kredit dibuat rangkap 5 untuk :
(1) Kepada Badan Kepegawaian Negara (Asli)
(2) Pejabat Bidan yang bersangkutan
(3) Pimpinan unit kerja yang mengusulkkan DUPAK
(4) Sekretaris Tim Penilai yang bersangkutan.
(5) Pejabat yang menetapkan angka kredit sebagai pertinggal.

b) Penilaian angka kredit bagi pejabat Bidan yang diangkat pertama


kali dan pindahan dari jabatan lain untuk menentukan jenjang
jabatan.
(1) Untuk menentukan jenjang jabatan bagi pejabat Bidan yang akan
diangkat pertama kali dan pindahan dari jabatan lain diperlukan
penetapan angka kredit.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1468
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
(2) Usul penetapan angka kredit diajukan dengan Daftar Usul
Penetapan Angka Kredit (DUPAK) seperti untuk kenaikan
jabatan/pangkat.
(3) Penilaian dilakukan oleh Tim Penilai untuk menilai angka kredit
dapat dari unsur pendidikan, pelayanan kebidanan,
pengembangan profesi dan penunjang kegiatan kebidanan. Hasil
penilaian Tim Penilai diusulkan kepada pejabat yang
berwewenang menetapkan angka kredit untuk ditetapkan dalam
PAK.

VIII. REFERENSI

1. Perpres RI No. 9 tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan


2. Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
3. Permenpan No. 01/PER/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsional dan
Angka Kreditnya
4. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 1110/Menkes/PB/XII/2008 dan No. 25 tahun 2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
5. Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Standar Asuhan
Kebidanan

IX. LAMPIRAN

1. Formulir catatan dan laporan prestasi kerja harian


2. Formulir Daftar Usul Penetapan Angka Kredit bidan (DUPAK)
3. Surat keterangan anggota organisasi profesi
4. Formulir Penetapan Angka Kredit (PAK)
5. Surat pernyataan melakukan kegiatan pelayanan kebidanan
6. Surat pernyataan melakukan kegiatan pengembangan profesi
7. Surat pernyataan melakukan kegiatan penunjang tugas bidan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1469
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA
1. Formulir catatan dan laporan prestasi kerja harian

CATATAN DAN LAPORAN PRESTASI KERJA HARIAN

Nama :
NIP :
Jabatan :
Golongan Ruang :
Unit Organisasi :
Kabupaten/Kota :
Propinsi :
Bulan/Tahun :

Jumlah Prestasi Kerja


No Kegiatan Satuan Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 JML
1 2 3

Paraf Atasan Langsung

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1470
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

2. Formulir daftar usul penetapan angka kredit bidan (DUPAK)

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN BIDAN ............................... (TERAMPIL/AHLI)
NOMOR :

MASA PENILAIAN TGL ……………..... S/D TGL …………..........


No. KETERANGAN PERORANGAN
1 Nama :
2 NIP :
3 Nomor Seri Karpeg :
4 Tempat dan tanggal lahir :
5 Jenis Kelamin :
6 Pendidikan yang telah diperhitungkan Angka :
Kreditnya
7 Pangkat/Gol. Ruang/TMT :
8 Jabatan Bidan Terampil/Ahli :
9 Masa Kerja Gol. Lama :
Baru :
10 Unit Kerja
ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR DAN SUB UNSUR
No. INSTANSI PENGUSUL INSTANSI PENILAI
YANG DINILAI
Lama Baru Jumlah Lama Baru Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
I UNSUR UTAMA
Surat Keputusan ………..
I PENDIDIKAN
Mengikuti Pendidikan Sekolah dan
Memperoleh Gelar/Ijazah
Sarjana Muda/Akademi/DIII/
DI/Sekolah Bidan, dst.
Lampiran Usul/Bahan Yang Dinilai
1.
2.
3. ……..Tanggal ……
Pejabat Pengusul
NIP………
Catatan Tim Penilai
……..Tanggal ……
Ketua Tim Penilai
NIP……..
Catatan Pejabat Penilai
……..Tanggal ……
Pejabat Penilai
NIP……..
Catatan : Surat Keputusan terakhir jabatan yang ada angka kreditnya, perlu dicantumkan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1471
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

3. Surat keterangan anggota organisasi profesi

SURAT KETERANGAN
Nomor : ……………………………

Dengan ini kami menerangkan bahwa :

Nama : ……………………………………………………………
NIP : ……………………………………………………………
Pangkat/ Golongan : …………………….……………………………………...
Jabatan : ……………………………………………………………
Unit Organisasi : ……………………………………………………………

Masih tercatat sebagai anggota organisasi ………………… Tingkat …………….,


dan memenuhi kewajiban sebagai anggota sebagaimana yang tercantum dalam
AD dan ART.

Surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan seperlunya.

…………………., ..………………. 200…

Pengurus Organisasi

(……………………)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1472
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

4. Formulir Penetapan Angka Kredit (PAK)

PENETAPAN ANGKA KREDIT

JABATAN BIDAN TINGKAT : ...............................................


NOMOR :

INSTANSI : ………………. MASA PENILAIAN TGL ……………. S/D TGL ………

I NO KETERANGAN PERORANGAN
1 NAMA
2 NIP
3 NOMOR SERI KARPEG
4 JENIS KELAMIN
5 PENDIDIKAN YANG TELAH
DIPERHITUNGKAN ANGKA KREDITNYA
6 PANGKAT/ GOL RUANG/ TMT
7 JABATAN BIDAN
8 MASA KERJA GOL. LAMA
BARU
9 UNIT KERJA
II PENETAPAN ANGKA KREDIT LAMA BARU JUMLAH
1 UNSUR UTAMA
Surat Keputusan …………..
d. Pendidikan :
1) Pendidikan sekolah dan memperoleh
gelar/ ijazah
2) Pendidikan dan pelatihan teknis di bidang
Kebidanan dan mendapatkan Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL).
e. Pelayanan kebidanan
f. Pengembangan profesi
JUMLAH UNSUR UTAMA
2 UNSUR PENUNJANG
Kegiatan yang menunjang pelaksanaan tugas
Bidan
JUMLAH UNSUR PENUNJANG
JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1473
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

5. Surat pernyataan melakukan kegiatan pelayanan kebidanan

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PELAYANAN KEBIDANAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ……………………….….…………....
NIP : ……………………….….…………....
Pangkat/Golongan ruang/TMT : ………………………..……………....
Jabatan : …………………....….….…………....
Unit Kerja : ………………………..………………

Menyatakan bahwa :
Nama : ………………………………………...
NIP : …………………………………….......
Pangkat/ golongan ruang/ TMT : …………………………………………
Jabatan : ………………………………………....
Unit Kerja : ………………………………………....

Telah melakukan kegiatan pelayanan kebidanan sebagai berikut :

Uraian Kegiatan Jumlah


Satuan Angka Jumlah Keterangan/
No. Pelayanan Tanggal Volume
Hasil Kredit AK bukti fisik
kebidanan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
JUMLAH

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

………………,……..200…

Atasan Langsung

NIP.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1474
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

6. Surat pernyataan melakukan kegiatan pengembangan profesi

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PELAYANAN PENGEMBANGAN PROFESI

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ………………………………………...
NIP : ………………………………………...
Pangkat/ golongan ruang/ TMT : …………………………………………
Jabatan : …………………………………….......
Unit Kerja : …………………………………………

Menyatakan bahwa :
Nama : ………………………………………...
NIP : …………………………………………
Pangkat/ golongan ruang/ TMT : …………………………………………
Jabatan : …………………………………………
Unit Kerja : …………………………………………

Telah melakukan kegiatan pengembangan profesi sebagai berikut :

Uraian Kegiatan Jumlah


Satuan Angka Jumlah Keterangan/
No. Pengembangan Tanggal Volume
Hasil Kredit AK bukti fisik
Profesi Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
dst JUMLAH

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

………………,……..200..

Atasan Langsung

NIP

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1475
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG AHLI – PERTAMA

7. Surat pernyataan melakukan kegiatan penunjang tugas bidan

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENUNJANG TUGAS BIDAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ………………………………………....
NIP : ………………………………………....
Pangkat/ golongan ruang/ TMT : …………………………………………
Jabatan : …………………………………………
Unit Kerja : …………………………………………

Menyatakan bahwa :
Nama : ………………………………………....
NIP : …………………………………………
Pangkat/ golongan ruang/ TMT : …………………………………………
Jabatan : …………………………………………
Unit Kerja : …………………………………………

Telah melakukan kegiatan penunjang tugas Bidan sebagai berikut :

Uraian Kegiatan Jumlah


Satuan Angka Jumlah Keterangan/
No. Penunjang Tugas Tanggal Volume
Hasil Kredit AK bukti fisik
Bidan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
dst JUMLAH

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

………………,……..200…

Atasan Langsung

NIP.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
1476

Anda mungkin juga menyukai