BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah seorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun
dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik,
psikologis, social, dan spiritual. Anak merupakan individu yang berada dalam
satu rentang perubahan perkembangan yang di mulai dari bayi hingga remaja.
yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh dan berkembang. Pediatrik
orang dewasa. Lebih dari seabad yang lalu ilmu pediatrik muncul sebagai
kesehatan anak berbeda dengan orang dewasa dan bahwa respon anak
terhadap sakit dan stres berbeda-beda sesuai umur (Dewi Wulandari dan
ukuran sel secara kuantitatif, dimana sel-sel tersebut mensintesis protein baru
1
2
secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh
timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang kurang, maka anak sering
sakit, misalnya diare, cacingan, demam berdarah. (Dewi Wulandari dan Meira
Erawati 2016).
merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai
tahun 2017, diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih
cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam.
secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua kelompok umur baik balita,
anak-anak, dan orang dewasa dengan berbagai golongan sosial. Secara global
terjadi peningkatan kejadian diare dan kematian akibat diare pada anak balita
pada tahun 2015 dan 2017. Pada tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688
juta prang sakit dan 499.000 kematian diseluruh dunia terjadi pada anak-anak
3
usia dibawah 5 tahun. Data WHO (2017), menyatakan hampir 1,7 miliar kasus
diare terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak
8.490.9876 kasus. Adapun secara nasional angka kematian atau case fatality
rate (CFR) pada KLB diare pada tahun 2014 sebesar 1,14%. Sedangkan target
CFR < 1%. Dengan demikian secara nasional, CFR KLB diare tidak mencapai
2018 angka kesakitan diare pada balita diprovinsi jawa barat sebanyak 12,8%
dan angka kesakitan diare semua umur tahun 2000 adalah 301/1000
penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk dan tahun 2006 adalah
bayi post neonatal (31.4%) dan pada anak balita (25,2%) (Dinas Kesehatan
tahun 2015 yaitu <1 tahun sebanyak 8.111 penderita, yang meninggal
sebanyak 1 orang, usia 1-4 tahun sebanyak 14.013 penderita, usia >5 tahun
sebanyak 18.207 penderita. Sedangkan pada tahun 2016 yaitu usia <1 tahun
sebanyak 14.557 penderita, usia 1-4 tahun sebanyak 24.169 penderita, yang
meninggal sebanyak 1 orang, dan usia >5 tahun sebanyak 36.231 penderita.
4
Jadi dari hasil tersebut menunjukkan bahwa penyakit diare pada tahun 2015
Cirebon bulan November 2018 – Januari 2019 di ruang anak kelas II dan III
didapatkan bahwa anak yang dirawat dengan gejala demam yang menduduki
peringkat paling banyak adalah kasus diare dengan jumlah total 90 anak dan
rata – rata terjadi pada anak usia 1 – 5 tahun. Diare pada balita sangat
benar.
farmakologi. Salah satu tindakan non farmakologi tentang diare adalah berupa
pemberian minum seperti pemberian air putih, susu, jus dan lain-lain,
plester, kompres air hangat dan kompres daun kembang sepatu, tepid sponge,
serta kompres tepid sponge (Kozier, dkk, 2010). Hal ini sesuai dengan
tubuh yang sudah dilakukan oleh Djuwariyah, dkk (2011) mengatakan bahwa
Roihatul Zahroh, dkk (2017) mengatakan bahwa lebih efektif kompres air
5
dengan menggunakan air suhu ruangan (20-25°C) atau hangat (suhu 29-32 °C)
B. Perumusan Masalah
akibat diare, 4 orang ibu memakai tehnik kompres plester untuk menurunkan
demam, 4 orang ibu memakai tehnik kompres air hangat untuk menurunkan
demam dan 2 orang ibu lainnya menggunakan tehnik tapid sponge untuk
air hangat dan kompres tapid sponge lebih cepat menurunkan demam dengan
“Apakah ada pengaruh tapid sponge tehadap suhu tubuh pada pasien diare
6
2019?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Cirebon.
2. Tujuan Khusus
Muhammadiyah Cirebon.
Cirebon.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
terhadap suhu tubuh dan kaitanya kejadian diare pada balita pada Program
2. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Diare
1. Pengertian Diare
sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
bila buang air besar sudah lebih dari 4 kali sedangkan untuk bayi berumur
lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali (Marmi &
Rahardjo, 2012).
oleh transportasi air dan elektrolit yang abnornal dalam usus (Wong,
2008). Sedangkan menurut Suriadi & Rita (2010) diare adalah kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi 1 kali
atau lebih buan air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
Diare akut adalah buan air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain
memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah.
9
10
langsung dari penderita diare atau melalui makan atau minuman yang
hewan atau bahan muntahan penderita dan juga dapat melalui udara atau
Aru,dkk 2009)
tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila buang air besar
sudah lebih dari 4 kali sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan
2. Klasifikasi Diare
infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai Infeksi Saluran
Napas Atas (ISPA) atau Infeksi Saluran Kemih (ISK), terapi antibiotik
frekuensi defekasi dan kandunan air dalam feses dengan lamanya (durasi)
sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan
kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak
memadai.
yang terjadi pada bayi dalam usia beberapa minggu pertama serta
dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare toodler, merupakan
penyebab diare kronis yang serin dijumpai pada anak-anak yan berusia 6
sering disertai partikel makanan yang tidak dicerna, dan lamanya diare
3. Etiologi Diare
Menurut Dewi Wulandari dan Meira Erawati (2016), Ada empat macam
a. Faktor infeksi
sebagai berikut:
b. Faktor malabsorpsi
intoleransi laktosa.
13
2) Malabsopsi lemak
3) Malabsorpsi protein
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi
sebagai berikut:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat,
b. Sering buang air besar dengan konsisensi feses makin cair, mungkin
besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan
menjadi empat kategori yairu tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan
berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan
14
2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%), dan
a. Diare akut
2) Onset yan tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
4) Demam
b. Diare kronik
5. Patofisiologis Diare
sebagai berikut:
atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan
terjadi pergerseran air dan elektrolit ke dlam rongga usus. Isi rongga
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit oleh
dinding usus ke dalam ronga usus dan selanjutnya timbul diare karena
melakukan basobsi air yang akan membuat solid dari komponen feses,
mutrisi dan elektrolit oleh uus halus, serta absorbsi air menjadi tergangu.
Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan
menstimulasi cairan dan elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus ini
menyebabkan destruksi pada mukosa sel dari vili usus halus yan dapat
sekresi air dan elektrolit. Proses ini disebut diare sekretorik. Pada proses
bila bakteri menembus dinding usus melalui plague peyeri di ileum makan
6. Komplikasi Diare
komplikasi seperti:
b. Rentan hipovolemik
17
d. Hipoglikemia
7. Penatalaksanaan Diare
1) Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan
ringel laktat bila tidak terjadi dehidrasi dapat diberikan cairan NaCl
2) Jumlah cairan
dikeluarkan.
c. Terapi simtomatik
Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas
rangsangan ekstrapiramidal.
d. Terapi definitif
1. Pengertian Demam
suhu tubuh yang dapat disebabkan oleh suhu lingkungan yang berlebihan,
suhu tubuh sentral yang berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau
berdasarkan pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari
sel tubuh akan berfungsi secara optimal jika suhu tubuh dalam batas
350C & dibawahnya. Pireksia jika suhu tubuh 37,8-39, 0C. Hiperpireksia
smua umur. Dari bayi 0 bulan sampai yang sudah berumur tujuhpuluhan
pelepasan panas tubuh. Bila terjadi suhu tubuh yang tidak teratur, karena
2. Penyebab Demam
pirogen yaitu pirogen eksoge dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari
itu juga karena gangguan pada pusat regulasi suhu sentral yang
tanda-tanda spesifik atau tidak. Berikutnya tahap kedua yang terdiri dari 2
tahap yaitu jika ditemukan tanda dan gejala fokal tertentu maka dilakukan
kedua jika tidak ada tanda dan gejala fokal maka dilakukan pemeriksaan
ulang darah lengkap. Setelah itu kedua tahap dievaluasi untuk ditindak
dilakukan seperlunya.
C. Tapid Sponge
suhu dengan menggunakan air suhu ruangan (20-25°C) atau hangat (suhu
29-32 °C) dengan cara membilas seluruh tubuh menggunakan waslap atau
dengan melakukan kompres air hangat diseluruh badan anak. Suhu air
dilakukan tindakan tepid sponge yaitu untuk menurunkan suhu tubuh pada
dengan teknik seka. Kompres tepid sponge ini hampir sama dengan
kompres air hangat biasa, yakni mengompres pada lima titik (leher, 2
ketiak, 2 pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan dada atau
diseluruh badan dengan kain. Basahi lagi kain bila kering. Berdasarkan
antara kompres hangat dan water tepid sponge pada pasien anak usia 6
bulan - 3 tahun dengan demam” adalah kompres tepid sponge hangat lebih
panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat, dibandingkan hasil
yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari
23
untuk menurunkan panas tubuh saat demam, bahkan lebih cepat daripada
dengan teknik seka (Alves, 2008). Bahasa gampangnya, si anak kita seka
pembuluh darah perier diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit
tubuh. Turunnya suhu terjadi lewat panas tubuh yang digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Karena air hangat membantu darah
suhu diluar hangat, maka tubuh akan menganggap suhu diluar cukup
Menurut (http://skepandners.blogspot.com/2017/03/satuan-acara-
a. Tahap Persiapan
1) Persiapan alat meliputi ember atau baskom untuk tempat air hangat
termometer digital.
lingkungan pasien.
b. Tahap Pelaksanaan
water sponge.
water sponge.
3) Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu pemberian
wash lap atau lap mandi, usapkan mulai dari kepala, dan dengan
tekanan lembut yang lama, lap seluruh tubuh, meliputi leher, kedua
selimut mandi dan keringkan. Pakaikan klien baju yang tipis dan
pada kulit (mosalnya didahi) efektif jika diberikan kurang lebih 1 jam
tidak efektif dalam mengatasi demam pada anak-anak baik jika digunakan
pada kasus demam yang cukup tinggi. Kompres tubuh anak disekitar dahi,
dada dan ketiak. Kompres dengan air dingin (es) atau alkohol sangat tidak
keracunan alkohol.
menurunkan demam secara cepat. Akan tetapi, efek tapid sponge selain
tubuh. Akan tetapi selama tapid sponge, terjadi penurunan suhu tubuh
penurunan suhu tubuh antara kompres hangat dan tapid sponge pada
kompres tapid sponge yang dilakukan ibu dalam menurunkan demam pada
suhu tubuh pada anak dengan hipertermia dan juga membantu dalam
Kabupaten Gresik.
E. Kerangka Teori
tapid sponge terhadap suhu tubuh pada pasien diare dapat dilihat pada diagram
berikut:
Diare
4) Kompres dingin
= Diteliti
= Tidak Diteliti
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
variabel bebas yaitu Tapid Sponge terhadap variabel terikat yaitu Suhu Tubuh
independent dependent
Keterangan :
: Diteliti
: Pengaruh
29
30
B. Hipotesis
tentative antara satu variabel, dua variabel atau lebih (Jenita Doli. 2016).
Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Ada pengaruh tapid sponge
terhadap suhu tubuh pada pasien diare diruang perawatan anak RSU
1. Definisi Konseptual
a. Tapid Sponge
b. Suhu Tubuh
antara produksi dan pengeluaran panas dari tubuh, yang diukur dalam
2. Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Terikat
1. Suhu Keseimbangan Mengukur Termometer 1. Subnormal Ordinal
Tubuh antara dan dan lembar jika suhu
produksi dan mencatat observasi tubuh ≤
pengeluaran 360C
panas dari 2. Normal jika
tubuh, yang suhu tubuh
diukur dalam 36,5-37,50C
unit panas 3. Pireksia jika
yang disebut suhu tubuh
derajat celcius. 37,8-39,50C
4. Hiperpireksi
jika suhu
tubuh ≥
39,50C
Bebas
2. Tapid adalah - - - -
Sponge kompres untuk
menurunkan
suhu dengan
menggunakan
air suhu
ruangan (20-
25°C) atau
hangat (suhu
29-32 °C)
dengan cara
membilas
seluruh tubuh
menggunakan
waslap atau
sepon
D. Metode Penelitian
32
1. Desain Penelitian
Y1 X Y2
Diagram 3.2 Desain Penelitian
Keterangan :
a. Populasi Penelitian
b. Sample Penelitian
N
n= 2
1+ N ( d )
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
maka :
30
n=
1+30 (0,052)
= 27,90 = 28
sebanyak 28 orang.
Kriteria inklusi :
Muhammadiyyah Cirebon
Krieria ekslusi :
memulai pengumpulan data terlebih dahulu peneliti mencari pasien diare yang
35
bagaimana cara untuk mengukur suhu tubuh dan suhu tubuh yang termasuk
dalam rentang waktu 1-2 menit. Kemudian diberikan teknik tapid sponge
selama 15 menit. Dan dilakukan kembali pengukuran suhu tubuh satu kali
G. Instrumen Penelitian
hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut
1. Editing
responden. Dalam hal ini adalah kelengkapan hasil pengukuran suhu tubuh
data suhu tubuh responden ada yang belum lengkap maka perlu dilakukan
2. Coding
huruf menjadi data angka atau bilangan. Pengkodean ini dilakukan untuk
subnormal jika suhu tubuh ≤ 360C, 1 = normal jika suhu tubuh 36,5 – 37,5
0
C, 2 = pireksia jika suhu tubuh 37,5 – 39,5 0C, 3 = hiperpireksia jika suhu
tubuh ≥ 39,50C.
apabila tidak akan terjadi bias, meskipun hanya memasukan data saja.
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesa
I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
hubungan antara fenomena yang diteliti. Untuk variabel dengan skala ukur
a. Mean
Ʃx
X=
n
Keterangan:
X = nilai rata-rata
n = jumlah sampel
38
b. Median
Median adalah nilah tengah dari rangkaian data yang telah disusun
1
Mo=tb +
2
( )
n−f k
f
c
Keterangan:
Me = nilai median
c = panjang kelas
c. Standar deviasi
S2 = √ Ʃ ¿ ¿ ¿
Keterangan:
S = standar deviasi
2. Analisa Bivariat
pengaruh tapid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien diare.
normal maka uji yang digunakan adalah uji wilcoxon signed rank. Adapun
menggunakan rumus:
D̄
t=
SD
( )
√n
Keterangan:
T = nilai t hitung
n = jumlah sampel
(Arikunto, 2010)
Kriteria uji :
dengan t tabel:
Tahun 2019
tidak ada pengaruh tapid sponge terhadap suhu tubuh pada pasien
J. Etika Penelitian
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil
penelitian.