Anda di halaman 1dari 4

Nama Lengkap : IMANUL YAQIEN

NPM : 20207279108
Mata Kuliah : Filsafat dan Sejarah Pemikiran MIPA
Program Studi : Pendidikan MIPA
Kelas / Semester : RA / 1
Nomor Urut : 10

TUGAS MANDIRI FILSAFAT DAN SEJARAH PEMIKIRAN MIPA

1. Jelaskan mengapa toleransi antar umat beragama di Indonesia harus


dilaksanakan ?

Toleransi dapat diartikan saling menghargai dan menghormati. Toleransi


umat beragama, berarti saling menghormati dan menghargai antar umat beragama.
Sebagai bangsa yang beragama, tentunya masyarakat Indonesia harus membina
toleransi. Maksudnya, penganut agama yang mayoritas mesti menghargai penganut
agama yang minoritas; dan sebaliknya penganut agama yang minoritas harus
menghormati penganut agama yang mayoritas. Sehingga dengan toleransi ini
diharapkan dapat tercipta dan terbina kerukunan umat beragama dalam rangka
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keanekaragaman suku, etnis,


ras, budaya, dan agama. Masyarakat kita adalah masyarakat yang multikultural,
selain itu masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai bangsa yang religius. Menurut
Soerjono Soekanto, masyarakat merupakan sebuah interaksi dalam sosial, dan agama
merupakan aspek yang paling dekat dengan masyarakat. Di Indonesia sendiri
setidaknya ada enam agama yang diakui secara nasional, yaitu Kristen, Islam,
Khatolik Hindhu, Budha, dan Konghucu.

Kemajemukan tersebut diibaratkan dua mata pisau yang dapat memberikan


keuntungan dan juga dapat menyebabkan permusuhan. Tidak jarang konflik terjadi
karena perbedaan-perbedaan yang ada, terlebih perbedaan agama. Sikap
etnosentrisme tumbuh subur di negara ini, banyak diantara mereka yang
menganggap golongannya lebih baik dari golongan manapun. Dari situlah muncul
benih-benih kebencian terhadap golongan lain sehingga memicu terjadinya konflik.
Mereka mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi antarumat beragama.

Berbicara tentang toleransi tentunya tidak lepas bahwa perbedaan tidak


lantas menjadikan kita kaku dan mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan ras,
suku, budaya, dan agama. Apalagi membenci dan mengucilkan orang-orang yang
tidak sepaham agamanya dengan kita. Menguatkan tentang perlunya toleransi
beragama yang harus dilaksanakan di Indonesia. Kita juga sudah dipersatukan
dengan Sumpah Pemuda pada 1928, yang mana nilai-nilai persatuan telah diikrarkan
waktu itu. Beberapa alasan yang dapat dijadikan acuan mengapa toleransi harus
dilaksanakan di Indonesia diantaranya adalah:

1. Karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragam baik dari segi suku bangsa,
bahasa, budaya, dan agama. Dari segi agama misalnya, agama yang resmi diakui
oleh Negara ada enam, yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu,
Budha, dan Konghucu. Dengan demikian supaya tercipta kerukunan, maka antar
umat beragama itu harus membina toleransi. Apabila toleransi umat beragama ini
dapat terbina dengan baik, maka persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat
terjaga. Tetapi sebaliknya, jika terjadi konflik dan pertentangan antar umat
beragama, maka akan terjadi kekacauan, kekerasan, dan kerusuhan antar warga
yang akan mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

1 | Filsa f a t d an sejarah p emikiran M IP A


Maka dalam Negara yang beragam seperti Indonesia, yang namanya toleransi
umat beragama mutlak harus dibina dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
2. karena semua agama dapat dipastikan mengajarkan tentang toleransi, yakni
ajaran tentang keharusan saling menghargai dan menghormati antar p emeluk
agama yang berbeda. Dalam keyakinan agama, sekalipun setiap agama meyakini
ajaran tentang kebenaran agamanya, tetapi dalam waktu yang sama mengakui
keberadaan agama-agama yang lain. Sehingga jangan sampai terjadi karena
perbedaan agama atau keyakinan, di antara pemeluk agama saling serang,
bermusuhan, dan bertindak kekerasan kepada kelompok agama lain atas nama
agama tertentu. Dalam hal ini tentu semua agama menghendaki kebaikan,
keharmonisan, kerukunan, dan kedamaian untuk semua umat manusia di dunia.
Misalnya agama Islam menghendaki menjadi rahmat (kasih sayang) bagi semesta
alam. Begitu pula agama Kristen Katolik maupun Protestan menginginkan dapat
menebarkan cinta kasih kepada seluruh umat manusia. Juga agama Hindu, Budha,
dan Konghucu tentunya menghendaki kedamaian dan ketentraman bagi semua
penduduk bumi ini. Untuk mencapainya diperlukan saling menghargai dan
menghormati antar umat beragama. Karena itu, tidak akan ada satu agama pun
yang mengajarkan tindakan kekerasan dan kekejaman di antara manu sia. Apabila
semua penganut agama mengamalkan ajaran agamanya dengan sebaik-baiknya,
maka akan tercipta toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
3. karena Negara Indonesia adalah Negara yang mengakui akan adanya agama -
agama yang dianut oleh warganya sekaligus menjamin kebebasan untuk
melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.
Hal ini berdasarkan Sila Pertama Pancasila, yaitu: “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Juga Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 tentang Agama, yaitu Ayat (1) Negara
Berdasar Atas Ketuhanan Yang Maha Esa; dan Ayat (2) Negara Menjamin
Kemerdekaan Tiap-Tiap Penduduk Untuk Memeluk Agamanya Masing-Masing
dan Untuk Beribadat Menurut Agamanya dan Kepercayaannya Itu.

4. Karena terjadinya kekerasan dan kerusuhan yang mengatasnamakan agama


sebenarnya bukan disebabkan ajaran agama itu sendiri. Sebab semua agama
mengajarkan cinta kasih dan kedamaian, tidak mengajarkan tindakan kekerasan
dan kerusuhan. Berarti terjadinya tindakan kekerasan di tengah-tengah
masyarakat sebenarnya bukan karena agama, tetapi karena kesalahpahaman,
ketidakadilan, kesenjangan, kemiskinan, dan hasutan-hasutan dari pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab.

5. Karena di tengah-tengah masyarakat terdapat petuah dan pepatah yang sudah


menjadi kebijaksanaan masyarakat daerah setempat. Misalnya di masyarakat
Sunda ada pepatah, “Silih asah, silih asih, silih asuh”. Pepetah ini mengajarkan
supaya dapat membina hidup rukun dengan saling memperhatikan antara ya ng
satu dengan yang lainnya. Ada juga petuah, “Ka cai kudu jadi saleuwi ka darat
kudu jadi salebak”. Petuah ini mengandung pengajaran, bahwa dalam kehidupan
kita harus dapat hidup bersama dengan penuh kekeluargaan dan persahabatan.
Juga ada istilah “Sabilulungan”, “Sauyunan”, atau “Gotong Royong”. Ini semua
menunjukkan, bahwa warga masyarakat Indonesia harus hidup rukun, harmonis,
dan damai di tengah perbedaan dan keragamaan bahasa, budaya, dan agama.

2 | Filsa f a t d an sejarah p emikiran M IP A


2. Bagaimanakah cara menerapkan toleransi antar umat beragama di Indonesia agar
berjalan dengan kondusif.
Menyadari fakta kemajemukan Indonesia itu, pemerintah telah
mencanangkan konsep Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia pada era tahun
1970-an. Tri Kerukunan Umat Beragama tersebut ialah kerukunan intern umat
beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama
dengan pemerintah.
1. Kerukunan Intern Umat Beragama. Perbedaan pandangan dalam satu agama bisa
melahirkan konflik di dalam tubuh suatu agama itu sendiri. Perbedaan mazhab
adalah salah satu perbedaan yang nampak nyata. Kemudian lahir pula perbedaan
ormas keagamaan.

Sebab pendiri mazhab sendiri tidak pernah mengklaim bahwa pendapatnyalah


yang paling benar. Justru para pengikut mazhablah yang selalu bersikap
fanatisme buta meskipun kadangkala tanpa dasar berpijak yang kokoh. Sikap-
sikap seperti inilah yang harus benar-benar disadari oleh masing-masing individu
di antara umat untuk dirubah secara perlahan dengan cara memperbanyak
mendengar, melihat, belajar, mengamati, dan berdiskusi dengan kelompok
(mazhab lain).

2. Kerukunan Antar Umat Beragama. Konsep kedua ini mengandung makna


kehidupana beragama yang tentram, harmonis, rukun dan damai antar
masyarakat yang berbeda agama dan keyakinan. Tidak ada sikap saling curiga
tetapi selalu menghormati agama masing-masing.

Berbagai kebijakan dilakukan oleh pemerintah agar tidak terjadi saling


mengganggu umat beragama lainnya. Semaksimal mungkin menghindari
kecenderungan konflik karena perbedaan agama. Semua lapisan masyarakat
bersama-sama menciptakan suasana hidup yang rukun, damai, tentram dan
harmonis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
bingkai negara kesatauan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

Karena itu ada empat pilar pokok yang sudah disepakati bersama oleh seluruh
rakyat Indonesia sebagai nilai-nilai perekat bangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Keempat nilai
tersebut merupakan kristalisasi nilai-nilai yang digali dari budaya asli bangsa
Indonesia. Kerukunan dan keharmonisan hidup seluruh masyarakat akan
senantiasa terpelihara dan terjamin selama nilai-nilai tersebut dipegang teguh
secara konsekwen oleh masing-masing warga negara.

3. Ketiga, toleransi umat beragama dengan pemerintah. Di sini pemerintah


diharapkan berperan secara aktif dalam membina toleransi umat beragama.
Sesuai dengan wewenangnya, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan atau
peraturan mengenai kerukunan umat beragama. Misalnya pemerintah
mengeluarkan peraturan mengenai prosedur atau tata cara pendirian rumah
ibadah, supaya tidak terjadi perselisihan di antara warga yang berbeda agama.
Pemerintah juga membentuk yang namanya Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) dari mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah. FKUB ini berfungsi
sebagai wadah berkumpulnya perwakilan tokoh-tokoh agama untuk mencegah
dan memecahkan persoalan konflik antar umat beragama dengan cara yang
sebaik-baiknya. Pemerintah pun melalui kebijakannya meliburkan secara
nasional pada saat perayaan hari-hari besar keagamaan, seperti libur lebaran Idul
Fitri-Idul Adha, Maulid Nabi saw, Isra-Mikraj, Hari Raya Waisak, Kenaikan Isa Al-
Masih, Hari Raya Nyepi, dan Hari Raya Natal. Pemerintah pun harus hadir di
tempat kejadian dengan memberikan keamanan dan ketertiban apabila terjadi
kerusuhan atau tindakan kekerasan atas nama agama. Kemudian karena Negara
kita adalah Negara hukum, maka pemerintah pun harus menyusun dan
menetapkan hukuman yang berat bagi pelaku-pelaku kekerasan atas nama
agama, supaya mereka jera dan tidak mengulangi perbuatan yang serupa di masa -
masa yang akan datang.

3 | Filsa f a t d an sejarah p emikiran M IP A


Perlu disadari bahwa hidup dan kehidupan dunia senantiasa bersifat
majemuk, tidak mungkin setiap orang akan memilki pandangan yang sama terhadap
suatu masalah termasuk dalam hal beragama. Kepada saudara yang tidak seiman
tetap ada kewajiban yang mesti ditunaikan dan dijaga, yaitu kehormatannya, harta
bendanya serta hak-hak privasinya sepanjang mereka tidak mengganggu aqidah dan
pelaksanaan ibadah kita. Mereka berhak untuk bekerjasama menciptakan linkungan
yang sehat, bersih, indah dan aman bagi setiap anggota masyarakat di lingkungannya.
Negara kita berpenduduk jutaan jiwa dengan memeluk berbagai agama, sebagaimana
terjadi hampir di setiap negara, ada yang beragama Islam, Kristen Protestan, Katholik,
Budha, Hindu, dan lain-lainnya.

Kepada pemeluk suatu agama dipersilahkan masing-masing untuk


melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaannya itu secara khidmat dan
khusyuk. Dan bagi pemeluk agama yang lain tidak mengganggunya atau
mencampurinya. Juga jangan memaksakan keyakinannya kepada orang lain. Satu hal
yang juga perlu mendapatkan perhatian dan kehati-hatian serta kewaspadaan,
terutama oleh para pemuka tiap-tiap pemuka agama, yaitu dalam rangka
memperingati hari-hari besar agama, hendaklah hanya melibatkan pemeluk agama
yang bersangkutan saja, jangan sampai pemeluk agama lain ikut dilibatkan. Hal yang
demikian bertentangan dengan semangat kerukunan umat beragama itu send iri. Jadi,
misalnya peringatan maulid nabi Muhammad SAW, natal, waisak, nyepi dan
sebagainya. Semua peringatan-peringatan itu hanya diikuti oleh pemeluk agama yang
bersangkutan saja agar tidak menimbulkan keresahan hidup berdampingan, tidak
campur aduk satu sama lain.dengan demikian, yang harus rukun itu umat
beragamanya dalam rangka hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bukan
ajaran agamanya.

Oleh karena itu Pemerintah selaku pembuat kebijakan berupaya


mengakomodir kepentingan setiap penganut agama dengan mengeluarkan berbagai
peraturan tentang kerukunan umat beragama. Ada empat pokok masalah yang diatur
dalam peraturan-peraturan itu:
1. Pendirian rumah ibadah.
2. Penyiaran agama.
3. Bantuan keagamaan dari luar negeri.
4. Tenaga asing di bidang keagamaan.
Tidak ada halangan bagi orang mukmin maupun sesama pemeluk agama
untuk tidak mentaati pemerintah. Negara Kesatuan Republik Indonesia memang
bukan negara agama, artinya negara tidak mendasarkan kehidupan kenegaraannya
pada sakah satu agama atau theokratis. Tetapi, pemerintah berkewajiban melayani
dan menyediakan kemudahan-kemudahan bagi agama-agama Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Hindu dan Budha serta memikul tugas kerukunan hidup umat
beragama.
Undang Undang Dasar 1945 bab IX Pasal 19 Ayat (1) menyiratkan bahwa
agama dan syariat agama dihormati dan didudukkan dalam nilai asasi kehidupan
bangsa dan negara. Dan setiap pemeluk agama bebas menganut agamnya dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Bangsa Indonesia sejak dahulu
kala dikenal sebagai bangsa yang religius, atau tepatnya sebagai bangsa yang beriman
kepada tuhan, meski pengamalan syariat agama dalam kehidupan sehari-hari belum
intensif, namun dalam praktek kehidupan sosial dan kenegaraan sulit dipisahkan dari
pengaruh nilai-nilai dan nornma keagamaan. Bahkan, dalam rangka dalam rangka
suksesnya pembangunan nasional dalam sektor agama termasuk salah satu modal
dasar, yakni modal rohaniah dan mental.
Hal ini dapat dibuktikan mengenai pengaruh agama dalam kehidupan bangsa
Indonesia yang sangat besar, yaitu sentuhan dan pengaruhnya tampak dirasakan
memberi bekas yang mendalam pada corak kebudayaan Indonesia. Bahkan,
ketahanan nasional juga harus berangkat dengan dukungan umat beragama, artinya
bagaimana agar kaum beragama mempunyai kemampuan dan gairah untuk tampil
dan kreatif membina dan meningkatkan ketahanan nasional khususnya, dan
pembinaan sosial budaya pada umumnya sehingga nilai-nilai agama dan peranan
umat beragama benar-benar dirasakan dan mempengaruhi pertumbuhan
masyarakat.

4 | Filsa f a t d an sejarah p emikiran M IP A

Anda mungkin juga menyukai