PENDAHULUAN
1 Al-Mawardi, “Adab al-Dun-ya wal al-Din”, Beirut: Dar Iqra’, 1985, hlm. 36
2 Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Beirut: Darul Ma’rifah, tt, vol. 1 hlm.12
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Adakah dalil tentang ilmu?
2. Bagaimana pandangan para ulama tentang pentingnya ilmu?
3. Apa keutamaan orang yang berilmu?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “Menunut ilmu hukumnya wajib bagi orang islam laki-laki dan orang
islam perempuan”.
3
Dalam ayat lain Allah berfirman:
Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para
ahli ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh
perjalanan 500 tahun.3
Artinya: “Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi” (HR. Abu
Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan
tidak ada kemuliaan di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut.
Rasulullah SAW bersabda:
ِ السمو
ِ ات َواأْل َْر
ض (رواه أبو داود والرتمذي وابن ماجه وابن حبان يَ ْسَت ْغ ِفر لِْل َعامِلِ َما يِف
َ َ َّ ُ
Artinya: “Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun untuk
orang yang berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Kedudukan apa yang melebihi kedudukan seseorang yang selalu
dimintakan ampun oleh para malaikat langit dan bumi?
4
Rasulullah SAW bersabda:
ِ ِ ِ َّاس الْم ْؤِمن الْعامِل الَّ ِذي إِ ِن
ْ احتْي َج إِلَْيه َن َف َع َوإِن
اسُت ْغيِن َ َعْنهُ أَ ْغىَن َن ْف َسهُ (رواه البيهقي ْ ْ ُ َ ُ ُ ِ ض ُل الن َ ْأَف
Artinya: “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia
dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia
dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri”.(HR. Al-Baihaqi)
)َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِي الدِّي ِن (رواه البخاري ومسلم
Artinya: “Barang siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi
kepahaman untuknya tentang ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim)
5
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:
, َّاس فَ َش ِربُوا ِمْن َها هِب ِ و َكا َن ِمْنها أ, والْع ْشب الْ َكثِري, َ فَأَْنبتت الْكَاَل
َ َفَن َف َع اهللُ َا الن, َت الْ َماء
ْ ب أ َْم َس َك
ُ َجاد
َ َ َ َ َ ُ َ ْ ََ
ِ ِ ِ
ك َمثَ ُل َم ْن
َ فَ َذل, ً ت َكأَل ُ ُخَرى إمَّنَا ه َي ق َيعا ٌن اَل مُتْ ِس
ُ ِ َواَل ُتْنب, َك الْ َماء
ِ ِ
ْ اب طَائ َفةً مْن َها أ
َ َص َ َوأ, َو َز َرعُوا, َو َس َق ْوا
ِ ومَل ي ْقبل ه َدى, ك رأْسا ِ ِ ِ مِب ِ ِ
اهلل ُ ْ َ َ ْ َ ً َ َ َو َمثَ ُل َم ْن مَلْ َيْرفَ ْع بِ َذل, َو َعلَّ َم, َف َعل َم, َو َن َف َعهُ َا َب َعثَيِن اهللُ بِه, َف ُقهَ يِف دي ِن اهلل
ت بِِه (رواه البخاري ومسلم ِ ِ
ُ الَّذي أ ُْرس ْل
Artinya: “Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang karenamu,
maka itu lebih baik dari pada himar-himar ternak” (HR. Bukhari Muslim)
6
Rasulullah SAW bersabda:
َو َم ْن َد َعا إىَل, ُجو ِر ِه ْم َشْيئًا ِ َ ِ اَل يْن ُقص ذَل, من دعا إىَل ه ًدى َكا َن لَه ِمن اأْل َج ِر ِمثْل أُجو ِر من تَبِعه
ُ ك م ْن أ ُ َ َُ ْ َ ُ ُ ْ ْ ُ ُ ََ َْ
)ك ِم ْن آثَ ِام ِه ْم (رواه مسلم ِ ضاَل لٍَة َكا َن علَي ِه ِمن اإْلِ مْثِ ِمثْل آثَ ِام من تَبِعه اَل يْن ُق
َ ص َذل
ُ َ َُ ْ َ ُ ْ َْ َ
4 An-Nawawi, “Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab”, Kairo: Maktabah al-Muniriyah, tt, Juz. 1 h.
40-41
5 An-Nawawi, Ibid
7
Menurut Al-Ghazali Ilmu, pengetatahuan itu indah, mulia dan utama.
Tetapi, selama keutamaan itu sendiri masih belum paham, dan yang diharapkan
dari keutamaan itu masih belum terwujud, maka tidak mungkin diketahui bahwa
ilmu adalah utama.
Sesuatu yang indah dan disenangi ada tiga macam, yaitu: sesuatu yang
disenangi karena ada faktor lain diluarnya, sesuatu yang disenangi karena nilai
eksentriknya dan sesuatu yang dicari karena nilai eksentriknya juga karena ada
faktor lain diluarnya.
Apabila memandang ilmu pengetahuan, maka ia termasuk yang ketiga.
Ilmu itu sendiri adalah keindahan dan kelezatan, disamping ia dapat dijadikan
perantara mendapatkan kebahagian, baik di dunia maupun akhirat. Dengan ilmu
kedekatan kepada Allah dapat diraih, kelas lebih tinggi para malaikat dapat
diperoleh dan status sosial yang tinggi di surga dapat dinikmati. Dengan ilmu
kemulian dunia, pengaruh, pengikut, kemewahan, kekuasaan dan kehormatan
dapat diperoleh. Bahkan binatang pun secara naluri akan tunduk kepada manusia
karena ilmu yang dimilikinya. Inilah kesempurnaan ilmu secara mutlak.6
Ali bin Abi Thalib berkata kepada Kumail yang artinya:
“Wahai Kumail, ilmu itu lebih utama dari pada harta karena ilmu itu
menjagamu, sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim, sedang harta
adalah yang dihakimi. Harta menjadi berkurang jika dibelanjakan, sedangkan
ilmu akan berkembang dengan diajarkan kepada orang lain”.7
6 Al-Ghazali, op.cit. h. 13
7 Al-Ghazali, op.cit. h. 8
8
menganggap hina para pemiliknya, dan menyangka bahwa hanyalah kekayaan
dunia yang akan mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan.8
Al-Mawardi juga mengatakan bahwa, ilmu amatlah luas, jika di pelajari
tidak akan pernah selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung
badan selama itu pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya
cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus
menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa
menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti
belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh
zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama
pada zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di
tuntut untuk memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan.9
Ilmu merupakan sebuah hal yang sangat berharga bagi setiap orang. Demikian
juga halnya dalam agama yang mulia ini, ilmu memiliki kedudukan yang amat
tinggi, dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala:
9 Al-Mawardi: Ibid
10 M.Quraisy Shihab, Tafsir Al misbah; pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, ,Jakarta: Lentera Hati. vol 14
h.79
9
tidak hanya beriman dan beramal shaleh tetapi juga memiliki ilmu pengetahuan
yang disandangnya.
عن ابي الد ردا ء قال سمعت ر سو ل اهلل صلى اهلل عليه و سلم يقو ل من سلك طريق يلتمس فيه علما
سهل اهلل له طريق الى الجنة و ان المال ئكة لتضع اجنحتها رضا لطالب العلم و ان طا لب العلم يستغفر
له من فى السما ء و االرض حتى الحيتا ن في الما ء و ان فضل العا لم على العا بد كفضل القمر على
سا ئر الكوا كب ان العلماء هم و رثة اال نبياء ان االنبيا ء لم يوارثودينا را وال درهما انما و رثوالعلم
B)فمن اخده اخد بحظ وافر(رواه احمد والترمدى و ابوداود وابن مجه
Dari Abi Darda dia berkata :”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda”:
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para
malaikat membentangkan sayapnya karena ridla (rela) terhadap orang yang
mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang mencali ilmu akan memintakan
bagi mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di bumi bahkan ikan-ikan yang
ada di air. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang
ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya
bintang. Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para Nabi, sesugguhnya
para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan
ilmu, maka barang siapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu, maka dia
sudah mengambil bagian yang besar (H.R.Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan
Ibnu Majjah).11
عن انس بن ما لك قال قا ل رسو ل اهلل صلى اهلل عليه وسلم من خرج في طلب العلم كا ن في سبيل
11 Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadist Terpilih, Gema Insani Press, Jakarta: 2003
10
Dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah saw : “barangsiapa
keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga
kembali (HR.Tirmidzi).
قا ل النبي صلى اهلل عليه وسلم كن عا لما او متعلما او مستمعا او محبا وال تكن خا مسا فتهلك (روا ه
)بيهقي
Telah bersabda Rasulullah saw : “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai),
atau orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang
yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka
kamu akan celaka (HR.Baihaqi).
Kandungan Hadits:
11
4. Allah memberikan keuatamaan kepada para pencari ilmu melebihi
keutamaan yang diberikan kepada para ahli ibadah, ibarat cahaya bulan
purnama yang mampu mengalahkan cahaya seluruh bintang.
5. Para ulama (orang yang berilmu dan selalu menjadi pencari ilmu) adalah
pewaris para Nabi, merekalah yang akan meneruskan para nabi dalam
menegakan kebenaran dan memerangi kezaliman dengan menyebarkan
ilmu yang diterimanya dari nabi kepada orang-orang yang ada di
sekitarnya. Semua nabi tidaklah mewariskan harta benda untuk umatnya
melainkan mewariskan ilmu untuk kemaslahatan ummatnya. Oleh karena
itu siapapun yang berusaha menuntut ilmu dan berhasil menguasainya,
maka dia telah berhasil mendapatkan bagian yang sangat besar sebagai
modal untuk menghadap Allah SWT.
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilmu
itu dinilai sebagai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari
ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda
bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan mendapatkan
surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid.
Sementara dalam hadits yang ketiga Rasulullah menganjurkan agar umat Islam
mau menjadi orang yang :
12
4. Jika menjadi pendengar juga masih tidak bisa, maka jadilah sebagai orang
yang menyukai ilmu pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan
memuliaka orang-orang yang berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan
seperti menyediakan tempat untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain.
5. Janganlah menjadi orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak
belajar, tidak mau mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita
memilih yang kelima ini akan menjadi orang yang celaka.
Dalam hal ini dijelaskan pula dalam hadist lain mengenai keistimewaan yang akan
didapatkan oleh orang yang menuntut ilmu, diantaranya adalah:
)من سلك طريق يلتمس فيه علما سهل اهلل له طريق الى الجنة(رواه مسلم
Abu Hurairah ra. Berkata bahwa rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang
menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan itu ke surga.”(HR.Muslim).12
Allah juga memberikan keistimewaaan bagi orang yang berilmu yang mau
mengamalkan ilmunya kepada orang lain, maka orang tersebut akan diberi pahala
sebanyak pahala orang-orang yang telah diajari olehnya. Sebagaimana telah
disebutkan dalam hadist di bawah ini :
ِ ال من َدعا إِلَى ه ًدى َكا َن لَه ِمن اأْل
ُجو ِر َم ْن
ُ َج ِر مثْ ُل أ
ْ ْ ُ ُ َ ْ َ َ َصلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق ِ َ َن رس
َ ول اللَّه ُ َ َّ َع ْن أَبِي ُه َر ْي َرةَ أ
ِ ِِ ٍ َ ك ِمن أُجو ِر ِهم َشيئًا ومن َد َعا إِلَىِ تَبِعه اَل ي ْن ُق
ُ ضاَل لَة َكا َن َعلَْيه م ْن اإْلِ ثْ ِم مثْ ُل آثَ ِام َم ْن تَبِ َعهُ اَل َي ْن ُق
ص ْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ص ذَل ُ َ َُ
) م َش ْيئًا (روا ه مسلمBْ ك ِم ْن آثَ ِام ِه
َ ِذَل
Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :”Barangsiapa yang
mengajak orang kepada suatu jalan yang baik, maka ia mendapat pahala
sebanyak pahala pengikutnya dengan tiada mengurangi sedikitpun dari pahala
mereka sendiri. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia
12 Abu Fajar Al-qalami dan Abd Wahid Albanjari, 2004. Terjemah Riyadushalihin, Jakarta:
Gitamedia Press. H. 166
13
akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun."(HR. Muslim).13
Mengenai belajar dan mengajar, Mu’adz bin Jabal mengatakan :
“Pelajarilah ilmu, sebab mencari ilmu karena Allah adalah kebaikan,
menuntunnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbih, mengkajinya adalah
jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan membelanjakan hartanya kepada
ahlinya adalah kedekatakan (qurbah). Ia adalah teman yang menghibur dalam
kesendirian, sahabat dalam kesepian, petunjuk dalam suka dan duka, pembantu di
sisi sahabat karib, teman di sisi kawan dan penerang jalan surga. Dengannya allah
menjadikan seorang pemimpin. Ilmu adalah pemimpin dan pengamalan adalah
pengikutnya. Ilmu di ilhamkan kepada orang-orang yang berbahagia dan
diharamkan bagi orang yang celaka.14
Dari segi akal, jelaslah bahwa ilmu itu sesuatu yang utama, karena dengan
ilmu manusia sampai kepada Allah SWT dan menjadi dekat dengan-Nya. Ia pun
memperoleh kebahagiaan abadi dan kenikmatan yang kekal. Ilmu menimbulkan
kemuliaan di dunia dan di akhirat. Dunia adalah tanaman akhirat, maka orang
alim dengan ilmunya menanam bagi dirinya kebahagiaan abadi dengan mendidik
akhlaknya dengan tuntutan ilmu. Barangkali pula dengan pengajaran ia
menanamkan kebahagiaan abadi, karena ia mendidik akhlak orang lain dan
menyeru mereka kepada perbuatan yang yang mendekatkan mereka kepada Allah
Ta’ala.15
Dijelaskan dalam al qur’an surah An Nahl ayat 125:
ض َّل عَن َ َّك بِ ۡٱل ِح ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡو ِعظَ ِة ۡٱل َح َسنَ ِۖة َو َج ٰـ ِد ۡلهُم بِٱلَّتِى ِه َى أَ ۡح َس ۚنُ إِ َّن َرب
َ ك هُ َو أَ ۡعلَ ُم بِ َمن َ ِّع إِلَ ٰى َسبِي ِل َرب ُ ۡٱد
)١٢٥( ين َسبِيلِ ِۖۦه َوهُ َو أَ ۡعلَ ُم بِ ۡٱل ُم ۡهتَ ِد َـ
Artinya:
“Serulah(manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik,
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”.(QS. An Nahl: 125).
Menurut tafsir Al-Jalaalayn “Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke
jalan RabbMu(agamanya) dengan hikmah (Al’qur’an) dan nasihat yang baik dan
14
debatlah mereka dengan debat yang baik ( debat yang menyeru manusia kepada
Allah dengan Al-Qur’an). Sesungguhnya Tuhan-mu yang maha mengetahui
semuanya.16
16 Muhammad bin Ahmad Al Mahalli dan Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi, Tafsir Jalalain Li Imamaini
Al Jalilaini, Riyadh: Darus Salam
15
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Penutup
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang utama, mulia dan penting. Oleh
sebab itu semua harus menyadari tentang hal ini, untuk membentuk keshalehan
individu dan keshalehan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paling
tidak setiap pendidik pada lembaga pendidikan manapun harus mampu menyadari
akan keutamaan dan pentingnya ilmu, lalu menyalurkannnya kepada peserta didik,
sehingga manfaat dan fungsi ilmu pengetahuan dapat dirasakan secara
menyeluruh, bukan sekadar formalitas belaka.
Firman Allah dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta pandangan
ulama, sebagaimana dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan,
kemulian dan pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci bagi
kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
3.2 Saran
16