Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


...........................................................Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai,
sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada
selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan
diperoleh oleh orang yang memburunya. Allah SWT berfirman
‫قُلْ هَلْ يَ ْست َِوي الَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُمونَ َواَلَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمونَ (الزم‬:
Artinya:  “Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orang-orang
yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”. (QS. Az-Zumar: 9)
Dengan ayat ini Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu
dan orang yang tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu
itu sendiri dan manfaat dan keutamaan yang akan didapat oleh orang yang
berilmu.1
Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang
sangat penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan
kemudahan bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan
bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh
segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan
kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu
pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama
manusia, para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena
ilmu yang ia miliki.2 Dari sini, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa
kemajuan peradaban sebuah bangsa tergantung kemajuan ilmu pengetahuan
yang melingkupi.

1 Al-Mawardi, “Adab al-Dun-ya wal al-Din”, Beirut: Dar Iqra’, 1985, hlm. 36

2 Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Beirut: Darul Ma’rifah, tt, vol. 1 hlm.12

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Adakah dalil tentang ilmu?
2. Bagaimana pandangan para ulama tentang pentingnya ilmu?
3. Apa keutamaan orang yang berilmu?

1.3 Batasan Masalah


1. Menjelaskan dalil tentang ilmu
2. Mengetahui pandangan para ulama tentang pentingnya ilmu.
3. Mengetahui keutamaan orang yang berilmu

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dalil Tentang Ilmu

Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di


dalamnya, para ulama menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai
dengan jenis ilmu yang akan dituntut. Inilah hukum dasar menuntut ilmu,
berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
‫طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة‬

Artinya:  “Menunut ilmu hukumnya wajib bagi orang islam laki-laki dan orang
islam perempuan”.

Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar,


dengan ilmu pengetahuan, derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Allah SWT berfirman:
ِ ِ ‫ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِاَّل‬ ِ ‫ِ ِاَّل‬ َِ
ُ ‫شه َد اهللُ أَنَّهُ اَل إلَهَ إ ُه َو َوالْ َماَل ئ َكةُ َوأُولُو الْع ْلم قَائ ًما بالْق ْسط اَل إلَهَ إ ُه َو الْ َعز ُيز احْلَك‬..
‫يم‬

Artinya: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang


berhak disembah), yang menegakkan keadilan, para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia
(yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(QS. Ali
Imran: 18).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang menyatakan bahwa tiada yang
berhak disembah selain Allah adalah dzat Allah sendiri, lalu para malaikat dan
para ahli ilmu. Diletakkannya para ahli ilmu pada urutan ke-3 adalah sebuah
pengakuan Allah SWT, atas kemualian dan keutamaan mereka.

3
Dalam ayat lain Allah berfirman:

Artinya:  “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-Mujadalah: 11)

Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para
ahli ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh
perjalanan 500 tahun.3

Hadits-Hadits yang Menjelaskan Pentingnya Ilmu


Hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu sangat banyak, dan tidak
mungkin disebutkan semuanya dalam makalah ini. Para ulama ahli hadits pada
umumnya menuliskan bab tersendiri yang menjelaskan pentingnya ilmu. Mereka
bahkan menulis sebuah kitab yang khusus menjelaskan betapa pentingnya ilmu
bagi seluruh sendi kehidupan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Sabda Rasulullah SAW:
‫اَلْعُلَ َماءُ َو َرثَةُ اأْل َنْبِيَ ِاء (رواه أبو داود والرتمذي وابن ماجه وابن حبان‬

Artinya: “Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi” (HR. Abu
Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan
tidak ada kemuliaan di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut.
Rasulullah SAW bersabda:
ِ ‫السمو‬
ِ ‫ات َواأْل َْر‬
‫ض (رواه أبو داود والرتمذي وابن ماجه وابن حبان‬ ‫يَ ْسَت ْغ ِفر لِْل َعامِلِ َما يِف‬
َ َ َّ ُ
Artinya: “Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun untuk
orang yang berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Kedudukan apa yang melebihi kedudukan seseorang yang selalu
dimintakan ampun oleh para malaikat langit dan bumi?

3 Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din. Beirut: Darul Ma’rifah, tt, Juz 1 h. 5

4
Rasulullah SAW bersabda:
ِ ِ ِ ‫َّاس الْم ْؤِمن الْعامِل الَّ ِذي إِ ِن‬
ْ ‫احتْي َج إِلَْيه َن َف َع َوإِن‬
‫اسُت ْغيِن َ َعْنهُ أَ ْغىَن َن ْف َسهُ (رواه البيهقي‬ ْ ْ ُ َ ُ ُ ِ ‫ض ُل الن‬ َ ْ‫أَف‬
Artinya:  “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia
dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia
dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri”.(HR. Al-Baihaqi)

Hadits ini menjelaskan bagaimana keutamaan ilmu bagi seseorang, dimana


ia akan memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh orang-orang disekitarnya.
Bahkan jika seorang yang berilmu terangsingkan dari kehidupan sekitarnya, ilmu
yang ia miliki akan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri, dan menjadi
penghibur dalam kesendiriannya.
Tentang pentingnya ilmu Rasulullah SAW bersabda:

)‫َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِي الدِّي ِن (رواه البخاري ومسلم‬

Artinya:  “Barang siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi
kepahaman untuknya tentang ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini adalah hadits yang urgen, dimana seolah-olah Allah


menggantungkan kebaikan seseorang terhadap kepahamannya terhadap agama,
dalam arti kwalitas dan kwantitas ilmunya dalam masalah agama. Dari sini dapat
diketahui bahwa ilmu adalah penting, karena ia menjadi penentu baik dan buruk
seseorang. Dengan ilmu ia akan membedakan salah dan benar, baik dan buruk dan
halal dan haram.

5
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:

ِ ِ َ‫ث أَصاب أَرضا فَ َكان‬ ِ ِِ


ْ َ‫ت مْن َها طَائ َفةٌ طَيِّبَةٌ قَبِل‬
, َ‫ت الْ َماء‬ ْ ً ْ َ َ ٍ ‫ َوالْع ْل ِم َك َمثَ ِل َغْي‬, ‫إن َمثَ َل َما َب َعثَيِن اهللُ بِه م ْن اهْلَُدى‬
َّ

, ‫َّاس فَ َش ِربُوا ِمْن َها‬ ‫هِب‬ ِ ‫ و َكا َن ِمْنها أ‬, ‫ والْع ْشب الْ َكثِري‬, َ ‫فَأَْنبتت الْكَاَل‬
َ ‫ َفَن َف َع اهللُ َا الن‬, َ‫ت الْ َماء‬
ْ ‫ب أ َْم َس َك‬
ُ ‫َجاد‬
َ َ َ َ َ ُ َ ْ ََ
ِ ِ ِ
‫ك َمثَ ُل َم ْن‬
َ ‫ فَ َذل‬, ً ‫ت َكأَل‬ ُ ‫ُخَرى إمَّنَا ه َي ق َيعا ٌن اَل مُتْ ِس‬
ُ ِ‫ َواَل ُتْنب‬, َ‫ك الْ َماء‬
ِ ِ
ْ ‫اب طَائ َفةً مْن َها أ‬
َ ‫َص‬ َ ‫ َوأ‬, ‫ َو َز َرعُوا‬, ‫َو َس َق ْوا‬
ِ ‫ ومَل ي ْقبل ه َدى‬, ‫ك رأْسا‬ ِ ِ ِ ‫مِب‬ ِ ِ
‫اهلل‬ ُ ْ َ َ ْ َ ً َ َ ‫ َو َمثَ ُل َم ْن مَلْ َيْرفَ ْع بِ َذل‬, ‫ َو َعلَّ َم‬, ‫ َف َعل َم‬, ‫ َو َن َف َعهُ َا َب َعثَيِن اهللُ بِه‬, ‫َف ُقهَ يِف دي ِن اهلل‬
‫ت بِِه (رواه البخاري ومسلم‬ ِ ِ
ُ ‫الَّذي أ ُْرس ْل‬

Artinya: “Perumpamaan apa yang dituliskan oleh Allah kepadaku yakni petunjuk


dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada
yang gemburyang dapat menerima air lalutumbuhlah padang rumput yang
banyak. Dari panya ada yang keras dapat menahan air dan tidak dapat
menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang tidak menolak
kepadanya, dan mengajar, dan perumpamaan orang yang pandai agama Allah
dan apa yang dituliskan kepadaku bermanfaat baginya, ia pandai dan mengajar,
dan perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau
menerima petunjuk Allah, yang mana saya di utus dengannya”. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dari Sahal bin Sa’ad RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada
Ali bin Abi Thalib:
)‫َّع ِم (رواه البخاري ومسلم‬ ِ َ َ‫اح ًدا خير ل‬
ِ ‫ و‬, ‫ك رجاًل‬ِ ِ ِ
َ ‫ك م ْن مُحْ ِر الن‬ ٌَْ َ ُ َ َ ‫ي اهللُ ب‬
َ ‫َف َواَهلل أَل َ ْن َي ْهد‬

Artinya: “Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang karenamu,
maka itu lebih baik dari pada himar-himar ternak” (HR. Bukhari Muslim)

6
Rasulullah SAW bersabda:

‫ َو َم ْن َد َعا إىَل‬, ‫ُجو ِر ِه ْم َشْيئًا‬ ِ َ ِ‫ اَل يْن ُقص ذَل‬, ‫من دعا إىَل ه ًدى َكا َن لَه ِمن اأْل َج ِر ِمثْل أُجو ِر من تَبِعه‬
ُ ‫ك م ْن أ‬ ُ َ َُ ْ َ ُ ُ ْ ْ ُ ُ ََ َْ
)‫ك ِم ْن آثَ ِام ِه ْم (رواه مسلم‬ ِ ‫ضاَل لٍَة َكا َن علَي ِه ِمن اإْلِ مْثِ ِمثْل آثَ ِام من تَبِعه اَل يْن ُق‬
َ ‫ص َذل‬
ُ َ َُ ْ َ ُ ْ َْ َ

Artinya: “Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti


pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari phala-
pahala itu. Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti
dosa-dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa
itu” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:


‫صالِ ٌح يَ ْدعُو لَهُ (رواه‬ ِ ِ
َ ‫ أ َْو َولَ ٌد‬, ‫ أ َْو ع ْل ٌم يُْنَت َف ُع بِه‬, ٌ‫ص َدقَةٌ َجا ِريَة‬
ٍ ِ
َ : ‫آد َم ا ْن َقطَ َع َع َملُهُ إاَّل م ْن ثَاَل ث‬
َ ‫ات ابْ ُن‬
َ ‫إذَا َم‬
)‫مسلم‬

Artinya: “Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya kecuali


dari tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang
mendoakannya” (HR. Muslim)

Hadits-hadits tersebut menjelaskan keutamaan-keutamaan dan pentingnya ilmu


bagi manusia. Dan masih banyak hadits-hadits lain.4

2.2 Pandangan Ulama Tentang Pentingnya Ilmu


Imam As-Syafi’i mengatakan:
‫ َو َم ْن أََر َاد اآْل ِخَر َة َف َعلَْي ِه بِالْعِْل ِم‬, ‫الد ْنيَا َف َعلَْي ِه بِالْعِْل ِم‬
ُّ ‫َم ْن أََر َاد‬

Artinya:  “Barang siapa menghendaki (kebaikan) dunia, maka hendaknya ia


menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebaikan akhirat, maka
hendaknya menggunakan ilmu”.5

4 An-Nawawi, “Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab”, Kairo: Maktabah al-Muniriyah, tt, Juz. 1 h.
40-41
5 An-Nawawi, Ibid

7
Menurut Al-Ghazali Ilmu, pengetatahuan itu indah, mulia dan utama.
Tetapi, selama keutamaan itu sendiri masih belum paham, dan yang diharapkan
dari keutamaan itu masih belum terwujud, maka tidak mungkin diketahui bahwa
ilmu adalah utama.
Sesuatu yang indah dan disenangi ada tiga macam, yaitu: sesuatu yang
disenangi karena ada faktor lain diluarnya, sesuatu yang disenangi karena nilai
eksentriknya dan sesuatu yang dicari karena nilai eksentriknya juga karena ada
faktor lain diluarnya.
Apabila memandang ilmu pengetahuan, maka ia termasuk yang ketiga.
Ilmu itu sendiri adalah keindahan dan kelezatan, disamping ia dapat dijadikan
perantara mendapatkan kebahagian, baik di dunia maupun akhirat. Dengan ilmu
kedekatan kepada Allah dapat diraih, kelas lebih tinggi para malaikat dapat
diperoleh dan status sosial yang tinggi di surga dapat dinikmati. Dengan ilmu
kemulian dunia, pengaruh, pengikut, kemewahan, kekuasaan dan kehormatan
dapat diperoleh. Bahkan binatang pun secara naluri akan tunduk kepada manusia
karena ilmu yang dimilikinya. Inilah kesempurnaan ilmu secara mutlak.6
Ali bin Abi Thalib berkata kepada Kumail yang artinya:
“Wahai Kumail, ilmu itu lebih utama dari pada harta karena ilmu itu
menjagamu, sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim, sedang harta
adalah yang dihakimi. Harta menjadi berkurang jika dibelanjakan, sedangkan
ilmu akan berkembang dengan diajarkan kepada orang lain”.7

Menurut Al-Mawardi, keutamaan dan pentingnya ilmu dapat diketahui


oleh semua orang. Yang tidak dapat mengetahuinya hanya orang-orang bodoh.
Perkataan ini adalah petunjuk bagi keutamaan ilmu yang lebih mengena, karena
keutamaan ilmu hanya dapat diketahui oleh ilmu itu sendiri. Ketika seseorang
tidak berilmu untuk mengetahui keutamaan ilmu, maka ia meremehkan ilmu,

6 Al-Ghazali, op.cit. h. 13

7 Al-Ghazali, op.cit. h. 8

8
menganggap hina para pemiliknya, dan menyangka bahwa hanyalah kekayaan
dunia yang akan mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan.8
Al-Mawardi juga mengatakan bahwa, ilmu amatlah luas, jika di pelajari
tidak akan pernah selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung
badan selama itu pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya
cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus
menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa
menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti
belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh
zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama
pada zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di
tuntut untuk memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan.9

2.3 Keutamaan Orang Yang Berilmu

Ilmu merupakan sebuah hal yang sangat berharga bagi setiap orang. Demikian
juga halnya dalam agama yang mulia ini, ilmu memiliki kedudukan yang amat
tinggi, dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Artinya :“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara


kamu dan dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat.” (QS.Al-
Mujadilah : 11)
Menurut M.Quraish Shihab, yang dimaksud dengan yang diberi ilmu
pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri dengan mereka
dengan pengetahuan.10 Dari pengertian tersebut diartikan bahwa kaum beriman
dibagi menjadi 2 kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal
shalih, dan yang kedua beriman dan beramal shaleh dan memiliki pengetahuan.
Maka dari golongan kedua itulah yang mempunyai derajat lebih tinggi, Karena
8 Al-Mawardi, “Adab al-Dun-ya wal al-Din”, Beirut: Dar Iqra’. h. 37

9 Al-Mawardi: Ibid

10 M.Quraisy Shihab, Tafsir Al misbah; pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, ,Jakarta: Lentera Hati. vol 14
h.79

9
tidak hanya beriman dan beramal shaleh tetapi juga memiliki ilmu pengetahuan
yang disandangnya.

‫عن ابي الد ردا ء قال سمعت ر سو ل اهلل صلى اهلل عليه و سلم يقو ل من سلك طريق يلتمس فيه علما‬

‫سهل اهلل له طريق الى الجنة و ان المال ئكة لتضع اجنحتها رضا لطالب العلم و ان طا لب العلم يستغفر‬

‫له من فى السما ء و االرض حتى الحيتا ن في الما ء و ان فضل العا لم على العا بد كفضل القمر على‬

‫سا ئر الكوا كب ان العلماء هم و رثة اال نبياء ان االنبيا ء لم يوارثودينا را وال درهما انما و رثوالعلم‬

B)‫فمن اخده اخد بحظ وافر(رواه احمد والترمدى و ابوداود وابن مجه‬

Dari Abi Darda dia berkata :”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda”:
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para
malaikat membentangkan sayapnya karena ridla (rela) terhadap orang yang
mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang mencali ilmu akan memintakan
bagi mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di bumi bahkan ikan-ikan yang
ada di air. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang
ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya
bintang. Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para Nabi, sesugguhnya
para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan
ilmu, maka barang siapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu, maka dia
sudah mengambil bagian yang besar (H.R.Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan
Ibnu Majjah).11

‫عن انس بن ما لك قال قا ل رسو ل اهلل صلى اهلل عليه وسلم من خرج في طلب العلم كا ن في سبيل‬

‫اهلل حتى يرجع رواه التر مدى‬

11 Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadist Terpilih, Gema Insani Press, Jakarta: 2003

10
Dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah saw : “barangsiapa
keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga
kembali (HR.Tirmidzi).

‫قا ل النبي صلى اهلل عليه وسلم كن عا لما او متعلما او مستمعا او محبا وال تكن خا مسا فتهلك (روا ه‬

)‫بيهقي‬

Telah bersabda Rasulullah saw : “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai),
atau orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang
yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka
kamu akan celaka (HR.Baihaqi).

Kandungan Hadits:

Untuk memperoleh kesuksesan atau kebahagian baik di dunia maupun di akhirat


bahkan kedua-duanya harus mempergunakan alat, alat untuk mencapai kesuksesan
itu adalah ilmu. Ilmu ibarat cahaya yang mampu menerangi jalan seseorang untuk
mewujudkan segala cita-citanya, sementara kebodohan akan membawa seseorang
kepada kemadlaratan atau kesengsaraan yang membelenggu hidupnya.

Dalam hadits yang pertama Rasulullah SAW. menjelaskan:

1. Allah akan memberikan berbagai kemudahan kepada para pencari ilmu,


seperti kemudahan bergaul, kemudahan mendapatkan pekerjaan, termasuk
kemudahan untuk menuju surga.
2. Para malaikat akan memberikan perlindungan kepada para pencari ilmu
dengan cara meletakkan sayapnya sebagai bukti kerelaan mereka terhadap
apa yang dilakukan oleh para pencari ilmu.
3. Aktivitas pencarian ilmu adalah aktivitas yang sangat mulia, sehingga
kepada para pencari ilmu semua makhluk Allah baik yang ada di langit
maupun di bumi bahkan ikan-ikan yang ada di dalam air akan memberikan
berbagai bantuan, mereka semua ikut mendoakan agar orang yang mencari
ilmu selalu mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

11
4. Allah memberikan keuatamaan kepada para pencari ilmu melebihi
keutamaan yang diberikan kepada para ahli ibadah, ibarat cahaya bulan
purnama yang mampu mengalahkan cahaya seluruh bintang.
5. Para ulama (orang yang berilmu dan selalu menjadi pencari ilmu) adalah
pewaris para Nabi, merekalah yang akan meneruskan para nabi dalam
menegakan kebenaran dan memerangi kezaliman dengan menyebarkan
ilmu yang diterimanya dari nabi kepada orang-orang yang ada di
sekitarnya. Semua nabi tidaklah mewariskan harta benda untuk umatnya
melainkan mewariskan ilmu untuk kemaslahatan ummatnya. Oleh karena
itu siapapun yang berusaha menuntut ilmu dan berhasil menguasainya,
maka dia telah berhasil mendapatkan bagian yang sangat besar sebagai
modal untuk menghadap Allah SWT.
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilmu
itu dinilai sebagai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari
ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda
bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan mendapatkan
surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid.

Sementara dalam hadits yang ketiga Rasulullah menganjurkan agar umat Islam
mau menjadi orang yang :

1. Berilmu (pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim


bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang-orang yang ada
disekitarnya. Dan dengan demikian kebodohan yang ada dilingkungannya
bisa terkikis habis dan berubah menjadi masyarakat yang beradab dan
memiliki wawasan yang luas.
2. Jika tidak bisa menjadi orang pandai yang mengajarkan ilmunya kepada
umat manusia, jadilah sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan
sekitar dan dari orang orang pandai.
3. Jika tidak bisa menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau
mendengarkan ilmu pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan
ilmu pengetahun kita bisa mengambil hikmah dari apa yang kita dengar.

12
4. Jika menjadi pendengar juga masih tidak bisa, maka jadilah sebagai orang
yang menyukai ilmu pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan
memuliaka orang-orang yang berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan
seperti menyediakan tempat untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain.
5. Janganlah menjadi orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak
belajar, tidak mau mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita
memilih yang kelima ini akan menjadi orang yang celaka.

Dalam hal ini dijelaskan pula dalam hadist lain mengenai keistimewaan yang akan
didapatkan oleh orang yang menuntut ilmu, diantaranya adalah:
)‫من سلك طريق يلتمس فيه علما سهل اهلل له طريق الى الجنة(رواه مسلم‬

Abu Hurairah ra. Berkata bahwa rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang
menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan itu ke surga.”(HR.Muslim).12
Allah juga memberikan keistimewaaan bagi orang yang berilmu yang mau
mengamalkan ilmunya kepada orang lain, maka orang tersebut akan diberi pahala
sebanyak pahala orang-orang yang telah diajari olehnya. Sebagaimana telah
disebutkan dalam hadist di bawah ini :
ِ ‫ال من َدعا إِلَى ه ًدى َكا َن لَه ِمن اأْل‬
‫ُجو ِر َم ْن‬
ُ ‫َج ِر مثْ ُل أ‬
ْ ْ ُ ُ َ ْ َ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ ‫َع ْن أَبِي ُه َر ْي َرةَ أ‬
ِ ِِ ٍ َ ‫ك ِمن أُجو ِر ِهم َشيئًا ومن َد َعا إِلَى‬ِ ‫تَبِعه اَل ي ْن ُق‬
ُ ‫ضاَل لَة َكا َن َعلَْيه م ْن اإْلِ ثْ ِم مثْ ُل آثَ ِام َم ْن تَبِ َعهُ اَل َي ْن ُق‬
‫ص‬ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ‫ص ذَل‬ ُ َ َُ
) ‫م َش ْيئًا (روا ه مسلم‬Bْ ‫ك ِم ْن آثَ ِام ِه‬
َ ِ‫ذَل‬
Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :”Barangsiapa yang
mengajak orang kepada suatu jalan yang baik, maka ia mendapat pahala
sebanyak pahala pengikutnya dengan tiada mengurangi sedikitpun dari pahala
mereka sendiri. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia

12 Abu Fajar Al-qalami dan Abd Wahid Albanjari, 2004. Terjemah Riyadushalihin, Jakarta:
Gitamedia Press. H. 166

13
akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun."(HR. Muslim).13
Mengenai belajar dan mengajar, Mu’adz bin Jabal mengatakan :
“Pelajarilah ilmu, sebab mencari ilmu karena Allah adalah kebaikan,
menuntunnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbih, mengkajinya adalah
jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan membelanjakan hartanya kepada
ahlinya adalah kedekatakan (qurbah). Ia adalah teman yang menghibur dalam
kesendirian, sahabat dalam kesepian, petunjuk dalam suka dan duka, pembantu di
sisi sahabat karib, teman di sisi kawan dan penerang jalan surga. Dengannya allah
menjadikan seorang pemimpin. Ilmu adalah pemimpin dan pengamalan adalah
pengikutnya. Ilmu di ilhamkan kepada orang-orang yang berbahagia dan
diharamkan bagi orang yang celaka.14
Dari segi akal, jelaslah bahwa ilmu itu sesuatu yang utama, karena dengan
ilmu manusia sampai kepada Allah SWT dan menjadi dekat dengan-Nya. Ia pun
memperoleh kebahagiaan abadi dan kenikmatan yang kekal. Ilmu menimbulkan
kemuliaan di dunia dan di akhirat. Dunia adalah tanaman akhirat, maka orang
alim dengan ilmunya menanam bagi dirinya kebahagiaan abadi dengan mendidik
akhlaknya dengan tuntutan ilmu. Barangkali pula dengan pengajaran ia
menanamkan kebahagiaan abadi, karena ia mendidik akhlak orang lain dan
menyeru mereka kepada perbuatan yang yang mendekatkan mereka kepada Allah
Ta’ala.15
Dijelaskan dalam al qur’an surah An Nahl ayat 125:
 ‫ض َّل عَن‬ َ َّ‫ك بِ ۡٱل ِح ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡو ِعظَ ِة ۡٱل َح َسنَ ِۖ‌ة َو َج ٰـ ِد ۡلهُم بِٱلَّتِى ِه َى أَ ۡح َس ۚنُ‌ إِ َّن َرب‬
َ ‫ك هُ َو أَ ۡعلَ ُم بِ َمن‬ َ ِّ‫ع إِلَ ٰى َسبِي ِل َرب‬ ُ ‫ۡٱد‬
)١٢٥( ‫ين‬ ‫َسبِيلِ ِۖۦ‌ه َوهُ َو أَ ۡعلَ ُم بِ ۡٱل ُم ۡهتَ ِد َـ‬
Artinya:
“Serulah(manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik,
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”.(QS. An Nahl: 125).
Menurut tafsir Al-Jalaalayn “Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke
jalan RabbMu(agamanya) dengan hikmah (Al’qur’an) dan nasihat yang baik dan

13 Abu Fajar Al-qalami dan Abd Wahid Albanjari, ibid. h.167


14 Al Ghazali. 2003. Mutiara Ihya’ Ulummuddin, Bandung: Mizan Media Utama. h. 25-26
15 Imam Ghazali. 2007. Mukhtasyar Ihya’ Ulumuddin, Jakarta: Pustaka Amani. h.4-5

14
debatlah mereka dengan debat yang baik ( debat yang menyeru manusia kepada
Allah dengan Al-Qur’an). Sesungguhnya Tuhan-mu yang maha mengetahui
semuanya.16

Dalam hadits lain yang artinya:

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham,


sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah
mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud
dan At-Tirmidzi).
Ibnu Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari bahwa
ilmu yang hukumnya fardhu ‘ain untuk dicari oleh setiap muslim adalah: “Ilmu
syar’i yang bermanfaat mengetahui kewajiban mukallaf dari perkara din-nya,
baik urusan ubadah dan mu’amalah. Serta ilmu tentang Allah, sifat-Nya, dan
kewajiban kita terhadap urusan tersebut, dan menyucikan-Nya dari kekurangan.
Adapun semua itu berputar pada tafsir, hadits, dan fiqh.” (Fathul Baari 1/141)

16 Muhammad bin Ahmad Al Mahalli dan Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi, Tafsir Jalalain  Li Imamaini
Al Jalilaini, Riyadh: Darus Salam

15
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Penutup

Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang utama, mulia dan penting. Oleh
sebab itu semua harus menyadari tentang hal ini, untuk membentuk keshalehan
individu dan keshalehan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paling
tidak setiap pendidik pada lembaga pendidikan manapun harus mampu menyadari
akan keutamaan dan pentingnya ilmu, lalu menyalurkannnya kepada peserta didik,
sehingga manfaat dan fungsi ilmu pengetahuan dapat dirasakan secara
menyeluruh, bukan sekadar formalitas belaka.
Firman Allah dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta pandangan
ulama, sebagaimana dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan,
kemulian dan pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci bagi
kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

3.2 Saran

1. Hendaknya kita lebih mendalam di dalam mempelajari keutamaan dan


pentingnya ilmu, baik yang bersumber dari al-Qur’an, hadits, kitab-kitab para
ulama islam, maupun para cendekiawan yang lain.
2. Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang telah kita raih,
agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-orang di sekitar kita.
3. Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya ilmu, maka hendaknya kita
tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu. Sesuai dengan sabda
Rasulullah bahwa menuntut ilmu tetap diharuskan sampai tubuh kita terkubur
dalam liang lahat.

16

Anda mungkin juga menyukai