Mini Seminar (Revisi)
Mini Seminar (Revisi)
OLEH
KELOMPOK
1. Richard A. Nggonggoek
2. Marianda R. K. Yowi
3. Yani S. Udju
4. Sarci Talan
5. Marlita Atamina
6. Paskalis Jemarut
7. Arison Nau
8. Yumantri Niuflapu
9. Mari Mackillop Lao
KUPANG
i
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang maha kuasa atas berkat, rahmat dan
cintan-Nya sehinngga kelompok dapat menyelesaikan laporan mini seminar dalam
rangka memenuhi tugas praktik Kegawatdaruratan profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Maranatha Kupang periode tahun ajaran 2020. Kelompok menyadari
bahwa tanpa bantuan dari bimbigan dari berbagai pihak, kami tidak dapat
menyelesaikan laporan manajemen keperawatan ini. Oleh karena itu pada
kesempatan ini ijinkan kelompok menngucapakan terima kasihkepada:
1. Kepala RSUD S.K Lerik kota Kupang yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk melakukan praktik Kegawatdaruratan.
2. Bagian Diklat RSUD S.K Lerik kota Kupang yang telah memberikan ijin
kepada kami untuk melakukan praktek di ruannganIGD.
3. Kepala ruangan IGD RSUD S.K Lerik kota Kupang yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melakukan praktik Kegawatdaruratan.
4. Ns.Hariani, S. Kep dan Ns. Sifra Tafui, S. Kep, sebagai Clinical Instructure
ruangan IGD RSUD S.K Lerik serta semua perawat senior di ruangan IGD.
5. Ns.Ni Made Merlin, M. Kep, selaku ketua program studi pprofesiNers yang
telah memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan ini.
6. Ns. Serly S. Mahoklory, M.Kep selaku CT sekaligus Koordinator mata kuliah
Kegawaatdaruratan, yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan koreksi
dalam penyelesaian laporan ini.
7. Ns. Ferdinandus S. Hoda, M. Kep Selaku CT yang telah membimbing dan
memberikan motivasi, saran dan koreksi dalam penyelesaian laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.
ii
Semoga Tuhan membalas semua budi baik semua pihak dengan berkat yang
melimpah. “Sebuah payung tidak dapat menghentikan derasnya hujan, tetapi sebuah
payung dapat melindungi kita dari derasnya hujan”.
Semoga laporan Manajemen Keperawatan ini bermanafaat bagi pembaca sekalian.
Kupang, Mei 2021
Penulis
iii
BAB I
1.1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai
bidang saat ini berdampak pada semua segi kehidupan manusia. Kondisi
infrastruktur jalan raya dan tingkat perkembangan jumlah kendaraan bermotor
dari hari ke hari membutuhkan tingkat kewaspadaan yang ekstra bagi
penggunanya. Hal ini menyebabkan meningkatnya angka kecelakaan lalu
lintas terutama di negara-negara berkembang.
Vulnus Laceratum merupakan hilangnya rusaknya sebagian
jaringan/kulit yang pada umumnya dialami oleh seseorang dalam kecelakaan
lalulintas. Post kecelakaan menimbulkan rasa nyeri akibat adanya vulnus
Laceratum. Nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan stress dan
ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang
menimbulkan respon fisik dan psikis. Vulnus Laceratum dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam maupun benda tumpul, (Potter dan Perry, 2012).
Prevalensi dan insiden luka terbuka di dunia berdasarkan data dari
Global Status Report on Road Safety (WHO, 2018) disebutkan bahwa setiap
tahun, diseluruh dunia lebih dari 1,25 juta korban meninggal akibat
kecelakaan lalulintas dan 50 juta orang luka berat. Di Indonesia tahun 2019
jumlah kasus kecelakaan lalulintas sebanyak 107.500 kasus, meningkat 3
persen dari tahun 2018 yaitu 103.672 kasus. Berdasarkan data Kepolisian
daerah NTT menyebutkan selain 376 meninggal, kecelakaan lalulintas juga
menyebabkan 384 orang luka berat dan 1.280 orang luka ringan di tahun
2020, jumlah ini menurun dari tahun 2019 yakni korban meningggal dunia
sebanyak 462 orang, luka berat 460 kasus dan luka ringan 1.863 orang.
Vulnus Laceratum menyebabkan terjadinya gangguan kontinuitas jaringan/
kulit. Trauma arteri, dan vena umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda
4
tajam (50%), misalnya karena tembakan, luka tusuk, trauma kecelakaan kerja
atau kecelakaan lalulintas. (Kompas.com).
Pendekatan asuhan keperawatan secara menyeluruh dan komperhensif
merupahkan salah satu metode yang tepat dalam mengatasi masalah vulnus
Laceratum.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan dengan
vulnus Laceratum.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. D.L dengan masalah
vulnus Laceratum
b. Menetapkan diagnisis keperawatan pada Tn. D.L dengan masalah
vulnus laceratum
c. Menyusun rencana keperawatan pada Tn. D.L dengan masalah vulnus
laceratum
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Tn. D.Ldengan masalah
vulnus laceratum
e. Melakukan evaaluasi keperawatan pada Tn. D.L dengan masalah
vulnus Laceratum berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
C. MANFAAT
1. Bagi rumah sakit
Dapat menjadi acuan bagi tenaga perawat IGD RSUD S.K Lerik dalam
menerapkan asuhan keperawatan khususnya masalah vulnus Laceratum
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan.
2. Bagi institusi pendidikan
`Sebagai salah satu sumber dalam menerapkan asuhan keperawatan
khususnya masalah vulnus laceratum.
5
3. Bagi penulis/ kelompok
Menanbah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman dalam
menerapkan asuhan keperawatan khusus masalah vulnus Laceratum
4. Bagi pasien
6
BAB II
Tinjauan Pustaka
b. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan yang
membatasi dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa
1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ
yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi
tubuh. Warna kulit berbeda-beda, dan kulit yang berwarna terang (fair
skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan
tangan bayi, serta wama kecokiatan pada genitalia orang dewasa.
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dantebalnya,
kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir, dan
preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan
tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada wajah, yang lembut pada
leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala
(Djuanda et al, 2010)
7
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan
utama yaitu:
8
adanya prosese mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-
sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya.
Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan
antar sel (intercellular bridges) yang terdirl atas protoplasma
dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatanjembatan
ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus
Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel
Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak
gIikogen.
e) Stratum Basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar)
yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal
berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan
epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan
mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdirl atas dua
jenis sel yaitu: sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan
prtoplasma basofihik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu
dengan yang lain oleh jembatan antar sel serta sel pembentuk
melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-selberwama
muda, dengan sitoplasma basofihik dan inti gelap, dan
mengandung butir pigmen (meIanosomes). (Buranda
Theopilus. Dkk,2011)
2) Lapisan Dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh
lebih tebal dan pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan
elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel
rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni:
a. Pars Papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars Retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke
arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut
9
penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam
hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula
fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, membentuk
ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan
hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan
bertambahnya umur menjadi kurang larut sehingga makin
stabil. Retikutin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amoif dan mudah mengembang serta
Iebih eIastis
3) Lapisan Subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas janngan
ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak
merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir
sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-selini membentuk
kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula
yang fibrosa Lapisan sel-sel lemakdisebut panikulus adiposa,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat
ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal
tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada Iokalisasinya.
Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak
mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lernak mi juga merupakan
bantalan (Buranda Theopilus. Dkk,2011)
10
Adneksa kulit terdirl atas kelenjar-kelenjár kulit, rambut, dan kuku.
11
besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Buranda
Theopilus. Dkk,2011)
c) Kuku
d) Rambut
12
dibentuk dengan mempengaruhi gugus disulfida misalnya dengan
panas atau bahan kimia.
13
c. Fisiologi Kulit
1) Pengaturan Suhu Tubuh
c) Hormon pertumbuhan
14
d) Hormon tiroid
e) Hormon kelamin
f) Demam (peradangan)
g) Status gizi
15
merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak
menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain
h) Aktivitas
i) Gangguan organ
j) Lingkungan
16
disuplai langsung ke plexus arten kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan abran
dalam plexus artenovenosa yang cukup tinggi (kadang
mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan
konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien.
Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh
1) Radiasi
2) Konduksi
17
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan
langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar
tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan
mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda
umumnya membeni dampak kehilangan suhu yang kecil
karena dua mekanisme, yaltu kecenderungan tubuh untuk
terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil
dan pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda
menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi
secara efektif terus menerus
3) Evaporasi
18
Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu
tubuh, sebenamya suhu tubuh aktual (yang dapat diukur)
merupakan suhu yang dihasilkan dan keseimbangan antara
produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas
tubuh dan lingkungan.
4) Usia
d. Histologi Kulit
19
Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi
permukaan tubuh yang terdiri atas 2 lapisan yaitu epitel yang disebut
epidermis dan Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
(Eroschenko V.P,2010)
20
intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai Iebih dan 0,5 cm,
sedangkan di kelopak mata hanya selebal 0,5 mm.Rata-rata tebal
kulit adalah 1-2 mm. Berdasarkan gambaran morfologis dan
ketebalan epidermis, kulit dibagi menjadi kulit tebal dan kulit Tipis.
Walaupun kulit tebal mempunyai epidermis yang tebal, tetapi
keseluruhan kulit tebal belum tentu ebih tebal dan kulit tipis. Kulit
tebal ini terdapat pada volar manus dan plantar pedis yang tidak
memiliki folikel rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang
menonjol dinamakan cnsta cutis yang dipisahkan oleh alur-alur
dinamakan sulcus cutis
21
Gambar III. Skin Histology
1) Epidermis
22
Gambar IV. Skin Histology
b) Stratum spinosum
23
c) Sratum spinosum
d) Stratum granulosum
e) Stratum lucidum
24
Bagian yang jernih ini mengandung zateteidin yang diduga
merupakan hash dan keratohiatin
f) Stratum Corneum
e. Etiologi
f. Manitestasi Klinis
1) Rubor (kemerahan) dan kalor (panas) diakibatkan oleh respon
jaringan yang rusak dan sel mast melepaskan histamin dan mediator
lain seperti bradikinin, prostaglandin, dan leukotrien sehingga
menyebabkan vasodilatasi dan pembuluh darah sekellling yang
masih utuh serta meningkatnya penyediaan darah ke daerah yang
mengalami kerusakan.
2) Dolor (nyeri) akibat serat-serat otot atau tendon yang jumlahnya
terbatas mengalami robekan.
3) Tumor (bengkak) dan functio laesa (hilangnya fungsi) diakibatkan
oleh peningkatan permeabilitas kapiler-kapiler darah dan cairan
yang kaya akan protein mengalir kedalam spasium interstisial
25
sehingga menyebabkan edema lokal dan hilangnya fungsi dan
daerah yang mengalami kerusakan.
g. Diagnosis
h. Penatalaksanaan
26
dan secara steril dilakukan kembali pembersihan luka dan
kontaminan secara mekanis. Misalnya pembuangan jaringan mati
dengan gunting atau pisau (debrideman) dan dibersihkan dengan
bilasan guyuran atau semprotan cairan NaCL.Akhirnya dilakukan
penjahitan dengan rapi. Bila diperkirakan akan terbentuk atau
dikeluarkan cairan yang berlebihan perlu dibuat penyaliran
(drainase) (Ganesan, S.2012) Luka ditutup dengan bahan yang
dapat mencegah Iengketnya kasa, misalnya kasa yang mengandung
vaselin, ditambah dengan kasa penyerap. Dan dibalut dengan
pembalut elastis.
i. Komplikasi
1) Hematoma
27
Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi
serat kolagen yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka.
Serat kolagen di sini teranyam teratur. Keloid yang tumbuh
berlebihan melampaui batas luka,sebelumnya menimbulkan gatal
dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah. Parut
hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan
kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang-kadang
nyeri. Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir
penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid
justru tumbuh. (De Jong W, Sjamsuhidajat R, 2011)
3) lnfeksi
4) Kontraktur
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN
29
30
31
32
3.2. ANALISA DATA
Do : -. Tampak meringgis
kesakitan
-. Pengkajian PQRST
(P : luka, Q : nyeri
tertusuk, R: medial pedis
Dextra , S : Skala 6
(nyeri sedang), T : nyeri
terus menerus
-. Ttv : Td : 130/100, N :
91 X/mnt, S: 36,5 ,
Spo2 : 98%, RR : 21x/
menit
33
3.2 . DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik yang d.d pasien mengeluh nyeri, wajah
pasien tampak meringis kesakitan, Pengkajian PQRST (P : beraktivitas dan
rawat luka, Q : hilang timbul seperti di tusuk-tusuk, R: medial pedis Dextra ,
S : Skala 6 (nyeri sedang), T : 3-5 menit. Ttv : Td : 130/100, N : 91X/mnt, S:
36,5 , Spo2 : 98%, RR : 21x/ menit
2. Gangguan integritas kulit dan jaringan b.d Faktor mekanik yang d.d terdapat
luka robek dengan ukuran luka ( P : 10cm, L: 4cm, kedalam an ± 3 cm ),
perdarahan aktif , luka dengan dasar tulan
34
3.3. INTERVENSI
35
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres hangat/
dingin, terapi
bermain)
2. kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. fasiliatasi istirahat
dan tidur
4. pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. ajarkan teknik
36
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2 Selasa, D.0129 Integritas kulit Perawatan luka
27 april dan jaringan (l. (I.14564):
2021 Gangguan 14125) Observasi
integritas kulit Setelah dilakukan 1. Monitor
dan jaringan b.d tindakan karakteristik luka
Faktor mekanik keperawatan 2. Monitor tanda-
yang d.d terdapat selama 1 x 3 jam tanda infeksi
luka robek maka di
dengan ukuran harapkan Terapeutik
luka ( P : 10cm, integritas kulit
L: 4cm, kedalam dan jaringan 1. Lepaskan balutan
an ± 3 cm ), meningkat dan plester secara
perdarahan aktif , dengan criteria perlahan
luka dengan hasil : 2. Cukur rambut
dasar tulang 1. Perfusi disekitar daerah
jaringan luka
meningkat (5) 3. Bersihkan
2. Kerusakan dengan cairan
jaringan NaCL atau
menurun (5) pembersih non
3. Kerusakan toksin
lapisan kulit 4. Bersihkan
menurun (5) jaringan nekrotik
4. Perdarahan 5. Bersihkan salep
menurun (5) yang sesuai ke
5. Nyeri menurun kulit
(5) 6. Pasang balutan
sesuai jenis luka
7. Pertahankan
teknik steril saat
perawatn luka
8. Ganti balutan
sesuai jumlah
beksudat dan
37
dreinase
9. Jadwalkan
perubahan posisi
setiap 2 jam atau
sesuai kondisi
pasien
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
prosedur
debridement
2. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
38
3.4. Implementasi dan evaluasi keperawatan
P: Intervensi 4 dan 5
dilanjutkan di rumah KIE
pasien untuk
mengkonsusmsi obat
39
anakgetik secara tepat.
P : intervensi dilanjutkan
dirumah ( KIE pasien
untuk control kembali
ke poli dengan dokter
bedah ), (KIE pasien
untuk menjaga
kebersihan daerah luka
dan tetap kering)
40
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. PENGERTIAN
41
13. Bengkok/ nierbekken
14. Lampu tindakan
15. Perlak atau pengalas
16. Sufratul atau salep antibiotik (Gentamicine)
42
15. Pilih jarum dan benang yang sesuai dengan luka yang ada, tergantung
dalamnya luka
16. Pasang benang dan jarum jahit pada needle holder lalu pegang needle holder
dengan tangan dominan dan pinset pada tangan yang lain. Jika perdarahan
mengganggu proses hecting perawat atau asisten dapat membantu dengan
menyeka darah dari luka
17. Lakukan jahitan luar dan dalam jika luka dinilai dalam
18. Memilih teknik jahitan yang akan dipakai sesuai dengan penilaian kondisi
luka
19. Lanjutkan jahitan luka sampai luka tertutup. Sebagai catatan jika luka dinilai
bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 6 jam
boleh dijahit primer atau rapat, sedangkan luka yang terkontaminasi berat
dan atau dinilai tidak bersih dapat dilakukan jahitan situasional sambil
diobervasi 2-3 hari ke depan
20. Bersihkan kembali area jahitan dengan antiseptik dan nilai serta rapikan luka
jahitan
21. Cek apakah masih ada perdarahan dan apakah jahitan telah rapi. Jika perlu
maka jahitan dapat ditambahkan hingga perdarahan teratasi atau jahitan rapi
22. Lepas duk steril
23. Tutup luka jahitan dengan sufratul atau salep antibiotik (Gentamicine),
apabila tidak membutuhkan jahitan setelah diberikan cairan antibiotik dan
dibersihkan langsung ditutup dengan sufratul / salep antibioik
24. Lalu tutup dengan kasa dan plaster
25. Rapikan kembali pasien dan alat-alat yang digunakan
26. Petugas membuka sarung tangan dan mencuci tangan
Pada kasus vulnus laceratum yang terjadi di IGD, pasien datang dengan
luka robek pada kaki kanan akibat terkena gurinda dan langsung ditangani oleh
petugas di ruangan IGD. Dalam melakukan penanganan pertama petugas
melakukan pengukuran tanda-tanda vital pada pasien, setelah itu melakukan
pengkajian pada pasien atau keluarga pasien dan melihat kondisi luka.
43
Selanjutnya petugas menjelaskan prosedur mulai dari membersihkan luka hingga
kemungkinan penanganan seperti dijahit pada pasien dan meminta persetujuan
menangani luka pada pasien atau keluarga. Petugas menyiapkan alat dan
langsung mengenakan sarung tangan bersih, menaruh perlak pada area sekitar
luka, bengkok di bawah area luka dan menyalakan serta mengarahkan lampu
tindakan ke area luka.
44
perdarahannya tidak terlalu banyak (±20 cc) sehingga tidak diberikan terpai
cairan, kemudian untuk pasien dengan nyeri biasanya diberikan terapi analgetik
untuk mengurangi nyeri namun dalam kasus yang terjadi pasien tidak diberikan
terapi analgetik karena dilhat dari kondisi umum pasien dan respon pasien
terhadap nyeri
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa :
1. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Luka sering sekali
terjadi dalam aktivitas sehari-hari. Biasanya luka yang terjadi bervariasi
bentuk dan dan dalamnya sesuai dengan benda yang mengenainya, jika tidak
diobati, luka dapat menyebabkan infeksi.
2. Penangan yang paling utama pada pasien dengan Vulnus laceratum yaitu
dengan memberikan terapi cairan sehingga pasien tidak terjadi syok karena
kehilangan darah.
3. Dan yang harus di perhatikan yaitu pada saat teknik dalam perawatan harus
memperhatikan teknik aseptic agar meminimalisir terjadinya infeksi pada
luka pasien.
5.2. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan hasil laporan ini dapat menjadi sumber dan bahan bacaan dan
45
Diharapkan dapat meningkatan pengetahuan dan ilmu keperawatan dalam
laceratum
DAFTAR PUSTAKA
Buranda Theopilus. dkk. Buku Ajar Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi FK
Unhas; 2011.
De Jong W, Sjamsuhidajat R. Luka: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC;
2011. Hal 95-103.
Djuanda, Adhi, et al. Anatomi Kulit: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6.
Jakarta: FKUI; 2010. Hal 3-5
Eroschenko V.P. Histologi Kulit: Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta: EGC;
2010. Hal 223-241
Robbins, at al. Kulit: Buku Ajar Patologi. Edisi 7 volume 2. Jakarta:EGC; 2012. Hal
881-882
R Ziemba. First aid in cases of wounds, fractures, as well as thermal chemical burns.
Military Pharmacy and Medicine, 2012
46
WHO. World Report On Disability. Avalaible from:http://www.who.
int/disabilities/world report/2011/report. pdf. Diakses 07 Mei 2021
47