Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH DENGAN EFUSI PLEURA

Oleh :

M. HENDRA KURNIAWAN

(NIM = 14401.17.18019)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

2021
A. ANATOM FISIOLOGI

Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga toraks
atau dada kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastium sentral yang mengandung
jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar
.Setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis. Arteria pulmonalis dan darah arteria
bronkhialis, bronkus, saraf dan pembuluh limfe masuk pada
setiap paru-paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interloaris. Paru-paru dibagi
menjadi dua lobus, kemudian lobus tersebut dibagi lagi menjadi segmen-segmen sesuai
dengan segmen bronchus paru-paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru-paru
kiri dibagi menjadi 9. Proses patologis seperti atelektesis dan pneumonia biasanya hanya
terbatas pada satu lobus dan segmen saja. Pleura ada dua macam : pleura parietal yang
melapisi rongga torak sedangkan pleura viseralis yang menutup setiap paru-paru. Diantara
pleura parietal dan viseralis terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang
memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan
mencegah pemisahan thorak dan paru-paru. Sifat ini analog dengan dua slide dari gelas
yang saling diletakkan dengan air, kedua slide tersebut dapat bergeser satu sama lain, tetapi
keduanya tidak dapat dipisahkan dengan mudah begitu saja hal yang sama juga terdapat
pada cairan pleura yang terdapat antara paru-paru dan toraks. Tekanan dalam rongga
pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, sehingga mencegah kolaps paru-paru. Ketika
paru terserang penyakit. Pleura mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat masuk
kedalam rongga pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau kolaps diafragma
merupakan otot berbentuk lengkungan yang membentuk dasar rongga toraks dan
memisahkan rongga tersebut dari rongga abdomen.
B. DEFINISI
Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam jiwa
penderita.Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan
dalam rongga pleura.Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena tuberkulosis, neo
plasma atau karsinoma, gagal jantung, pnemonia, dan infeksi virus maupun bakteri
(Ariyanti, 2003).
Efusi pleura adalah jumlah cairan non purulen yang berlebihan dalam rongga pleural, antara
lapisan visceral dan parietal (Mansjoer Arif, 2001).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).
C. ETIOLOGI
1. Hambatan Resorbsi Cairan Dari Rongga Pleura, Karena Adanya
Bendungan Seperti  Pada Dekompensasi Kordis, Penyakit Ginjal, Tumor
Mediatinum, Sindroma Meig(Tumor Ovarium) Dan Sindroma Vena Kava
Superior.
2. Pembentukan Cairan Yang Berlebihan, Karena Radang
(Tuberculosis, Pneumonia, V i r u s ) , Bronkiektasis, Abses
Amuba Subfrenik Yang Menembus Ke R o n g g a  Pleura,
Karena Tumor Dimana Masuk Cairan Berdarah Dan Karena Trauma.
Diindonesia 80% Karena tuberculosis.
3. Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
a. Gagal jantung
b. Kadar protein yang rendah
c. Sirosis
d. Pneumonia
e. Tuberculosis
f. Emboli paru
g. Tumor
h. Cidera di dada
i. Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).
j. Pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.

D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan  normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura vicelaris, karena di antara  pleura tersebut terdapat cairan antara 1 – 20 cc yang 
merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang sedikit ini merupakan
pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di
ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut
dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic
koloid  pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya
sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan
cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel – sel
mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara
produksi dan absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9
cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm H2o. Keseimbangan tersebut dapat
terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium tuberkulosa masuk
melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan
timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti
dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada
saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran
akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
Kebanyakan terjadinya effusi  pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura
yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain  dapat juga dari robeknya
pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju  rongga pleura, iga  atau columna
vetebralis.
Adapun bentuk  cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat, yaitu 
berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran protein getah
bening. Cairan ini biasanya serous, kadang – kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml
cairan pleura bias  mengandung leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan
adalah sel – sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya bakteri
tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan
fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi pernapasan meningkat ,
pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi
redup. Selain hal – hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang
diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan
menurun.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan,setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
banyak, penderita akan sesak napas
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeridada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosisi),  banyak keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi, jika terjadi mpenumpukan
cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karenacairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung(garis Ellis
Damoiseu)
5. Didapati segitiga Garland yaitu daerah yang pada perkusi redup, timpani dibagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco- Rochfusz, yaitu daerah pekak karena
cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara
sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. 
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
7. Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di
konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat
diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml,
sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura
sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya
sudut costophreicus yang tidak tajam. Bila efusi pleura telah didiagnosis,
penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan
ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan
seperti:
a. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin,
amylase, pH, dan glucose.
b. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui
kemungkinan terjadi infeksi bakteri
c. Pemeriksaan hitung sel

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah
a. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispnea
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
b. Pemberian anti biotik Jika ada infeksi.
c. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi
kembali.
d. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
karena peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen
sehingga dyspnea akan semakin meningkat pula.
e. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.

I. KOMPLIKASI
1. Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
2. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
3. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan udara dari
alveoli masuk ke vena pulmonalis)
4. Laserasi pleura viseralis
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas Pasien 
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi
pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama
pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang 
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. 
d. Riwayat Penyakit Dahulu 
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga 
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca
paru, asma, TB paru dan lain sebagainya
f. Pola nutrisi dan metabolisme
1) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien,
2) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu
makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
3) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien
dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.
g. Pola eliminasi
1) alam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS.
2) Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed
rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.

2. DIAGNOSA KEPERAWATA
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan
2. Defisit nutrisi b/d ketidak mampuan mencerna makanan
3. Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Kriteria hasil (SLKI) Rencana tindakan (SIKI) TT
o keperawatan D
1 Pola napas 1. Dipsnea MANAJEMEN JALAN
tidak efektif menurun NAPAS

berhubungan 2. Penggunaan otot observasi


dengan depresi bantu napas 1. Monitor pola napas

pusat menurun (freekuensi kedalaman,

pernapasan 3. Frekuensi napas uasaha, napas)

membaik 2. Monitor bunyi napas


tambahan(wheezing)
3. Monitor sputum
(jumlah,warna, aroma)
Terapeutik
4. Posisikan semi-
fowler atau fowler
5. Berikan minuman
hangat
6. Lakukan fisioterapi
dada
7. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
8. Ajarkan teknik batuk
efektif

2 Defisit nutrisi 1. Porsimakan PEMANTAUAN NUTRISI


b/d yang Observasi
ketidakmampua dihabiskan 1. Identifikasi factor
n mencerna meningkat yang mempengaruhi
makanan 2. Keuatan otot asupan gizi (mis;
menelan pengetahuan,
meingkat ketersediaan
3. Nyeri makanan)
abdomen 2. Identifikasi
menurun perubahan berat
4. Nafsu makan badan
membaik 3. Identifikasi kelainan
5. Bising usus eliminasi
membaik (mis;diare,darah,lend
ir,dan elimiansi yang
tidak teratur)
4. Monitor mual
muntah
Terapeutik
5. Timbang berat badan
6. Hitung perubahan
berat badan
Edukasi
7. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
3 Gangguan pola DUKUNGAN
tidur 1. TIDUR
berhubungan menurun Observasi
dengan 2. 1. Identifikasi pola aktifitas
hambatan terjaga menurun tidur
lingkungan 3. 2. Identifikasi faktor
tidur penganggu tidur
Menurun 3. Identifikasi Obat Tidur
4. Keluhan istirahat Yang Dikonsumsi
tidak cukup Terapeutik
menurun Modifikasi lingkungan
Batasi waktu tidur siang
3. Tetapkan jadwal tidur
r
u
t
i
n
Edukasi
4. Jelaskan pentinya tidur
Cukup selama sakit
5. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
6. Anjurkan untuk
menghindari makanan
dan minuman yang
mengganggu tidur
DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi. 2010. Definisi dan Klasifikasi Efusi Pleura. Diakses pada tanggal 28 februari 2017
padahttp://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/05/definisi-dan-klasifikasi-efusi-pleura.html

Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA


Intervention Project, Mosby.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,


IOWA Intervention Project, Mosby.

Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and


Suddarth’s, Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai