Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

TENTANG HERNIA

Disusun oleh:
ADELIA
NIM: 14401.17.18002

PROGRAM D3 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG
HERNIA

DISAHKAN PADA
TANGGAL:

CI LAHAN PEMBIMBING

KEPALA RUANGAN
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Adelia


Nim : 14401.17.18002

No Hari/Tangga Materi Saran Pembimbing TTD


l
LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus


yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis
muskulo-tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini
dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis
muskulo-oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus
eksternus, dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma
pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. Hernia inguinalis
indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini
berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis
(Sjamsuhidayat, 2004).

B. FISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak
menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih
sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan
(Mansjoer, 2002).

C. DEFINISI.
Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra
abdominal keluar kavum abdomen melalui lakus minoris ( facial defek ) dinding
abdomen dan masih meliputi peritoneum ( Puruhito ; 1993).
Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui analus
inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior,
menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui analus inguinalis
eksternus ( Henderson ; 1992).

D. ETIOLOGI
1. Kongenital.
Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus
inguinalis yang cukup lebar.
2. Didapat.
Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya
hernia:
- Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.
- Peninggian tekanan intra abdomen:
 Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
 Batuk karonik : bronchitis kronik, TBC.
 Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.

E. KLASIFIKASI HERNIA
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan
hernia menurut sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adalah :
a.   Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah
lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar
kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi
pada bayi & anak kecil
b.  Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
c.   Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding
pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar
secara bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke
dalam kantung.
d.  Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan
yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien
yang memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan,
obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi
bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah
pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
e.   Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat atau tingkatannya :
1. Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada
hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala
obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali )
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
3. Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak
dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis
obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam
basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung
bisa terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi
gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
4. Hernia strangulata 
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke
dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya
sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus
tidak dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.

F. PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
factor kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui
kanalisinguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil,
batukkronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi
rongga perut melalui kanalingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol
keluar dari anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan
sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada laki-laki,
sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan
maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun
manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan
mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan
terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala
illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah
terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong
hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan
abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi
usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat
dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
G. PATWAY PRE OPERASI

faktor congenital (kegagalan Faktor di dapat (batukkronis, mengejan


penutupan proses usvaginalis pada saat defekasi, pekerjaan mengangkat
waktu kehamilan) benda berat)
Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut malalui kanalisinguinalis

Jika cukup panjang akan menonjol keluar dari analusinguinalis eksternus

Tonjolan akan sampai kespektrum

Hernia
Tidak papat timbul Dapat timbul secara spontan
secaras pontan (manual)

Tindak pembedahan
Post operasi hernia

Adanya luka
insisi
System irigasi Penurunan Perawatan luka
fungsiusus yang kurang
Diskontinuitas
jaringan
Keseimbangan Resiko infeksi
Defisit
cairan
cairan nyeri
Ketidaknyamanan/
Kekurangan Nutrisi keterbatasan gerak
Gangguan
volume cairan adekuat
integritas kulit
Aktifitas terganggu
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Imobilitas fisik
Kurang informasi

Kurang pengetahuan
PATWAY POST OPERASI

Proximal prosesus vaginalis

Gagal menutup

Membentuk kantung hernia

Pembedahan
Resiko infeksi

nyeri

H. TANDA DAN GEJALA


Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada  anulus inguinalis eksterna
yang  mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding
posterior maka hernia jarang sekali   menjadi ireponibilis. Hernia ini disebut
direkta karena langsung menuju anulus inguinalis  eksterna sehingga meskipun
anulus inguinalis  interna di tekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan
timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya akan sampai
kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari masa hernia. Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis
eksterna, tidak akan di temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan
tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum
Cowperi pada ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang di
temukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk  dinding medial
hernia.
 Ada benjolan pada daerah selangkangan / kemaluan / lipat paha.
 Nyeri pada saat mengejan, mengangkat benda.
 Mual dan kembung.
 Tidak flatus / BAB
 Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri,
batuk, bersin, mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang saat
penderita berbaring.
 Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium
akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan
curah jantung.
4. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian
untuk memberikan anestesi.
6. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan Darah Lengkap yaitu: terdapat leukosit 5.880, trombosit 160.00,
hematokrit 39, hemoglobin 13.2, eritrosit 4.9,
J. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan
tindakan bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila
telah terjadi proses strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin
sebelum terjadinya nekrosis usus.
1. Farmakologi
a. Glibotic: Glybotic digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran nafas,
infeksi pada tulang dan sendi, penyakit meningitis, infeksi berat pada kulit
dan jaringan lunak, luka bakar, infeksi berat pada saluran kemih dan luka
infeksi pada pasca operasi.
Efek Samping Glybotic:
Gangguan pada pendengaran
 Dapat menyebabkan vertigo
 Ruam pada kulit
 Dapat terjadi demam tinggi
 Tremor/badan gemetar
 Mual dan Muntah
 Darah dibawah normal (anemia)
 Dapat terjadi kelumpuhan
b. Ketorolac: Ketorolac adalah obat untuk meredakan nyeri dan peradangan.
Obat ini sering digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa
menyebabkan nyeri.
 Efek Samping Ketorolac:
 Berat badan naik drastis
 Sakit perut
 Mual dan muntah
 Peningkatan tekanan darah
 Mulut kering
 Sariawan

c. OMZ: merupakan sediaan obat yang digunakan untuk mengobati masalah


perut tertentu dan masalah kerongkongan. OMZ digunakan sebagai terapi
jangka pendek untuk mengatasi tukak lambung. OMZ bekerja dengan cara
mengurangi jumlah asam lambung yang terbentuk oleh tubuh. 
Efek Samping OMZ:
 Ruam pada kulit
 Urtikaria (kulit melepuh)
 Mengantuk dan Kelelahan
 Batuk, Pusing, Demam
 Nyeri sendi dan otot
 Depresi, halusinasi dan Insomnia.
d. Cefoperazone: Cefoperazone adalah obat antibiotik yang digunakan untuk
mengatasi infeksi bakteri. Cefoperazone hanya tersedia dalam bentuk suntik.
Obat ini hanya boleh digunakan sesuai resep dokter.
Efek Samping Cefoperazone:
 Batuk
 Diare
 Sakit kepala atau pening
 Mudah memar atau mimisan
 Menggigil
 Demam
 Badan terasa lemah atau lelah
 Mual
 Urine berwarna gelap atau buang air besar berdarah
 Nyeri saat buang air kecil
2. Non Farmakologis
a. Hindari konsumsi makanan berat atau makanan ringan beberapa jam
sebelum tidur.
b. Hindari membungkuk atau berbaring setelah makan.
c. Mempertahankanlah berat badan yang ideal;
d. Berhenti merokok;
e. Tinggikan posisi kepala ketika tidur sekitar 15 cm;
f. Jangan mengangkat beban berat sendirian, dan minta bantuan kepada orang
lain; 
g. Hindari mengejan atau memberi tekanan pada dinding perut.

3. Tindakan Pembedahan pada hernia adalah hemiotomy dan herniorafi. Pada


bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan
dilakukan bassiny plasty atau teknik yang lain untuk memperkkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama
dengan bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus
dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan kerongga perut, sedangkan bila
tidak dilakukan reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan
keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital
langsung tutup kulit dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.

K. KOMPLIKASI
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis
ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi
hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar
karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari
pada usu halus.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih
hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi
gelisah.
1. Muntah.
2. Perdarahan.
3. Shok.
4. Kembung.
5. Radang paru.
6. Retensio urine.
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E Marylin. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. 1992


Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
2000
Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah I. Jakarta . EGC. 1992
Amin Huda Nurarif.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2.Jogjakarta : MediAction

North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis :


Definition and Classification 2012-2014. NANDA International. Philadelphia.

McCloskey, J.C and Bulechek, G.M. 2007. Nursing Intervention Classifications


(NIC). Second Edition. IOWA Interventions Project. Mosby-Year Book,
Inc. St.Louis, Missouri.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien
Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung jawab,
pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Klien mengatakan susah kencing dan terasa nyeri ketika
mau kencing
b. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengatakan sejak 2011 klien sudah
mempunyai riwayat penyakit hernia, klien juga merasakan nyeri jika ingin
kencing saja klien dianjurkan untuk operasitetapi klien tidak mau karna
klien pikir hernia atau benjolannya tidak membesar dan klien ngerasa tidak
PD dengan adanya benjolan yang semakin membesar dan akhirnya klien
ingin di operasi. Biasanya keadaan bisa membaik jika klien relaksasi nafas
dalam atau dimasukkan obat. Klien mengatakan nyeri hilang timbul dan
skala nyeri 6
c. Riwayat kesehatan masa lalu: Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit apapun
Alergi: Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat ataupun
makanan
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan orang tuanya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
e. Pola persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengatakan paham akan penyakitnya yang dideritanya, klien yakin
akan sembuh setelah menjalani terapi dan sudah tau apa yang perlu
diperhatikandengan kondisi penyakitnya.

f. Pola manajemen koping stress


Klien mengatakan bahwa jika stress klien sudah mengalihkan pada hal-hal
yang santai, seperti bermain dengan cucu dan menjaga cucu dengan baik.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum.
b. Tanda-tanda vital :
TD: 132/79 MmHg RR: 20 X/Mnt
Nadi: 87 X/Mnt Suhu: 36,7°C
c. Inspeksi:
1. Kepala dan Rambut: warna rambut hitam, bentuk kepala simetris,
kebersihan kepala dan rambut cukup, rambut tidak rontok
2. Mata: bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterus, dan tidak menggunakan bantu
3. Telinga: bentuk telinga simetris, tidak menggunakan alat bantu, tidak
adanya cairan yang keluar dari telinga, dan juga tidak peradangan,
pendengaran normal
4. Hidung: bentuk hidung simetris, tidak ada polip, tidak terpasang O2, tidak
ada peadangan, fungsipenciuman normal
5. Mulut: bentuk bibir simetris, reflek menelan baik, tidak ada peradangan,
kebersihan mulut baik, kemampuan bicara normal
6. Leher: bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
maupun vena jugularis
7. Dada
Thorak: tampak simetris, tidak ada retraksi otot dada, tidak ada barrel
chest/pigmen chest
Thorak jantung: teraba apeks di sela iga 5 midklavikula sinistra
8. Abdomen: tampak simetris, tidak ada pembesaran/massa pada abdomen
9. Genetalia (Pria)
Keadaan Luka:
Panjang luka: ± 10 cm Kemerahan (+)
Kedalaman luka ± 7 cm Terbebat kassa (+)
Jahitan: Rapi Edema (-)
Merembes (-)
P: Nyeripost op hernia
Q: Nyeri nyut-nyutan
R: Di Genetalia
S: Skala 3
T: Hilang timbul
10. Ekstermitas atas: tampak simetris, kekuatan otot normal, dan masih
bisa melakukan makan dan minum secara mandiri
11. Ekstermitas bawah: tampak simetris, tidak ada deformitas
d. Palpasi
1. Kepala dan rambut: tidak ada nyeri tekan
2. Mata: tidak ada nyeri tekan didaerah mata dan muka
3. Telinga: tidak adanya nyeri tekan disekitar telinga
4. Hidung: tidak ada nyeri tekan
5. Mulut: tidak ada nyeri tekan
6. Leher: tidak ada nyeri tekan
7. Dada : tidak teraba nyeri tekan dada, vokal fremitus paru kanan-kiri
normal
8. Abdomen: tidak ada nyeri tekan
9. Genetalia (Pria)
Keadaan Luka:
Panjang luka: ± 10 cm Kemerahan (+)
Kedalaman luka ± 7 cm Terbebat kassa (+)
Jahitan: Rapi Edema (-)
Merembes (-)
P: Nyeripost op hernia
Q: Nyeri nyut-nyutan
R: Di Genetalia
S: Skala 3
T: Hilang timbul
e. Perkusi batas paru: Terdengar suara sonor, terdengar suara redup, pada
perkusi diatas organ hatiyang mana batas paru hepar di ics 4-6
Perkusi batas jantung: batas kiri redom jantung dimulai dari ics 5,4 dan 3,
batas kana redom jantung berada di dalam batas sternum
f. Auskultasi paru: terdengar suara nafas normal, tidak ada ronchi/whezzing
Auskultasi jantung: terdengar suara jantung 1 dan 2.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisis.
b. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
c. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium
akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan
curah jantung.
d. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
e. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian
untuk memberikan anestesi.
f. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan Darah Lengkap yaitu: terdapat leukosit 5.880, trombosit 160.00,
hematokrit 39, hemoglobin 13.2, eritrosit 4.9,

B. DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
2. Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan deficit
cairan.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/drainase.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya.

C. INTERVENSI
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Berhubungan
1. Kemampuan Observasi
Dengan Agen
Pencedera menuntaskan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Fisiologis
aktivitas durasi, frekuensi, kualitas,
(meningkat) intensitas nyeri
2. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
(menurun) 3. Identifikasi respon nyeri non
Frekuensi nadi verbal
(menurun
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik
7. Berikan tehnik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat/dingin, terapi
pijat)
8. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
9. Fasilitasistirahat tidur
10. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
11. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
12. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
13. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
14. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi
Mobilitas Fisik
Berhubungan 1. Pergerakan Observasi
Dengan
ekstermitas 1. Identifikasi adanya nyeri atau
Keterbatasan
Gerak (Meningkat) keluhan fisik lainnya
2. Kekuatan otot 2. Identifikasi toleransi fisik
(Meningkat) melakukan ambulasi
3. Rentang gerak 3. Monitor frekuensi jantung dan
ROM (Meningkat) tekanan darah sebelum memulai
Nyeri (Menurun) ambulasi
4. Monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi
Terapeutik
5. Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis, tongkat
kruk)
6. Fasilitasi melakukan mobilitas
fisik, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
9. Anjurkan melakukan ambulasi
dini
10. Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis,
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi)
3. Resiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
Berhubungan
1. Nafsu makan Observasi
Dengan Invasi
Kuman (Meningkat) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Kemerahan lokal dan sistemik
(Menurun) Terapeutik
Nyeri (Menurun) 2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan perawatan kulit pada
area edema
4. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
5. Pertahankan tehnik aseptik pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cuci tangan dengan
benar
8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
10.Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
11. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai