Tujuan Khuhsus
Mahasiswa dapat memahami metode thelogi Perjanjian Lama.
Tujuan Khusus
1. Metodologi teologi PL
2. Metode-metode dalam teologi
3. Penciptaan
4. Allah Menciptakan Langit dan Bumi
5. Allah Menciptakan manusia
6. Penciptaan manusia
7. Bapak-bapak Leluhur
8. Allah Membawa Keluar Israel Dari Mesir
9. Penyataan di Zinai
10. Allah memberikan Israel tanah Kanaan
11. Allah Mengangkat Raja
12. Yerusalem
Metode Perkuliahan
1. Ceramah/Presentasi
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Tugas
Tugas
1. Membuat laporan Baca dari buku yang berhubungan dengan mata kuliah ini.
2. Membuat paper
Sistem penilaian
1. Presentasi dan kehadiran 25%
2. Tugas 25%
3. Ujian Semester 50%
Kepustakaan
1. Barth, C. Teologi Perjanjian Lama, Jakarta:BPK, (empat edisi)
2. Dyrness, W. Tema-tema Pokok Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas.
3. Wright, GE. Perjanjian Lama Terhadap Sekitarnya, Jakart:BPK 1962
4. Karman, Yongky. Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, Jakata: BPK, 2004
5. Hinson, DF. Theology of the Old Testament, London: SPCK, 1976
1
6. Eichord, W. Teology of the Old Testament, Philadelphia, Westminster, 1967.
7. Kaiser, W. Toward an Old Testament Theology, Grand Rapids: Zondervan, 1978.
Theologi berasal dari kata Theos dan Logos. Theos yang berarti Allah, dan logos
yang berarti kata, ide, perkataan atau firman. Jadi theologi ialah ilmu yang berbicara
tentang Allah dalam keberadaa-Nya, baik itu karya-Nya dan dalam hubungan dengan
alam semesta (AH. Strong). Apabila seseorang berbicara tentang Allah, maka berari ia
berteologi secara praktis. Namun supaya mendapat hasil yang maksimal maka perlu
adanya belajar teologi secara terstruktur.
Theologi juga berhubungan dengan alam semesta, maksudnyaalam semesta merupakan
hasil ciptaan ayhng melukiskan Pencipta yang Agung. Alam semesta tidak sama dengan
manifestasi Allah sebab masih ada banyak cabang ilmu-ilmu lain.
Subyek teologi adalah Allah dan obyek teologi adalah Allah juga, sebab kita
mengenal Allah setelah Ia menyapah atau menyingkapkan diri kepada kita. Jadi kita
adalah media dan bukan subyek.
2
⮚ Perbuatan-perbuatan Allah. Contoh: keluarnya Israel dari Mesir.
1. Metodologi teologi PL
Sedangkan bersifat normatif-historis yakni makna ayat masa kini merupakan penafsiran
teologis. Penafsiran teologis adalah penerjemahan ayat yang telah direkonstruksikan
secara historis ke dalam situasi modern. Kunci menuju penafsiran teologia adalah
pandangan hidup modern dari sang penafsir itu sendiri.
Contoh: - Hosea 11:1 digenapi dalam Matius 2:15, atau antara Israel dan Yesus.
- Yesaya 53:7 paralel dengan KPR 8:32-33.
3
2. Metode-metode dalam teologi
c. MetodePenggunaan Contoh
Metode yang pengorganisasiannya mengkombinasikan prinsip sejarah dengan
prinsip perjanjian. Metode ini menggunakan kombinasi satu atau dua pusat PL
atau tanpa suatu pusat termasuk yang eksplisit.
d. Metode Topikal
Metode yang pengorganisasiannya menempatkan “keseluruhan pengalaman” yang
diungkapkan Allah dalam PL sebagai kategori proses pekerjaan Allah.
4
Allah menyediakan jalan keselamatan melalui upacara-upacara korban yang pada
intinya menggambarkan Kristus yang tersalib.
Penciptaan
Pengakuan Israel yang berbentuk Shema adalah Allah membawa Israel keluar dari
Mesir. Pengakuan ini didasarkan atas perbuatan Allah dalam tindakan penyelamatan. Jadi
Penciptaan bukan merupakan inti teologi Israel, karena hal urgen yang merupakan
catatan sejarah alktuil dan esensial adalah perbuatan Allah membawa keluar umat-Nya
dari dapur peleburan besi (Mesir). Oleh Childs mengakui bahwa penciptaan merupakan
hal sekunder dan bukan primer sehingga inti teologi Israel adalah penciptaan bangsa
Israel yaitu penyelamatan dari Mesir.
Dengan kata lain inti Kredo Israel bersifat Perticular, sedangkan teologi
penciptaan bersifat universal.
Bagi umat Israel peristiwa penciptaan dunia tidaklah semata-mata merupaka suatu
pokok pengakuan yang penting dan berharga tetapi lebih-lebih merupakan suatu pokok
kebanggaan, penghiburan dan pengakuan percaya. Namun hal ini tidak dapat mengelabui
mata kita terhadap kenyataan bahwa peranan pokok penciptaan itu agak terbatas dalam
keseluruhan kitab-kitab Perjanjian Lama. Kesan ini diperkuat oleh kenyataan yang kain
yakni oleh isi rumusan-rumusan kredo yang tersimpan dalam kitab Perjanjian Lama, yang
kebanyakan dari rumusan-rumusan itu dimulai dengan keluar dari Mesir atau paling
tinggi dengan pemilihan para bapak-bapak leluhur kecuali Yer. 32:17-23; Neh. 9:6-31,
dan Maz. 135-136 sajalah memasukkan pokok ini ke dalam rentetan perbuatan-perbuatan
Allah yang besar. Rupanya pokok ini tidak selalu dianggap selaku bahan yang tak dapat
tidak harus termasuk dalam pengakuan percaya umat Israel.
Childs menyimpulkan bahwa iman Israel berkembang secara historis dengna
memandang Allah sebagai pembebas Israel dari Mesir sebagi yang Primer dan penciptaan
merupakan hal yang sekunder. Suatu sebab yang pasti turut terpengaruh dalam hal ini
ialah “priotita” atau keutamaan beberapa pokok kepercayaan Israel lainnya yakni pokok
5
yang langsung berkenaan dengan kelahiran Israel sendiri. Seperti yang tersusun dalam
kredo kecil yang terdapat dalam Ulangan 6 dan 26. Maka kesimpulannya adalah pokok
penciptaan dunia harus dipahami sebagai pelengkap dan penjelasan dari pokok
penciptaan umat Israel.
Kejadian 3:15 menyerukan proto evangelium yakni kabar sukacita tentang keselamatan.
Berita keselamatan ini bersifat universal.
Berikut ini adalah pokok penciptaan dalam Perjanjian Lama antara lain:
1. Kitab Mazmur
Serentetan Mazmur yang tidak kecil jumlahnya memuji Allah selaku khalik yakni selaku
Pencipta dan Pemelihara segala Makhluk (Maz 19 ; 74:12-13 & 77:12-21).
Melalui ayat-ayat ini menggambarkan segala makhluk ciptaan Allah memberitakan dan
mencerminkan Allah sebagai Pencipta.
2. Yesaya 40-45
Dalam Yesaya 45:12, Allah menyatakan diri sebagai Pencipta alam semesta sehingga
dapat disimpulkan bahwa terjadinya umat Israel dan penciptaan dunia dipandang sebagai
dua pekerjaan penyelamatan.
3. Dua cerita penciptaan
Gambaran kedua cerita yakni kitab Kejadian 1 & 2 saling melengkapi. Kedua cerita ini
melihat Dia sebagai makhluk utama atau mahkota segala makhluk
4. Kelompok Kitab Kebijaksanaan
Semua nats dalam kitab kebijaksanaan, memuji Allah sebagai khalik sedangkan
kebijaksanaan ini dimengeri dengan takut akan Tuhan Allahnya orang Israel yang
ditegaskan berulang-ulang dalam Amsal 1:7; 9:10; 15:23; Ayub 28:28. Memang patut
diakui bahwa kesatuan perbuatan-perbuatan selaku khalik dan Juruselamat tidak begitu
terang di dalam nats-nats tersebut namun demikian tidak ada alasan untuk menilainya
sebagai penyangkalan akan kesatuan hal itu (Yer. 10:12-16). W. Dyrness mengemukakan
bukti-bukti dukung kesempulan di atas:
a. Peristiwa Keluaran menandakan penciptaan bangsa Israel yakni perbuatan yang
kreatif dimana Allah menyatakan kuasa penciptaan kembali.
b. Perintah mengenai hari Sabbat dan larangan membuat patung didasarkan pada
terang penciptaan.
Selanjutnya Dyrness memiliki asumsi bahwa Israel harus mengalami lebih dahulu
kebesaran Allah dalam hal penyelamatan mereka dari perhambaan, memelihara mereka,
dan menjadikan mereka bangsa yang besar, barulah kemudian mereka secara penuh
menghargai kepemimpinan Allah yang universal.
Alkitab mengajarkan teori Ex-nihilo yakni membuat sesuatu yang tidak ada
menjadi ada. Untuk itu sering dipakai kata bara, asah dan Yatsar.
1. Penciptaan manusia
Mazmur 8 menggambarkan manusia sebagai puncak penciptaan dan yang diberi otoritas.
Di dalam Perjanjian Lama dengan nyata dijelaskan bahwa manusialah puncak dari segala
6
ciptaan (Kejadian 1 & 2). Kejadian 2:4b-25 dengan terus terang menyebut manusia
sebagai makhluk Allah yang diciptakan dengan mahkota kemuliaan. Ada juga teori lain
seperti authoctosia yang menceritakan bahwa selain Adam dan Hawa, masih ada manusia
lain yang diciptakan Allah pada cerita penciptaan. Teori ini bersifat Panthaisme sehingga
menyangkal validitas kitab Kejadian 1 & 2 serta Roma 5. Allah menciptakan manusia
dari debu tanah ketika segala-galanya belum ada sedangkan Kejadian 1:1 – 2:4a
menceritakan lebih dahulu kerangka langit dan bumi kemudian tumbuh-tumbuhan dan
binatang-binatang, serta yang terakhir adalah manusia sebagai puncak penciptaan. Dalam
Ulnagan 4:30-32, Musa dalam amanatnya kepada bangsa Israel, mengingatkan mereka
atas kebesaran segala perbuatan Allah yang tidak ada samanya di antara segala sesuatu
yang terjadi di atas muka bumi. Allah menciptakan manusia menurut rencana-Nya
sendiri, manusia dipilih-Nya menjadi pihak kedua di dalam perjanjian yang hendak
diikat-Nya. Rencana dan tujuan inilah yang membuat manusia menjadi makhluk yang
utama.
Kesempurnaan manusia ditinjau dari 3 hal:
1. Jiwa yang bertubuh
Tubuh dalam bahasa Ibrani Basar dan jiwa adalah Nefesy, dimana kedua sifat ini harus
dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Istilah daging dalam Perjanjian Lama
menunjukkan keterbatasan manusia dan berhubungan dengan dosa yang dilakukan
manusia (Kej 6:12, 13
1. Laki-laki dan perempuan
Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dengan kelamin yang
berbeda supaya saling melengkapi.
2. Imago Dei
Segambar dangan Allah maksudnya Allah menciptakan manusia dengan tugas
dari Allah sehingga bila ada yang mempunyai kelebihan khusus maka tujuannya
untuk mengelola alam semesta dan disini segambar dengan Allah terletak dalam
Misi (potensi).
2. Bapak-bapak Leluhur
Pokok pujian dan kepercayaan Israel sejak menetap di Kanaan ialah perjanjian
Allah dengna Abraham, Ishak dan Yakub. Peran dan Kedudukan pokok ini terbagi dalam
3 bagian yakni:
1. sebagai pendahuluan dari pokok kelauran dari Mesir dan pembebasan tanah
Kanaan.
2. sebagai penghubung antara pokok penciptaan dengan segala pokok berikutnya
3. sebagai peletakan dasar dari perbuatan Allah di gunung Zinai.
Perbuatan Allah terhadap bapak-bapak leluhur itulah yang menjadi pokok dan bukan para
bapak-bapak leluhurnya, sebab peran bapak-bapak leluhur di tanah Kanaan tidak ada lagi
selain kehistorisannya. Peran Allah itulah yang menjadi kekuatan iman Israel dan akan
terus berlangsung dalam kehidupan umat-Nya selaku bangsa.
Ada 4 gejala pokok yang termasuk inti pokok kredo dalam pemilihan para
patriakh, adalah:
7
1. Allah memilih orang-orang-Nya
2. Allah menyatakan diri-Nya
3. Allah mengikat perjanjian
4. Allah memberi janji.
Keluaran dari Mesir terkenal sebagai pokok utama dari kepercayaan Israel.
Kitab-kitab Perjanjian Lama menyatakannya hampir dalam semua bagiannya. Pokok
pujian dan kepercayaan inilah yang mula-mula mempersatukan Israel karena adanya
kesamaan pengalaman di padang gurun hingga pendudukan tanah Kanaan. Mulai dari
pasal 1 – 14 . Kitab Keluaran mengkisahkan cerita Israel keluar dari mesir dengan semua
peristiwa mujizat dan hambatan yang terjadi.
8
a. Bentuk nama Allah
Nama Allah yang ditulis YHWH terdapat 6.700 kali dalam Perjanjian Lama, yang
ditulis sesuai kebiasaan bahasa Semit dengan huruf-huruf mati saaj sehingga nama
Allah biasa ditulis YHWH (Tetragramaton) yang berarti nama si empat huruf.
9
Penyataan di Zinai
Sebelum Israel ke Zinai sudah ada anggapan bahwa Allah bersemayam di ana
(band. Yoh. 4:19-24), sehingga apabila menyebutnya ada nilai religius yang menempel.
Perjanjian di Zinai merupakan lanjutan dari perjanjian Allah dengan Abraham yang
merupakan cikal bakal lahirnya Israel. Perjanjian dari Abraham hingga Zinai adalah suatu
kesinambungan dimana Allah yang sejak Abraham, Ishak dan Yakubb itu juga yang telah
mengikat perjanjian sehingga berhak mengambil Israel keluar dari Mesir. Keluarnya
Israel dari Mesir karena sudah ada janji dengan Abraham sehingga Allah berhak
mengambil Israel (sah).
Jadi Allah membawa Israel keluar dari Mesir ke Zinai supaya pernjanjian-Nya
dengan Abraham mencapai puncaknya. Di Zinai terjadi seluruh puncak perjanjian Allah
dan di tempat itulah Israel dideklarasikan sebagai banga yang merdeka, kepunyaan Allah.
10
Israel dipandang sebagai suatu bangsa yang dipilih oleh satu Allah, yang dipimpin oleh
satu orang. Mereka diberikan Kanaan bukan sebagai hak milik tetapi hak pakai,
menggarap dan mendiami (hak tinggal, mengelola dan pakai). Berdiam di tanah itu, Israel
dituntut perlu adanya ibadah. Jadi, Kanaan menjadi prototipe kehadiran Allah dan surga
secara futuris.
Konsep pemimpin diambil dari Allah, dimana Allah menyadari Allah sebagai
pemimpin dan hal ini mulai ditiru oleh manusia dan mulai adanya demokrasi, birokrasi
yang dijalankan manusia dengan aturannya sendiri (Imamat 11:45; Matius 5:48).
Sebenarnya Israel tidak menaruh perhatian pada Raja tetapi Israel hanya menghendaki
seorang pembebas.
Fungsi raja antara lain:
1. SebagaiPenebus
2. Sebagai wakil Allah
3. Sebagai pelindung
4. Sebagai pemimpin
Yesus dipandang dari sisi Raja maka Mesias harus lahir di istana. Yesus lahir
harus dipandang dari sisi pembebas dan pelindung.
Seorang raja harus memiliki dua kapasitas:
1. Mempunyai tekat untuk melakukan reformasi
2. Mengembangkan karunia kepemimpinan mewakili Allah.
Seorang raja dalam pengangkatannya harus melalui tahap pengurapan (pentahbisan).
Dalam hal ini minyak dipakai sebagai lambang pentahbisan sehingga, minyak berfungsi
sebagai:
1. Memberikan penyucian
2. Memberikan kesembuhan
3. Memberikan kekuatan
Perlunya manifestasi Roh Kudus dipandang dari Allah dan sejarah kehendak
Allah di mana Allah melihat manusia itu penting. Manusia itu cenderung jatuh maka itu
normal dan ada usaha untuk melakukan kehendak Allah itu adalah pekerjaan Roh Kudus.
Suatu pagar bagi raja-raja Israel adalah tidak boleh menjauhi hukum Taurat.
Raja-raja dalam Perjanjian Lama bersifat religius. Maksudnya selain sebagai pemimpin
rakyat, juga berfungsi sebagai perpanjangan tangan Allah.
11
YERUSALEM
Tidak ada kepastian untuk nama ini. Ada yang berkata kata ini berasal dari:
Uru berarti milik
Syalom berarti Damai
Yebus berarti Kota orang Yebus
12