Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KAJIAN AQIDAH AKHLAK INTEGRATIF DI MADRASAH TENTANG


“METODE PENINGKATAN KUALITAS AKHLAK” OLEH

JAMALLUDIN MAK’RUF
NIM. 2002032007

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. H. Arpinus, M.Ag SEMESTER 2

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR 2021

0
METODE PENINGKATAN KUALITAS AKHLAK
A. Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri di
dunia ini. Mereka dituntut untuk beradatasi dengan lingkungan sekitar.
Ada hal pokok yang tidak bisa ditinggal oleh manusia dalam bersosialisasi
dengan masyarakat , yaitu akhlak. Manusia harus bisa mengetahui dan bisa
memahami akhlak masyarakatnya.
Manusia dalam hidup di dunia ini memuliki dua akhlak atau
perilaku, ada akhlak terpuji serta akhlak tercela. Akhlak terpuji bisa
memberikan dampak positif terhadap perilakunya, begitupula dengan
akhlak tercela yang akan membawa dampak negatif baik untuk dirinya
maupun untuk orang lain. Agama Islam mengajarkan hal-hal yang baik
dalam segala hal aspek kehidupan manusia, Islam adalah ajaran yang
benar untuk akhlaknya demi mencapai kehidupan yang mulia baik di
dinuia maupun di akhirat.
B. Pembahasan
1. Penerapan Metode-Metode Peningkatan Kualitas Akhlak
Imam al-Ghazali berpendapat bahwa metode peningkatan kualitas
akhlak seseorang dan cara penerapannya diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Metode Taat Syari’at
Metode ini berupa pembenahan diri, yakni membiasakan
diri dalam hidup sehari-hari untuk melakukan kebajikan dan hal-
hal bermanfaat sesuai dengan ketentuan syari‟at, aturan-aturan
negara, dan norma-norma kehidupan bermasyarakat.
Disamping itu berusaha untuk menjauhi hal-hal yang
dilarang syara‟ dan aturan -aturan yang berlaku. Metode
ini sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan
sehari-hari. Hasilnya akan berkembang sikap dan perilaku positif
seperti ketaatan pada agama dan norma-norma masyarakat,
hiduptenang dan wajar, senang melakukan kebajikan,
pandai menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan.
Berikut adalah cara-cara menerapkan metode tersebut yait,
sebagai berikut:
1) Membiasakan diri untuk selalu melakukan kebaikan dan
menjauhi yang di larang syara‟.
2) Menjauhi permusuhan
3) Membiasakan diri untuk menyesuaikan dengan lingkungan
b. Metode Pengembangan Diri

2
Metode yang bercorak psiko edukatif ini didasari oleh
kesadaran atas kekuatan dan kelemahan diri yang kemudian
melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifat -sifat baik dan
sekaligus menghilangkan sifat-sifat buruk.
Dalam pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan
(conditioning) seperti pada “Metode Taat Syari‟at” ditambah
dengan upaya meneladani perbuatan dari pribadi-pribadi yang
dikagumi. Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini secara
konsisten akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-
sifat terpuji yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan
kehidupan bermasyarakat.
Metode ini sebenarnya mirip dengan metode pertama,
hanya saja dilakukan secara lebih sadar, lebih disiplin dan intensif
serta lebih personal sifatnya daripada metode pertama. Cara
menerapkan metode pengembangan diri ini adalah:
1) Berupaya meneladani perbuatan
2) Perbuatan terpuji dari pribadi
3) Pribadi yang di kagumi
4) Membiasakan konsisten untuk melakukan kebiasaan
5) Kebiasaan terpuji dan menghilangkan sifat
6) Sifat tercela yang ada pada diri
7) Berusaha meningkatkan potensi

3
8) Potensi baik yang ada pada diri untuk menjadi pribadi yang
lebih baik.
c. Metode Kesufian
Metode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pribadi mendekati citra Insan Ideal (Kamil).
Pelatihan disiplin diri ini menurut al-Ghazali dilakukan melalui dua
jalan yakni al-mujaahadah dan al-riyaadlah. Al-Mujāhadah adalah
usaha sungguh -sungguh untuk menghilangkan segala hambatan
pribadi (harta, kemegahan, taklid,maksiat). Al-Riyādlah adalah
latihan mendekatkan diri pada Tuhan dengan selalu berusaha
meningkatkan kualitas ibadah.
Kegiatan sufistik ini berlangsung dibawah bimbingan
seorang Guru yang benar –benar berkualitas dalam hal ilmu,
kemampuan dan wewenangnya sebagai Mursyid.
Diantara ketiga metode tersebut, metode kesufian dianggap
tertinggi oleh al-Ghazali dalam proses peningkatan derajat
keruhanian, khususnya dalam meraih ahlak terpuji. Cara
menerapkan metode ini adalah:
1) Membiasakan bersifat zuhud
2) Melakukan riyā dhah/ mendekatkan diri pada tuhan
3) Meningkatkan kualitas ibadah
2. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yan dapat digunakan untuk mendefinisikan
akhlak, yaitu pendekatan inguistik (kebahasaan) dan pendekatan
terminologi (peristilahan) (Abudin Nata, 1997:1).
Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari
kata “Khuluqun”, yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai
tingkah laku atau tani‟at . menurut pengertian sehari-hari umunya
akhlak itu disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan dan sopan santun
(Handbook, 2007:20).
Kata akhlak atau khuluq keduanya dapat dijumpai maknanya, baik
dalam al-Qur‟an maupun hadits, sebagai berikut:

    


  

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”


Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara khalik dengan makhluk
(Mustofa, 2007:11). Secara istilah, ada beberapa para ahli yang
mengemukakan pendapat mereka tentang pengertian akhlak,
diantaranya yaitu:
a. Abuddin Nata. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan yang
mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah
mendarah daging dan melekat dala jiwa, sehingga saat melakukan
perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran
(Nino Indrianto, 2020:83).
b. Imam Al-Ghazali. Akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c. Ibnu Miskawaih. Akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerukan
pemikiran dan pertimbangan.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
akhlak adalah sifat yang tertanam pada diri seseorang untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimmbangan.
3. Macam-Macam Akhlak
a. Akhlak Tercela (Al-akhlak Madzmumah)
Akhlak madzmumah adalah tingkah laku tercela atau jahat,
dalam arti ialah segala sesuatu yang membinasakan atau
mencelakakan. Akhlak madzmumah diartikan sebagai perangai
atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia,
cenderung melekat yang tidak menyenangkan orang lain. Ada juga
yang mengartikan akhlak madzmumah sebagai tingkah laku
kejahatan, kriminal, dan perampasan hak yang dilarang oleh
agama, norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
(Kasmuri Selamat dkk, 2012:58).
Al-Ghazali mengatakan bahwa ada 4 hal yang mendorong
manusia untuk melakukan perbuatan tercela (maksiat) diataranya
ialah:
1) Dunia dan isinya, yaitu berbagai hal yang bersifat materia
(harta dan kedudukan) yang ingin dimiliki manusia sebagai
kebutuhan dalam melangsungkan hidupnya.
2) Manusia, selain mendatangkan kebaikan, manusia juga dapat
mengakibatkan keburukan, seperti istri dan anak. Karena
kecintaan kepada meraka, misalnya dapat melalaikan manusia
dari kewajibannya terhadap Allah dan sesama manusia.
3) Setan (Iblis), Setan adalah musuh manusia yang paling nyata,
ia menggoda manusia melalui batinnya untuk berbuat jahat dan
menjauhi Tuhan.
4) Nafsu, nafsu ada kalanya baik (muthmainnah) dan adakalanya
buruk (amarah) akan tetapi nafsu cenderung mengarah kepada
keburukan (Zahrudin AR dkk, 2004:154).
Pada dasarnya sifat dan perbuatan tercela dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitunya:
1) Maksiat Lahir
Maksiat berasal dari bahasa Arab, Ma‟siyah artinya
pelanggaran oleh orang yang sudah berakal baliq (mukallaf)
karena melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan
perbuatan yang diwajibkan oleh syariat Islam.
Maksiat lahir, dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya
adalah:
a) Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan
manfaat, berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal-
hal yang batil, berdebat dan membantah yang hanya
mencari menang sendiri tanpa menghormati orang lain.
b) Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang
lain, mendengaran orang yang sedang mengumpat,
mendengarkan nyanyian-nyanyian yang dapat melalaikan
diri untuk beribadah kepada Allah.
c) Maksiat mata, seperti melihat aurat wanita yang bukan
muhrimnya, melihat aurat laki-laki yang bukan muhrum,
melihat orang lain dengan gaya menghina.
d) Maksiat tangan, seperti menggunakan tangan utnuk
mencuri, mencopet, merampas.
2) Maksiat Batin
Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia, atau
digerakkan oleh tabi‟at hati. Sedangkan hati manusia meiliki
sifat-sifat yang tetap, bolak-balik, berubah-ubah sesuai dengan
keadaan sesuatu yang mempengaruhinya.
Beberapa penyakit batin (akhlak tercela) adalah sebagai
berikut:
a) Marah (ghadab), dapat dikatakan sebagai nyala api yang
terpendam di dalam hati, sebagai salah satu hasil godaan
setan terhadap manusia.
b) Dongkol (Hiqd), perasaan jengkel yang ada di dalam hati
atau kemarahan yang tidak tersalurkan.
c) Dengki (hasad), penyakit hati yang ditimbukan oleh
kebencian, iri, dan ambisi.
d) Sombong (takabur), perasaan bahwa dirinya hebat dan
memiliki kelebihan ( Deswita, 2012:33-34).
b. Akhlak Terpuji (Al-Akhlak al-Mahmudah/ Karimah)
Secara kebahasaan al-mahmudah digunakan untuk
menunjukan sesuatu yang lebih utamasebagai akibat dari
melakukan yang disukai oleh Allah. Dengan demikian al-
mahmudah lebih mennjukkan kepada kebaikan yang bersifat batin
dan spritual (Kasmuri Selamat dkk, 2012:51).
Menurut Al-Ghazali berakhlak muli atau terpuji artinya
“menghilangkan sesuatu atau kebiasaan yang tercela yang sudah
digariskn dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan
tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik,
melakukan dan mencintainya.”
Menurut Hamka, ada beberapa hal yang mendorong
seseorang untuk melakukan perbuatan baik, diantaranya:
1) Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain.
2) Mengharap pujian atau takut mendapat cela.
3) Karena kebaikan dirinya.
4) Mengharap pahala dan syorga.
5) Mengharap pujian dan takut denganazab Tuhan
6) Mengharap keridhaa Allah semata (Deswita, 2012:35-36).
4. Persamaan dan Perbedaan Akhlak, Etika, Moral dan Budi Pekerti
Adapun persamaan dan perbedaan antara akhlak, etika, moral dan
budi pekertia adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan Antara Akhlak, Etika, Moral dan Budi Pekerti
1) Akhlak
Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak
dari kata “Khuluqun”, yang menurut bahasa berarti budi
pekerti, perangai tingkah laku atau tani‟at . menurut pengertian
sehari-hari umunya akhlak itu disamakan dengan budi pekerti,
kesusilaan dan sopan santun.
Akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerukan
pemikiran dan pertimbangan.
2) Etika.
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yang asal katanya
adalah Ethos yang dalam bentuk tunggal berarti tempat tinggal
yang biasa, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, cara
berfikir. Sedangkan dalam bentuk jamak adalah ta etha artinya
kebiasaan.
Ahmad Amin dalam karangan Ali Hasan Zein mengartikan
etika sebagai ilmu yang menjelaskan baik buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakaukan apa yang harus
diperbuat.
Abdul Majid mengatakan bahwa etika sebagai ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk sejauh mana
dapat diketahui oleh akal pikiran. Menurutnya, tujuan etika
dalam pandangan filsafat adalah mendapatkan ide yang sama
bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran
tingkah laku yang baik atau yang buruk, dan barimeternya
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia, hal ini
dikarenakan etika berasal dari teori atau ilmu filsafat bukan dari
ilmu agama (Rosihin Anwar, 2010:19-20).
3) Moral
Moral berasal dari bahasa Latin yaitunya mores yang
berarti tata cara dalam kehidupan adat beristi adat, kebiasaan.
Moral pada dasarnya merupakan nilai-nilai tetang berbagai
macam perilaku yang harus dipatuhi.
Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur
perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial
dan masyarakat. Oleh karena itu, adat istiadat menjadi standar
masyarakat dalam menentukan baik dan buruknyan suatu
perbuatan.
4) Budi Pekerti
Budi Pekerti menurut terminologi terdiri dari “budi” dan
“pekerti”. Budi adalah yang ada pada manusia, yang
berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran,
rasio, yang disebut dengan karakter.
Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia kerena
didorong oleh perasaan hati yang disebut dengan behavoir. Jadi
budi pekerti merupakan perpaduan dari rasioa dan rasa yang
bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa antara
akhlak dengan moral, etik dan budi pekerti memiliki perbedaan.
Hal ini dikarenakan etika, moral, dan budi pekerti terbatas pada
interaksi antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan
tingkah laku lahiriah. Berbeda dengan akhlak yang di dalamnya
juga mengatur hubungan dengan Tuhan dan makhluk lainnya serta
menyangkut lahir dan batinnya.
Selain itu, perbedaan antara akhlak dengan etika, moral dan
budi pekerti dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran
baik dan buruk yang digunakan. Standar baik buruknya akhlak
berdasarkan kepada al-Qur‟an dan Hadits, sedangkan moral dan
etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh
suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu
baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu (Ali Hasan Zein,
2020:85-86).
b. Persamaan Antara Akhlak, Etika, Moral dan Budi Pekerti
Dalam mengkaji persamaan antara akhlak, etika, moral dan
budi pekerti, Rosihin Anwar dalam karangan Lalu Muhammad
Nurul Wathoni menjelaskan ada beberapa persamaan antara
keempat terminologi tersebut, yaitu:
1) Akhlak, etika, moral dan budi pekerti mengacu kepada ajaran
atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan
perangai yang baik.
2) Akhlak, etika, moral dan budi pekerti merupakan prinsip atau
aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat
kemanusiaannya. Semakin tinggi kualitas akhlak, etika, moral
dan budi pekerti seseorang atau sekelompok orang, maka
semakin tinggi kualitas kemanusiaannya. Sebaliknya, semakin
rendah kualitas dari akhlak, etika, moral dan budi pekerti pada
seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah
kualitas kemanusiaannya (Lalu Muhammad Nurul Wathoni,
2020:12).
5. Cara Meningkatkan Kualitas Akhlak
Adapun cara untuk meningkatkan kualitas akhlak adalah sebagai
berikut:
a. Niat, yaitu di dalam diri seseorang tersebut harus ada niat baik
untuk berakhlak yang mulia, dengan adanya niat maka akan lebih
mudah untuk berbuat baik menuju akhlak yang mulia.
b. Perbaiki hubungan dengan Allah (seperti ibadah sholat, zakat,
puasa dll) maka Allah akan memperbaiki hubungan dengan
makhluk.
c. Berteman dengan orang-orang yang shaleh yang dapat
meningatkan untuk ibadah kepada Allah
d. Melalui pendidikan yang baik dari keluarga yaitu melalui
keteladanan dari orang tua
e. Melalui pendidikan sekolah, dengan adanya keteladanan dan
contoh yang baik dari guru dan masyarakat yang ada dilingkungan
sekolah.
f. Melalui pendidikan di masyarakat, yaitu dengan adanya norma-
norma dan nilai-nilai kehidupan di tengah masyarakat.
g. Bermunajat kepada Allah, melaporkan diri (yang baik dan buruk)
apa adanya kepada Allah, sambil berharap agar semuanya
diampuni. Waktu yang efektif bermunajat kepada Allah adalah di
seper tiga malam( tahajjud).
h. Muraqabah dan muhasabah diri. Memikirkan dan memperhatikan
terhadap apa yang telah diperbuat, perasaan dekat kepada Allah itu
hadir ketika ingat bahwa Allah selalu memperhatikan kita
dimanapun dan kapanpun. Serta muhasabah diri atau mengevaluasi
diri. Mengingat Allah dalam keadaan apapun dan dimanapun
(bahwa setiap apa yang dilakukan akan da balasannya).
i. Memperbanyak wirid dan zikir. Salah satu bentuk wirid adalah
dengan membaca al-Qur‟an dan memahami artinya, dan berzikir
mengingat Allah.
j. Mengingat Mati. Orang yang selalu ingat mati, akan merasa takut
dan takut itulah yang akan mendorong untuk bertaubat.
k. Tafakkur. Memikirkan ciptaan Allah agar menambah dekat kepada
Allah.
6. Penerapan Peningkatan Kualitas Akhlak
Menurut Deswita dalam karangannya, mengatakan bahwa adapun
penerapan peningkatkan kualitas akhlak adalah sebagai berikut:
a. Bertemanlah dengan orang-orang yang baik agar mereka bisa
memberikan penilain kepada kita.
b. Menghadiri ceramah keagamaan
c. Mengkaji sejarah nabi Muhammad saw agar kita dapat mengetahui
perbuatan akhlak kita (Deswita, 2012:25-26).
Adapun menurut penulis cara penerapan kualitas akhlak adalah
sebagai berikut:
a. Niat yang kuat pada diri sendiri
b. Selalu ingat Allah dimanapun dan kapanpun
c. Sering melakukan sunnah harian, adapun sunnah harian yang
dilakukan adalah:
1) Membiasakan diri dengan mebaca al-Qur‟an
2) Menjaga malam dengan tahajjud
3) Menjaga siang dengan dhuha
4) Rajin melangkahkan kaki ke masjid untuk melaksanakan sholat
berjama‟ah.
5) Menjaga sedekah
6) Menjaga wudhu (jaga sikap dan perbuatan)
7) Sering berpuasa sunnah
8) Selalu istigfar, taubat dan zikir
d. Pahami apa yang harus dirubah pada diri kita
e. Rajin mengevalusi (muhasabah) dan mengintropeksi diri
f. Beri kesempatan kepada orang lain untuk menilai kita
g. Belajar (bercermin) dari sekitar kita (hidup itu adalah
pembelajaran, maksudnya ialah mampu mengambil hikmah dari
apa yang telah didapatkan dalm suatu peristiwa, sekalipun
peristiwa tersebut adalah musibah).
C. Penutup
Setelah dibahas tentang pengertian akhlak, etika, moral dan budi
pekerti maka kita dapat memahami bahwa akhlak, etika, moral dan budi
pekerti mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah
laku, sifat dan perangai yang baik. Begitu banyakcara peningkatkan dan
penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari seperti Sering melakukan
sunnah harian, adapun sunnah harian yang dilakukan adalah:
1. Membiasakan diri dengan mebaca al-Qur‟an
2. Menjaga malam dengan tahajjud
3. Menjaga siang dengan dhuha
4. Rajin melangkahkan kaki ke masjid untuk melaksanakan sholat
berjama‟ah.
5. Menjaga sedekah
6. Menjaga wudhu (jaga sikap dan perbuatan)
7. Sering berpuasa sunnah
8. Selalu istigfar, taubat dan zikir
Dengan langkah-langkah tersebut semoga kita semua bisa
mengamalkan di dalam kehidupan sehari-hari hendaknya. Aamiin.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Qur‟an
Deswita. 2012. Akhlak Tasawuf (cara mempercantik hati dan tingkah laku).
Batusangkar: STAIN Batusangkar Press.

Handbook. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti
Utama.
Nata, Abuddin. 1997. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Mustofa. 2007. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Selamat, Kasmuri dan Ihsan Sanusi. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.
Wathoni, Lalu Muhammad Nurul. 2020. Akhlak Tasawuf. Nusa Tenggara Barat:
Forum Pemuda Aswaja.

Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.

Zein, Ali Hasan. 2020. Pendidikan Agama Islam Interdisipliner untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: CV. Budi Utama.

14
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : MAN 2 Tanah Datar


Mata Pelajaran : Akidah Akhlak dan Pembelajaranya
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / Ganjil
Materi Pokok : Sifat Sifat Tercela
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (2 x 45menit)
A. Kompetensi Inti
KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,


tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,


konseptual, procedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.

KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR:

No Kompetensi Dasar Indikator


1. 1.1 Menjelaskan Sifat Sifat 1.1 Menjelaskn pengertian dan contoh
tercela kepada Allah SWT prilaku ananiah, putus asa,
dan kepada diri sendiri ghadap, tamak, takabur, israf, dan
tabzir
1.2 Menujukan nilai-nilai negatif
akibat perbuatan ananiah, putus
asa, ghadap, tamak, takabur, israf,
dan tabzir

C. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Melalui diskusi peserta didik mampu:
a. Mengetahui sifat-sifat tercela kepada allah swt dan kepada diri sendiri
b. Memahami sifat-sifat tercela kepada Allah SWT dan diri sendiri
c. Menganalisis dampak negatif dari sifat-sifat tercela kepada Allah dan kepada
diri sendiri
D. MATERI PEMBELAJARAN:
a. Sifat –sifat tercela kepada Allah SWT dan kepada diri sendiri (terlampir )

E. PENDEKATAN, MODEL, DAN METODE

a. Pendekatan : Kooperatif

b. Model : Jigsaw

c. Metode : Ceramah, Diskusi, Demontrasi, dan Penugasan.

F. SUMBER BELAJAR
a. Abdul Rahman, Roli, dkk, Menjaga Akidah Akhlak kurikulum 2008 MA Kelas 2,

Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.

b. Junaidi Hidayat, dkk, Ayo Memahami Akidah dan Akhlak kurikulum 2006
Mts Kelas 1, Jakarta : Erlangga, 2008
G. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media
Video Pembelajaran

2. Alat
a. LCD Projector
b. Imfokus

H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Kegiatan
Guru Siswa waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka 1. Menjawab salam dan 10
pembelajaran dengan mengkondusifkan menit
salam dan berdo‟a kelas
bersama dipimpin oleh 2. Membaca doa sesuai
seorang peserta didik dengan instruksi
dengan penuh ketua kelas,
khidmat; kemudian
2. Guru memulai mendengarka guru
pembelajaran dengan mengambil absen,
membaca al-Qur‟an serta mendengarkan
surah/ayat pilihan motivasi yang
(nama surat sesuai diberikan guru.
dengan program
pembiasaan yang 3. Menjawab
ditentukan pertanyaan guru
sebelumnya); tentang materi
3. Guru memperlihatkan minggu lalu.
kesiapan diri dengan 4. Mendengarkan guru
mengisi lembar menyampaikan
kehadiran dan pembelajaran
memeriksa kerapihan
pakaian, posisi dan 5. Mendengarkan
tempat duduk secara seksama
disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran. 6. Mengikuti perintah
4. Guru memberikan yang di beri oleh
motivasi dan guru
mengajukan pertanyaan
secara komunikatif yang
berkaitan dengan
materi pelajaran yang
akan diajarkan dan
minggu lalu
5. Guru menyampaikan
kompetensi inti,
kompetensi dasar dan
tujuan yang akan
dicapai.
6. Guru membagi peserta
didik dalam beberapa
kelompok.
Inti 5 menit
1. Mengamati a. Meminta siswa untuk a. Siswa Mencermati
menyimak dengan bacaan teks tentang
seksama tentang sifat- sifat sifat tercela
sifat tercela
b. Memberikan pengantar

17
materi yang akan b. Siswa Menyimak
dibahas. pengantar materi
yang disampaikan
guru
1. Eksperimen a. Memandu siswa untuk a. Membentuk 5 menit
membentuk kelompok kelompok yang
kecil yang terdiri dari beranggotakan 4
4 orang orang
b. Guru memberikan b. Menerima bahan
bahan tentang sifat yang dibagikan guru
sifat tecela dan dan mendengarkan
memberikan instruksi instruksi

2. Menanya a. Memberikan 5 menit


pertanyaan yang akan a. Siswa mencari
dicari jawabannya oleh jawaban pertanyaan
siswa dalam bahan yang diajukan guru
yang telah diberikan dalam bahan yang
dan buku pelajaran diberikan dan dalam
Akidah Akhlak buku pelajaran
Akidah Akhlak
3. Assosiasi a. Guru mengontrol a. Kel I : berdiskusi dan 20
kegiatan diskusi menyimpulkan menit
kelompok siswa tentang sifat sifat
tercela kepada Allah
SWT
b. Kel II: berdiskusi
dan menyimpulkan
sifat sifat tercela
kepada diri sendiri
c. Kel III: berdiskusi
dan menyimpulkan
tentang contoh sifat
tercela kepada
Allah dan kepada
diri sendiri dalam
kehidupan
d. Kel IV: berdiskusi
dan menyimpulkan
dampak negative dari
sifat tercela baik
kepada Allah maupun
kepada diri sendiri

18
4. Komunikas a. Guru mendengarkan a. Siswa 15

18
i presentasi jawaban dari mempresentasikan menit
setiap kelompok jawaban dari
b. Guru Menanggapi hasil kelompok masing-
presentasi (melengkapi, masing
mengkonformasi, dan b. Mendengarkan
menyanggah). tanggapan atau
c. Memberikan apresiasi komentar guru
kepada kelompok c. Menerima apresiasi
terbaik yang diberikan guru.
Penutup a. Menyimpulkan materi a. Mendengarkan 5 menit
pelajaran kesimpulan materi
b. Memberikan Reward dari guru
kepada kelompok b. Menjawab soal yang
terbaik diberikan guru.
c. Memberikan postes
sesuai dengan meteri c. Membaca hamdalah
yang telah di bahas.
d. Menutup pembelajaran d. Menyalami guru
dengan membaca sebelum
hamdalah meninggalkan
ruangan

I. PENILAIAN
1. Tugas

Perilaku Tanggapan
Tidak mudah marah Perbuatan itu sangat baik karena
marah hasutan syetan
Tidak mudah putus asa Allah tidak akan menguji
hambanya dibatas kemampuanya

Kolom menyebutkan contoh perilaku Usman bin Affan beserta alasannya. Skor
nilai:
1) Apabila peserta didik bisa menyebutkan satu contoh peristiwa lengkap dengan
alasannya, skor 10.
2) Apabila peserta didik bisa menyebutkan satu contoh peristiwa tanpa alasan
yang benar, skor 5.
Nilai = Jumlah nilai skor yang diperoleh.
2. Observasi
No Nama Aspek yang Jumlah Nilai Ketuntasan Tindak
Siswa dinilai Skor Lanjut
1 2 3 T TT R P

Keterangan:
T : Tuntas mencapai nilai.....( disesuaikan dengan nilai KKM )
TT : Tidak Tuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari nilai KKM
R : Remedial
P : Pengayaan

3. Portofolio

Nama Aktifitas Jumlah Tingkat


pesert Skor penguas
a aan nilai
Didik (MK,
MB,
MT, BT)

Jujur Peduli Tanggung sabar


jawab
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Rubrik penilaian:
1. Apabila peserta didik belum memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam
indikator.
2. Apabila sudah memperlihatkan perilaku tetapi belum konsisten yang
dinyatakan dalam indikator.
3. Apabila sudah memperlihatkan perilaku dan sudah konsisten yang dinyatakan
dalam indikator.
4. Apabila sudah memperlihatkan perilaku kebiasaan yang dinyatakan dalam
indikator.
Catatan:
Penguasaan nilai disesuaikan dengan karakter yang diinginkan.
Rentang Skor = Skor Maksimal – Skor Minimal
= 16 - 4
= 12
MK = 4 - 16
MB = 1- 13
MT = 8 - 10
BT = 4-7
Keterangan:
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi
belum konsisten).
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai
tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).

MK : Membudaya/kebiasaan (apabila peserta didik terus menerus


memperlihatkan
perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).

Mengetahui, Batusangkar
KEPALA MAN 1 Koto Baru Guru Mapel Akidah Akhlak
Lampiran:

Materi Ajar

SIFAT –SIFAT TERCELA


A. Ananiah
Dalam pergaulan hidup sehari-hari sering kita jumpai sifat ananiah,
baik dalam diri remaja, maupun orang dewasa. Setiap orang tidak
menyukai sifat ananiah. Apakah ananiah itu?
1. Pengertian Ananiah

Kata Ananiah berasal bahasa Arab ‫نَا‬Oَ‫ا‬yang berarti aku .


Ananiah berarti sebangsa aku atau keakuan. Secara istilah, ananiah
berarti sikap keakuan , sikap mementingkan diri sendiri, kurang
memerhatikan orang lain. Dalam bahasa Indonesia, sikap seperti itu
disebut egois. Sikap ananiah terkait erat dengan sikap takabur.
Dalam kehidupan sehari-hari sikap ananiah sering kali kita jumpai,
baik pada diri remaja maupun orang dewasa. Sudah barang tentu
sikap ananiah tidak disukai dalam pergaulan karena cenderung
meremehkan atau tidak menghargai orang lain.
2. Bentuk-bentuk Ananiah
Ananiah dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk
sikap ananiah yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, antara
lain:
a. Selalu ingin menang dalam pembicaraan bersama teman
b. Kurang menghargai pendapat orang lain, walaupun benar
c. Menonjolkan kemampuan dirinya di hadapan sesama manusia
d. Susah menerima saran dan/atau kritik dari orang lain
e. Tidak peduli terhadap penderitaan orang lain
f. Tidak mau membantu orang yang ditimpa kesusahan.
3. Larangan Bersikap Ananiah
Islam melarang umatnya bersikap ananiah dan mendidik
umatnya agar pandai-pandai menghormati orang lain sebagaimana
wajarnya. ‟Aisyah r.a. berkata sebagai berikut.

‫ ْن‬Oُ‫ه‬O‫س َل‬ ‫ص‬ ‫َا‬O‫ال ّن‬ ‫ش‬O‫ َن‬Oُ‫ ْن ي‬Oَ‫ا‬ ‫صًل هلال ْي ِو‬ ِ ْ ‫ا‬Oَ‫َا َه ز ن‬. ‫رواه سلن‬
‫هلال‬
‫ا‬O‫ه َن‬ ‫ل‬ ‫َ َن‬Oّ‫سل‬ َ‫و عل‬ ‫ر ى ل‬

‫س‬

Artinya: Rasulullah saw.. menyuruh kita agar kita


menghormati manusia (orang lain) sesuai dengan kedudukannya.
(H.R. Muslim dari „Aisyah).

Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah saw. Bersabda sebagai


berikut.

‫ْن ي ه ْن سِّن ِو‬ Oُ‫و‬Oَ‫هل ُال ل‬ ‫ب ش س ِّن َق َّي ّّل‬ ‫ ْكز شا‬Oَ‫ َها ا‬. ‫رواه التز هذ ي‬
َ ‫ْكز ه و د‬ ‫ض‬ ‫ْيحا ِو‬ ‫م‬
‫ع‬

Artinya : Tidaklah seorang anak muda yang memuliakan


orang tua karena ketuannya, melainkan Allah akan mengadakan
baginya orang yang akan memuliakan dia setelah tuanya. (H.R. at-
Tirmizi nomor 1945 dari Anas bin Malik).

Apabila kita sebagai generasi muda mau menghormati yang


tua, insya Allah kelak (setelah tua) akan dihormati pula oleh yang
muda. Dengan demikian , hadis di atas sebagai motivasi bagi kita
untuk menghormati orang lain (terutama yang lebih tua).Walaupun
pada hadist di atas dikatakan menghormati orang tua karena
ketuaannya, bukan berarti bahwa selain orang tua tidak dihormati.
Semua wajib dihormati sebagaimana diri kita ingin dihormati. Salah
satu bentuk menghormati orang lain ialah menjaga diri agar tidak
bersikap ananiah atau egois.

4. Cara Menghindari Sifat Egois


a. Menyadari bahwa kita tidak dapat hidup sendiri suatu saat pasti kita akan
membutuhkan orang lain
b. Mencintai sesama manusia karena di hadapan Allah manusia mempunyai
derajat yang sama kecuali karena taqwanya.
c. Meningkatkan silaturrahmi kepada sauadara, teman dan sesame manusia
yang lain.
B. Putus Asa
Banyak orang yang tampak murung karena kegagalan usaha yang
dialami. Orang yang demikian dikatakan putus asa. Bagaimanakah yang
dimaksud putus asa? Apa pula penyebab utamanya?
1. Pengertian Putus Asa

Putus asa berarti habis harapan, tidak ada harapan lagi. Seseorang
dikatakan putus asa apabila tidak lagi mempunyai harapan tentang
sesuatu yang semula hendak dicapai.Penyebab seseorang putus asa
biasanya karena terjadinya kegagalan yang berulang kali dalam
mencapai cita-cita atau pengharapan sesuatu. Sebenarnya, penyebab
utama seseorang putus asa bukanlah persoalan yang dihadapi semata-
mata , melainkan cara menyikapi persoalan tersebut.. Allah berfirman:


         
     
  

          


    
     


53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui


batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.(Q,S Az Zumar 53)

2. Bentuk-Bentuk Putus Asa


Putus asa yang dialami seseorang dapat tercermin dalam
sikap sebagai berikut:
a. Bermalas-malasan setelah mengalami kegagalan dalam suatu
usaha.
b. Tidak bersemangat untuk meneruskan usahanya yang gagal.
c. Tampak murung dan tidak memiliki gairah untuk berusaha
lagi.
d. Mudah terpancing emosinya sehingga sebentar-sebentar
marah walaupun hanya dengan sebab yang kecil saja.

3. Larangan Berputus Asa


Orang putus asa berarti kehilangan semangat dan gairah
untuk mencapai sesuatu yang semula diharapkan. Putus asa
biasanya diikuti dengan sikap masa bodoh, tidak mau lagi
berusaha. Islam mendidik umatnya agar tidak putus asa dari
rahmat Allah. Allah swt. Berfirman sebagai berikut:

 
          
       
    


        


  
   
 



87. Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita


tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir (Q.S. Yusuf 12:87).

Walaupun ayat diatas berkaitan dengan sejarah Nabi


Yusuf a.s., namun dapat diambil pengertian secara umum bahwa
setiap muslim hendaknya tidak putus asa dalam menghadapi
masalah apa pun.

C. Ghadab ‫ا‬
1. Pengertian Ghadab

Ghadab berasal dari bahasa Arab ‫غضًب‬


à ‫ضة‬
‫ ْغ‬Oَ‫ي‬ à ‫غضة‬
yang berarti merasa (perasaan) sangat tidak senang dan panas (karena
dihina, diperlakukan kurang baik) dan sebagainya. Rasa sangat tidak
senang dan panas tersebut mungkin karena dihina, disakiti hatinya
atau dirampas haknya. Akibatnya, menimbulkan kekecewaan .
Apabila kekecewaan cukup mendalam , akhirnya dilampiaskan
dengan kemarahan.
2. Bentuk-bentuk Ghadab
Kemarahan seseorang dapat diwujudkan dalam bentuk :
a. Pandangan mata yang tajam dengan mata memerah dan jarang berkedip;
b. Wajah cemberut dan mudah terpancing emosinya;
c. Susah diajak berbicara baik-baik;
d. Terkadang melontarkan kata-kata kasar yang tidak enak didengar;
e. Bertindak anarkis , merusak sesuatu yang ada di sekelilingnya;

f. Mengancam terhadap orang yang menyebabkan kecewa.


3. Larangan Ghadab
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
dinyatakan sebagai berikut:

‫ال‬Oَ‫ ْغ ضة َ ه راق‬Oَ‫صلًَّ هلال ْي وسلَّ ن ص ي غ‬ ‫لَّن ِبي‬ ‫َان رج ًًل‬


َ
‫ز ّ زا‬Oَ‫ر‬ ‫ال ّل‬Oَ‫ق‬ ‫َا ْو‬ ‫ِو‬ ‫ل‬ ‫ا‬Oَ‫ق‬
ّ ‫ِن‬ َ‫عل‬
‫ ْغضة‬O‫ َّل َغ‬. ‫رواه البخا ري‬

Artinya: Sesungguhnya seorang lelaki berkata (meminta


nasehat kepada Rasulullah saw),” Ya Rasulullah , nasehatilah aku!
Sabdanya , “ Janganlah engkau marah!” Lalu beliau mengulanginya
beberapa kali, dan sabdanya,” Janganlah engkau marah!” (H.R. al-
Bukhari nomor 5651 dari Abu Hurairah).

. Firman Allah SWT – Nya sebagai berikut:

          


       
   
 

         


    
     
 
           
        
      
 

133. dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu


dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

26
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik
di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S.Ali „Imran/3 :133-134).

4. Cara Menghindari Pemarah

a. Lebih baik mengalah dari pada menimbulkan kerusakan yang lebih besar.
Mengalah bukan berarti kalah kan…?
b. Jangan bicara yang menyinggung perasaan orang lain, jika salah kita
ingatkan dengan cara yang baik.
c. Selalu memberi maaf dengan tulus ikhlas, sebagaimana firman Allah :

            


         
    
 

Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.(Q.S Al Baqarah 263 )

D. Tabzir (boros)
Menurut bahasa tabzir berasal dari bahasa arab “bazzara-
yubazziru-tabzirun” yang berarti boros. Sedangkan menurut istilah adalah
perbuatan yang dilakukan dengan cara menghambur-hamburkan uang
ataupun barang karena kesenangan atau kebiasaan. Firman Allah yang
menerangkan larangan tersebut terdapat dalam surat Al-Furqan ayat 67
sebagai berikut :

 
          
       
    
  

27
67. dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

27
Firman Allah yang menerangkan larangan tersebut terdapat dalam
surat Al-Isra‟ ayat 27 sebagai berikut :

           


     
    


27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara


syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.(Q.S Al
Isra‟27)

Anda mungkin juga menyukai