Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

KAJIAN AQIDAH AKHLAK INTEGRATIF DI

MADRASAH TENTANG

“PENGHAYATAN NILAI-NILAI AKHLAK TERPUJI”

OLEH

JAMALLUDIN MAK’RUF 2002031007

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. H. Arpinus, M.Ag

SEMESTER 2

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCA SARJANA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR

2021
PENGHAYATAN NILAI-NILAI AKHLAK TERPUJI
A. Pembiasaan Nilai-nilai Akhlak Terpuji
Adapun cara untuk pembiasaan nilai-nilai akhlak terpuji adalah
sebagai berikut:
1. Niat, yaitu di dalam diri seseorang tersebut harus ada niat baik untuk
berakhlak yang mulia, dengan adanya niat maka akan lebih mudah
untuk berbuat baik menuju akhlak yang mulia.
2. Perbaiki hubungan dengan Allah (seperti ibadah sholat, zakat, puasa
dll) maka Allah akan memperbaiki hubungan dengan makhluk.
3. Berteman dengan orang-orang yang shaleh yang dapat mengingatkan
untuk ibadah kepada Allah
4. Melalui pendidikan yang baik dari keluarga yaitu melalui keteladanan
dari orang tua
5. Melalui pendidikan sekolah, dengan adanya keteladanan dan contoh
yang baik dari guru dan masyarakat yang ada di lingkungan sekolah.
6. Melalui pendidikan di masyarakat, yaitu dengan adanya norma-norma
dan nilai-nilai kehidupan di tengah masyarakat.
7. Bermunajat kepada Allah, melaporkan diri (yang baik dan buruk) apa
adanya kepada Allah, sambil berharap agar semuanya diampuni.
Waktu yang efektif bermunajat kepada Allah adalah di seper tiga
malam( tahajjud).
8. Muraqabah dan muhasabah diri. Memikirkan dan memperhatikan
terhadap apa yang telah diperbuat, perasaan dekat kepada Allah itu
hadir ketika ingat bahwa Allah selalu memperhatikan kita dimanapun
dan kapanpun. Serta muhasabah diri atau mengevaluasi diri.
Mengingat Allah dalam keadaan apapun dan dimanapun (bahwa
setiap apa yang dilakukan akan da balasannya).
9. Memperbanyak wirid dan zikir. Salah satu bentuk wirid adalah
dengan membaca al-Qur’an dan memahami artinya, dan berzikir
mengingat Allah.
10. Mengingat Mati. Orang yang selalu ingat mati, akan merasa takut dan
takut itulah yang akan mendorong untuk bertaubat.
11. Tafakkur. Memikirkan ciptaan Allah agar menambah dekat kepada
Allah.
B. Induk-Induk Akhlak Terpuji
1. Hikmah
Hikmah menurut Al-Maraghi dalam kitab Tafsirnya, sebagaimana
yang dikutip oleh Masyhur Amin, yaitu perkataan yang tepat lagi tegas
yang diikuti dengan dalil-dalil yang dapat menyingkap kebenaran dan
melenyapkan keserupaan.
Sedangkan menurut Toha Jahja Omar seperti yang dikutip oleh
Hasanuddin, hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu
pada tempatnya, dan kitalah yang harus berpikir, berusaha, menyusun,
mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman,
asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan.
Kata hikmah mengandung tiga unsur, yaitu:
a. Unsur ilmu, yaitu adanya ilmu yang shahih yang dapat
memisahkan antara yang hak dan yang bathil, berikut tentang
rahasia, faedah dan seluk-beluk sesuatu.
b. Unsur jiwa, yaitu terhujamnya ilmu tersebut kedalam jiwa yang
ahli hikmah, sehingga ilmu tersebut mendarah daging dengan
sendirinya.
c. Unsur amal perbuatan, iaitu ilmu pengetahuannya yang terhujam
sedalam jiwanya itu mampu memotivasi dirinya untuk
berbuat.Dengan perkataan lain, perbuatan ya itu dikotori oleh
ilmunya yangterhujam kedalam jiwanya itu.
2. Iffah
Memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga diri dari segala
tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan
setiap waktu agar diri tetap berada dalam keadaan kesucian. Hal ini
dapat dilakukan mulai memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat
rencana dan angan-angan yang buruk.
Kesucian diri terbagi ke dalam beberapa bagian:
a. Kesucian panca indra; (Q.S. An-Nur [24]: 33).
b. Kesucian jasad; (Q.S Al-Ahzab [33]: 59).
c. Kesucian dari memakan harta orang lain; (Q.S An-Nisa [4]: 6).
d. Kesucian lisan (Q.S. Al Baqarah [2]: 273).
3. Syaja’ah
a. Pengertian Syaja’ah
Syaja’ah dalam bahasa Arab artinya keberanian atau
keperwiraan, syaja’ah atau berani yaitu seseorang yang dapat
bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian
menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu.
Seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani.
Selain itu syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani
berkelahi dimedan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang,
dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:
1) Asy Syaja’ah harbiyah
Yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya
keberanian dalam medan tempur di waktu perang.
2) Asy Syaja’ah nafsiyah
Yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan di
luar medan peperangan, seperti menegakkan kebenaran.
b. Hakikat Asy Syaja’ah
Hakikat dari keberanian itu tidak terlepas dari
keadaan-keadaan sebagi berikut:
1) Berani membenarkan yang benar dan berani menyalahkanyang
salah.
2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga.
3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa

Anda mungkin juga menyukai