Anda di halaman 1dari 23

RESUME

KAJIAN AQIDAH AKHLAK INTEGRATIF DI MADRASAH

TENTANG

“PENGHAYATAN SYUKUR, QANA‟AH, RIDA DAN

SABAR”

OLEH

JAMALLUDIN MAK’RUF 2002031007

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. H. Arpinus, M.Ag

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR 2021
1
PENGHAYATAN SYUKUR, QANA’AH, RIDA DAN SABAR
A. Mendefinisikan Sifat Syukur, Qana’ah, Rida dan Sabar
1. Pengertian Syukur
Kata syukur yang dikutip oleh Ida Fitri Shobihah dalam Kamus
Kontemporer Arab-Indonesia, berasal dari bahasa arab dengan kata dasar
“syakara” yang artinya berterima kasih, bentuk masdar dari kalimat ini adalah
syukr, syukraan yang artinya rasa terima kasih.( Ida Fitri Shobihah: 2013, p. 23)
Kata syukur sepadan dengan kata al-hamdu walaupun kata syukur lebih
dekat pada pengucapan rasa terimakasih terhadap nikmat yang telah Allah swt.
anugrahkan kepada seseorang, sementara kata al-hamdu merupakan ungkapan
rasa terimakasih dalam bentuk umum. (http://websid.blogspot.com)
Syukur berasal dari kata syukuran yang berarti mengingat akan segala
nikmat Allah. Menurut bahasa syukur adalah suatu sifat yang penuh kebaikan
dan rasa menghormati serta menggunakan atas segala nimat-Nya, baik di
ekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan
melalui perbuatan.( https://www.bacaanmadani.com)
Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas
apa yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur.( Amir An-
Najar: 2004, p. 90). Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan
hakikat ke-kufur-an adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara
lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki
oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah.
( Muhammad Quraish Shihab: 1996, p. 216)
Menurut istilah syara‟, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang
diberikan oleh Allah swt dengan disertai ketundukan kepada-Nya dan
mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah swt.
( Muhammad Syafi‟ie el-Bantanie: 2009,p. 2). Menurut sebagian ulama, Syukur
berasal dari kata “syakara”, yang artinya membuka atau menampakkan. Jadi,
hakikat syukur adalah menampakkan nikmat Allah swt yang dikaruniakan
padanya, baik dengan cara menyebut nikmat tersebut atau dengan cara
mempergunakannya di jalan yang dikehendaki oleh Alah swt.( Aura Husna (Neti
Suriana): 2013, p. 110-111)
Berdasarkan pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan yaitu syukur
ialah bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Swt, lega, senang, dan
menyebut nikmat yang diberikan kepada-Nya dimana rasa senang, lega itu
terwujud pada lisan, hati, maupun perbuatan.
2. Pengertian Qana’ah
Secara bahasa qanaah memiliki arti merasa cukup atau rela. Qanaah ini
berasal dari bahasa arab yakni dari kata qani’a-qana’atan. Sedangkan secara
istilah qanaah memiliki arti merasa cukup dan rela menerima atas apa yang
diberikan atau karunia dari Allah SWT.( https://www.dosenpendidikan.co.id)
Hamka dan Aa-Gym sepakat bahwa qana>‟ah berarti merasa puas dan
cukup. Maksudnya rezeki yang diperoleh dari Allah dirasa cukup dan disyukuri.
Betapapun penghasilan yang didapat, ia terima dengan ikhlas sambil terus
menerus melakukan ikhtiar secara maksimal dijalan yang diridhai Allah SWT.
( Sulaiman al-Kumayi: 2004, p. 246)
Qana>‟ah yaitu rela dengan sekedar keperluan berupa makan, minum,
dan pakaian. Maka hendaklah ia merasa cukup sekadar yang paling sedikit dan
dengan jenis yang kurang. Tangguhkan keinginan padanya hingga suatu hari
atau hingga satu bulan agar dirinya tidak terlalu lama bersabar atas kefakiran.
Hal itu mendorong pada ketamakan. Hal itu dapat mendorong pada ketamakan,
meminta-minta dan merendahkan dirinya pada orang-orang kaya.( Al-Ghazali:
2008, p. 277)
Menurut kaum sufi qana>‟ah adalah salah satu akhlak mulia yaitu
menerima rezeki apa adanya dan menganggapnya sebagai kekayaan yang
membuat mereka terjaga statusnya dari meminta-minta kepada orang. Sikap
qana>‟ah membebaskan pelakunya dari cekam kecemasan dan memberinya
kenyamanan psikologis ketika bergaul dengan manusia.( Muhammad Fauki
Hajjad: 2011, p. 338-339)
Menurut HAMKA, qana‟ah mengandung lima tuntutan, yaitu:
a. Menerima dengan rela apa yang ada.
b. Memohon kepada Allah tambahan yang pantas dan berusaha.
c. Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah.
d. Bertawakkal kepada Allah.
e. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.(HAMKA: 1990, p. 219)
Jadi dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan Qanaah adalah
sikap menerima dan merasa cukup dengan apapun yang telah dimiliki dan
menjauhkan diri dari sikap tidak puas atau merasa kurang hingga
berlebihan dalam memiliki suatu barang.
3. Pengertian Rida
Kata riḍa berasal dai bahasa arab berupa kata dasar al-riḍa )‫( الرضا‬yang
berarti senang, suka, rela. Al-riḍa merupakan lawan dari kata al-sukht (‫السخط‬
(yang berarti kemarahan, kemurkaan, rasa tidak suka. Riḍa merupakan pelepasan
ketidak senangan dari dalam hati, sehingga yang tinggal adalah kebahagiaan dan
kesenangan.( Nasirudin: 2015, p. 67-68). Sedangkan riḍa menurut istilah adalah
kondisi kejiwaan atau sikap mental yang senantiasa menerima dengan lapang
dada atas segala karunia yang diberikan atau bala yang ditimpakan kepadanya.
Ia akan senantiasa merasa senang dalam setiap situasi yang meliputinya.
( Hasyim Muhammad: 2002, p. 46)
Para ulama mendefinisikan riḍa dengan definisi yang bermacammacam.
Setiap orang berbicara sesuai dengan kapsitas dan kedudukannya.( Abdul Qadir
Isa: 2011, p. 251)
Menurut Żunnun Al-Miṣri mengatakan bahwa “riḍa ialah kegembiraan
hati dalam menghadapi qaḍa tuhan.(M. Abdul Mujieb, Syafi‟iah, Ahmad
Ismail:2009, p. 376)
Menurut Ibnu ujaibah berkata, “riḍa adalah menerima kehancuran
dengan wajah tersenyum, atau bahagianya hati ketika ketetapan terjadi, atau
tidak memilih-milih apa yang telah diatur dan ditetapkan oleh Allah, atau lapang
dada dan tidak mengingkari apa-apa yang datang dari Allah.
Menurut Al-Barkawi berkata, “riḍa adalah jiwa yang bersih terhadap
apa-apa yang menimpanya dan apa-apa yang hilang, tanpa perubahan. Ibnu
Aṭaillah as-Sakandari berkata, “riḍa adalah pandangan hati terhadap pilihan
Allah yang kekal untuk hamba-Nya, yaitu, menjauhkan diri dari kemarahan.
( Abdul Qadir Isa: 2011, p. 252)
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Ridha adalah suka rela
dan senang. Ridha artinya sudah merasa cukup dengan apa yang dimiliki, baik
harta maupun pekerjaan. Sebagian orang menganggap sikap yang demikian
termasuk akhlak yang buruk, karena dengan merasa cukup dengan apa yang
dimilikinya nanti akan menimbulkan rasa malas pada dirinya dan tidak mau
bekerja keras. Pandangan yang seperti itu merupakan pandangan yang salah dan
keliru. Islam tidak pernah mengajarkan pada umatnya untuk bersikap malas.
4. Pengertian Sabar
Sabar menurut Dzunnun al-Mishry adalah menjauhkan diri dari segala
sesuatu yang bertentangan dengan syariat, tenang saat ditimpa musibah, dan
menampakkan kecukupan ketika dalam kefakiran.( Amin Syukur: 2012, p. 60)
Sabar (al-shabru) menurut bahasa adalah menahan diri dari keluh kesah.
(Abu Sahlan:2010, p. 2). Bersabar artinya berupaya sabar. Ada pula al-
shibrudengan mengkasrah-kan shadartinya obat yang pahit, yakni sari
pepohonan yang pahit. Ada yang berpendapat, "Asal kalimat sabar adalah keras
dan kuat. Al-Shibru tertuju pada obat yang terkenal sangat pahit dan sangat tidak
menyenangkan. Ada pula yang berpendapat, "Sabar itu diambil dari kata
mengumpulkan, memeluk, atau merangkul. Sebab, orang yang sabar itu yang
merangkul atau memeluk dirinya dari keluh-kesah. Ada pula kata shabrah yang
tertuju pada makanan. Pada dasarnya, dalam sabar itu ada tiga arti, menahan,
keras, mengumpulkan, atau merangkul, sedang lawan sabar adalah keluh-kesah.
(Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari: 2006, p. 342)
Menurut M. Quraish Shihab pengertian sabar sebagai "menahan diri atau
membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih
baik (luhur)". (M.Quraish Shihab: 2007, p.165-166)
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, sabar artinya menahan diri dari rasa
gelisah, cemas dan amarah; menahan lidah dari keluh kesah; menahan anggota
tubuh dari kekacauan. (Ibnu Qayyim Jauziyah: 2003, p. 206)
Menurut Achmad Mubarok, pengertian sabar adalah tabah hati tanpa
mengeluh dalam menghadapi godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu
dalam rangka mencapai tujuan.( Achmad Mubarok: 2001, p. 73)
Dalam kitab At-Ta‟rifat karangan As-Syarif Ali Muhammad Al-Jurjani
disebutkan bahwa sabar adalah, “sikap untuk tidak mengeluh karena sakit, baik
karena Allah Swt. apalagi bukan karena Allah Swt. Itulah sebabnya Allah Swt.
memberikan pujian atau semacam penghargaan terhadap kesabaran nabi Ayyub
As. (Yasin, Ahmad Hadi: 2009, p. 11
Sedangkan menurut ahli tasawuf sabar adalah Pada hakikatnya sabar
merupakan sikap berani dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Menurut Al-
Kharraz sabar adalah sebuah isim (nama) yang mengandung makna-makna lahir
dan batin. Sedankan menurut Tustari berkata, tidak disebut dengan satu
perbuatan jika tanpa sabar, dan tidak ada pahala yang lebih besar dari pada sabar
dan tidak ada bekal yang paling baik kecuali takwa. (Amin.An-Najjar: 2004, p.
241-243)

B. Keutamaan Sifat Syukur, Qana’ah, Rida dan Sabar


a. Keutamaan Sifat Syukur
Tidak perlu diragukan lagi akan keutamaan syukur dan ketinggian
derajatnya, yakni syukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang datang
terus beruntun dan tiada habis-habisnya. Di dalam Al-Qur‟an Allah menyuruh
bersyukur dan melarang kebalikannya. Allah memuji orang-orang yang mau
bersyukur dan menyebut mereka sebagai makhluk-makhluk-Nya yang istimewa.
Allah menjadikan syukur sebagai tujuan penciptaan-Nya, dan menjanjikan
orang-orang yang mau melakukannya dengan balasan yang sangat baik. Allah
menjadikan syukur sebagai sebab untuk menambahkan karunia dan pemberian-
Nya, dan sebagai sesuatu yang memelihara nikmatNya. Allah memberitahukan
bahwa orang-orang yang mau bersyukur adalah orang-orang yang dapat
memanfaatkan tanda-tanda kebesaran-Nya.
1) Tambahan Nikmat Allah menggantungkan tambahan nikmat dengan syukur.
Dan tambahan nikmat dari-Nya itu tiada batasnya, jika syukur kepada-Nya.
2) Kebaikan (Pahala) yang Berlipat Ganda
3) Mendapatkan Ridlo Allah Dengan bersyukur akan selalu ada tambahan
nikmat. Ada peribahasa mengatakan, „Jika kamu tidak melihat keadaanmu
bertambah, maka bersyukurlah.
4) Kedudukan Tinggi di Hadapan Allah Allah mengabarkan bahwa musuh-Nya
iblis yang selalu berusaha menggoda manusia agar tidak bersyukur, karena ia
tahu kedudukan syukur sangat tinggi dan nilainya sangat agung.
5) Dibebaskan dari Siksa (Imam Al Ghazali: 1998, p. 918)
b. Keutamaan Sifat Qana’ah
1) Penuh Rasa Syukur Salah satu, keutamaan memiliki sifat qanaah adalah
hidupnya selalu dipenuhi dengan rasa syukur. Dengan memiliki sifat qanaah,
seorang hamba akan senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah
diberikan Allah SWT.
2) Dijauhkan dari Rasa Iri dan Dengki, setiap orang yang memiliki sifat qanaah
akan dijauhkan dari rasa iri dan dengki. Sebab, ia akan selalu merasa cukup
atas segala yang dimilikinya. Untuk itu, ia akan terhindar dari rasa iri dan
dengki.
3) Memiliki Pola Hidup yang Sederhana, keutamaan memiliki sifat qanaah
selanjutnya, yaitu memiliki pola hidup yang sederhana. Meski mereka mampu
untuk memperlihatkan harta kekayaan yang dimilikinya, ia tetap menjadi
pribadi yang rendah hati dan sederhana. Sebab, seseorang yang memiliki sifat
qanaah tujuan utamanya bukan hanya mencari harta dunia saja.
(https://www.merdeka.com)
c. Keutamaan Sifat Rida
Rabiah Al-Adawiyyah pernah ditanyai mengenai riḍa, yakni kapan
seorang hamba menjadi riḍa. Rabiah menjawab, “bila kegembiraannya di waktu
ditimpa bencana sama dengan kegembiraannya di kala mendapat karunia”.
Maqam riḍa lebih tinggi dari maqam sabar, karena dalam pengertian sabar masih
terkandung pengakuan tentang adanya sesuatu yang menimbulkan penderitaan,
sedangkan bagi seseorang yang telah berada pada maqam riḍa, ia tidak lagi
membedakan antara yang disebut musibah dan apa yang disebut nikmat, semua
itu diterimanya dengan rasa senang.( M. Abdul Mujieb, Syafi‟iah, Ahmad
Ismail: 2009, p. 367)
1) Ridha kepada sesuatu” adalah merasa cukup dan puas dengannya, serta
tidak menginginkan selainnya.
2) Merasakan kelezatan/kemanisan iman” adalah merasakan kenikmatan ketika
mengerjakan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta‟ala, bersabar
dalam menghadapi kesulitan dalam (mencari) ridha Allah Ta‟ala dan rasul-
Nya shallallahu „alaihi wa sallam, dan mengutamakan semua itu di atas
balasan duniawi, disertai dengan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya
dengan melakukan (segala) perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
3) Ridha kepada Allah Ta‟ala sebagai Rabb” adalah ridha kepada segala
perintah dan larangan-Nya, kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada
apa yang diberikan dan dicegah-Nya. Inilah syarat untuk mencapai
tingkatan ridha kepada-Nya sebagai Rabb secara utuh dan sepenuhnya
Simak selengkapnya disini.
4) Ridha kepada Islam sebagai agama” adalah merasa cukup dengan
mengamalkan syariat Islam dan tidak akan berpaling kapada selain Islam.
Demikian pula “ridha kepada nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa
sallam sebagai rasul” artinya hanya mencukupkan diri dengan mengikuti
petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dalam
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, serta tidak menginginkan
selain petunjuk dan sunnah beliau shallallahu „alaihi wa sallam Simak
selengkapnya disini. (Ustadz Abdullah Taslim, MA)
d. Keutamaan Sifat Sabar
1) Mendapat Pahala
Allah berjanji akan menganugerahkan pahala kepada umat-Nya yang sabar.
2) Orang yang Sabar dapat Mengambil Hikmah
Ketika dihadapkan pada musibah, kita seringkali merasa sedih, bahkan
emosi. Namun apabila kita sabar dan memahami bahwa semua yang terjadi
adalah kehendak Allah SWT, kita bisa mengambil hikmah dari ujian hidup.
(https://kumparan.com)
3) Keberuntungan
Allah SWT juga bakal memberikan keberuntungan bagi orang-orang yang
sabar.
4) Disukai Allah
5) Diberi petunjuk
Allah bakal memberikan kabar gembira, petunjuk, berkah, dan rahmat-Nya
kepada orang-orang yang sabar.
6) Martabat yang tinggi di surga
Di akhirat, Allah menjanjikan martabat yang tinggi bagi setiap orang yang
menjalani kehidupan di dunia dengan sabar.
(https://www.cnnindonesia.com)

C. Menunjukkan Prilaku Sifat Syukur, Qana’ah, Rida dan Sabar


a. Cara berprilaku syukur dalam kehidupan sehari-hari
1) Meyakini bahwa setiap nikmat datangnya dari Allah.
Yakin dengan sepenuh hati bahwa apa yang kita capai dan kita
dapatkan semua itu tatkala berasal dari Allah dan atas kehendak juga
kuasanya. Jika kita sudah meyakini syukur seperti ini dalam hati kita maka
ketika kita diuji oleh Allah, kita tidak akan merasa berat dan mengeluh.
2) Mengucapkan melalui lisan.
Mengucapkan Alhamdulillah pada saat kita mendapatkan suatu
kenikmatan merupakan tanda syukur kepada Allah SWT. Menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari seperti berzikir akan menambah rasa syukur
kita terhadap nikmat Allah. Orang yang bersyukur kepada Allah melalui
lisannya akan selalu mengucapkan bahwa karena Allah lah dia mendapatkan
nikmat. Sedangkan orang yang menyombongkan diri dan berniat membuat
orang lain iri dengan pencapaiannya adalah tanda orang yang tidak
bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.
3) Mewujudkan syukur dengan melakukan hal baik.
Wujud syukur dengan melakukan hal baik bisa dengan melibatkan
diri sendiri untuk membuktikannya dengan cara mensyukuri nikmat dengan
membantu orang lain menggunakan tangan kita sendiri yaitu bersedekah,
kemudian menggunakan mata, telinga, dan mulut kita yang telah diberikan
Allah untuk melihat, mendengar, dan mengatakan sesuatu yang baik.
Sehingga secara tidak langsung kita telah mensyukuri nikmat anggota tubuh
kita yang telah diberikan Allah sesempurna ini.
Itulah beberapa cara untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat kita maknai sebagai bentuk syukur kita terhadap nikmat Allah.
Semoga kita tidak termasuk dalam orang-orang yang kufur dan lupa
bersyukur atas nikmatnya. (https://www.brilio.net)
b. Cara berprilaku qana’ah dalam kehidupan sehari-hari
Adapun beberapa contoh dari sikap qanaah dalam kehidupan sehari-hari
ialah sebagai berikut:
1) Selalu bersyukur atas apa karunia yang didapatkan oleh Allah SWT.
2) Tidak merasa iri serta dengki atas apa yang didapatkan oleh orang lain.
3) Giat bekerja guna mendapatkan hasil yang terbaik dalam kehidupan.
4) Hidup cenderung lebih sederhana dan menyesuaikan kemampuan.
5) Hidup dengan bersahaja, tidak rakus serta tidak tamak.
6) Tidak akan mudah kecewa maupun putus asa, terutama ketika sesuatu yang
ia inginkan tidak tercapai.
7) Memiliki keyakinan bahwa pemberian Allah SWT ialah sebuah anugerah
terbaik kepada hambanya. (https://www.dosenpendidikan.co.id)
c. Cara berprilaku rida dalam kehidupan sehari-hari
Berperilaku ridha sangat penting untuk kita biasakan dalam menjalani
hidup sehari-hari. Jika nikmat dari Allah Swt. kita terima dengan hati yang
ikhlas dan penuh rasa syukur akan menjadi berkah bagi kehidupan. Allah juga
akan melipatgandakan nikmat tersebut. Sebaliknya, sebesar apa pun nikmat yang
diterima, jika disikapi dengan perasaan selalu kurang, tidak akan menjadi berkah
bagi kehidupan, bahkan dapat menjadi laknat dan azab.
Cara berperilaku ridha dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan
dengan sikap-sikap sebagai berikut:
1) Selalu Berpikir Positif
Kita harus selalu berpikir positif terhadap apa pun yang kita dapatkan
saat ini. Kita bertawakal kepada Allah dengan mempercayakan yang Dia
tetapkan kepada kita.
2) Selalu Berikhtiar kepada Allah Swt
Orang yang ridha dapat ditunjukkan dengan selalu bersungguh-
sungguh dalam bekerja. Dengan demikian, kita tidak boleh mudah menyerah
saat menghadapi masalah tertentu saat bekerja.
3) Mampu Mengambil Hikmah dari Segala Ketentuan Allah Swt
Agar kita tidak mudah menyerah dan putus asa hendaknya
membiasakan diri melakukan introspeksi diri. Caranya dengan menggali
hikmah dari segala sesuatu yang sedang ia alami, baik yang berupa kebaikan
atau keburukan.
4) Senantiasa Bersyukur atas Segala Sesuatu Untuk menunjukkan sikap ridha
kita harus selalu bersyukur
Dengan bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang kita terima,
Allah akan melipatgandakan kenikmatan tersebut. Dengan kita berperilaku
ridha akan membawa pengaruh positif dalam hidup kita sehari-hari.
Misalnya tercermin dalam diri seseorang yang senantiasa menjalani hidup
dengan optimis, semangat, dan sabar dengan dilandasi keridhaan dan
keikhlasan.( http://walpaperhd99.blogspot.com)
d. Cara berprilaku sabar dalam kehidupan sehari-hari
1) Sabar menerima cobaan hidup
Cobaan seperti ini bersifat alam, tak ada satu manusia pun yang dapat
menghindarinya. Oleh karena itu, kita harus dapat menerimanya dengan
penuh kesabaran seraya memulangkan segala sesuatunya kepada-Nya.
Apabila ditimpa ujian, seyogianya manusia bersabar, bertahan, dan tidak
menjadi lemah semangat sehingga keyakinannya kepada Allah Swt
bertambah mantap dan tetap dapat melaksanakan segala kewajiban.
Kesabaran ini harus dipertahankan dalam segala hal.
Contohnya seperti dengan bersabar kita dapat berfikir positif atas
sebuah hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Orang yang mempunyai sifat
sabar akan selalu mengingatkan dirinya untuk bersyukur dikarenakan dirinya
yang sabar mendapatkan hasil sekecil apapun itu. Ia akan banyak bersyukur.
2) Sabar dari keinginan hawa nafsu
Hawa nafsu mempunyai kecenderungan untuk menginginkan segala
macam kenikmatan hidup, kesenangan dan kemegahan dunia. Ketika
kesabaran itulah yang perlu di perhatikan dalam berbagai usaha dan kegiatan
dalam memperjuangkan kehidupan dari godaan hawa nafsu untuk
memperoleh kebahagiaan di dunia dan kebahagian di akhirat kelak. Pada
saat itulah kita akan terhindar dari sifat yang sering mengeluh.
Contohnya seperti hawa nafsu kita menginginkan kita buat benda
yang mungkar, kita lawan dengannya tidak ikut buat yang disuruh oleh nafsu
itu dikatakan nama bersabar dari keinginan hawa nafsu.
3) Sabar dalam pergaulan.
Dalam pergaulan adakalanya kita tersinggung ketika mendengar atau
mendapatkan perlakukan yang kurang menyenangkan dari orang lain.
Namun, sebagai Muslim kita diwajibkan untuk bersabar menghadapinya,
karna boleh jadi hal itu ternyata akan mendatangkan banyak kebaikan bagi
diri kita. Di dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah,
pekerjaan, maupun masyarakat luas akan ditemui hal-hal yang tidak
menyenangkan atau atau menyinggung perasaan.
Oleh sebab itu dalam pergaulan sehari-hari diperlukan kesabaran,
sehingga tidak cepat marah, atau memutuskan hubungan apabila menemui
hal yang tidak disukai. (https://www.lentera.my.id)
D. Dalil-Dalil yang Berkaitan dengan Sifat Syukur, Qana’ah, Rida dan Sabar
1. Dalil naqli tentang Sifat Syukur
a. Qs Al-Baqarah: 152

      


        


Artimya:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku”.
b. Qs Ibrahim: 7

           


         
     

 

Artinya:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih".

2. Dalil naqli tentang Qana’ah


a. Qs Al-Baqarah: 155
           
   
  

    
     
  

Artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
b. Qs Az-Dzariat: 56

     


  
 
 

Artinya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.

3. Dalil naqli tentang Rida


a. Qs An-Nahl: 71

             


       
   

         


     
   
  

Artinya:
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam
hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau
memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar
mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari
nikmat Allah[832]?”.
b. Qs Al-Maidah: 199

        
    
          

 

Artinya:
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan
langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan”.
c. Qs At-Taubah: 59
 
          
     
   


      


   
 

Artinya:
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah
dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi Kami,
Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula)
Rasul-Nya, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berharap kepada
Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”.

4. Dalil naqli tentang Sabar


a. Qs Yunus: 109

           


       
   



Artinya:
“Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga
Allah memberi keputusan dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya”.
b. Qs Ar-Rum: 60

          


    
   

Artinya:
“Dan bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan
sekali- kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-
ayat Allah) itu menggelisahkan kamu”.
c. Qs At-Thaha: 130

           
   
          
   

        


        
   

Artinya:
“Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan
pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang”,
d. Qs An-Nahl: 127

       
  
         
        
 

 

Artinya:
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan
dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang
mereka tipu dayakan”.

PENUTUP
Agama Islam selalu mengajarkan hidup dalam ke damaian, tidak ada permusuhan
dan pertentangan di antara sesama umat muslim. Sehingga umat muslim selalu di ajarkan
bersifat syukur, qana‟ah, rida dan sabar dalam menjalankan kehidupan. Apabila ajaran
tersebut teramalkan oleh umat muslim, maka kehidupan dunia akan terasa nyaman dan
tentram. Begitu besarnya cinta Allah Swt terhadap umat-Nya di atas dunia ini. Allah juga
mengutus para Nabi sebagai contoh dan suri tauladan bagi umat-Nya di dunia, sehingga
umat-umat tersebut selamat di dunia dan di akhirat.
Semua ajaran yang telah di ajarkan Nabi kepada umat muslim harus di tanamkan di
dalam hati, dan di amalkan dalam perbuatan. Karena ajaran-ajaran tersebut adalh pondasi
bagi umat muslim untuk pencapaian ia ke pada sang Khalik. Dengan adanya pengajaran
sifat syukur, qana‟ah, rida dan sabar dalam kehidupan kita, maka kita akan mendapatkan
kemuliaan di sisi Allah Swt.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Fitri Shobihah Ida, “Dinamika Syukur pada Ulama Yogyakarta”, Skripsi Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga, 2013
https://www.bacaanmadani.com/2016/07/makna-syukur-dalam-pandangan-agama
islam.html
http://websid.blogspot.com/2012/01/para-ulama-mendefinisikan-syukur.html
An-Najar Amir, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern, Terj. Ija Suntana, Bandung:
PT. Mizan Publika, 2004
Quraish Shihab Muhammad, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 1996
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-qanaah/
al-Kumayi Sulaiman, Kearifan Spiritual dari Hamka ke Aa Gym, (Semarang: Pustaka
Nuun, 2004)
Al-Ghazali, Mutiara Ihya‟ Ulumuddin Cet 1, terj. Irwan Kurniawan, (Bandung:
Penerbit Mizan), 2008
Muhammad Fauki Hajjad, Tasawuf Islam dan Akhlak. terj. Kamran As‟ad Irsyady dan
Fakhrin Ghozali, (Jakarta: Amzah, 2011)
HAMKA, Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990
Amin Syukur, Sufi Healing;Terapi dengan Metode Tasawuf, (Jakarta: Erlangga,2012)
https://www.muslimpintar.com/pengertian-ridha-dan-hikmah-bersikap-ridha/
http://walpaperhd99.blogspot.com/2016/12/pengertian-dan-contoh-ridha-cara.html
Nasirudin, Akhlaq Pendidik (Upaya Membentuk Kompetensi Soiritual dan Sosial),
(Semarang: UIN Walisongo, 2015)
Muhammad Hasyim, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2002),
Qadir Isa Abdul, Hakekat Tasawuf (Jakarta: Qisthi Press, cet. XIII, 2011)
M. Abdul Mujieb, Syafi‟iah, Ahmad Ismail, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali,
(Jakarta: PT Mizan Publika, cet, I, 2009)
Sahlan Abu, Pelangi Kesabaran, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010)
Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Keistimewaan Akhlak Islami, terj. Dadang Sobar
Ali, (Bandung Pustaka Setia, 2006)
M.Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, (Bandung :Mizan 2007)
Ibnu Qayyim Jauziyah, Madarijus Salikin, Pendakian Menuju Allah: Penjabaran Konkrit:
Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in. Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta:Pustaka al-
Kautsar 2003)
Mubarok Achmad, Psikologi Qur‟ani, (Jakarta:Pustaka Firdaus 2001).
Yasin, Ahmad Hadi. Dahsyatnya Sabar. (Jakarta: Qultum Media. 2009)
An-Najjar Amin, Ilmu Jiwa dalam Tasawuf, Studi Komparatif dengan Ilmu Jiwa
Kontemporer. (Jakarta: Pustaka Azam 2004)
Imam Al Ghazali, 1998, Ihya Ulumuddin, Singapura: Pustaka Nasional PTE
LTD https://kumparan.com/berita-hari-ini/makna-dan-keutamaan-sabar-dalam-
islam-
1upwbENALBV/full
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200429173042-284-498591/5-keutamaan-
dan-balasan-bagi-orang-yang-sabar
https://www.merdeka.com/jateng/pengertian-qanaah-dalam-islam-ketahui-keutamaan-dan-
penerapannya-kln.html?page=2
https://www.brilio.net/creator/3-cara-bersyukur-kepada-allah-swt-dalam-kehidupan-sehari-
hari-6324c2.html
https://www.lentera.my.id/post/sabar-dalam-kehidupan-sehari-hari/
18

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP) Satuan Pendidikan : MAS TI Tarusan
Kamang Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas/Semester : X/Ganjil
Materi Pokok : Syukur, Qana‟ah Ridha, dan Sabar
Alokasi Waktu : 4 X 45 Menit (2 X Pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Problem Based Learning, tanya jawab, diskusi, dan
presentasi peserta didik diharapkan mampu: membiasakan sifat (syukur, qana‟ah
ridha, dan sabar), mendefenisikan sifat (syukur, qana‟ah ridha, dan sabar),
menjelaskan keutamaan sifat (syukur, qana‟ah ridha, dan sabar), menunjukkan prilaku
(syukur, qana‟ah ridha, dan sabar).
B. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu

Pendahuluan Guru memberikan penjelasan tentang tahapan 15 Menit


pembelajaran melalui apersepsi dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
sifat(syukur, qana‟ah ridha, dan sabar).

Inti Fase 1: Orientasi peserta didik pada masalah 60 Menit

Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk


memusatkan perhatian pada materi sifat (syukur, qana‟ah
ridha, dan sabar).

Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik

Peserta didik diberi kesempatan untuk mengidentifikasi


sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan sifat
(syukur, qana‟ah ridha, dan sabar).

Fase 3: Membimbing kerja kelompok

Peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok


kecil 4-5 anggota perkelompok dan bersama-sama
membahas yang ada dalam buku paket mengenai sifat
(syukur, qana‟ah ridha, dan sabar)

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Peserta didik menuliskan hasil kegiatan yang diberikan


secara mandiri

Fase 5: menganalisis dan mengevaluasi proses


pemecahan masalah
19

Guru memberikan penilaian atas hasil kerja kelompok dan


kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara
lisan

Penutup Peserta didik dapat menganalisis dan menyimpulkan poin- 15 Menit


poin penting dalam kegiatan pembelajaran secara tertulis
tentang sifat (syukur, qana‟ah ridha, dan sabar) melalui
diskusi dan berbagai sumber yang ada.

C. Model dan Metode Pembelajaran


Model : Problem Based Learning
Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, Demonstrasi
D. Media Pembelajaran
Power Point, Video
Alat : Laptop, Infokus, Papan Tulis, Spidol
E. Asesmen/Penilaian
Penilaian Sikap : observasi/pengamatan
Penilaian Pengetahuan : tes tertulis
Penilaian keterampilan : tes tertulis (keterampilan berfikir)
Tarusan, Juli 2020
Mengetahui
Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

Hj. Yenida, S.Ag Zulharfi, S.Pd


NIP: 197403051999032003

Anda mungkin juga menyukai